ANTROPOMETRI
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
“ANTROPOMETRI”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak
untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Didalam kehidupan aktifitas sehari-hari, sering kita jumpai banyak hal yang dapat
kita deskripsikan dalam sebuah data. Informasi data yang diperoleh tentunya harus diolah
terlebih dahulu menjadi suatu data yang mudah dibaca dan dianalisa, akan tetapi bagaimana
penyajian data yang kita dapat tentunya berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
penyaji data. Antropometri merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran
tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau
kelompok.
Antropometri merupakan salah satu alat ukur yang digunakan dalam Penentuan status gizi
pada anak-anak maupun orang dewasa pada masyarakat. Salah satu ukuran antropometri yang
sering digunakan adalah pengukuran berat Badan serta tinggi badan. Selain itu juga sering
digunakan pengukuran tebal lemak Di bawah kulit serta lingkar lengan atas. Pengukuran berat
badan pada dewasa ini Merupakan sesuatu yang menjadi masalah bagi sebagian orang, terutama
pada Orang dewasa (Waspadji dkk, 2010). Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 Menyatakan
bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan Berdasarkan nilai Body Mass Index
atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang Sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan Dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat Badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup lebih Panjang (Supariasa dkk.,
2001).
Dewasa ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara Maju maupun di
negara yang sedang berkembang. Masalah berat badan seperti Obesitas merupakan masalah yang
sangat kompleks. Hal tersebut patut mendapat Perhatian karena kelebihan berat badan dapat
memacu berbagai kelainan Kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan
Muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang Terpenting
adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan Dengan kelebihan berat
badan (WHO, 2007).Berdasarkan laporan WHO, obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi
4
Yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang merupakan Risiko untuk
terjadinya kematian. Tterdapat 2,8 juta orang dewasa meninggal Setiap tahun sebagai akibat dari
kelebihan berat badan atau obesitas.
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latarbelakangtersebut, makadapatdirumuskansebagaiberikut :
1. Apa pengertiana ntropometri ?
2. Bagaimana ukuran antropometri ?
3. Apasyarat-syarat penggunaan antropometri ?
4. Apakelebihandankekurangan antropometri ?
5. Apasajajenis parameter antropometri pada anak ?
6. Bagaimana indeks antropometri ?
5
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat mengenai antropometripada
anak
b. Bagi Pengembangan Ilmu
Menambah informasi lebih lanjut bagi akademik atau institusi pendidikan
mengenai antropometripada anak
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri
merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan
protein yang dikenal dengan KEP.Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan.Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga
ahli.Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat.Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang
dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.Dapat mengevaluasi perubahan status
gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.Dapat digunakan
untuk penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapatmempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk, 2013).
7
2.2 Ukuran Antropometri
8
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.
2. kelebihan antropometri
a. prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
c. Alat murah, mudah di bawa, tahan lama, dapat di pesan dan di buat di daerah
setempat
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat di bakukan
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
f. Ummumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada
ambang batas jelas.
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasu ke generasi berikutnya.
9
2.5 Jenis Parameter Antropometri Pada Anak
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi
Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2
tahun digunakan bulan penuh.
2. Berat badan
10
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skala mudah dibaca
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
1) Pemeriksaan alat timbangan
2) Anak balita yang ditimbang
3) Keamanan
4) Pengetahuan dasar petugas.
3. Tinggi Badan
11
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat melalui table
berikut :
NO. USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
1. Baru lahir – 6 bulan Bertambah 140-220 gr (2XBBL) Bertambah
2,5cm/bulan
2. 6-12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3. Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua
kira-kira 12cm
Pada tahun ketiga
kira-kira 6-8 cm
4. Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5. Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5-25 cm/tahun
12
· Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan kea rah
perut.
· Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan menggunakan
pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin kepada pasien).
Sebelumnya perhatikan titik nolnya.
· Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda.
· Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA
· Pita di tarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
· Baca angka yang di tunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kea rah angka yang
lebih besar)
· Tulis hasil pembacaannya.
5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 3 cm dan di
Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm
setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47 cm (bertambah 0,5 cm
tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.Ukuran
otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1
cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal,
caranya dengan melingkarkan pita dari pertengahan dahi (frontalis) ke tulang telinga
terus ke oksipitalis.kembali ke frontalis.
13
6. Lingkar Dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada
areola mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala lebih
lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi pertumbuhan
lingkar dada yang lambat : rasio dada dan kepala < 1.
14
2. TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa
lampau dan status sosial ekonomi.
Kelebihan:
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kekurangan:
a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit
berdiri tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
3. BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
BB memiliki hubungan linear dengan TB. Dalam keadaan normal perkembangan BB
searah dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan tertentu.
Kelebihan:
15
Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB,
LLA merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik
untuk menilai status gizi masa kini. Perkembangan LLA (Jellife`1996):
a. Pada tahun pertama kehidupan : 5.4 cm
b. Pada umur 2-5 tahun : <1.5 cm
Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara tunggal, juga
dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB (Quack
Stick).
Kelebihan:
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu dapat
melakukannya
c. Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode warna
untuk menentukan tingkat keadaan gizi
Kekurangan:
a. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b. Sulit menemukan ambang batas
c. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985: batasan BB
normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun
ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat
diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali.
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
16
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0-27,0
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat
umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966)
mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan
antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik.
Penilaian status gizi bisa dilakukan dengan berbagai metoda, tergantung pada tujuan
kegiatan.Pengumpulan data untuk menilai status gizi bias dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung dari tujuan dan dana yang tersedia.Perencanaan harus dilakukan sebulum penilaian
status gizi dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bias
menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritikdari
para pembaca sehinga kami bias berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan dasar. Jakarta: Dirjen Binkesmas.
Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1.Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, Susilaningrum &utami .(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk
perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Satgas Imunisasi IDAI. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Satgas Imunisasi IDAI. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia.Edisi ke 4. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Soetjiningsih.(1995). Pertumbuhan dan perkembangan anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Yupi. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Wong, D L. (2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik edisi 4, Jakarta:EGC.
19