Disusun Oleh
CUCU HALIMATUSYADIAH
225491517060
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2022
1. Summary review manajemen Asuhan kebidanan pada masa pranikah &
prakonsepsi
a. Identifikasi teori aplikasi peran bidan dalam melakukan skrining
masalah dan gangguan kesehatan sebelum hamil
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Kesehatan pranikah merupakan bagian dari asuhan prakonsepsi. Asuhan
prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, diantaranya
memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian kesiapan
psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Varney dalam
Kriebs&Gegor, 2012). Untuk mendapatkan kehamilan yang sehat,
kondisi fisik, mental, dan sosial harus disiapkan sejak dini, dimulai dari
masa remaja.
Berbagai permasalah kesehatan yang disebutkan di atas akan
berdampak pada status kesehatan ibu hamil dan janinnya jika kondisi
tersebut tidak ditangani terlebih dahulu. Upaya yang dilakukan sesuai
dengan pendekatan siklus hidup “continuum of care” yang dimulai
dengan memastikan setiap anak dan remaja tumbuh dan berkembang
secara sehat. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang kemudian
dioperasionalkan dalam Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
serta Pelayanan Kesehatan Seksual, yang menyatakan bahwa setiap
perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk
mencapai hidup sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian
ibu.
Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil sebaiknya dilakukan
minimal 3 bulan sebelum kehamilan dimulai. Saran dan terapi yang
diberikan dokter dari hasil pemeriksaan ini bersifat individual, tidak sama
antara satu orang dan orang lainnya, karena setiap orang memiliki
riwayat kesehatan, kondisi kesehatan, dan lingkungan yang berbeda juga
perlu memberikan informasi yang lengkap supaya pemeriksaan ini
optimal, salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah anemia.
Anemia
1) Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana masa erosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Martini, 2015).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimiter kubik
darah. Kadar hemoglobin normal pada remaja putri adalah 12 gr/dl.
Remaja putri dikatakan anemia jika kadar hemoglobin <12 gr/dl
Hampir semua gangguan pada system peredaran darah disertai
dengan anemi yang ditandai warna kepucatan pada tubuh terutama
pada ekstremitas (Dodik, 2016).
2) Etiologi
Penyebab anemia menurut Muttaqin (2019), antara lain:
(1) Perdarahan, misalnya ulkus, gastritis, atau tumor saluran
pencernaan, serta malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster
(2) Malabsorpsi besi. Besi tidak dapat diabsorpsi dengan baik bila
klien diet dengan serat tinggi
(3) Menoragia (menstruasi berlebihan). Setiap ml darah
mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit
sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/ hari. Namun, wanita yang
mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15-28 mg/ bulan.
Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama
hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat, dan fetus,
serta untuk mengimbangi darah yang hilang pada waktu
melahirkan.
(4) Klien dengan alkoholisme kronis sering mengalami kekurangan
asupan besi dan kehilangan zat besi akibat hilangnya darah dari
traktus gastrointestinal sehingga menimbulkan anemia.
Penyebab anemia menurut Mansjoer (2012) antara lain: 1)
Perdarahan 2) Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan
asam folat 3) Penyakit kronik, seperti ginjal, abses paru, bronkietas,
empiema 4) Kelainan darah 5) Ketidaksanggupan sum-sum tulang
membentuk sel-sel darah.
Penyebab anemia dipengaruhi status gizi yang diperngaruhi oleh
pola makan, sosial ekonomi, lingkungan dan status kesehatan.
Menurut hasil penelitian Ansari (2018) bahwa penyebab utama
anemia selama kehamilan di seluruh dunia adalah kekurangan zat
besi sekunder karena asupan makanan kronis yang tidak memadai,
diperkuat oleh tuntutan fisiologis dari janin dan ekspansi volume
darah ibu selama kehamilan. Anemia sangat ditentukan oleh absorpsi
zat besi, diet yang mengandung zat besi, kebutuhan zat besi yang
meningkat dan jumlah zat besi yang hilang (Pratama, 2016).
Beberapa faktor yang menyebabkan anemia, dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
meliputi kecukupan makanan dan infeksi penyakit, sedangkan
penyebab tidak langsung antara lain perhatian terhadap wanita yang
masih rendah di keluarga. Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat
disebabkan oleh kurang makan sumber makanan yang mengandung
zat besi, makanan cukup namun yang dimakan bioavailabilitas
besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang, dan
makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorbsi besi
(Roosleyn, 2013).
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko menderita
anemia pada umumnya adalah cacing. Perhatian terhadap wanita
yang masih rendah di keluarga oleh sebab itu wanita di dalam
keluarga masih kurang diperhatikan dibandingkan laki-laki. Anemia
gizi lebih sering terjadi pada kelompok usia dengan kriteria
pendidikan yang rendah, kurang memahami kaitan anemia dengan
faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia
dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang
bergizi, khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi, kurang
dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, ekonomi
yang rendah; karena: kurang mampu membeli makanan sumber zat
besi karena harganya relatif mahal, kurang mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia,. Status sosial wanita
yang masih rendah di masyarakat; mempunyai beberapa akibat yang
mempermudah timbulnya anemia gizi.
Menurut Stropler (2017) bahwa anemia disebabkan oleh
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk sintesis eritrosit normal
terutama zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Banyak faktor yang
menyebabkan anemia yaitu
(1) Asupan makanan yang tidak memadai sekunder akibat diet
buruk tanpa suplementasi
(2) Penyerapan yang tidak adekuat akibat diare, achlorhydria,
intestinal (Penyakit seperti penyakit celiac, atrophic gastritis,
parsial atau total gastrektomi.
(3) Penggunaan yang tidak memadai akibat gangguan
gastrointestinal kronis
(4) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan volume
darah, yang terjadi selama masa kanak-kanak, masa remaja,
kehamilan, dan menyusui.
(5) Peningkatan ekskresi karena darah menstruasi yang berlebihan
(pada perempuan); perdarahan dari luka; atau kehilangan darah
kronis akibat pendarahan tukak, pendarahan wasir, varises
esofagus, enteritis regional, penyakit celiac, penyakit Crohn,
kolitis ulserativa, parasit.
(6) Peningkatan kerusakan besi dari ketersediaan besi di plasma dan
penggunaan zat besi yang rusak akibat peradangan kronis atau
kronis lainnya.
3) Tanda-Tanda Anemia
Tanda- tanda anemia menurut Mansjoer (2012) dapat dibedakan
menjadi tanda umum dan khusus. 1) Tanda Umum Meliputi
kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin
kurang dari 9-10g/dl. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang
dapat diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapat menunjukan
takikardi, nadi kuat, kardiomegali, dan bising jantung aliran sistolik
khususna pada apeks. Gambaran gagal jantung kongestif mungkin
ditemukan, khususnya pada orang tua 2) Tanda Spesifik Tanda yang
spesifik biasanya dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya
koilonika dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik
atau megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan
anemia hemolitik lain, deformitas tulang dengan talasemia mayor
dan anemia hemolitik kongenital lain yang berat.
4) Gejala Anemia
Sering merasa Lesu, lemah letih, lelah dan lalai (5L). Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lebih lanjut
adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit telapak tangan menjadi pucat.
Bahkan bisa terjadi pingsan, rasa haus, berkeringat, denyut nadi yang
cepat dan lemah, dan pernapasan yang cepat (pada awalnya dalam
dan kemudian menjadi dangkal) (Rukman, 2014).
5) Dampak anemia pada Remaja
Anemia dapat mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan
berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu daya tahan tubuh
akan menurun sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga
dapat menyebabkan menurunnya produksi energy dan akumulasi
laktat dalam otot. Anemia yang terjadi pada massa hamil
berhubungan dengan kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan
peningkatan risiko kematian ibu dan bayi perinatal. Selama
kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan dan
kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko
kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi
zat besi serta anemia pada bayi nantinya. (Dodik, 2016).
Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Usia :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tekanan darah :
Denyut Nadi :
Frekuensi Nafas :
Suhu tubuh :
2. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan :
Tinggi Badan :
IMT :
LILA :
Kadar Hb :
Gol Darah :
Assesment
Planning
1. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Memberitahu klien hasil pemeriksaan
3. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga bahwa klien
mengalami anemia ringan dan perlu ditangani agar tidak berlanjut
menjadi lebih berat.
4. Menjelaskan kepada klien dan ibunya bahwa dampak anemia dapat
menimbulkan terjadinya penurunan imunitas, penurunan konsentrasi,
penurunan prestasi belajar, penurunan kebugaran, penurunan
produktivitas dan pada remaja putri sebagai calon ibu akan beresiko
terhadap Kesehatan reproduksinya seperti lahir premature, BBLR,
perdarahan bahkan kematian.
5. Menganjurkan klien untuk rutin seminggu sekali mengkonsumsi tablet
tambah darah dan pada waktu menstruasi sebanyak 1x1 selama 10 hari.
6. Menjelaskan pada klien dan ibu untuk mengkonsumsi lebih banyak
makanan yang bersumber protein hewani yang ada pada daging merah
seperti daging sapi, hati ayam, daging kambing.
7. Menjelaskan pada klien dan ibu tentang penanganan anemia secara non
farmakologi yaitu dengan mengkonsumsi 6 butir telur rebus dalam sehari
yaitu 2 butir pada pagi hari, 2 butir siang hari dan 2 butir pada saat
malam selama 6 hari.
8. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau jika ada
keluhan.
9. Melakukan pendokumentasian
1. Dini Fitri Damayanti, Wahyu Astuti, Ellisa Wati, Elma Marsita. Efektivitas
Madu Dan Tablet Fe Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada
Remaja Putri Di Pondok Pesantren. Journal of Nutrition College, Volume 10,
Nomor 2. 2021.
2. Trisna Yuni Handayani. Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava)
Terhadap Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri. Jurnal
Kesehatan, Vol. 04 No. 02. 2021.
3. Ahmaniyah, A., Aulia, A., Sarti, S., Suprayitno, E., & Sulistyorini, R. (2021).
Perilaku dan Budaya pada Kejadian Anemia Pra Hamil di Pesisir
Legung. Jurnal Keperawatan, 13(4), 947-952.