Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI

PUTRI SUNARWI
K011211202
PRAKTIKUM DASAR KESMAS E
KELOMPOK III

LABORATORIUM ANTROPOMETRI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang
Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan praktikum ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Asisten laboratorium praktikum dasar gizi kesehatan masyarakat
karena telah memandu penyusunan laporan ini. Laporan ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas laporan praktikum penilaian status gizi secara
antropometri.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu pengetahuan bagi para pembaca, serta membawa dampak positif
bagi lingkungan sekitar. Penulis sadar laporan praktikum ini masih jauh
dari kata sempurna dan demi laporan praktikum yang lebih baik
kedepannya, besar harapan penulis agar pembaca memberi masukan
berupa kritik dan saran yang membangun.

Makassar, 13 Mei 2023

Putri Sunarwi

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan Praktiku..............................................................................................
D. Manfaat Praktikum ........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
A. Tinjauan Umum tentang Status Gizi 6 ..........................................................
B. Tinjauan Umum tentang Antropometri ..........................................................
C. Tinjauan Umum tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................
D. Tinjauan Umum tentang Prediksi Tinggi Badan Tinggi Lutut ........................
E. Tinjauan Umum tentang Lingkar Lengan Atas ............................................
F. Tinjauan Umum tentang Lingkar Perut ........................................................
G. Tinjauan Umum tentang Waist to Hip Ratio (WHR) ....................................
H. Tinjauan Umum tentang Persent Body Fat (%BF) .....................................
I . Tinjauan Umum tentang Arm Span .............................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................
A. Peserta Praktikum .......................................................................................
B. Tempat dan Waktu Praktikum .....................................................................
C. Alat...........................................................................................................
D. Prosedur Kerja ............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
A. Hasil Praktikum ...........................................................................................
B. Pembahasan...............................................................................................
BAB V PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................

iii
B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Interpretasi status gizi berdasarkan % ..............................................
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran IMT .......................................................................
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Lingkar Perut........................................................
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran LiLA.......................................................................

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Meteran..........................................................................................
Gambar 3.2. Mikrotoa.........................................................................................
Gambar 3.3. Pita LiLA.........................................................................................
Gambar 3.4 Timbangan Berat Badan.................................................................

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu unsur yang menentukan mutu
kehidupan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat atau bangsa, dan
kesehatan juga menjadi salah satu modal dasar untuk melaksanakan
kegiatan dalam mencapai sasaran pembangunan.Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal maka, peningkatan perbaikan gizi
merupakan fokus utama yang sangat penting. Selain itu, kesehatan
merupakan salah satu aspek dari kehidupan manusia dan status gizi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu hidup dan
produktivitas tenaga kerja. Dilain pihak masalah gizi dengan berbagai
penyakit kekurangan gizi sampai saat ini masih merupakan masalah
ksehatan utama di negara yang sedang berkembang, dalam hal ini
secara terang dan jelas termasuk negara Indonesia. (Ismed, 2020)
Di Indonesia status gizi masih menjadi permasalahan. Balita di
Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda (double burden), di
satu sisi mengalami obesitas, namun di sisi lainnya mengalami
stunting, anemia, kurus, hingga gizi buruk. Berdasarkan data hasil
pemantauan status gizi tahun 2016, hasil yang didapatkan sebanyak
3,4 % balita mempunyai status gizi buruk dan sebanyak 27,5% balita
mempunyai status gizi stunting. Total 17,8% balita menderita gizi
kurang diantara balita gizi kurang tersebut sebanyak 12,1% balita
stunting dan dari total balita yang mengalami stunting, sebanyak 23,4%
balita mempunyai berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
normal.Gizi merupakan faktor paling penting dalam siklus kehidupan
manusia. Percepatan perkembangan mencakup 80% dari total
perkembangan seorang individu terjadi pada 5 tahun pertama atau
biasa disebut periode emas kehidupan terjadi. Selain perkembangan,
pada masa ini pula terjadi perkembangan otak secara cepat (brain
growth sput).(Effendi & Widiastuti, 2020)

1
2

Menurut Kemetrian Kesehatan Tahun 2020 Di Indonesia


mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting,
wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15
tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek
dan sangat pendek. Selain itu ditemukan 8,7% remaja usia 13-15 tahun
dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat
kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar
16,0% pada remaja usia 13 15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-
18 tahun (Dwimawati, 2020)
Dalam buku Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Surat
Keputusan Antropometri 2010, status gizi dapat dianalisis berdasarkan
pada indeks Antropometri Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).(Atmanegara et al.,
2022)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan status gizi?
2. Apa yang dimaksud dengan antropometri?
3. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi
seseorang dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)?
4. Bagaimana cara memprediksi Tinggi Badan (TB) berdasarkan
Tinggi Lutut (TL) ?
5. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi
seseorang dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR)?
6. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi
seseorang dengan pengukuran Lingkar Perut?
7. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi
seseorang
8. dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)?
3

9. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi


seseorang dengan perhitungan Presentase Body Fat (%BF)?
10. Bagaimana cara menentukan dan mengetahui status gizi
seseorang dengan pengukuran Arm Span?
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk mengetahui status
gizi
perseorangan secara antropometri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan status gizi.
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan antropometri.
c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT).
d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan memprediksi Tinggi Badan (TB) berdasarkan Tinggi Lutut
(TL).
e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR).
f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan pengukuran Lingkar Perut.
g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
h. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan perhitungan Presentase Body Fat (%BF).
i. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan
dengan pengukuran Arm Span.
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah:
4

1. Praktikum dapat menggambarkan apa yang dimaksud dengan


status gizi.
2. Praktikum dapat menggambarkan apa yang dimaksud dengan
antropometri.
3. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT).
4. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan memprediksi Tinggi Badan (TB) berdasarkan
Tinggi Lutut (TL).
5. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR).
6. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan pengukuran Lingkar Perut.
7. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
8. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan perhitungan Presentase Body Fat (%BF).
9. Praktikum dapat menentukan dan mengetahui status gizi
perseorangan dengan pengukuran Arm Sp
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Status Gizi
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status gizi
baik karena konsumsi yang cukup dan kurang konsumsi, besar
kemungkinan akan kurang gizi . Banyak faktor yang mempengaruhi
status gizi, dan yang paling dominan yaitu faktor konsumsi.
(Atmanegara et al., 2022)
Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi. Status gizi juga diartikan
sebagai ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik
buruknya penyediaan makanan sehari-hari.status gizi yang baik
diperoleh untuk mempertahankan derajat kebugaran, kesehatan,
membantu pertumbuhan anak serta menunjang pembinaan prestasi
olahragawan. Masalah gizi yaitu gizi kurang maupun gizi lebih, akan
meningkatkan prevalensi terhadap penyakit, khususnya risiko
terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga
dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi Kesehatan janin
yang dikandungnya. (Dwimawati, 2020)
Status gizi selain dipengaruhi oleh faktor status kesehatan,
pengetahuan, ekonomi, lingkungan dan budaya status gizi juga dapat
dipengaruhi oleh pola konsumsi energi dan protein. Status gizi
adalah sebuah kondisi yang ditentukan oleh tingkat kebutuhan fisik
terhadap energi dan zat-zat gizi yang didapatkan dari asupan makanan
dengan dampak fisik yang dapat diukur. (Kanah, 2020)
Balita merupakan salah satu kelompok rentan terkait akibat
kekurangan gizi atau pun kelebihan gizi yang berdampak pada kondisi
pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal kedepannya,
sehingga memerlukan penanganan yang cepat. Pada Riset Kesehatan

5
6

Dasar (2013) menunjukkan angka pravalensi gizi kurang pada balita


(BB/U<-2SD) dengan gambaran yang fluktuatif dari tahun 2007 sebesar
17,9% sampai tahun 2010 sebesar 17,9% dan tahun 2013 kembali
pravalensi gizi kurang meningkat sebesar 19,6%. (Maizs et al., 2020)
Menurut data RISKESDAS (2013), Indeks Massa Tubuh (IMT)
pada remaja dengan prevalensi gizi kurus sebesar 13,1% \pada laki-laki
sedangkan pada perempuan 5,7%. Data tersebut menunjukkan terjadi
peningkatan status gizi pada remaja di Indonesia dari sangat kurus
menjadi kurus. Hal ini berbeda dengan prevalensi pada status gizi
gemuk. Pada tahun 2010 ada sebesar 1,4% prevalensi gizi gemuk
yang mengalami peningkatan pada sebesar 7,3% pada tahun 2013.
Asupan energi makro yang dibutuhkan oleh tubuh dari pola konsumsi
penduduk Indonesia yaitu 40-60%, energi karbohidrat 5-15%, dan
energi protein 25-55% energi lemak tergantung usia atau tahap
tumbuh kembang (Kanah, 2020).
Gizi kurang berkaitan dengan tidak terpenuhinya komponen zat
gizi oleh tubuh, atau keadaan kekurangan yang terus bertumpuk,
derajat keseimbangan yang absolut itu bersifat immaternal. Penyebab
terjadinya gangguan gizi secara umum yaitu secara secara langsung
dan tidak langung. Penyebab masalah gizi yang terjadi secara langsung
khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia di bawah lima tahun
(balita) akibat tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makan dengan kebutuhan tubuh mereka. (Maizs et al., 2020)
B. Tinjauan Umum tentang Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Antropometri ini merupakan metode penilaian status
gizi yang paling sering digunakan termasuk pada balita. Dalam menilai
status gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran
tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi. Ukuran
yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu
7

juga antropometri memiliki ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan


atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkaran
pinggul. Ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan ukuran lainnya seperti berat badan terhadap umur
(BB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), tinggi badan
terhadap umur (TB/U). (Amrullah, 2020)
Antropometri merupakan metode penilaian status gizi yang paling
sering digunakan dalam meilai status gizi. Adapun indeks antropometri
yang biasanya digunakan yaitu (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Indeks BB/U merupakan alat ukur yang umum
digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga menggunakan indeks
TB/U dan BB/TB untuk dapat membdekan antara kekureangan gizi
yang terjadi adalah kronis atau akut. Data dari hasil pengukuran
antropometri balita, dapat digunakan untuk mengelompokkan
(Clustering) data untuk penilaian status gizinya (Amir, 2021).
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi
tubuh manusia, seperti ukuran, berat, volume, dan panjang dan
karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. Biasaya dalam
pengukuran antropometri yang ditelioti adalah massa otot lengan,
massa otot kaki, massa lemak, tinggi badan dan berat badan.(Prayogi,
2019).
Dengan menggunakan metode antropometri terdapat beberapa
kelebihan diantaranya:
1. Pengukuran dapat dilakukan secara berulang-ulang
2. Prosedurnya mudah, sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam
jumlah sempel besar
3. Hasil dapat disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points)
4. Dapat digunakan untuk menggambarkan dan mengevaluasi
perubahan status gizi pada waktu tertentu
8

5. Metode ini tepat dan akurat, serta secara ilmiah diakui kebenarannya
(Amrullah, 2020)
C. Tinjauan Umum tentang Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk menilai status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Untuk memantau indeks masa tubuh orang
dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Cara ini digunakan untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia
18 tahun keatas.(Nurmansah et al., 2022)
Proses penuaan berakibat pada perubahan indeks massa tubuh
(IMT) akibat dari masalah status gizi. Hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan asupan kalori, berkurangnya aktivitas fisik, dan status
sosial ekonomi.Selain itu, kelebihan IMT sangat berpotensi mengalami
obesitas, karena proses metabolism yang menurun dan tidak seimbang
dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan,
oleh karena itu, kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang
menimbulkan kegemukan Menurut Arifin dalam Rahmatillah, et al
(2020) bahwa obesitas sangat berkaitan dengan kegemaran
mengonsumsi makanan tinggi lemak yang meningkatkan risiko
terjadinya peningkatan tekanan darah. Oleh kerena itu, dibutuhkan
peningkatan aktivitas fisik dan kebiasaan makanan yang bergizi
sehingga dapat membantu lansia untuk meningkatkan Kesehatan dan
menghindari masalah perubahan IMT yang berdampak terjadinya
peningkatan tekanan darah pada lansia.1 (Rahmatillah et al., 2020)
Menurut Firda Seftiana KrismiatI (2021) Pengukuran IMT
menggunakan beberapa aspek pengukuran yaitu tinggi badan dan
berat badan. Lalu digunakan dengan rumus :
9

WHO menetapkan klasifikasi IMT pada orang dewasa asia, yaitu15 :


 Berat Badan Kurang : < 18,5
 Berat Badan Normal : 18,5 – 22,9
 Berat Badan Lebih : 23,0 – 24,9
 Obesitas : ≥ 25
D. Tinjauan Umum tentang Prediksi Tinggi Badan Tinggi Lutut
Data tinggi badan yang akurat sangat penting dalam perawatan di
rumah sakit. Akan tetapi, kondisi pasien yang tidak memungkinkan
untuk berdiri membuat pengukuran tinggi badan aktual menjadi sulit
dilakukan
Pengukuran tinggi badan yang akurat sangat penting dilakukan dalam
perawatan di RS untuk dapat diketahui bagaimana dosis obat yang
harus diberikan. Selain itu, tinggi badan juga diperlukan dalam
menghitung indeks massa tubuh. Namun, terdapat beberapa pasien
yang menderita penyakit yang menyebabkan pasien tersebut tidak
dapat berdiri sehingga pengukuran tinggi badan sulit untuk dilakukan.
Pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan sebagai alternatif dari masalah
tersebut untuk mendapatkan setimasi tinggi badan dari orang yang
tidak dapat berdiri secara tegak. (Leoni et al., 2023)
Menurut Leoni et al (2023) Ada banyak rumus yang dapat
memprediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut dari beberapa
negara atau etnis tertentu antara lain :
1. Rumus Chumlea et al (1998),
2. Mendoza-Nunez et al (2002),
3. Guo et al (1994),
4. Cheng et al (2001),
5. Tanchoco et al (2001),
6. Shahar dan Pooy (2003),
7. Fatmah (2008)
World Health Organization menyarankan untuk mengukur tinggi
lutut sebagai pengukuran tinggi badan pada lansia (>60 tahun). Tulang
10

panjang seperti tungkai dan lengan tidak berpengaruh terhadap


bertambahnya usia. Namun, tulang belakang memiliki pengaruh yang
kuat akan bertambahnya usia. Tinggi dilakukan terhadap seseorang
yang mempunyai gangguan lekukan spinal atau kepada orang yang
tidak dapat berdiri. Cara mengukur tinggi badan dengan tinggi lutut,
dengan cara (Sarbini et al., 2019):
1. Subjek diposisikan dalam keadaan duduk atau berbaring
2. Tinggi lutut diukur dari tulang tibia kiri hingga paha kaki kiri dengan
sudut 900
3. Alat ukur diposisikan diantara tumit hingga bagian tulang patella dan
bagian proksimal
4. Bacalah hasil pengukuran dengan satuan 0,1 cm
5. Hasil ukuran tinggi lutut dikonversikan kedalam tinggi badan dengan
menggunakan persamaan Chumlea :
 Tinggi badan pria : 64,19 – (0,04 × usia dalam tahun) + (2,02 × tinggi
lutut dalam cm)
 Tingg badan perempuan : 84,88 – (0,24 × usia dalam tahun) + (1,83
× tinggi lutut dalam cm)
E. Tinjauan Umum tentang Lingkar Lengan Atas
Pengukuran LILA banyak digunakan untuk menilai status gizi
seseorang.Pengukuran LILA memiliki akurasi tinggi untuk
mengidentifikasi obesitas(Yuniar et al., 2022). Selain itu pengukuran
LILA biasa dipakai untuk menentukan seseorang beresiko mengalami
KEK. Pengukuran LILA bertujuan mencakup masalah ibu hamil ataupun
calon ibu, masyarakat dan peran petugas lintas sektoral. Ukuran LILA
ibu hamil dengan resiko KEK adalah 23,5 cm, artinya jika ibu hamil
memiliki ukuran LILA < 23,5 cm beresiko mengalami KEK dan akan
mengakibatkan ibu melahirkan bayi berat lahir rendah (Anwar,
2022)
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui bagiaman
resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS).
11

Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan


status gizi dalam jangka pendek. LILA juga diartikan sebagai salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil. Pengukuran LILA
pada kelompok wanita usia subur (WUS) baik ibu hamil merupakan
salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.
(Wahyuni & Huda, 2019)
Lingkar lengan atas merupakan pengukuran lingkar lengan pada
bagian atas lengan kiri yang diukur di titik tengah antara ujung bahu
dan ujung siku dengan menggunakan pita ukur atau pita khusus
mengukur lingkar lengan atas. Pengukuran lingkar lengan atas
ditujukan untuk mengukur cadangan nutrisi yang ada pada otot dan
lemak yang tidak tergantung oleh tinggi badan. Pengukuran ini kerap
digunakan pada ibu hamil hingga ibu 6 bulan pasca melahirkan dan
anak-anak, namun bisa diaplikasikan pada remaja dan orang dewasa
yang tidak hamil ataupun pasca melahirkan.(Pratiwi, 2023)
Menurut Pratiwi (2023) Adapun nilai ambang batas pada
pengukuran lingkar lengan atas pada dewasa yang tidak hamil ataupun
pasca kehamilan ialah :
 Malnutrisi Akut Berat : < 185 mm
 Malnutrisi Sedang : 185 – 219 mm
 Normal : ≥ 220 mm
LILA merupakan pengukuran keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan
antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi
meter). (Wahyuni & Huda, 2019)
Menurut Wahyuni & Huda (2019) Cara pengukuran lila dapat
dilihat dari langkah-langkah
Pengukuran LILA berikut ini :
1. Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon)
2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku
12

3. Tentukan titik tengah lengan


4. Lingkaran pita LILA tepat pada titik tengah lengan
5. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar
6. Pembacaan skala yang tertera pada pita (dalam cm (centi meter)
Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase
dengan standar:
Perempuan : 28,5 cm
Rumus LILA :

Tabel 2.1. Interpretasi status gizi berdasarkan %


No Kategori LILA %

1 Obesitas > 120 %

2 Overweight 110 - 120%

3 Normal 90 – 110%
4 Undeweight < 90%

Sumber: Wahyuni & Huda (2019)


F. Tinjauan Umum tentang Lingkar Perut
Lingkar perut adalah pengukuran untuk menilai adipositas pada
daerah central (perut). Parameter ini telah muncul sebagai faktor yang
kuat dan independen untuk memprediksi morbiditas kardiovaskular
serta mortalitas. Pengukuran ini dapat menunjukkan perbedaan yang
relative tidak signifikan pada laki-laki, namun dapat jauh lebih signifikan
pada perempuan.(Pratiwi, 2023)
Menurut Pratiwi (2023) Berdasarkan WHO, nilai absolut lingkar
perut juga dapat digunakan untuk membedakan antara tiga kategori
risiko penyakit kardiometabolik berikut :
 Normal: ≤80 cm perempuan dan ≤94 cm pada laki-laki
13

 Berisiko : >80 cm pada perempuan dan >94 cm pada laki-laki


 Risiko Tinggi : >88 cm pada perempuan dan >102 cm pada laki-
laki.
Kelebihan lemak tubuh adalah salah satu faktor risiko penyakit
kardiovaskuler dan dislipidemia. Obesitas menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Indeks massa tubuh merupakan pengukuran antropometri yang dapat
mengetahui adanya obesitas. Pengukuran lingkar perut dapat
menggambarkan jumlah lemak dalam tubuh (Hardianwarsari et al.,
2022).
Menurut Sudikno & Tuminah (2020) Pengukuran antropometri
meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar perut (LP).
Pengukuran lingkar perut dilakukan dengan alat pita ukur Hrp282
berskala sentimeter.Cara penguikurannya adalah :
1. Respondendiukur dengan posisi berdiri
2. Pakaian yang menutupi daerah sekitar perut disingsingkan agar
pita ukur menempel langsung ke kulit perut
3. Kemudian diambil titik tengah antara rusuk terbawah dan tulang
panggul, selanjutnya pita ukur dilingkarkan secara horisontal
melalui titik tersebut
4. Bila perut membuncit maka pita ukur melewati perut yang paling
besar.
Obesitas terjadi ketika terdapat kelebihan akumulasi lemak yang
meningkatkan risiko kesehatan. Salah satu metode pengukuran dari
lemak tubuh yaitu menggunakan metode IMT (Indeks Masa Tubuh) dan
lingkar perut. Menurut WHO, seseorang dikategorikan obesitas apabila
IMT-nya lebih dari atau sama dengan 27 kg/m2. Pengukuran
menggunakan lingkar perut memiliki nilai ambang yang berbeda-beda
di setiap daerahnya, di Indonesia sendiri seseorang diklasifikasikan
sebagai obesitas apabila lingkar perutnya lebih besar dari 90 sentimeter
14

pada laki-laki dan lebih besar dari 80 sentimeter pada perempuan.


(Adnyana et al., 2021)

G. Tinjauan Umum tentang Waist to Hip Ratio (WHR)


Ratio pinggang ke panggul ( Waist to Hip Ratio/ WHR) merupakan
salah satu metode yang sederhana untuk menentukan pola lemak pada
tubuh. Pada pengukuran WHR, ratio di atas 0,95 bagi pria dan 0,86
bagi wanita meningkatkan risiko terhadap penyakit.(Atmadja et al.,
2002)
Pengukuran lemak tubuh dapat dilakukan dengan beberapa
cara, salah satunya dengan pengukuran yang dikenal dengan Waist
Hip Ratio (WHR). WHR dapat menentukan berapa banyak timbunan
lemak terutama yang ada di perut dan panggul. Kelebihan berat badan
dapat menyebabkan musculus, tendon, dan ligament yang
menyangga arcus pedis khususnya arcus longitudinalis medialis
meregang dan melemah, tulang dan sendi kaki dapat bergeser, kolaps
sehingga menimbulkan nyeri dan flat foot deformity (Tsani &
Prasetyo, 2019).
Indikator yang digunakan untuk mengukur obesitas
diantaranya adalah pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang panggul (RLPP) dan IMT. Kelemahan pengukuran
antropometri dengan IMT adalah tidak dapat menilai distribusi
lemak dalam tubuh sehingga kurang sensitif untuk menentukan
obesitas abdominal. Pengukuran lingkar pinggang lebih sensitif
dalam menilai distribusi lemak dalam tubuh terutama yang berada
di dinding abdomen dan juga digunakan untuk mengidentifikasi
2 tipe dari distribusi lemak, yaitu tipe android (pada bagian atas)
dan gynecoid (pada bagian bawah). (Ilmi & Utari, 2020)
H. Tinjauan Umum tentang Persent Body Fat (%BF)
15

Lemak tubuh terbagi menjadi duab yaitu lemak esensial dan


lemak cadangan. Lemak esensial adalah lemak yang digunakan dalam
fungsi fisiolois sehari-hari danlemak esensial berada pada bagian
organ-organ tubuh seperti jantung, ati, ginjal, paru-paru, serta jaringan
sistem saraf pusat yang terdiri dari banyak lemak. Sedangkan Lemak
cadangan adalah lemak yang terbentuk dalam jaringan adiposa yang
melindungi organ-organ tubuh yang terletak di bawah kulit (subkutan).
(Susantini, 2021)
Massa lemak berlebih berhubungan dengan berbagai risiko
penyakit karena lemak berlebih akan mengganggu kontrol axis
hipotalamuspituitary, mempengaruhi lemak visceral dan lemak sirkulasi,
mengganggu aktivitas berbagai regulator seperti enzim dan hormon,
mempengaruhi berbagai mediator antara seperti meningkatnya sitokin
proinflamasi. Kondisi tersebut menyebabkan inflamasi kronis dan
secara kumulatif akan menurunkan fungsi organ.(Susantini, 2021).
Selain itu, Lemak tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan
berkurangnya kebugaran kardiorespirasi melalui berbagai mekanisme
seperti resistensi insulin, peningkatan sitokin pro inflamasi, dan
peningkatan protrombin aktivator inhibitor. (Teresa et al., 2018)
Persen lemak tubuh yang berlebih dapat mempengaruhi daya
tahan. Lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang
normal, karena jika berlebih dapat mengakibatkan terjadinya kelainan-
kelainan pada tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
kegemukan, arteriosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah),
peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung. Namun
sebaliknya,jika kekurangan lemak tubuh maka akan mengakibatkan
berkurangnya berat badan dan hilangnya jaringan otot yang
mempengarugi performance atlet. (Kurnia et al., 2020)
I. Tinjauan Umum tentang Arm Span
Panjang rentang tangan (Arm Span) atau panjang depan
merupakan alat ukur atau parameter tubuh terbaik yang dapat
16

dijadikan sebagai prediktor tinggi badan khususnya bagi orang dengan


disabilitas atau deformitas ekstremitas bawah dan yang sedang
menjalani perawatan di rumah sakit. Panjang rentang tangan adalah
jarak antara ujung jari tengah tangan kanan dan kiri dengan tangan
terentang horizontal.(Surdam et al., 2023).
Pengukuran tinggi badan secara kasar dapat diperoleh melalui
beberapa perhitungan, salah satunya adalah mengukur jarak kedua
ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara
maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan atau biasa disebut
arm span. Arm span (panjang rentang lengan) merupakan jarak
Panjang rentang lengan juga merupakan pengukuran yang cocok
sebagai pengukuran alternatif tinggi badan pada populasi lansia.
Dimana panjang rentang lengan ini berfungsi sebagi alat ukur untuk
dijadikan alat untuk mengukur tinggi badan bagi seseorang yang berdiri
tidak normal. Antara ujung jari tengah pada salah satu lengan dengan
ujung jari tengah pada lengan yang lain. Panjang rentang lengan terdiri
dari panjang humerus, lengan bawah, serta carpal, metacarpal dan
phalanges (Fajri Ramadhan et al., 2021).
Pengukuran rentang lengan adalah salah satu metode untuk
mengestimasi tinggi badan. Estimasi tinggi badan dapat dihitung
menggunakan rumus yang telah dikembangkan pada beberapa
penelitian seperti persamaan Fatmah, Shaar dan Pooy serta Goon.
Antara ujung jari tengah pada salah satu lengan dengan ujung jari
tengah pada lengan yang lain. Panjang rentang lengan terdiri dari
panjang humerus, lengan bawah, serta carpal, metacarpal dan
phalanges. Penurunan nilai rentang lengan lebih lambat dibanding
dengan penurunan tinggi badan. Oleh sebab itu, rentang lengan
dianggap relatif kurang dipengaruhi oleh penambahan usia.
Pengukuran rentang lengan merupakan salah satu alternatif untuk
mengestimasi tinggi badan individu yang memiliki keterbatasan untuk
berdiri tegak. (IMANSARI, 2019)
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. PESERTA PRAKTIKUM
Peserta Praktikum dalam percobaan ini adalah mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin angkatan
2021 kelas E Kelompok 3 (Iin Dwi Rahmasari, Rezky Aulia Zhafira,
Hanimusfira Wandi, Virginia Randanan Taruk Payung, A.Azizah,
Rahmadani, Putri Sunarwi, Fahriza Maulida Harun, Karen Tirtalani,
Zaskia Sakinah Asdar).
B.TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Antropometri Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 10 Mei
2023 pukul 08.00-12.00 WITA.
C. ALAT
A. Alat
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Meteran Mikrotoa

Gambar 3.3 Gambar 3.4

17
18

Pita LiLA Timbangan Berat Badan

D. PROSEDUR KERJA
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Berat Badan
1) Subjek menggunakan pakaian biasa (usahakan dengan
pakaian yang minimal. Subjek tidak menggunakan alas kaki.
2) Pastikan timbangan berada pada skala dengan angka 0.0.
3) Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar
merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan
lurus ke depan. Usahakan tetap tenang.
4) Bacalah hasil berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg
terdekat.
b. Tinggi Badan
1) Subjek tidak menggunakan alas kaki. Posisikan subjek berdiri
di asta base stadiometer.
2) Kaki rapat, lutut lurus. Tumit, pantat, dan bahu menyentuh tiang
skala.
3) Subjek dengan pandangan lurus kedepan.Tangan lepas
kesamping badan telapak tangan menghadap paha.
4) Turunkan head slider hingga menyentuh tempurung kepala.
Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik nafas
19

secara maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat


penunjuk angka untuk menghindari keaslahan penglihatan.
5) Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
a. Menentukan titik midpoint pada lengan.
1) Subjek diminta untuk berdiri tegak.
2) Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3) Tekukan membentuk 90 derajat, dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan
siku.
4) Ditandailah titik tengah tersebut dengan pena.
b. Mengukur Lingkar Lengan Atas
1) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus disamping
badan, telapak tangan menghadap ke bawah.
2) Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi midpoint dengan pita
LiLA menempel pada kulit. Perhatikan angan sampai pita
menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.
3) Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.
3. Pengukuran Lingkar Perut
a. Subjek diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian
bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba
tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik
pengukuran.
b. Tetapkan titik batas tepi tulan rusuk paling bawah.
c. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
d. Minta subjek untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal)
20

e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah


kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
f. Apabila subjek mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir
pada titik tengah tersebut lagi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Setelah melakukan pengukuran pada tinggi badan dan berat
badan. Maka, dikalkulasikan dalam IMT hingga diper hasil
pengukuran IMT, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran IMT di Laboratorium Antropometri Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
No BB TB Keteranga
Nama IMT
. (kg) (m) n
Iin Dwi
1. 42,4 1,50 18,84 Normal
Rahmasari

Rezky Aulia
2. 56,1 1,62 21,37 Normal
Zhafira

Hanimusfira
3. 50,2 1,58 20,53 Normal
Wandi

Virginia
4. Randanan Taruk 41,9 1,44 20,21 Normal
Payung

A.Azizah
5. 42,5 1,54 17,92 Kurus
Rahmadani
Berat
6. Putri Sunarwi 60,0 1,51 26,31 Badan
Lebih
Fahriza Maulida
7. 47,7 1,48 21,77 Normal
Harun

8. Karen Tirtalani 42,2 1,52 18,26 Kurus

Zaskia Sakinah
9. 46,4 1,66 16,83 Kurus
Asdar
Sintike
10 49 156 20,13 Normal
Mangendong
Sumber: Data Primer, 2023

21
22

2. Tabel Hasil Pengukuran Lingkar Perut (LP)


Setelah melakukan pengukuran pada lingkar perut, diper
hasil pengukuran lingkar perut, sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pengukuran Lingkar Perut di Laboratorium
Antropometri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin
Lingkar Perut
No. Nama Keterangan
(cm)
Iin Dwi
1. 63 Normal
Rahmasari
Rezky Aulia
2. 74 Normal
Zhafira
Hanimusfira
3. 73 Normal
Wandi
Virginia
4. Randanan Taruk 69 Normal
Payung
A.Azizah
5. 66 Normal
Rahmadani
Lebih dari batas
6. Putri Sunarwi 85,5
Normal
Fahriza Maulida
7. 70,2 Normal
Harun

8. Karen Tirtalani 62 Normal

Zaskia Sakinah
9. 67 Normal
Asdar
Sintike
10. 75 Normal
Mangendong
Sumber : Data Primer, 2023
23

3. Tabel Hasil Pengukuran Lingkaran Lengan Atas (LiLA)


Setelah melakukan pengukuran pada lingkar lengan atas,
diper hasil pengukuran lingkar lengan atas, sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) di
Laboratorium Antropometri Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
No. Nama LILA (cm) Keterangan
1. Iin Dwi Rahmasari 22,3 cm Berisiko KEK
2. Rezky Aulia Zhafirah 26 cm Normal
3. Hanimusfira Wandi 21,5 cm Berisiko KEK
4 Virginia Randanan TP 22,3 cm Berisiko KEK
5. A. Azizah Rahmadani 21,8 cm Berisiko KEK
6. Putri Sunarwi 28 cm Normal
7. Fahriza Maulida Harun 23 cm Berisiko KEK
8. Karen Tirtalani 21,5 cm Berisiko KEK
9. Zaskia Sakina Asdar 22 cm Berisiko KEK
10. Sintikhe Mangendong 23,5 Berisiko KEK
Sumber : Data Primer, 2023

B. Pembahasan
1. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pada pengukuran indeks masa tubuh (IMT) dengan
melakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB),
maka diper hasil IMT dari yang tertinggi hingga terendah yaitu (1)
26,31 Putri Sunarwi , (2) 21,77 Fahriza Maulida Harun (3) 21, 37
Rezky Aulia Zhafira, (4) 20,53, Hanimusfira Wandi, (5) 20,21
Virginia Randanan Taruk Payung (6) 20,13 IMT Sintikhe
Mangendong (7)18,84 0leh Iin Dwi Rahmasari, (8) 18,26 Keren
Tirtalani, (9) 17,92 A.Azizah Rahmadani, (10) 16,83 Zaskia Sakina
24

asdar. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, Indeks Massa


Tubuh dikatakan normal ketika IMT menunjukkan nilai 18,5 – 25, 0.
Hasil praktikum menunjukkan terdapat 3 praktikan yang tergolong
kurus yaitu (Azizah,Karen,dan Zaskia). Sedangkan, terdapat 5
praktikan yang memiliki IMT normal (Iin,Rezky,Hani,Virginia,Fahriza
dan Sintikhe),
Hasil IMT yang termasuk dalam kategori normal dan kategori
obesitas atau status gizi lebih yaitu adanya asupan zat gizi makro
yang berlebih akibat konsumsi fast food, aktivitas fisik yang kurang
dan adanya faktor keturunan atau gen (Telisa dkk, 2020). Individu
yang mengonsumsi zat gizi makro atau energi berlebih berisiko 2,97
kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan individu
dengan asupan energi cukup (Telisa dkk, 2020).
2. Pengukuran Lingkar Perut (LP)
Setelah semua praktikan melakukan pengukuran, didapatkan
hasil lingkar perut terkecil Karen Tirtalani (62 cm), serta lingkar
perut terbesar Putri Sunarwi (85,5cm). Mengacu pada nilai ambang
batas lingkar perut negara Indonesia, 1 praktikan melebihi nilai
ambang batas (putri dengan lingkar perut 85,5cm) dan 8 praktikan
lainnya masih tergolong normal dan 1 orang belum diketahui.
Adapun rinciannya yaitu Karen Tirtalani 62 cm, 63 Iin, 66 cm
Azizah, 67 cm Zaskia , 69 cm Virginia, 70,2 cm Fahriza, 73 cm
Hani, 74 cm Rezky, dan Sintikhe Mangendong sebesar 75 cm
Lingkar perut merupakan ukuran antropometri yang dapat
digunakan untuk mengukur status gizi, khususnya obesitas sentral.
Salah satu penyebab perut besar atau obesitas sentral adalah
konsumsi karbohidrat sederhana yang berlebihan. Dalam penelitian
ini, karena gula merupakan karbohidrat sederhana, maka
dihipotesiskan bahwa konsumsi gula yang berlebihan merupakan
salah satu penyebab utama obesitas(Adwinda dan
Srimiati,2019). Berdasarkan hasil pengukuran diatas dapat
25

disimpulkan bahwa hampir seluruh praktikan memiliki lingkar perut


yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar
praktikan menunjukkan kadar lemak mereka berada dibatas normal
dan mereka tidak memiliki resiko obesitas sentral yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Setelah melakukan pengukuran, diper hasil bahwa terdapat 7
praktikan yang berstatus berisiko mengalami KEK yaitu Iin Dwi
Rahmasari dengan ukuran Lila 22,3 Cm, Hanimusfira Wandi
dengan ukuran Lila 21,5 Cm, Virginia Randanan TP dengan ukuran
Lila 22,3 Cm Dan A. Azizah Rahmadani dengan ukuran Lila 21,8
Cm, Fahriza Maulida Harun dengan ukuran LILA 23 Cm, Karen
Tirtalani 21,5 Cm, Zaskiah Sakina Asdar 22 Cm dan Sintikhe
Mangendong 23,5 cm .Sedangkan 2 praktikan lainnya memiliki nilai
lila normal. Adapun rinciannya Adalah Rezky Aulia Zhafirah Ukuran
LILA 26 Cm Dan Putri Sunarwi ukuran LILA 28 cm.. Nilai lingkar
lengan atas pada Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan normal Ketika
hasil dari nilai pengukuran menunjukkan angka ≥ 23,5cm. (Sirajuddin
dkk, 2019).
Kekurangan energi kronis atau yang biasa disebut KEK
merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang banyak terjadi
pada kebanyakan wanita usia subur 15-45 tahun. KEK ini merupakan
kondisi yang sangat berbahaya bagi seorang wanita, tak hanya
berdampak pada diri mereka sendir akan tetapi, KEK ini akan
berdampak pada calon anak mereka nantinya bahkan akan
mempengaruhi kondisi gizi dan perkembangan organ anak mereka.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian
besar praktikan memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) yang normal,
yang menunjukkan hampir sebagian besar praktikan memiliki satatus
gizi yang baik.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum antropometri yang telah dilakukan
oleh kelompok 2 kelas B, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kelompok 3,hasil pengukuran IMTpada praktikum
menunjukkan terdapat 3 praktikan yang tergolong kurus yaitu
(Azizah,Karen,dan Zaskia). Sedangkan, terdapat 5 praktikan yang
memiliki IMT normal (Iin,Rezky,Hani,Virginia,Fahriza dan Sintikhe),
2. Hasil pengukuran lingkar perut kelompok 3, didapatkan hasil lingkar
perut terkecil Karen Tirtalani (62 cm), serta lingkar perut terbesar
Putri Sunarwi (85,5cm)
3. Pada kelompok 3, hanya 2 praktikan yang memiliki nilai lila normal.
yakni Rezky Aulia Zhafirah Ukuran LILA 26 Cm Dan Putri Sunarwi
ukuran LILA 28 cm dan selebihnya beresiko KEK.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar selalu menjaga
kesehatan dengan memperhatikan asupan makan, aktifitas fisik, dan
gaya hidup sehingga para pembaca dapat terhindar dari maslaah gizi,
baik kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi dan risiko penyakitnya.
Penulis juga menyarankan kepada kelompok Wanita Usia Subur (WUS)
dan ibu hamil agar lebih memperhatikan status gizi agar kelak
keturunannya dapat terhindar dari masalah gizi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, A. A. N. K., Surudarma, W., Made Wihandani, D., Wayan,
Sutadarma, G., & Wande, N. (2021). Hubungan Lingkar Perut
Terhadap Kadar Gula Darah Menggunakan Tes Toleransi Glukosa
Oral Pada Remaja Akhir. Jurnal Medika Udayana, 9(12), 15.
Amir, A. (2021). CLUSTERING DATA ANTROPOMETRI Di Kelurahan
Jumput Rejo Sukodono Sidoarjo untuk Menentukan Status Gizi Balita.
Amrullah, F. (2020). Penerapan Metode Antropometri Untuk Menentukan
Status Gizi Anak Pada Pengembangan Sistem Informasi Posyandu
(Studi Kasus: Sistem Informasi Posyandu Probolinggo). Digital
Repository Universitas Jember.
Anwar, A. (2022). Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kenaikan
Berat Badan Ibu Hamil Dengan Taksiran Berat Janin. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 15(1), 23–29.
Atmadja, D. S., DSF, Doewes, M., Soegiarto, B., Suyono, Y. J., Pardede,
D. A., & Karolina, S. K. (2002). Panduan Uji Latihan Jasmani dan
Atmanegara, A. Y., Zaeni, I. A. E., Lestari, D., & Gumilang, Y. S. A. (2022).
Alat Pengukur Status Gizi Balita Berdasarkan Berat dan Panjang
Badan Menggunakan Indeks Antropometri Dengan Metode Logika
Fuzzy. JASIEK (Jurnal Aplikasi Sains, Informasi, Elektronika Dan
Komputer), 4(1), 9–22.
Dwimawati, E. (2020). Gambaran Status Gizi berdasarkan Antropometri.
Promotor Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3(1), 1–6.
Effendi, N., & Widiastuti, H. (2020). Analisis Determinan Masalah Gizi
Balita. Jurnal Kesehatan, 7(2), 353–360.
Fajri Ramadhan, A., Widayanti, E., & Zulhamidah, Y. (2021). Korelasi
Tinggi Badan dan Rentang Tangan pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI Angkatan 2016 dan 2017. Majalah
Sainstekes, 8(1), 26–34
Hardianwarsari, C., Nugroho P, R. H., & Purwanti, R. (2022). Hubungan
indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut (LP) terhadap kadar

27
kolesterol total di Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Baciro
Gondokusuman Yogyakarta. Jurnal Permata Indonesia, 13(2), 145–
154.
Ilmi, A. F., & Utari, D. M. (2020). Hubungan Lingkar Pinggang Dan Rasio
Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Puasa Pada Mahasiswa. Journal of Nutrition College, 9(3), 222–227.
IMANSARI, N. R. (2019). PENGGUNAAN RUMUS ESTIMASI TINGGI
BADAN BERDASARKAN RENTANG LENGAN PADA PASIEN
RAWAT JALAN USIA DEWASA DAN LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KLATEN SELATAN. 561(3), S2–S3.
Ismed. (2020). Tingkat Konsumsi Zat Gizi Dan Status Gizi Anak Balita Di
Desa Rajawali Kec. Lintau Buo Kab. Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat Ismed. Ensiklopedia Of Journal, 2(4), 156–163.
http://jurnal.ensiklopediaku.org
Kanah, P. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan
Status Gizi Pada Mahasiswa Kesehatan. Medical Technology and
Public Health Journal, 4(2), 203–211.
Kurnia, D. I., Kasmiyetti, K., & Dwiyanti, D. (2020). Pengetahuan
Pengaturan Makan Atlet dan Persen Lemak Tubuh terhadap
Kebugaran Jasmani Atlet. Sport and Nutrition Journal, 2(2), 56–64.
Leoni, A. P., Amelia, W. R., Syauqy, A., & Laksmi, P. W. (2023). Gizi
indonesia. 40(1), 35–44.
Maizs, D. L., Nasution, Z., & Saragih, R. (2020). Faktor Risiko Status Gizi
Kurang Pada Balita Di UPT Puskesmas Desa Lalang. Jurnal Bidang
Ilmu Kesehatan, 10(2), 217–228.
Nurmansah, H., Widodo, D., & Milwati, S. (2022). Hubungan Indeks
Massa Tubuh, Durasi Operasi Dan Dosis Anestesi Inhalasi Dengan
Suhu Tubuh Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesia Di
Recovery Room Rsud Bangil. Journal of Applied Nursing (Jurnal
Keperawatan Terapan), 7(2), 104.
PRATIWI, A. N. (2023). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Lingkar Perut,

28
dan Lingkar Lengan Atas terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. 3(2), 6.
Prayogi, I. (2019). Jurnal imam prayogi.
Rahmatillah, V. P., Susanto, T., & Nur, K. R. M. (2020). Hubungan
Karakteristik, Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
pada Lanjut Usia di Posbindu. Media Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan, 30(3), 233–240.
Sarbini, D., Zulaikah, S., & Isnaeni, F. N. (2019). Gizi Geriatri.
Sudikno, S., & Tuminah, S. (2020). Hubungan Indeks Massa Tubuh,
Lingkar Perut, Tekanan Darah, Dan Profil Lipid Dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner: Analisis Data Studi Faktor Risiko Penyakit
Tidak Menular Di Kota Bogor [the Relationship of the Body Mass
Index... in Bogor City]. Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of
Nutrition and Food Research), 43(1), 21–29.
Surdam, Z., Arfah, A. I., Fattah, N., Nurmadilla, N., & Saputra, A. (2023).
Estimasi tinggi badan menggunakan panjang rentang tangan pada
mahasiswa fakultas kedokteran universitas muslim indonesia yang
bersuku bugis. 3(2), 46–50.
Susantini, P. (2021). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Persen
Lemak Tubuh, dan Lemak Viscelar di Kota Semarang. Jurnal Gizi,
10(1), 51
Teresa, S., Widodo, S., & Winarni, T. I. (2018). Hubungan Body Mass
Index Dan Persentase Lemak Tubuh Dengan Volume Oksigen
Maksimal Pada Dewasa Muda. Diponegoro Medical Journal (Jurnal
Kedokteran Diponegoro), 7(2), 840–853.
Tsani, R. A., & Prasetyo, A. A. (2019). Hubungan Antara Waist Hip Ratio
Dengan Plantar Arch Index Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Diponegoro Medical Journal (Jurnal
Kedokteran Diponegoro), 8(1), 446–457.
Wahyuni, Y., & Huda, A. S. M. (2019). Pemantauan Kesehatan Gizi Ibu

29
Hamil Dilihat dari Lengan Atas ( LILA ) Berbasis E-Digital. Komputasi:
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer Dan Matematika, 16(1), 235–244.
Yuniar, N., Masyarakat, F. K., Halu, U., & Kendari, O. (2022). Indeks
Massa Tubuh ( IMT ) dan Lingkar Lengan Atas ( LiLA ) sebagai
Penentu Diabetes Mellitus Tipe 2 Body Mass Index ( BMI ) and Upper
Arm Circumference ( LiLA ) as Determinants of Type 2 DM. 13, 225–
232.

30
LAMPIRAN

Pengukuran Lingkar Perut Pengukuran Berat Badan

Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran LiLA

Hasil Pengukuran TB & BB Hasil Pengukuran Lingkar


Perut

Anda mungkin juga menyukai