Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan


perkembangannya. Remaja melaui masa dimana pertumbuhan dan
perkembangan terjadi dengan maksimal. Remaja sering merasa tidak nyaman
dengan perubahan bentuk tubuhnya khususnya remaja putri. Perubahan-
perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan, aktivitas fisik dan gizi
yang juga ikut menentukan status gizi dan kesehatan remaja (Arisman, 2004).

Namun banyak remaja yang secara kebutuhan asupan gizi nya belum
terpenuhi. Remaja menjadi salah satu kelompok usia yang rentan terkena
anemia. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Pola dan gaya hidup modern
membuat remaja cenderung lebih menyukai makan diluar rumah bersama
kelompoknya. Remaja putri sering terjebak dengan pola makan tak sehat, remaja
menginginkan penurunan berat badan secara drastis dengan melakukan diet
ketat bahkan sampai gangguan pola makan (Arisman, 2010)

Anemia gizi terutama yang disebabkan oleh defisiensi zat besi


merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemui. Anemia sering terjadi pada
wanita pada usia produktif yang membawa efek keseluruhan terbesar dalam hal
gangguan kesehatan. Anemia defisiensi besi pada remaja putri disebabkan
meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan. Menstruasi
membuat remaja kehilangan darah yang meningkatkan resiko anemia.

Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi anemia di Indonesia masih


cukup tinggi yaitu yaitu 21,7 % dan menurut data Depkes Tahun 2009 didapatkan
angka kejadian anemia pada remaja mencapai presentasi 33,7 %. Pada tahun
2010 pemerintah telah mencanangkan target penurunan prevalensi anemia pada
remaja hingga 20 %. Tak dipungkiri anemia merupakan masalah kesehatan yang
sulit ditangani (Depkes, 2009)

Menurut WHO, Body image dapat menjadi salah satu penyebab tidak
langsung terjadinya kekurangan zat gizi mikro (Fe). Kejadian anemia besi yang
berkaitan dengan terpenuhi atau tidaknya kecukupan makro maupun mikro

1
nutrient remaja. Body image dan Perilaku kontrol berat badan juga
mempengaruhi status gizi. Body image merupakan persepsi atau gambaran
tentang tubuh ideal yang meliputi bentuk, ukuran, dan penilaian lainnya yang
berkaitan dengan rasa kepercayaan diri. Ada dua jenis Body Image yaitu Body
Image Positif dan Body Image Negatif. Body Image Positif adalah persepsi
seseorang yang puas terhadap bentuk tubuhnya, sedangkan Body Image Negatif
adalah persepsi seseorang yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya.
Salah satu faktor terjadinya anemia pada remaja putri salah adalah
memperhatikan citra tubuhnya (body image). Studi di AS mengenai body
image para remaja menunjukkan hasil, hampir 70% remaja wanita yang diteliti
mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena
merasa kurang langsing. Padahal hanya 15 % diantara mereka yang menderita
kegemukan (Khomsan, 2003).
Kekhawatiran menjadi gemuk telah membuat remaja mengurangi jumlah
makanan yang di konsumsi. Remaja putri banyak yang berdiet tanpa nasehat
atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya
sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Hal ini dikarenakan remaja memiliki
body image (citra diri) negatif yang mengacu pada idola remaja yang biasanya
adalah para artis, peragawati, selebriti yang cenderung memiliki tubuh kurus,
tinggi, dan semampai. Banyak pantang dan tabu yang ditentukan sendiri
berdasarkan pendengaran dari teman sebaya yang tidak kompeten dalam gizi
dan kesehatan, sehingga timbul gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan
gejala-gejala kelainan gizi (Sediaoetama, 1985).
Akibat dari perilaku yang tidak benar ini mengakibatkan kurang gizi pada
remaja contohnya kurus, kadar Hb rendah atau defisiensi mikronutrien lain.
Kurang gizi dapat diukur dengan berbagai macam pengukuran antroprometri
(Indeks Masa Tubuh) dan memeriksaan secara Biokimia yaitu pemeriksaan
Haemoglobin.
Hasil analisis crosstab antara body image dengan kadar Hb pada remaja
putri di SMAN 10 Makassar menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara body image dengan kadar Hb pada remaja putri di SMAN 10 Makassar.
Remaja memiliki banyak kegiatan, seperti sekolah dari pagi hingga siang,
diteruskan dengan kegiatan ekstrakurikuler sampai sore hari, belum lagi bila ada
les atau kegiatan tambahan. Semua kegiatan ini membuat mereka kurang
memperhatikan makanan yang dikonsumsi, apalagi memikirkan komposisi dan

2
kandungan gizi dari makanan yang masuk ke tubuh, Sebagai akibat secara
kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Hal ini menimbulkan masalah pada remaja putri yang seharusnya masih
dalam masa pertumbuhan. Harapan peningkatan status gizi remaja putri
menjadi salah satu cara kesehatan calon ibu yang nantinya dapat menurunkan
kematian ibu yang melahirkan akibat pendarahan dan menurunkan prevalensi
bayi lahir dengan BB rendah.
Dari survey pendahuluan yang sudah dilakukan dengan melakukan melalui
wawancara, 7 dari 10 siswi mengaku pernah melakukan diet untuk menurunkan
berat badan demi mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkannya. Mereka
mencari berbagai cara menurunkan berat badan dengan cepat dan jenis diet
lewat media internet. Pemahaman tentang pola makan gizi yang seimbang yang
kurang, jarang berolah raga, serta tidak mengerti tentang anemia. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penelitian ini akan menganalisis Hubungan Citra
Tubuh (Body Image) terhadap kejadian Anemia pada remaja putri di SMA N 2
Lubuk Pakam.

B. RUMUSAN MASALAH
Adakah Hubungan Citra Tubuh (Body Image) dengan kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMA N 2 Lubuk Pakam

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan Citra Tubuh (Body image) dengan kejadian
Anemia pada Remaja Putri DI SMA N 2 Lubuk Pakam
2. Tujuan khusus
a. Menilai Citra Tubuh (Body Image) pada Remaja Putri DI SMA N 2 Lubuk
Pakam
b. Menilai Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Lubuk Pakam
c. Menganalisis Hubungan Citra Tubuh (Body Image) dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Lubuk Pakam

D. MANFAAT PENELITIAN

3
1. Sebagai informasi tentang Hubungan Citra Tubuh (Body Image) pada
Remaja Putri di SMA N 2 Lubuk Pakam
2. Sebagai informasi tentang kejadian anemia pada Remaja Putri di SMA N
2 Lubuk Pakam
3. Sebagai informasi dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan
terutama masalah Citra Tubuh (Body Image) dan Anemia Pada Remaja
Putri di SMA N2 Lubuk Pakam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Anemia
1. Pengertia Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin
(protein pembawa Oksigen) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa Oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer sehingga pengiriman Oksigen ke jaringan menurun. Secara
fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin,
kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan
batasan kadar hemoglobin pada anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau
jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal. Anemia didefinisikan
sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis atau penyakit
di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
2.. Klasifikasi Pembagian Anemia
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis
anemia
Anemia normositik normokrom
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum
tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan
konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73
101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
Anemia makrositik normokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks
eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %).
Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam
folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
Mikrositik hipokrom.
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks
eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Tabel 1. Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut
WHO 2005 adalah :

5
N Kategori Hb (gr%)
o
1 Tidak Anemia 11 gr %
2 Anemia Ringan 9-10 gr %
3 Anemia Sedang 7-8 gr %
4 Anemia Berat < 7 gr %

3. Etiologi Anemia
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam
folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
b. Adanya Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan
total sel darah merah dalam sirkulasi.
c. Terjadi hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
4. Gejala Anemia
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala
tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia


Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:

6
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3) Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi
besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan
gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami.
Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan
kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas
dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

5. Dampak Anemia
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak
anemia pada remaja adalah:
a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena
tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi
b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak
sempurna
c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot

6. Pencegahan Anemia

7
a. Memperbanyak sumber asupan zat besi dari golongan heme (daging
merah, ayam) yang mempunyai penyerapan lebih baik dibandingkan
golongan non heme (buah,sayur, sereal,susu)
b. Menghindari halhal yang menghambat penyebaran zat besi yang seperti
tanin (teh), polifenol (kopi), fitat (sereal, beras, jagung, gandum), kalsium
dan fosfat (susu)

c. Mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung vitamin C karena


dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

d. Olahraga yang teratur dan tidur selama 6/8 jam per hari
e. Mengkonsumsi sumplemen zat besi dengan kombinasi vitamin C dan
sorbitol.
Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin, yang
dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Selain itu, besi juga berfungsi
mengangkut dan menyimpan oksigen, mengangkut elektron mitokondria, dan
sintesis DNA. Lebih dari 80% besi ada dalam hemoglobin. Simpanan besi ada
di hati, sumsum tulang, yaitu sebagai feritin dan hemosiderin (Almatsier, 2011)

B. Anemia pada Remaja Putri

Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh


akan zat besi meningkat tajam. Hal ini disebabkan karena proses pertumbuhan
dan perkembangan remaja. Masa remaja adalah masa dimana pencarian jati diri
masih terjadi, remaja secara psikologis masih labil sehingga sangat erat
kaitannya dengan perilaku yang menyimpang. Dalam hal ini remaja sering
menjalani perilaku makanan yang tidak benar. Hal ini disebabkan oleh barbagai
faktor antaranya lain adalah keinginan mereka untuk mendapatkan bentuk tubuh
seperti yang mereka inginkan umumnya tinggi dan langsing yang menjadi
haparan sesuai dengan idola remaja yang berprofesi artis atau model. Salah satu
fakta remaja putri adalah remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan
nabati dibandingkan makanan hewani, sehingga banyak yang menderita anemia.
Hal ini disebabkan zat besi dalam makanan nabati berbentuk ikatan ferri yang
harus dipecah terlebih dahulu menjadi ferro oleh getah lambung sebelum diserap
oleh tubuh. Anemia gizi besi pada remaja putri akan berdampak menurunnya
kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh

8
maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat, letih, lesu
dan cepat lelah akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan presatasi belajar.
Keinginan remaja ini membuat remaja putri membatasi asupan makanan
Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khusunya
melalui feses (tinja). Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana
kehilangan zat besi 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak
dari pada pria.

C. Citra Tubuh (Body Image)


1. Pengertian Citra Tubuh (Body Image)
Pengertian body image menurut Arthur (2010) adalah merupakan
imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang
terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus
disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Beberapa peneliti atau pemikir
menggunakan istilah ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain
mencakup pula penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh,
dansebagainya.
Menurut Amalia, (2007) setiap individu memiliki gambaran diri ideal
seperti apa yang diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang
dimilikinya. Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu
dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum seorang anak
mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-kata.
Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya sebagai
seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya dengan
menggunakan tangannya sebagai alat.
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap
seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika
berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya.
Body image bukan sesuatu yang statis, tetapi selalu berubah. Pembentukannya
dipengaruhi oleh persepsi, imajinasi, emosi, suasana hati, lingkungan, dan
pengalaman fisik. Dengan demikian, proses komparasi sosial pasti terjadi dalam
membentuk body image remaja.

2 . Aspek-aspek Body Image

9
Thompson, (2000) menjelaskan aspek-aspek dalam citra raga yaitu:
a. Persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan.
Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karna
dalam hal tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri.
Selanjutnya bentuk tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat
mendatangkan perasaan senang atau tidak senang terhadap bentuk tubuhnya
sendiri.
b. Aspek perbandingan dengan orang lain
Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain,
sehingga menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya keorang lain, hal-hal yang
menjadi perbandingan individu ialah ketika harus menilai penampilan dirinya
dengan penampilan fisik orang lain.
c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain).
Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang
itu menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang
baik untuk menilai dirinya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh (Body Image)


Menurut Thompson (Januar, 2007) faktor-faktor pembentuk citra tubuh pada diri
individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/kurus
Keinginan-keinginan untuk menjadikan berat badan tetap optimal dengan
menjaga pola makan yang teratur, sehinnga persepsi terhadap citra tubuh
yang baik akan sesuai dengan diinginanya.
b. Budaya
Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana cara
budaya
mengkomunikasikan norma-norma tentang penampilan fisik, dan ukuran
tubuh yang menarik.
c. Siklus hidup
Pada dasar Individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh
seperti masa lalu.
d. Masa kehamilan
Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam
kandungan,tanpa ada peristiwa-peristiwa pada masa kehamilan.
e. Sosialisasi

10
Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut
terpengaruh didalamnya.
f. Konsep diri
Gambaran Individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan
penilaian sosial.
g. Peran gender
Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu,
sehingga menjadikan individu lebih cepat terpengaruh
h. Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu
Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya
yang dapat diikuti oleh sikap yang buruk.
Berdasarkan uraian yang ada di atas citra tubuh bisa dipengaruhi oleh
budaya yang ada di sekitar individu dan cara bagaimana budaya
mengkomunikasikan norma yang ada terhadap penampilan, ukuran tubuh,
bentuk badan, dan daya tarik fisik.

4. Citra tubuh (body image) pada Remaja


Menurut Sarwono (2012) remaja adalah suatu tahap perkembangan fisik,
yaitu dimana masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara
anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya
memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin
tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Remaja merupakan periode
kehidupan yang unik, karena saat itu terjadi perubahan yang amat kompleks,
diantaranya perubahan fisik, emosional, kognitif, perubahan pertumbuhan dan
perkembangan sosial yang menjembatani antara masa kanak-kanak menuju
masa dewasa (Santrock, 2007).
Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode
perkem bangan sebelumnya, sehingga dalam periode selanjutnya individu telah
menpunyai suatu pola pribadi yang lebih baik. Masalah-masalah sehubungan
dengan perkembangan fisik pada periode remaja masih terus berlanjut, tetapi
pada akhirnya mereda pada saat individu memasuki masa dewasa.

D. Kerangka Konsep

Remaja Putri
11
(Citra Tubuh) Body Anemia
Image

Gambar 1. Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Ha : Ada hubungan citra tubuh (body image) terhadap kejadian anemia pada
remaja putri di SMA N 2 Lubuk Pakam

F. Definisi Operasional

N Variabel Defenisi Hasil Ukur Skala


o Pengukuran
1 Citra Tubuh Persepsi seseorang Selisih skor CBS Ordinal

12
(Body terhadap citra atau dan IBS ad`alah
Image) gambaran mengenai ketidakpuasan
bentuk tubuhnya terhadap ukuran
secara menyeluruh tubuh. Skala
yang biasanya interval yang
berhubungan dikategorikan
dengan menjadi 2 kategor
kepercayaan dirinya i sebagai
sendiri. ambang batas
yaitu :
a. puas : 0
b. tidak puas :1-4
c.sangat tidak
puas :5-7
2 Anemia Keadaan dimana Pemeriksan Hb Ordinal
berkurangnyaka 1. Anemia
jumlah eritrosit atau 12 gr
hemoglobin (protein
pembawa oksigen) 2. tidak anemia
dari nilai normal 12 gr
darah sehingga
tidak dapat
memenuhi
fungsinya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

13
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Lubuk Pakam. Dimulai dari survey
pendahuluan dari bulan Agustus sampai dengan penulisan hasil penelitian.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah bersifat Observasional dengan Desain Cross


Sectional deskriptif untuk mengetahui adakah Hubungan Citra Tubuh (Body
Image) Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Lubuk Pakam.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi Penelitian adalah seluruh siswi remaja putri sebanyak 190 siswi
di SMA N 2 Lubuk Pakam.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi penelitian, sedangkan pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai
berikut :

n= N
1 + N ( d2 )
Dimana : N = Besar populasi
N = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan
Maka :
n= 190
1+ 190 ( 0,12 )
= 190
2.9 = 3
= 63 org
Kriteria Inklusi :
a. Tidak dalam keadaan haid
b. Seminggu setelah selesai haid
c. Bersedia menjadi sampel dan mau diteliti
d. Tidak dalam keadaan sakit
e. Dapat diajak berkomunikasi dengan baik
Cara menentukan sampel pertama adalah dengan cara membuat pada
populasi dari 1 190 dan sampel yang akan di ambil adalah 63 orang. Setelah
itu diambil salah satu nomor tersebut dengan cara acak misalkan, diperoleh
nomor 7 maka sampel awalnya no urut 7 lalu dilanjutkan dengan kelipatan 3
hingga seterusnya maka dapat sampel sesuai dengan yang di tentukan
sebanyak 63 sampel.

14
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data Primer dan data
Sekunder.

a. Data Primer meliputi Identitas Responden (Nama, jenis kelamin, tempat &
tanggal lahir, kelas, dan usia, BB, TB, dan IMT), yang terdapat dalam
Kuesioner.
b. Data sekunder meliputi data jumlah siswa dan kelas di Sekolah SMA N 2
Lubuk Pakam.
2. Cara Pengumpulan Data
Dalam Pengumpulan Data, Peneliti dibantu oleh 3 staf laboratorium dari
Rs. Deli Serdang untuk pemeriksaan kadar Hb dan 2 orang enumerator, yaitu
mahasiswa semester V Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi. Adapun Data
meliputi :
1. Data Identitas Sampel
Identitas sampel meliputi No. Responden, Nama Lengkap, Jenis Kelamin,
Tempat, Tgl Lahir, Kelas, Umur , BB, TB, dan IMT dengan pengisian
kuisioner penelitian.
2. Data Citra Tubuh (body image)
Data Citra Tubuh (body image) diperoleh dengan Body Image Assesment
For Obesity (BIA-O) menggunakan 8 gambar (Pulvers Et Al. 2004).
Masing-masing gambar dibuat dalam bentuk kartu yang diberi nomor
dibelakangnya. Kartu dikocok, kemudian responden diminta untuk
memilih gambar yang paling tepat untuk menggambarkan bentuk dan
ukuran tubuhnya saat ini. Kemudian dicatat. Nomor ini adalah skor
Current Body Size (CBS). Kemudian kartu dikocok kembali dan
responden diminta kembali untuk memilih gambar yang menunjukan
ukuran tubuh yang paling diinginkan yang merupakan skor Ideal Body
Size (IBS). Selisih Skor CBS dan IBS adalah ketidakpuasan terhadap
ukuran tubuh.
3. Data Anemia (kadar Hb)
Data Anemia (kadar Hb) atau pemeriksaan Hb secara digital dibantu 3
tenaga enumerator dari staf laboratorium Rs Deli Serdang.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
A. Data Cita Tubuh ( Body Image)
Data yang Diperoleh dari hasil kuesioner penelitian kemudian Data
dikumpulkan, diperiksa, dilengkapi, dan diberi nilai skor. Kemudian di entri
menggunakan program komputer SPSS, dan diambil kesimpulannya Sehingga

15
diketahui bagaimana hubungan citra tubuh (body image) terhadap kejadian
anemia pada remaja putri di SMA N 2 Lubuk Pakam.
B. Data Anemia ( Pemeriksaan Hb)
Data yang Diperoleh dari pemeriksaan Hb dengan pengambilan darah
dan pemeriksaan lab di peroleh data anemia dan tidak anemia. Kemudian data
tersebut di entri menggunakan program komputer SPSS, dan diambil
kesimpulannya Sehingga diketahui bagaimana hubungan citra tubuh (body
image) terhadap kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 2 Lubuk Pakam.

2. Analisis Data
A. Analisis Univariat
Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan progam
SPSS Untuk menggambarkan masing-masing variabel (hubungan citra tubuh
(body image) terhadap kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 2 Lubuk
Pakam. Kemudian disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk
menampilkan tabulasi data kategori kemudian dianalisis berdasarkan
persentase.

B. Analisis Bivariat
Untuk menguji hipotesis dilakukan uji statistik chai square untuk variabel
kategori (Citra Tubuh (body image)) dengan variabel (kejadian anemia) di SMA
N 2 Lubuk Pakam. Pengambilan keputusan jika p = < 0,05 maka Ho ditolak
artinya ada hubungan antar variabel (Notoadmojo, 2010).

16
DAFTAR PUSTAKA

Almetsier, Sunita, 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,Jakarta : PT Gamedia


PustakaUtama.
Amalia, Marini, 2014 Persepsi Tentang Anemia Gizi Pada Remaja Putri
Penderita Anemia Di Sman 10 Makassar. Skripsi. Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,
Makassar
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC; 2004

Arthur S. R. & Emily S. R. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..


Body Image Remaja Di kecamatan patikraja, kabupaten Banyumas , Tahun 2015
Jurnal Psikologi
Kementrian Kesehatan R.I 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013. Jakarta: Depkes R.I

Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Naimah, T. 2008. Pengaruh Komparasi Sosial Pada Public Figure Di Media


Massa Terhadap

Notoatmodjo, Sukidjo, 2003,Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rhineka


Cipta.

Parmaesih, Dewi, Susilowati Herman, Faktor faktor yang mempengaruhi


Anemia pada Remaja, Puslitbang gizi dan makanan,Badan Litbangkes.
Penelitian Humaniora, Vol. 9 No. 2, 2008. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

17
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha ilmu.
Yogyakarta.
Supariasa, I.D.N; Bakri, B; danFajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Sediaoetama, A.D. 1985. Ilmu Gizi Untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid I. Jakarta:
Dian Rakyat

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. CV.


Agung Seto. Jakarta.
Santrock,J.W. 2007. Psikologi Remaja. Erlangga:Jakarta
Sarwono, S. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Thompson, J.K. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity. American
Psychological Association Washington, DC.
Wirakusumah, E. S. 1998. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Agriwidya. hlm. 5-11

Lampiran 1

18
JADWAL PENELITIAN

2016 2017
No
Kegiatan Sep Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Jul
.
t t v s n b r r i n
1. Penulisan
Proposal

2. Seminar
Proposal

3. Perbaikan
Proposal

4. Pengumpula
n data

Pengolahan
data

5. Penyusunan
Karya Tulis
Ilmiah

6. Ujian Karya
Tulis Ilmiah

7. Perbaikan
Karya Tulis
Ilmiah

Lampiran 2
PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA

1. Penelusuran Pustaka Dan Pembuatan Proposal : Rp. 300.000,


2. Biaya enumerator pemeriksaan Hb 2 orang x 50.000 : Rp. 100.000,

19
3. Biaya pemeriksaan Hb 30.000 x 63 orang : Rp.
1.890.000
4. Transportasi pengumpulan data : Rp. 50.000,
5. Snack Untuk Sampel : Rp. 200.000,
6. Foto copy lembar kuisioner dan surat persetujuan : Rp. 50.000
7. Biaya tak terduga : Rp. 100.000,-

Total Rp. 4580.000

Lampiran 3

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

20
Selamat Pagi/Siang/Sore
Saya Ambrosia Yunita Hutasoit mahasiswa Semester V, Program Studi D-
III Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Medan, bermaksud melakukan penelitian
mengenai Hubungan Citra Tubuh (Body Image) Terhadap Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Di SMA N 2 Lubuk Pakam . Penelitian ini dilakukan sebagai
bagian dari dari proses pembelajaran dalam penyelesaian studi di Jurusan Gizi,
Politeknik Kesehatan Medan.

Saya berharap kesediaan siswa di SMA N 2 Lubuk Pakam menjadi


responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian kuesioner dan
pemeriksaan Hb responden. Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Usia :
Telepone/hp :
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya dan apabila
dalam penelitian ini ada perubahan dan keberatan menjadi responden dapat
mengajukan pengunduran diri. Atas perhatian dan kesediaan Siswa di SMA N 2
Lubuk Pakam menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima
kasih.

Lubuk Pakam,..2017

Peneliti Responden

(Ambrosia Yunita Hutasoit) (..)

Lampiran 4

Kuisioner Citra Tubuh (Body Image)

NO. RESPONDEN :

NAMA LENGKAP :

TEMPAT, TGL LAHIR :

21
KELAS :

BB :

TB :

IMT :

N UKURAN TUBUH UKURAN TUBUH SKOR (CBS-


O SAAT INI (CBS) YANG PALING IBS)
DIINGINI (IBS)

Gambar Body Image Pulvers Et Al. (2004).

Lampiran 5

BUKTI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH DASAR

Nama : Ambrosia Yunita Hutasoit


NIM : P01031114004
Judul : Hubungan Citra Tubuh (Body Image) Terhadap Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di SMA N 2 Lubuk Pakam

T.Tangan
No Tanggal Judul/Topik Bimbingan
Pembimbing

22
Perkenalan dengan dosen
1 21 agustus 2016 pembimbing

Mencari topik karya tulis


2 5 september 2016
ilmiah

Pengumpulan berbagai topik


3 9 september 2016
dan Membahasnya

Diskusi topik karya tulis dan


4 16 september 2016
mendapat judul

5 23 september 2016 Penulisan Bab I-III

6 06 oktober 2016 Diskusi Penulisan Bab I-III

Revisi I ( penguatan Latar


7 07 oktober 2016
Belakang)

Revisi II ( Pemadatan Tinjauan


8 14 oktober 2016
Pustaka

9 28 oktober 2016 Diskusi Metode Penelitian

Revisi III Pembuatan Kuisioner


10 30 oktober 2016

23

Anda mungkin juga menyukai