Anda di halaman 1dari 8

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ANEMIA

Disusun oleh:
Laela Vita Imelda (232110102006)
Nafisha Januara Az Zahrah (232110102011)
Dini Nurin Alfiyah (232110102022)
Diestiana Dwi Avrilla (232110102024)
Fajar Aji Wijaya (232110102031)
Muchammad Savero Sulthan M. (232110102038)

Dosen Pengampu:
Irma Prasetyowari, S.KM., M.Kes

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023
ANEMIA

A. DEFINISI ANEMIA
Anemia adalah suatu kondisi ketika hemoglobin dalam tubuh kurang dari
normal. Hemoglobin menjadi standart ukuran yang digunakan untuk menentukan
prevalensi anemia. Kadar hemoglobin dalam tubuh seseorang berbeda-beda sesuai
dengan jenis kelamin dan usianya. Anemia masih menjadi permasalahan gizi yang
utama di Indonesia. Anemia dapat dialami oleh balita, remaja, ibu hamil, bahkan lanjut
usia. Macam-macam jenis anemia antara lain anemia defisiensi besi, anemia
megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia aplastik. Masalah anemia terbesar
adalah jenis anemia defisiensi besi yang terjadi karena tubuh kekurangan asupan besi
dari makanan ataupun kehilangan darah secara perlahan hingga kronis.
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa tercatat
prevalensi anemia sebesar 26,8% pada anak usia 5-14 tahun dan 32% pada remaja dan
orang dewasa usia 15-24 tahun, artinya 3-4 dari 10 orang disekitar kita menderita
anemia. Pada umumnya anemia defisiensi besi di Indonesia paling banyak dialami oleh
anak-anak remaja khususnya anak remaja putri. Hal ini disebabkan karena asupan gizi
yang buruk serta kurangnya aktivitas fisik. Remaja putri yang terkena anemia memiliki
pengaruh yang buruk terhadap kesehatannya di masa depan. Remaja putri tersebut
dapat menjadi wanita subur yang terserang anemia, kemudian berlanjut saat hamil
anemia dapat mengurangi energi kronis yang meningkatkan kemungkinan melahirkann
BBLR atau Bayi Berat Badan Lahir Rendah serta menyebabkan stunting.

B. EPIDEMIOLOGI
1. Frekuensi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi penderita anemia di
Indonesia sejak tahun 2013 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan. Prevalensi
peningkatan anemia meningkat sebanyak 2% pada tahun 2018. Peningkatan
prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia 15-24 tahun, dengan rincian pada tahun
2013 sebesar 18,4 dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 32,0.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa penyakit anemia paling banyak


diderita oleh kaum Perempuan. Hal ini dikarenakan Perempuan terutama remaja
banyak kelihangan zat besi saat menstruasi sehingga banyak membutuhkan asupan
zat besi.

2. Distribusi
a. Usia
Anemia dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa. Beberapa kelompok yang paling rentan terkena
anemia adalah kelompok anak-anak dibawah usia 5 tahun dengan jumlah
penderita anemia sebanyak 42% pada tahun 2016. Pada kelompok wanita
usia subur diperoleh jumlah penderita anemia sebanyak 39% pada tahun
2016. Pada kelompok ibu hamil sebanyak 46% jumlah penderita anemia
pada tahun 2016.
b. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan angka kejadian anemia antara remaja pria dan
wanita. Penelitian menemukan bahwa prevalensi anemia lebih tinggi pada
remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini juga disebabkan
karena kadar hemoglobin dapat berbeda antara pria dan wanita.
c. Letak Geografis
Letak geografis seseorang dapat mempengaruhi kejadian anemia.
Terdapat perbedaan yang signifikan kejadian anemia antara wilayah
perkotaan dan perdesaan.
3. Faktor penyebab
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan Hemoglobin (Hb), sehingga disebut “Anemia
Kekurangan Besi atau Anemia Gizi Besi (AGB)”. Kekurangan zat besi dalam
tubuh tersebut disebabkan antara lain karena :
• Konsumsi makanan sumber zat besi yang kurang, terutama yang berasal dari
hewani.
• Kebutuhan yang meningkat, seperti pada masa kehamilan, menstruasi pada
perempuan dan tumbuh kembang pada anak balita dan remaja.
• Menderita penyakit infeksi, yang dapat berakibat zat besi yang diserap tubuh
berkurang (kecacingan), atau hemolisis sel darah merah (malaria).
• Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan termasuk menstruasi yang
berlebihan dan seringnya melahirkan.
• Konsumsi makanan yang rendah sumber zat besi tidak dicukupi dengan
konsumsi TTD sesuai anjuran.
Diantara berbagai penyebabnya, anemia dapat terjadi akibat kelainan
bawaan, masalah gizi (misal kekurangan zat besi atau vitamin), infeksi beberapa
jenis kanker, atau paparan obat atau racun. Tubuh membutuhkan vitamin, mineral
dan nutrisi untuk membuat cukup sel darah merah. Zat besi, vitamin B12 dan asam
folat merupakan tiga zat yang paling penting. Anemia tidak hanya terjadi pada orang
dewasa saja tetapi juga dapat menyerang anak balita dan usia sekolah.

4. Mekanisme
Anemia dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun ada tiga mekanisme
utama yang memicunya yaitu:
• Rusaknya sel darah merah dalam jumlah yang besar yang disebabkan oleh
kondisi genetik seperti anemia sel sabit, infeksi, atau kelainan autoimun.
• Kehilangan darah yang dapat disebabkan oleh cedera, pembedahan, atau
pendarahan internal akibat kondisi seperti bisul, wasir, atau kanker.
• Kurangnya produksi sel darah merah. Anemia dapat terjadi karena kurangnya
zat besi dalam tubuh sehingga cadangan zat besi untuk pembentukan sel
darah merah berkurang yang menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) darah
kurang dari normal.
5. Segitiga epidemioloigi
Host adalah manusia yang menjadi tempat terjadi proses alamiah
perkembangan penyakit, sangat dipengaruhi oleh sifat genetik manusia. pada anemia
fakto host meliputi genetika (kelainan Hb genentik), usia, jenis kelamin, dan faktor
fisiologis (kehamilan dan pubertas).
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup/kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit/masalah kesehatan lainnya. Faktor agent terhadap
anemia diantaranya, defisiensi mikronutrien (vitamin A, vitamin B (B6, B12, asam
folat, dan riboflavin) dan zat besi), dan faktor biologis (infeksi cacing tambang,
schistosomiasi, malaria, HIV, TBC).
Evironment adalah semua faktor di luar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Hal ini memiliki pengaruh terhadap terjadinya
anemia yakni, faktor ekonomi (kemiskinan), dan pendidikan.
Berdasarkan konsep segitiga epidemiologi ini, pada anemia dapat
digambarkan bahwasannya adanya ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Maka dari itu, apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur
atau komponen pada segitiga epidemiologi anemia akan mengubah keseimbangan.
Terlihat disini dari unsur environment atau lingkungan salah satunya pendidikan.
Keluarga atau orang tua yang memiliki pendidikan rendah akan berpengaruh pada
kebutuhan zat gizi terutama pada anak. Apabila kurangnya pemberian zat gizi, yakni
zat besi pada anak maka berakibat timbulnya anemia yaitu kurangnya sel darah
merah dalam tubuh.

C. K3 DAN KESLING
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Ada tiga komponen utama yang penting untuk untuk mencapai derajat
kesehatan pekerja yang optimal, yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja. Apabila tiga komponen tersebut tidak seimbang maka berpotensi
menimbulkan masalah Kesehatan berupa penyakit maupun kecelakaan.
• Kapasitas Kerja
Status Kesehatan Masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Beberpa penelitian
menjelaskan bahwa 30% pekerja menderita penyakit anemia dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang
menderita anemia dan kekurangan zat besi masih sangat tinggi. Kondisi seperti
ini menyebabkan pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan yang optimal.
• Beban Kerja
Beban pekerjaan dapat menimbulkan berbagai penyakit pada pekerja. Jadwal
kerja yang berubah-ubah dan waktu kerja yang terlalu lama serta gaji yang tidak
sesuai dapat menyebabkan pekerja mengalami kelelahan bahkan hingga stress.
Hal ini dapat menyebabkan pekerja mudah terserang berbagai penyakit, salah
satunya penyakit anemia.
• Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan pekerja dan menimbulkan kecelakaan kerja (Occupational Accident),
penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja (Occupational Disease
& Work Related Diseases).
b. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia, salah satunya
adalah kesehatan lingkungan yang buruk. Dalam hal ini, akan lebih fokus pada
dampak faktor lingkungan terhadap anemia. Penelitian menunjukkan bahwa
sanitasi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya anemia. sanitasi
yang buruk dapat menyebabkan kebersihan diri dan lingkungan yang buruk serta
kurangnya pengetahuan tentang kebersihan lingkungan juga dapat berpengaruh
terhadap penyebaran anemia. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan
pola hidup seseorang dalam berupaya untuk memperoleh kesehatan yang baik.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap
perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi pencegahan anemia. Praktik
PHBS yang dapat dilakukan di lingkungan dengan cara menghindari rokok dan
peredaran obat-obatan terlarang, membiasakan pola hidup sehat, tersedianya
toilet dan tempat sampah yang memadai serta secara rutin membersihkan tempat
penampungan air dari jentik nyamuk. Oleh karena itu, penting untuk menjaga
sanitasi lingkungan dan kebersihan lingkungan dengan baik untuk mencegah
penyebaran yang menyebabkan anemia.
D. PROGRAM PENANGGULANGAN AKK
Program penanggulangan AKK penyakit anemia adalah program kesehatan
bertujuan untuk menangani masalah anemia yang terjadi di masyarakat. Program ini
meliputi perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi.
1. Perencanaan
• Menentukan tujuan program yang jelas dan spesifik
• Menentukan tujuan program yang ingin dicapai
• Menentukan strategi dan metode yang akan digunakan dalam program
• Menentukan indikator keberhasilan program
• Menentukan anggaran yang dibutuhkan untuk program tersebut
2. Implementasi
• Melakukan program sosialisasi di masyarakat
• Menyelenggarakan pelatihan bagi seluruh petugas kesehatan yang terlibat dalam
program ini
• Melakukan penelitian dan pengobatan terhadap penderita anemia
• Memberikan suplemen zat besi dan vitamin kepada mereka yang memerlukannya
3. Monitoring
• Memantau kegiatan program secara berkala
• Mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan yang terlibat dalam program
• Melakukan evaluasi terhadap ketersediaan suplemen zat besi dan vitamin
4. Evaluasi
• Mengevaluasi pencapaian tujuan program
• Mengevaluasi efektivitas strategi dan metode yang digunakan dalam program
• Mengevaluasi keberhasilan program dalam mengatasi masalah anemia yang
terjadi di Masyarakat
Dalam mengevaluasi program bertujuan untuk mengendalikan anemia pada
AKK, dapat digunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product), yang
dianggap sebagai metode evaluasi yang akurat dalam evaluasi program. Evaluasi
program dapat dilakukan dengan mengukur indikator keberhasilan program, seperti
penurunan kasus anemia di masyarakat sasaran program.
DAFTAR PUSTAKA

Zahra, KA., Kurniasari,R. (2022). Efektivitas Pemberian Media Edukasi Gizi yang Menarik
dan Inovatif terhadap Pencegahan Anemia kepada Remaja Putri : Literature Review.
The Indonesian Journal of Health Promotion. 5 (6) : 618-6.

Kemenkes. (2022). Remaja Bebas Anemia: Konsentrasi Belajar Meningkat, Bebas Prestasi.
https://ayosehat.kemkes.go.id/remaja-bebas-anemia-konsentrasi-belajar-meningkat-
bebas-prestasi Diakses pada 28 Oktober 2023.

R windasari. (2022). Bab II tinjauan pustaka anemia


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/10377/5/Chapter%202. pdf Diakses pada 28 Oktober
2023.

Perkumpulan ahli keselamatan konstruksi indonesia. 2022. Masalah Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja. https://pakki.org/berita_detail/masalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja Diakses pada 30 Oktober 2023.

M Camila, dkk. (2019). Epidemiologi, patofisiologi, dan etiologi anemia di negara-negara


berpenghasilan rendah dan menengah. Ann. NY Akademik. Sains. 1450 (2019) 15–31.

Marisa, YT., Harun, H. (2021). Penyakit Ginjal Polikistik disertai Anemia Hemolitik
Autoimun. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. 10(1): 102-111.

Aulia, DH., Purwanti. (2022). Hubungan Status Paritas Dan Pekerjaan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Trimester II Di PKM Purwokerto Selatan, Kabupaten
Banyumas. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 217-266.

Rifani, Ridha S. (2020). Konsep Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan. Book Chapter
Universitas Indonesia.

Amalia, dkk. (2023). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kadar Hemoglobin
dan Feritin Serum pada Remaja Putri. Research Study Amerta Nutrition. 7 (1) : 54-62.

Nangi, dkk. (2019). Dasar Epidemiologi. Sleman : Deepublish.

Tesar, P. (2019). Penyebab Anemia. Jurnal Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

Anda mungkin juga menyukai