Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATERI KEGIATAN PENYULUHAN

“BAHAYA ANEMIA PADA REMAJA”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Penyuluhan di RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran

Disusun oleh:
Dina Putri Lestari
6511419009

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022/2023
BAHAYA ANEMIA PADA REMAJA

Dalam suatu negara berkembang tentu tidak akan jauh dari permasalahan di
masyarakat. Aspek tersebut bisa dilihat dari segi politik, ekonomi, kesehatan, sosial dan
budaya, dan lain-lain. Melihat pada aspek kesehatan di Indonesia masih banyak beberapa
permasalahan yang masih perlu diperhatikan yaitu salah satunya anemia. Penderita anemia
diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. Anemia
merupakan masalah kesehatan global yang patut diperhatikan terutama di negara berkembang
seperti di Indonesia. Prevalensi kejadian anemia di Indonesia terbilang cukup tinggi. Pasalnya
menurut Kemenkes RI (2018) bahwa angka prevalensi anemia banyak terjadi pada remaja
yaitu remaja usia 15-24 tahun sebesar 32%, artinya diperkirakan sebanyak 3-4 remaja
dari total 10 remaja menderita anemia. Proporsi anemia pada perempuan (27,2%) lebih
tinggi jika dibandingkan pada laki-laki (20,3%).

1. Definisi Anemia

Anemia yaitu suatu kondisi dimana sel darah merah atau  konsentrasi hemoglobin,
hematokrit dan sel darah merah di dalamnya lebih  rendah dari biasanya yaitu hemoglobin
<12 g/dLuntuk remaja. Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.
2. Anemia Zat Besi
Anemia paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan
zat besi. Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia. Selain itu,
anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh.
3. Kejadian Anemia
Pada usia remaja, yang merupakan transisi dari masa anak ke masa dewasa, ditandai
sejumlah perubahan yaitu berupa biologis, kognitif, dan emosional. Tidak hanya itu,
perubahan fisik dan mental pun juga. Perubahan fisik seperti berfungsinya alat reproduksi
seperti menstruasi. Asupan zat gizi yang optimal dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan aspek-aspek tersebut. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia.
Salah satu alasannya karena remaja putri sudah mengalami menstruasi setiap bulannya dan
sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
Menstruasi menyebabkan hilangnya banyak sel darah merah dari dalam tubuh. Apalagi
bila menstruasi berlangsung cukup lama dan jumlah darah yang keluar sangat banyak, maka
tubuh akan kekurangan zat besi. Kondisi siklus menstruasi yang tidak normal juga
penyebabnya. Kehilangan darah yang sebenarnya apabila mengalami kadar menstruasi yang
berlebihan lebih dari 3-4 hari, pembalut atau tampon selalu basah setiap jamnya dan sering
menggantinya. Apabila pada saat menstruasi terlihat pucat atau merasa ingin pingsan jangan
tunggu sampai tiga hari maka segera kunjungi dokter. Kehilangan banyak darah saat
menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia (Herwandar & Soviyati, 2020).
4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anemia Pada Remaja
Berikut ini faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko remaja putri terkena anemia:
 Mengonsumsi sedikit makanan yang mengandung zat besi, seperti daging, telur, dan
sereal.
 Kekurangan zat gizi yang berperan dalam penyerapan zat besi seperti, protein dan
vitamin.
 Kurangnya pengetahuan akan anemia dan status gizi
 Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat,
seperti tidak makan pagi, malas minum air putih, dan makan makanan siap saji. Hal
ini mengakibatkan remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb).
 Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan
mempertahankan berat badannya. Obesitas.
 Penyakit infeksi yang kronis
 Pendarahan yang menyebabkan seperti kecelakaan
5. Gejala pada Anemia
Menurut Arisman (2004), gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas
seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak
tangan, kuku dan konjungtiva palpebra. Sedangkan menurut Depkes (1998) dan Supariasa
(2002) dalam Nursari (2010), gejala/tandatanda anemia antara lain 5 L (lelah, lesu, lemah,
letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah
buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, dan mudah mengantuk.
6. Bahaya Atau Dampak Anemia Pada Remaja
Anemia pada remaja dan dewasa muda dapat berdampak  negatif yaitu sebagai
berikut:
a) Tingkat kebugaran menurun
b) Penurunan imunitas
c) Menurunkan produktivitas
Karena rendahnya Hb menyebabkan rendahnya oksigen yang dibawa ke seluruh
jaringan tubuh, termasuk otak dan otot. Menurunkan produktivitas karena oksigen yang
dibawa ke otot berkurang sehingga menyebabkan seseorang cepat lelah atau mudah
mengantuk.
d) Konsentrasi dan prestasi belajar menurun
Tubuh kita selalu membutuhkan oksigen untuk mengubah glukosa menjadi energi,
sehingga tubuh bisa berfungsi dengan semestinya. Oksigen beredar dalam tubuh
bersama sel darah merah. Akan tetapi, pada orang dengan anemia, sel darah merah
memiliki jumlah di bawah normal. Oleh karena itu, suplai oksigen untuk tubuh tidak
tercukupi dan bisa berakibat pada gejala fisik seperti mengantuk dan penurunan
konsentrasi.
e) Menurunnya kesehatan reproduksi
Pada wanita remaja dan dewasa, anemia berakibat pada terganggunya kesehatan
reproduksi dalam jangka panjang. Perempuan yang anemia rentan mengalami
komplikasi saat hamil dan bersalin kelak. Keguguran, persalinan prematur, bayi lahir
berat badan rendah, dan pendarahan setelah persalinan adalah komplikasi yang akan
dihadapi. 
f) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal dan
mengakibatkan muka pucat
7. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi
seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani
yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup. Selain itu juga perlu
meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun
penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani.
2) Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap
zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi
secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi
di dalam tubuh.
3) Makan-makanan Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan
stroberi
4) Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu
5) Makan makanan mengandung asam folat
Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel
darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati.
6) Berobat ke dokter
Apabila merasakan tanda dan gejala anemia yang tidak kunjung mereda padahal
sudah makan seimbang dan kaya akan vitamin C dan juga zat besi, serta sudah
mengonsumsi suplemen penambah darah, ada baiknya penderita anemia, termasuk
remaja, untuk segera mengonsultasikannya pada dokter untuk diberikan penanganan
yang lebih profesional.

Anda mungkin juga menyukai