Anda di halaman 1dari 19

SKILL LAB KEPERAWATAN ANAK I

ANTROPOMETRI

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Yusnilawati, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. Silvi kalmia G1B119008


2. Khafivah Maisulvi G1B119009
3. Okti Maghfirawati G1B119032
4. Sherin Azarine G1B119068
5. Fiqri Gumilang G1B119071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020 – 2021

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah skill lab tentang

“ANTROPOMETRI”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata

kuliah Keperawatan Anak Ipada Program Studi IlmuKeperawatanFakultasKedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun

makalah ini baik dari segi moral dan materil.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,

untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak

untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang

membaca dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan.

Jambi, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antropometri ..............................................................................7
2.2 Ukuran Antropometri....................................................................................8
2.3 Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri............................................8
2.4 Kelemahan dan Kelebihan Antropometri..........................................................9
2.5 Jenis Parameter Antropometri Pada Anak...................................................10
2.6 Indeks Antropometri.............................................................................14
2.7
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................18

3.2 Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Didalam kehidupan aktifitas sehari-hari, sering kita jumpai banyak hal yang dapat
kita deskripsikan dalam sebuah data. Informasi data yang diperoleh tentunya harus diolah
terlebih dahulu menjadi suatu data yang mudah dibaca dan dianalisa, akan tetapi bagaimana
penyajian data yang kita dapat tentunya  berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
penyaji data. Antropometri merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran
tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau
kelompok.

Antropometri merupakan salah satu alat ukur yang digunakan dalam Penentuan status gizi
pada anak-anak maupun orang dewasa pada masyarakat. Salah satu ukuran antropometri yang
sering digunakan adalah pengukuran berat Badan serta tinggi badan. Selain itu juga sering
digunakan pengukuran tebal lemak Di bawah kulit serta lingkar lengan atas. Pengukuran berat
badan pada dewasa ini Merupakan sesuatu yang menjadi masalah bagi sebagian orang, terutama
pada Orang dewasa (Waspadji dkk, 2010). Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 Menyatakan
bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan Berdasarkan nilai Body Mass Index
atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang Sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan Dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat Badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup lebih Panjang (Supariasa dkk.,
2001).

Dewasa ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara Maju maupun di
negara yang sedang berkembang. Masalah berat badan seperti Obesitas merupakan masalah yang
sangat kompleks. Hal tersebut patut mendapat Perhatian karena kelebihan berat badan dapat
memacu berbagai kelainan Kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan
Muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang Terpenting
adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan Dengan kelebihan berat
badan (WHO, 2007).Berdasarkan laporan WHO, obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi

4
Yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang merupakan Risiko untuk
terjadinya kematian. Tterdapat 2,8 juta orang dewasa meninggal Setiap tahun sebagai akibat dari
kelebihan berat badan atau obesitas.

1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latarbelakangtersebut, makadapatdirumuskansebagaiberikut :
1. Apa pengertiana ntropometri ?
2. Bagaimana ukuran antropometri ?
3. Apasyarat-syarat penggunaan antropometri ?
4. Apakelebihandankekurangan antropometri ?
5. Apasajajenis parameter antropometri pada anak ?
6. Bagaimana indeks antropometri ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar antropometri pada anak
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian antropometri
2. Untuk mengetahui ukuranantropometripadaanak
3. Untuk mengetahui syarat-syaratpenggunaanantropometri
4. Untuk mengetahui kelebihandankekuranganantropometri
5. Untuk mengetahui indeksantropometri

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Manfaat Teoritis
Bagi dunia keperawatan hasil ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang konsep dasar antropometripada anak.

5
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat mengenai antropometripada
anak
b. Bagi Pengembangan Ilmu
Menambah informasi lebih lanjut bagi akademik atau institusi pendidikan
mengenai antropometripada anak

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri
merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan
protein yang dikenal dengan KEP.Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan.Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga
ahli.Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat.Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang
dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.Dapat mengevaluasi perubahan status
gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.Dapat digunakan
untuk penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapatmempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk, 2013).

7
2.2 Ukuran Antropometri

a. Berat badan (BB)


Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita).Sedangkan saat dalam keadaan tidak
normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat.Berdasarkan sifat tersebut, maka indikator
BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. Prosedur penimbangan BB yaitu (1)
dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong supaya hasil
akurat, (2) meletakkan timbangan di tempat yang datar, (3) sebelum dilakukan
penimbangan sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebihdahulu, (4) klien diminta melepas
alas kaki, aksesoris yang digunakan dan menggunakan pakaian seminimal mungkin, (5)
klien naik ke timbangaan dengan posisi menghadap kedepan, pandangan lurus, tangan
disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan, (6) catat hasil
pengukuran (Aritonang, 2013).
b. Tinggi badan (TB)

Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan.Dalam keadaan normal, TB


tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap TB akan
tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat
menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013). Prosedur pengukuran TB yaitu (1)
memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa
digeser keatas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus
rapat ke dinding, (5) posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding,
pandangan lurus ke depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata
sejajar dengan angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).

2.3 Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri


Syarat yang mendasari pengunaan antropometri adalah sebagai berikut :
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif

8
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.

2.4 Kelemahan dan Kelebihan Antropometri


1. Kelemahan antropometri
a. Tidak sensitive
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan terjadi karena:
    1) Pengukuran
   2) Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
   3) Analisis dan asumsi yang keliru
d. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
   1) Latihan petugas yang tidak cukup
   2) Kesalahan alat atau alat tidak ditera
   3) Kesulitan pengukuran.

2. kelebihan antropometri
a. prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
c. Alat murah, mudah di bawa, tahan lama, dapat di pesan dan di buat di daerah
setempat
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat di bakukan
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
f. Ummumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada
ambang batas jelas.
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasu ke generasi berikutnya.

9
2.5 Jenis Parameter Antropometri Pada Anak
1. Umur

     Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi
Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2
tahun digunakan bulan penuh.

Contoh : tahun usia penuh.


Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
Contoh : bulan penuh
Umur : ~ 5 bulan 5 hari di hitung 5 bulan
             ~ 7 bulan 14 hari dihitung 7 bulan

2. Berat badan

            Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan


pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena
mencerminkan masukan kalori yang tidak adekuat.
     Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
1) Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
2) Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang pertumbuhan
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan
dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.

       Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:


1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

10
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skala mudah dibaca
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.

      Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
1) Pemeriksaan alat timbangan
2) Anak balita yang ditimbang
3) Keamanan
4) Pengetahuan dasar petugas.
3. Tinggi Badan

            Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan  tidak seperti berat badan. Tinggi badan
relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama.
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. .Pengukuran
dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala.
            Cara Pengukurannya :
a.    Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur. Letakkan lutut bayi secara
lembut
b.    Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja ukuran
c.    Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi.
Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus,
sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis
vertical, sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis
horizontal.
Cara mengukur:
1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga
tepat 2 meter.

11
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat melalui table
berikut :
NO. USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
1. Baru lahir – 6 bulan Bertambah 140-220 gr  (2XBBL) Bertambah
2,5cm/bulan
2. 6-12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3. Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua
kira-kira 12cm
Pada tahun ketiga
kira-kira 6-8 cm
4. Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5. Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5-25 cm/tahun

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)


            Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah,
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. LILA
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan :
a.    Status KEP pada balita
b.    KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: resiko bayi BBLR
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan.
Ambang batas pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. sedangkan
pada balita yaitu < 12,5cm.
Cara mengukur LILA pada bayi:
·         Tentukan posisi pangkal bahu
·         Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian

12
·         Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan kea rah
perut.
·         Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan menggunakan
pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin kepada pasien).
Sebelumnya perhatikan titik nolnya.
·         Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda.
·         Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA
·         Pita di tarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
·         Baca angka yang di tunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kea rah angka yang
lebih besar)
·         Tulis hasil pembacaannya.

5. Lingkar Kepala

             Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 3 cm dan di
Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm
setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47 cm (bertambah 0,5 cm
tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.Ukuran
otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.
            Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1
cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal,
caranya dengan melingkarkan pita dari pertengahan dahi (frontalis) ke tulang telinga
terus ke oksipitalis.kembali ke frontalis.

13
6. Lingkar Dada

            Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada
areola mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala lebih
lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi pertumbuhan
lingkar dada yang lambat : rasio dada dan kepala < 1.

2.6 Indeks Antropometri

Adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio


dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan
umur.
Terdapat beberapa indeks antropometri, antara lain:[13]
1.      BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
Kelebihan:
a.       Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b.      Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c.       Indikator status gizi kurang saat sekarang
d.      Sensitif terhadap perubahan kecil
e.       Growth monitoring
f.       Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP
g.      Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
Kekurangan:
a.        Kadang umur secara akurat sulit didapat
b.        Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites
c.        Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
d.       Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan
anak saat ditimbang
e.        Secara operasional: hambatan sosial budaya, tidak mau menimbang anak karena
seperti barang dagangan

14
2.      TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa
lampau dan status sosial ekonomi.
Kelebihan:
a.       Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b.      Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c.       Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kekurangan:
a.       TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b.      Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit
berdiri tegak
c.       Ketepatan umur sulit didapat
3.      BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
BB memiliki hubungan linear dengan TB. Dalam keadaan normal perkembangan BB
searah dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan tertentu.
Kelebihan:

a.       Tidak memerlukan data umur


b.      Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
c.       Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Kekurangan:
a.          Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat memberikan gambaran
apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur
b.         Operasional: sulit melakukan pengukuran TB pada balita
c.          Pengukuran relatif lebih lama
d.         Memerlukan 2 orang untuk melakukannya
e.          Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan
oleh kelompok nonprofesional
4.      Lila/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)

15
Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB,
LLA merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik
untuk menilai status gizi masa kini. Perkembangan LLA (Jellife`1996):
a.       Pada tahun pertama kehidupan  : 5.4 cm
b.      Pada umur 2-5 tahun                 : <1.5 cm
Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara tunggal, juga
dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB (Quack
Stick).
Kelebihan:
a.       Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b.      Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu dapat
melakukannya
c.       Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode warna
untuk menentukan tingkat keadaan gizi
Kekurangan:
a.        Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b.        Sulit menemukan ambang batas
c.        Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun
5.      Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985: batasan BB
normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun
ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat
diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali.
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5

Normal > 18,7-25,0

16
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0-27,0

Kelebihan BB tingkat berat > 27,0

17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat
umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966)
mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan
antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik.

Penilaian status gizi bisa dilakukan dengan berbagai metoda, tergantung pada tujuan
kegiatan.Pengumpulan data untuk menilai status gizi bias dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung dari tujuan dan dana yang tersedia.Perencanaan harus dilakukan sebulum penilaian
status gizi dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3.2. Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bias
menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritikdari
para pembaca sehinga kami bias berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan dasar. Jakarta: Dirjen Binkesmas.
Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1.Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, Susilaningrum &utami .(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk
perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Satgas Imunisasi IDAI. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Satgas Imunisasi IDAI. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia.Edisi ke 4. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Soetjiningsih.(1995). Pertumbuhan dan perkembangan anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Yupi. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Wong, D L. (2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik edisi 4, Jakarta:EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai