OLEH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan,
dan produktivitas kerja yang tinggi.Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi.Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi
akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka
pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.Keadaan gizi yang
baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik
dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur.Gizi yang baik membuat berat
badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini.Gizi yang tidak optimal
berkaitan dengan kesehatan yang buruk.Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke),
diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.Lebih separuh
dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat PTM.[Depkes, 2008].
Sebagian besar PTM terkait-gizi di atas berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan
kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi.Data Riskesdas 2007, 2010, 2013
memperlihatkan kecenderungan prevalensi obes (IMT > 25) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%;usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 5,2% menjadi
5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%.
Pada Riskesdas 2013 laki-laki obes 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes,
2010, 2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya
energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun kekurangan asupan pangan
bergizi seperti sayuran, buahbuahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang.Hasil
penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran sebagai berikut. Pertama, konsumsi sayuran
dan buah-buahan pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah, yaitu masing-masing
sebesar 36,7% dan 37,9%.
Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena
sebagian besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacangkacangan.Ketiga,
konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik
pada masyarakat perkotaan maupun perdesaan, masih cukup tinggi.Keempat, konsumsi cairan
pada remaja masih rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
1
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki masalah
kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13,6% menjadi
13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek
(stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut
18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja. Riskesdas 2010
sebesar 28,5% [Kemenkes, 2007, 2010, 2013].
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin sampai
anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga terhadap
perkembangan kognitif yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan
ketangkasan berpikir serta terhadap produktivitas kerja.
Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit
kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi,
stroke dan diabetes.
Untuk mencegah timbulnya masalah gizi tersebut, perlu disosialisasikan pedoman gizi
seimbang yang bisa dijadikan sebagai pedoman makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal.
Untuk mengoptimalkan penyampaian pesan gizi seimbang kepada masyarakat,
diperlukan KIE yang tepat dan berbasis masyarakat.Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan
menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah berhasil menanamkan
pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian merubah perilaku konsumsi masyarakat.
Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo
Soedarmo yang mengacu pada prinsip Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan
pada era 1940an adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini
sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di
Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi.
Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan
mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah:
Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang
sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan harus
memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik
dan mempertahankan berat badan normal.
2
B. Tujuan Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) bertujuan untuk menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi
seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup
bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.
C. tujuan penulisan.
5
B. Pengertian Menu Seimbang
1. Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau
untuk sehari-hari. Kata ”menu” bias diartikan ”hidangan”. Menu seimbang adalah menu
yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai,
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel
tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2005).
2. Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat
gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian menu seimbang dapat
dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan makanan yang
beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi (Almatsier, 2005).
3. Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi
sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Depkes RI, 2006)
4. Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang
memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu berasal dari kata
”menu” yang berarti suatu daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu
adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau
dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat
berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai dikembangkan pada
tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna” (Sulistyoningsih, 2011). Pola
menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik
mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2005).
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlahyang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsipkeanekaragaman pangan, aktivitas
fisik, perilaku hidup bersih danmempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah
gizi.
Catatan : Berbagai definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang (Balanced Diet) telah
dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi
Seimbang mengandung komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara
kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan
mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan
dan untuk melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur
dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi
makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
6
C. Prinsip Gizi Seimbang
8
E. Syarat Menu Yang Baik
6. Suhu
Pertimbangkan makanan yang harus dihidangkan panas atau dingin
denganmenyesuaikan suhu lingkungan, udara atau iklim.
7. Popularitas
Hidangan untuk anggota keluarga akan lebih membangkitkan selera makanketika
sesekali disajikan pula hidangan tertentu yang sedang popular dimasyarakat, yang memang
disukai anggota keluarga.
8. Penyajian menarik
Bila perlu makanan disajikan dengan hiasan, selain itu disajikan dalamkeadaan yang
bersih, terhindar dari pencemaran yang dapat membahayakankesehatan.
F. MENYUSUN MENU
G. . PEMBERIAN GIZI
Pemberian gizi adalah perilaku yang dilakukan ibu dalam memberikan makanan pada
anaknya (Sulistyoningsih, 2010) meliputi:
Kaya energi, protein dan mikronutrien (seperti zat besi, kalsium, zink, vitamin A, C,
dan folat).
a). Tidak ada pathogen.
b). Tidak ada bahan kimia berbahaya.
c). Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras membuat anak tersedak.
d). Tidak terlalu panas.
e). Tidak terlalu pedas atau asin.
f). Mudah dimakan oleh anak.
g). Tersedia didaerah dan harganya terjangkau serta mudah disiapkan.
10
c. Tindakan ibu dalam pemberian jadwal makanan
Sesudah jumlah bahan makanan sehari dan frekuensi makan diketahui, kemudian
bahan makanan tersebut dibagi untuk tiap kali makan.Selanjutnya bahan makanan tersebut
dapat dimasak hidangan dan tersusunlah menu.
Selain itu Balita mempunyai karakteristik psikologik tertentu, oleh karena itu
diperlukan pertimbangan dalam mempersiapkan menu Balita (Sulistyoningsih, 2010)
sebagai berikut:
1. Pemenuhan zat-zat gizi digunakan untuk beraktifitas, untuk itu perlu diingat
pemberian makanan pada Balita juga harus mendidik agar mereka dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya.
2. Mengikuti pola menu seimbang untuk mencapai perkembangan Balita optimal maka
menu makanan tersebut disusun mengikuti pola menu seimbang.
3. Jenis dan porsi makanan sesuai daya terima, toleransi dan faal anak. Hindari
pemakaian bumbu yang merangsang karena membahayakan saluran pencernaan dan
umumnya anak tidak menyukai makanan beraroma tajam.
4. Keamanan pangan bagi Balita tidak cukup hanya menjaga kebersihan peralatan dan
bahan yang dipergunakan dalam proses pengolahan dan penyajian makanan, lebih dari itu
bahaya-bahaya yang dapat timbul saat proses makan.
5. Usia 1-5 tahun anak bersifat konsumen pasif yaitu makanannya tergantung pada yang
disediakan ibu, sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan menu makanan yang
bergizi lengkap dan seimbang. Pada usia ini rasa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga
kesempatan ini harus ditangkap oleh ibu untuk memperkenalkan sedini mungkin berbagai
jenis makanan yang beraneka ragam dalam rasa, warna dan tekstur. Perkenalkan makanan
padat mulai bayi usia enam bulan, tergantung kemampuan Balita (Sulistyoningsih, 2010)
sebagai berikut:
11
a. Bahan makanan sehari
Sebelum menentukan jumlah dan jenis bahan makanan sehari yang harus diberikan,
terlebih dahulu menghitung kebutuhan zat gizi Balita terutama energi dan protein.Kebutuhan
energi Batita adalah 75-90 kalori per kg berat badan dan 10%-20% dari total energi harus
berupa protein. Contoh: seorang anak laki-laki usia dua tahun denganberat badan 11 kg,
kebutuhan proteinnya sebagai berikut: kebutuhan energi sehari: 11 x 80 kal = 880 kal,
kebutuhan protein sehari: (10%-20%) x 880 kal = (88-176) kal, setiap 1 g protein
menghasilakan 4 kal sehingga protein yang dibutuhkan = (88-176) : 4 = (22-44) g. Sesudah
angka tersebut didapatkan barulah dijabarkan ke dalam bahan makanan sehari-hari. Untuk
menjabarkan kebutuhan zat gizi ke dalam bahan. Cukup sulit untuk mencapai jumlah yang
tepat sehingga selisih 10% dari kebutuhan total masih dapat diterima. Namun protein sebagai
zat pembangun tidak dapat diganti dengan yang lain.
12
Beberapa pilihan cara kombinasi yaitu rebus dahulu kemudian panggang (perkedel
panggang dan ayam panggang bumbu opor) dan rebus kemudian goring (tempe dan tahu
bacem serta perkedel).
e. Variasi Makanan
Pada awal usia balita gigi sudah mulai tumbuh sampai usia 2 ½ tahun, sehingga anak
dapat mengunyah lebih baik lagi, berilah makanan yang teksturnya lembut, potongannya kecil
dan mempunyai bentuk yang menarik serta harus bervariasi bahan makanannya. Bagi balita
maupun orang dewasa, variasi makanan sangat mempengaruhi nafsu makan. Jadi selain
menjamin agar makanan balita sudah lengkap dengan makanan utama dan makanan penutup,
juga penting memberi beragam variasi makanan dalam menunya daging merah, ayam atau
unggas, ikan, macam-macam buah dan sayuran, susu, sereal, nasi, pasta dan kentang.
Makanan dengan jenis berbeda, walau masih dalam kelompok yang sama, mengandung
nutrisi yang berbeda pula (Almatsier, 2005).
13
E. Hidangan Mengandung Zat Tenaga dan Energi Setiap orang dianjurkan makan
cukup hidangan mengandung zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan
melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga,
berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein,
lemak. Kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badannya yang normal.
Untuk mengetahui berat badan normal, seseorang dapat menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok
usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan indeks massa tubuh (IMT) (Almatsier,
2005). Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan
menurunnya berat badan. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat
terhambatnya proses tumbuh kembang pada balita.
2. Sumber Karbohidrat
Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy, terdapat dua
kelompok karbohidrat (Almatsier, 2005) yaitu:
14
5. Makan Sumber Zat Besi
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi.
6. Berikan ASI
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang
dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ASI saja tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu setelah 6 bulan bayi
mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi secara
bertahap sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan berat badan dan perkembangan
kecerdasannya.
15
10. Baca Label Pada Makanan yang Dikemas
Dalam menyusun menu seimnbang diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai
gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama (Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut:
b. Golongan sayuran
Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati.Lauk hewani memiliki nilai
biologi yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk yang dianjurkan untuk orang dewasa
dalam sehari adalah sebanyak 100 gram atau dua potong ikan daging atau ayam, sedangkan
porsi nabati dalam sehari sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe. Tempe dapat diganti
dengan tahu atau kacang-kacangan kering.
c. Golongan buah
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun berwarna hijau dan
orange mengandung lebih banyak provitamin A, selain itu sayuran berwarna hijau juga kaya
kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. semakin hijau warna sayuran, semakin banyak
mengandung gizi. Setiap hari dianjurkan mengkonsumsi sayuran yang terdiri dari sayuran
daun, kacangkacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur
dianjurkan juga untuk orang dewasa dalam sehari 150-200 gram atau sebanyak 1,5-2
mangkok dalam keadaan matang.
16
d. Susu dan olahannya
Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A, sedangkan buah yang kecut
pada umumnya kaya vitamin C. porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa dalam sehari
adalah 2-3 potong, dapat berupa papaya atau buah-buahan lain.
e. Lain-lain
Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak, sebagai penyedap dan
pemberi rasa gurih.Penggunaan gula biasanya sebanyak 25-35 gram/hari (2 ½ - 3 ½ sendok
makan), sedangkan minyak sebanyak 25-50 gram/hari (2 ½ - 5 sendok makan).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun menu diantaranya (Sulistyoningsih, 2010)
adalah:
a. Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi setiap anggota keluarga harus terpenuhi sehingga dalam hal ini harus
diketahui dahulu kebutuhan gizinya.
b. Agama dan budaya
Agama dan budaya akan mempengaruhi pemilihan jenis bahan makanan yang akan
digunakan.
c. Variasi bahan dan cara pengolahan
Jenis bahan makanan, cara mengolah dan cara menyajikan harus bervariasi sehingga
tidak menyebabkan jenuh, dan hal ini harus disesuaikan denganperalatan penyimpanan,
pengolahan, dan penyajian yang tersedia.
d. Sosial ekonomi
Pemilihan bahan makanan dan cara pengolahan disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi.
e. Iklim
Pemilihan bahan makanan yang akan digunakan disesuaikan dengan iklim, karena ada
beberapa jenis bahan makanan yang hanya dapat dijumpai padamusim-musim tertentu,
terutama sayur dan buah.
17
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi makhluk hidup tidak terkecuali, makanan yang bergizi sangat penting bagi
kesehatannya. Makanan dapat menyebabkan kita sehat, makanan juga dapat menyeababkan
kita sakit, tetapi dengan makanan pula kita dapat menyembuhkan penyakit. Dalam konteks
islam sebagai agama samawi yang membawa misi rahmatan lilalamin sangat memperhatikan
makanan pemeluknya. Ajaran manusia harus makan dapat kita jumpai pada surat al-anbiya
ayat 8, Al A’raaf: 19, Al Baqarah: 35, Yasin: 33, 57, dan lain sebagainya. Sedangkan anjuran
makan makanan yang halan dan thoyyibah, kita jumpai dalam beberapa ayat diantaranya
adalah Al Baqarah: 168, Al Maidah;88, dan An Nahl:144. Makna thoyyiban tidak saja
menyangkut bahwa makanan tersebut adalah baik dari segi cara memperolehnya, tetapi punya
makna dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang memakannya.
Standart kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:
1. Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.
2. Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral.
B. Saran
Kami tahu bahwa didaLam penulisan didalam makalah ini masih banyak terjadi
kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang mambangun sangat
kami harapkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
2. Azwar. 2007. Sikap Manusia. Jogjakarta: Liberty
3. Dariyo. 2007. Perkembangan dan pertumbuhan Batita. Jogjakarta: Liberty.
4. Depkes RI. 2002. Tabel Status Gizi Menkes RI. Jakarta.
5. Depkes RI. 2005. Balita BGM. http//:www.bank.data.depkes.go.
6. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta
7. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
20