OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini dengan
tema “DIABETES MELITUS DALAM KEHAMILAN”
Satuan Acara Penyuluhan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II, Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam penyusunan dan penulisan
tugas Satuan Acara Penyuluhan ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan dan memperluas wawasan penulis. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
penulisan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, khususnya kepada dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas II yang
telah banyak membimbing dalam penulisan ini.
Penulis berharap semoga penyuluhan ini dapat memberi wawasan serta tambahan ilmu
bagi penulis khususnya dan juga para peserta penyuluhan.
Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sub pokok bahasan : Pengertian, etiologi, faktor resiko, patogenesis, gejala klinis, komplikasi,
penatalaksanaan
I. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat
yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung
(PERKENI, 2002).Keadaan ini biasa terjadipada saat 24 minggu usia kehamilan dan
sebagian kadar glukosa darah penderita akan kembali normalsetelah melahirkan (DepkesRI,
2008).Namun, pada hampir setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul kembali
(Nurrahmani, 2012).
Perubahan hormonal dan metabolisme selama kehamilan menyebabkankehamilan
tersebut bersifat diabetogenik, yang manaDMG cenderungmenjadi lebih berat selama
kehamilan dan akan mempermudah terjadinyaberbagai komplikasi.MenurutDavid.,
et.,al(2010),bahwa ibu-ibu DMGkira-kira 1,7% dapat menyebabkan mortilitas perinatal, 4,3
% melahirkan anak secaraoperasi, 7,3 % melahirkan anak yang berat badan lahirnya lebih
dari 4,5 kg dan23,5 % bisa menimbulkan kasus distosia bahu pada proses persalinan.
Insiden DMG di Indonesia sekitar 1,9-3,6% dan 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinanakan mengidap diabetes mellitus
ataugangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2j am post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat
memastikan diagnosis DMG, dapatdi ikuti dengan testtoleransi glukosaoral. DMG
ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai
dibawah 100 mg% berarti bukan DMGdan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti
DMG (Prawiroharjo,2002).
Berdasarkan penelitian Osgood., etal.,(2011), DMGmenjadi masalah kesehatan
masyarakat sebab penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin.Dampak
yang ditimbulkan oleh ibu penderita DMG adalah ibu beresiko tinggi terjadi penambahan
berat badan berlebih, terjadinya preeklamsia, eklamsia, bedah sesar,dan komplikasi
kardiovaskulerhingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita beresiko
berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau terjadi DMGyang berulang pada masa yang akan
datang. Bayi yang lahir dari ibunyayang mengalami DMG beresiko tinggi untuk terkena
makrosomia, trauma kelahiran.Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk terkena hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polisitemia, obesitas dan
diabetes melitus tipe 2 (Perkins, 2007).
Menurut Nurrahmani (2012), jika dalam kehamilan kadar gula darah ibu tinggi,
glukosa akan melintasi plasenta ke dalam sirkulasi bayi danmengakibatkan bayi menjadi
gemuk. Hal ini terjadi karena pankreas bayi memproduksi insulin meskipun pankreas ibu
tidak. Insulin tersebut nantinya akan mengubah glukosa menjadi lemak. Akibatnya, bayi
akan tumbuh lebih besar dan kelebihan glukosa tersebut dapat menghambat proses
pembentukan sel sehingga bayi dapat mengalami kecacatan hingga risiko kematian.
Menurut Bustan (2007),faktor risiko DMG yaitu faktor umur,genetik, kebiasaan
merokok, atau latihan olah raga, jenis kelamin dan usia, anatomi atau konstitusi,keadaan
fisik, kimiawi, biologis, psikologis, sosial budaya, dan perilaku dan nutrisi.
Menurut Maysa .A dan Richard J.Wood (2013) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa faktor resiko terjadinya DMGdalam kehamilan adalah toleransi glukosa yang
terganggu disebabkan karena kekurangan vitamin D. Secara langsung atau tidak,vitamin D
berpengaruh pada fungsi sel β pankreas dansekresi insulin, vitamin D juga diperlukan untuk
memastikan tingkat normal kalsium di membran sel yang penting bagi insulin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zhang., et al.,(2015)menunjukkan hubungan
yang konsistenantara kekurangan vitamin D dengan peningkatan risiko DMG. Hasilmeta-
analisis dari 20 studi termasuk 9209 peserta menunjukkan bahwa perempuan dengan
defisiensi vitamin D secara signifikan mengalami peningkatan risiko untuk DMG.Peran
vitamin D pada DMG, pertama: 1,25 dihidroksi vitamin D merupakan bentuk aktif dari
vitamin D, mengaturtingkat sirkulasi glukosa dengan mengikat reseptor vitaminD dari
selpankreasβdan memodulasi sekresi insulin. Kedua, 1,25(OH)2D3
meningkatkansensitivitas insulin dengan menstimulasi ekspresi reseptor insulin dan
meningkatkan respon insulinuntuk transportasi glukosa. Lalu, 1,25(OH)2D3 mengatur
keseimbangan antara flukskalsium ekstraseluler dan intraseluler di sel, yang penting untuk
mediasi proses intraseluler insulin responsif jaringan.
Selanjutnya, data eksperimen juga menyatakan bahwakecukupan vitamin D sangat
penting untuk perkembangan janin,dan terutama untuk perkembangan otak janin dan fungsi
imunologi. Kekurangan vitamin D selama kehamilan tidakhanya dapat merusaktulang ibu
dan pembentukan tulang janin tetapi juga penting untuk ekspresi beberapa gen selama
kehamilan, dan kesehatan janin di kemudian hari. Meskipun bukti fisiologis keterlibatan
antara DMGdengan hubungan kausal vitamin D belum jelas. Penilaian status vitamin D
dalam kohort besar dengan DMG, baik pra-kehamilan dan selama kehamilan diperlukan.
Juga, suplemen vitamin D dalam uji klinis secara acak untuk menilai hasil tertentu dari
kehamilan dan ibu secara keseluruhan dan kesehatan janin sangat penting (Chander,2011).
Defisiensi vitamin D sudah banyak dibicarakan sebagai masalah kesehatan dunia
yang tidak hanya berakibat pada kesehatan muskuloskeletal tetapi juga masalah penyakit
akut dan kronik. Indonesia adalah negara tropis yang sepanjang tahun disinari matahari.
Wanita usia subur perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi
disebabkan peran fisiologis melahirkan dan menstruasi. Selain itu, wanita jarang terpapar
sinar matahari. Hal ini terkait dengan gaya hidup yang cenderungmenghindari matahari,
penggunaan tabir surya, asupan makanan kaya vitamin D rendah(Arum, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Isa Rosalia Ruslim terhadap korelasi antara
asupan vitamin D dan skor paparan sinar matahari dengan kadar kalsidiol serum pada ibu
hamil trimester I di Jakarta dengan metode penelitian studi cross-sectional dengan sampel
wanita hamil yang sehat berusia 20-35 tahun di trimester pertama kehamilan merekadengan
hasil penelitiansemua wanita hamil memiliki status vitamin Dyang rendah (39,26 ± 10,25
nmol / mL)kurang dari 80 nmol/L (Rosalia, 2013).
Kebutuhan vitamin D meningkat pada kehamilan, vitamin D dibutuhkan untuk
memastikan agar kebutuhan kalsium ibu dan janin terpenuhi. Pada awal kehamilan, kadar
insulin basal adalah tetap atau sedikit menurun. Setelah pertengahan trimester kedua
kehamilan, plasenta mulai berfungsi dan mengeluarkan hormon-hormon yang bersifat
antagonis terhadap insulin, diikuti dengan terjadinya resistensi insulin sehingga kebutuhan
insulin menjadi meningkat. Pada akhir kehamilan akan terjadi peningkatan hormon stres,
selain hal itu juga terjadi peningkatan hormon prolaktin, sehingga keadaan ini akan
menyebabkan bertambah beratnya hiperglikemia sehingga kebutuhan insulin meningkat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis, yang mendapatkan cahaya
matahari yang cukup tetapi masih terdapat kejadian defisiensi vitamin D khususnya dalam
masa kehamilan, serta masih sangat terbatasnya jumlah penelitian mengenai pengaruh
kadar1,25 dihidroksi vitamin Dterhadap kadar glukosa darah dalam masa kehamilan.
IV. PENGORGANISASIAN
1. Hari/Tempat, Tanggal dan Waktu
Hari/Tanggal : 15 Februari 2021
Tempat : Rumah ibu Lestaria
Waktu : 10.00 – 11.00 wib
2. Metode dan Media
Metode : Ceramah dan diskusi
Media : PPT, leptop, dan leaflet
3. Tim pelaksana
Pembimbing Akademik : Ns. Kamariyah. S. Kep., M. Kep.
Penyuluh : Okti Maghfirawati
Moderator : Okti Maghfirawati
Keterangan :
: Penyuluh : Audien
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
KLIEN
1. 5 menit Pembukaan :
Menjawab
Membuka kegiatan dengan
salam
mengucapkan salam.
Mendengarkan
Memperkenalkan diri
dan
Menjelaskan tujuan dari
memperhatikan
penyuluhan
Mendengarkan
Menyebutkan materi yang akan
dan
diberikan
memperhatikan
Menjelaskan kontrak waktu
Menyetujui
kontrak waktu
2. 15 menit Pelaksanaan :
4. 2 Menit Penutup :
VIII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Peserta menghadiri penyuluhan
Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
peran dan tugas sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
Peserta penyuluhan dapat mengikuti acara atau kegiatan sampai selesai
Peserta penyuluhan berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan pengertian diabetes
melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan etiologi diabetes
melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan faktor resiko
diabetes melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan patogenesis diabetes
melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan gejala klinis
diabetes melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan komplikasi diabetes
melitus dalam kehamilan
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan penatalaksanaan
diabetes melitus dalam kehamilan
E. Gejala Klinis
Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus) diabetes
dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani gula
selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat.
Tanda dan gejala dapat termasuk:
1. Gula dalam urin
2. Sering merasa haus
3. Sering buang air kecil
4. Kelelahan
5. Mual
6. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
7. Penglihatan kabur
F. Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu. Komplikasi janin
termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian perinatal, kelainan bawaan,
hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan.
Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang
ibunya menderita GDM. Faktor-faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan
peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia, Body Mass Index
(BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat
menyebabkan untuk morbiditas janin meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu,
dan meningkatkan risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat
terjadi dalam beberapa jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yanghiperglikemia
dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu
GDMtermasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko
kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi insulin.
Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin dapat
membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat GDM memiliki
peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan populasi umum, dengan
tingkat konversi hingga 3% per tahun.
G. Penatalaksanaan
Manejemen Farmakologi
1. Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah ditunjukkan
untuk mengurangi morbiditas janin ketika ditambahkan dengan evaluasi Terapi
Nutrisi Medis (MNT). Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin dapat didasarkan
pada ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian karakteristik pertumbuhan
janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi insulin dianjurkan ketika MNT
gagal untuk mempertahankan glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa
2. Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan Pemantauan Glukosa Darah
Mandiri Harian (SMBG) harus di bimbing dan waktu dosis regimen insulin.
Penggunaan insulin analog belum cukup teruji di GDM.
3. Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat mengidentifikasi
sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan makrosomia dengan tidak adanya terapi
insulin ibu. Pendekatan ini telah diuji terutama pada kehamilan dengan ibu kadar
glukosa serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol / l).
4. Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama kehamilan. Namun,
dalam satu percobaan klinis yang membandingkan penggunaan insulin dan glyburide
pada wanita dengan GDM menunjukkan ia tidak mampu memenuhi tujuan glikemik
pada MNT . Semua pasien berada di luar trimester pertama kehamilan di inisiasi
terapi. Glyburide tidak disetujui FDA untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut
diperlukan dalam populasi pasien yang lebih besar untuk membuktikeamanannya.
Manejemen Non-Farmakologi
1. Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh seorang ahli diet
terdaftar bila mungkin, sesuai dengan rekomendasi oleh American Diabetes
Association. Individualisasi terapi nutrisi medis (MNT) tergantung pada berat badan
ibu dan tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup penyediaan kalori dan nutrisi yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan harus konsisten dengan tujuan
glukosa darah ibu yang telah ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi
tahap sedang.
2. Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-33% (25 kkal / kg
berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat mengurangi hiperglikemiadan kadar
plasma trigliserida tanpa menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan
karbohidrat untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa ibu
dan membaikan kondisi ibu dan janin
3. Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan konsentrasi
glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak latihan komplikasi
neonatal menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun glukosa menguntungkan
menjamin rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau obstetri
didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan sederhana sebagai bagian
dari pengobatan untuk GDM.
4. GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran certio cesearan
atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan. Perpanjangan masa kehamilan 38
minggu meningkatkan risiko makrosomia janin tanpa mengurangi tingkat bedah
caesar, sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi kondisi obstetric
harus pertimbangan.
5. Menyusui, seperti biasa, harus didorong pada wanita dengan GDM.
DAFTAR PUSTAKA
Pamolango, M.A. (2013). Hubungan Riwayat Diabetes Mellitus pada Keluarga dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu hamil. Ejournal Keperawatan, Volume1, Nomor1,
Agustus 2013.
Dewi, A.M.S.,Tiho, M., Kaligis, S.H.M., 2018. Gambaran Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada
Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado. Medik Rehabilitasi
(JMR) [e-journal] 1(2):pp.1-5.