Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT DIABETES MILITUS

PADA KEHAMILAN

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Hj. DESWINDA, S.Kep, Ns, M.Kes

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II

DISUSUN OLEH KELOMPOK VIII :

KELAS 2B

1. NURUL AFNI : 20301059

2. RAHMADANI NIVALA : 20301061

3. PUTRI RAMA DANITA : 20301060

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI PEKANBARU

2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas II, dengan judul: “Asuhan
Keperawatan Penyakit Diabetes Militus Pada Kehamilan”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru, 25 April 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover ..................................................................................................I

Kata Pengantar ..................................................................................................II

Daftar Isi .............................................................................................................III

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Tujuan ...........................................................................................................1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................3

2.1. Pengertian Penyakit .....................................................................................3

2.2. Etiologi/Penyebab Penyakit ..........................................................................4

2.3. Klasifikasi/Jenis ............................................................................................5

2.4. Patofisiologi/WOC .......................................................................................10

2.5. Manifestasi Klinik ........................................................................................14

2.6. Pemeriksaan Diagnostik ...............................................................................14

2.7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan ...................................................16

2.8. Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diangnosa Keperawatan Yang Muncul,

Rencana Intervensi Keperawatan) .......................................................................17

BAB III : PENUTUP .........................................................................................30

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................30

3.2. Saran .............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa


berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil disebut dengan Diabetes Melitus
Gestasional (DGM). Salah satu penyakit tidak menular yang termasuk dalam komplikasi medis
pada kehamilan. Penyakit diabetes melitus gestasional merupakan gangguan toleransi
karbohidrat yang terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan. Pada kehamilan terjadi
peningkatan produksi hormone-hormon antagonis insulin, antara lain progesteron, estrogen,
human placenta lactogen, dan kortisol. Peninkatan hormone tersebut menyebabkan terjadinya
resistensi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah.
Pada penderita diabetes melitus masa kehamilan didapati selama masa kehamilan trisester
kedua atau ketiga. Diabetes melitus pada ibu hamil di atas usia 30 tahun, perempuan dengan
obedsitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat diabetes melitus pada orang tua atau riwayat
diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya dan melahirkan bayi dengan berat lahir
> 4000 gram dan adanya glukosuria (Sudoyo AW dkk, 2006). Diabetes melitus Gestasional
meningkatkan morbiditas neonatus, yaitu hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia.
Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini
berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Deteksi dini pada ibu hamil dapat membantu
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu baik selama kehamilan ataupun sesudah masa kehamilan.
Hal tersebut dapat menjaring diabetes melitus gestasional agar dapat dikelola sebaik-baiknya
terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko. Oleh karena hal tersebut, kelompok kami
menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas II dengan topik “ Asuhan Keperawatan
Penyakit Diabetes Melitus Pada Kehamilan”.

1
1.2. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam mempelajari, mengidentifikasi serta


mengetahui diabetes melitus pada ibu hamil.

2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Pengertian Penyakit


2. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Etiologi
3. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Klasifikasi
4. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Patofisiologi dan WOC
5. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Manifestasiklinik
6. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
7. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
8. Menjelaskan dan Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PENYAKIT

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak bias
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek
umum dari diabetes yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan
masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa


darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM
merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang
telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan
ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang
tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.

Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi
bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini,
kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga.

Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi,
oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir
yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang
sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan
metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial
kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam
3
perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.

2.2. ETIOLOGI/PENYEBAB
Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya membuat
kerja insulin menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa oleh
sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah meningkat dan penyebab
lainnya adalah :

1. Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah kalori yang dibutuhkan
tubuh jumlahnya berlebih. Apabila konsumsi makanan yang berlebihan tidak diimbangi oleh
sekresi insulin dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat.
2. Faktor keturunan / Genetik
Diabetes militus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Sevara klinis, penyakit DM
awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada
tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yaitu karena proses produksi
hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation
(OXPHOS) di dalam penkreas.
3. Stres dan merokok
Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan meningkat hal ini juga
akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah. Sedangkan merokok dapat memperberat
gangguan sirkulasi darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga
merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangren.
4. Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin
hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi berkurang
produksinya. Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi diabetes melitus belebihan

4
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebian pula.

5. Bahan kimia dan obat-obatan


Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pakreas sehingga menyebabkan radang pankreas.
Peradangan pada pankreas menyebaban pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin.
6. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah
meningkat. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak disekresikan oleh sel-sel beta ( yang
mengsekresi insulin dalam darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa
darah tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini
menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas kesanggupan ginjal untuk
menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui
urin sehingga terjadi glukosaria (glukosa dalam urin = kencing manis).
7. Kerusakan pada sel pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pangkreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme yubuh termasuk insulin. Penyakit seperti
kolesterol tinggi dan displidemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes militus.

2.3 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation World Helath Organization mengklasifikasikan 4 macam
penyakit diabetes mellitus berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin/DMTI) Disebut juga dengan
Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDMM), dengan jumlah
penderita sekitar 5-10% dari seluruh penderta DM dan pada umumnya terjadi pada usia
muda (95% pada usia dibawah 25 tahun). Dm tipe 1 mempunyai ciri khas yaitu terjadinya
kerusakan pada sel β pankreas yang disebabkan oleh proses autoimmune, akibatnya terjadi
defisiensi insulin absolut dan pasiennya akan mutlak memerlukan insulin dari luar untuk
dapat tetap mempertahankan kadar glukosa dalam kondisi normal. Kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus sebisa mungkin harus mendekati nilai 80-120 mg/dl. Jika kadar
5
glukosa 200mg/dl akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan akan diikuti dengan sering
buang air kecil sehingga mengakibatkan dehidrasi.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung Insulin/DMTTI). Diabetes
Mellitus Tipe 2 biasa juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) atau Adult Onset Diabetes. Jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 ini
merupakan jumlah terbesar, karena hampir mencapai angka 90-95% dari keseluruhan
kasus DM. Untuk jenis DM tipe 2 ini biasa terjadi pada usia dewasa, yaitu usia
pertengahan kehidupan, dan kejadiannya lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada
wanita (IP.Suiroka,2012). DM tipe 2 terjadi keadaan yang disebut dengan resistensi
insulin. Jumlah reseptor pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah insulin tidak
berkurang. Sehingga mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke sel-sel di dalam tubuh
walaupun insulin tersedia Faktor penyebab terjadinya resistensi insulin dapat terjadi
karena beberapa hal, namun hal yang paling berpengaruh dalam kejadian ini adalah
obesitas sentral (obesitas dengan penumpukan lemak di daerah perut). Karena, pada
keadaan obesitas sentral terjadi pengeluaran hormonhormon yang dapat menyebabkan
rusaknya sistem toleransi glukosa. Sebanyak 90% pasien DM tipe 2 ditemukan
mengalami obesitas sentral atau Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan.
c. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan
sebagai gangguan toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya
diketahui pada kehamilan usia kandungan trimester 3 (Wasis, 2008). Wanita hamil yang
belum pernah mengidap atau terkena diabetes mellitus, namun memiliki kadar glukosa
yang tinggi selama masa kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa ia menderita diabetes
mellitus gestasional (Suiroka, 2012). Diabetes mellitus gestasional merupakan gangguan
toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat hamil. Diabetes mellitus
gestasional pada umumnya menunjukan adanya gangguan yang relatif ringan sehingga
jarang membutuhkan pertolongan dokter. Karena, kebanyakan wanita dengan DMG
memiliki homeostatis glukosa relatif normal selama paruh pertama waktu kehamilan dan
bisa juga mengalami defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar glukosa
biasanya akan kembali normal setelah proses melahirkan. kehamilan yang sudah lebih
dari 3 bulan, apabila terjadi kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan
persalinan prematur atau kematian janin di dalam kandungan. Selain itu, diabetes yang
6
tidak terkontrol dapat mengakibatkan large baby atau bayi lahir besar, paru-paru bayi
tidak sempurna sewaktu lahir, atau dapat terjadi hipoglikemia pada waktu persalinan.
Hipoglikemia pada saat persalinan juga mengatakan tentang komplikasi yang
dapat dialami oleh bayi ketika ibu mengalami diabetes mellitus gestasional adalah:
1. Respiratory Distress Syndrome ( RDS) Keadaan dimana akan kesusahan
dalam bernapas karena paruparu belum terbentuk secara sempurna. Dapat
terjadi apabila bayi lahir secara premature. Namun, kontrol kadar glukosa
darah dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi ini.
2. Hipokalsemia Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat
terjadi karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium.
3. Magnesium yang rendah Kadar magnesium yang rendah dapat terjadi ketika
bayi lahir secara prematur.
4. Polisitemia Keadaan dimana terjadi peningkatan sel darah merah, namun
sebab nya masih belum jelas.
5. Hiperbilirubinemia Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga
menyebabkan bayi menjadi kuning.
6. Lazy Left Colon Bayi mengalami susah buang air besar, sehingga memberi
kesan terjadi penyumbatan (Tandra, 2008).

7
Klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional

Kelas Karakteristik Implikasi

Intoleransi Toleransi glukosa abnormal Diagnosis sebelum usia gestasi 30


Glukosa pada selama masa hamil, hiperglikemi minggu penting untuk mencegah
masa hamil pascarandial selama masa hamil makrosomia.

Tangani dengat diet kalori yang


adekuat untuk mencegah penurunan
berat badan ibu.

Sasaran yang dicapai: glukosa


darah pascaprandial <130m/gl 1
jam setelah makan atau
<105 mg/dl 2 jam setelah
makan. Apabila insulin

dibutuhkan, tangani seperti


penanganan kelas B dan C.

Diabetes Kimiawi yang didiagnosis


Penatalaksanaan sama dengan
sebelum masa hamil: diatasi hanya
A penanganan intoleransi glukosa
melalui upaya diet.
pada kehamilan

8
Terapi Insulin yang dilakukan
Sekresi insulin endogen dapat
sebelum Masa hamil; awitan pada
menetap, resiko pada neonatus dan
usia 20 tahun atau lebih durasi
janin dengan resiko pada kelas C
kurang 10 tahun
dan D begitu juga dengan
B
penatalaksanaannya.

Awal pada usia 10-20 tahun, atau


Diabetes karena kurang insulin
durasi 10-20 tahun. Diabetes karena
dengan awal pada masa anak-anak.
kurang insulin
C

Awal sebelum usia 10-20 tahun


Makrosomia janin atau retardasi
atau durasi 10-20 tahun
pertumbuhan intrauterine dapat
terjadi, mikroorganisme retina,
dot-hemoragi, dan adekut

D meningkat selama masa hamil,


kemudian menurun setelah
melahirkan
Nefropati diabetic disertai dengan
Anemi dan hipertensi umum
proteinuria
terjadi, proteinuria meningkat pada

F trisemester ke 3, lalu menurun


kembali

9
Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM


 Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik
 DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah
 Abortus dan partus prematuru
 Hidronin
 Pre-eklamasi
 Kesalahan letak jantung
 Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
 Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
 Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
 Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati
Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
 Post partum mudah terjadi infeksi.
 Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
 Mudah terjadi infeksi post partum
 Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
 Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
 Janin besar ( makrosomia )
 Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

2.4 PATOFISIOLOGI/WOC DIABETES MELITUS PADA KEHAMILAN

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah)


diakibatkan karena produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. Insulin yang diproduksi sel-sel beta pulau langerhans di prankeas

10
bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak cukup / tidak
efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia
menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intrasel ke dalam sistem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal
menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan
volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler,
menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak
dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu
makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan
perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan
ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan
nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh faktor
genetik. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat
dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak
selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak
individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka
mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah
peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas,
infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas.

Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak


dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkatsekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism
endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan
untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga
kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat
mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti
estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut
11
sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin
yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan
tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin
yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.Pada DMG, selain perubahan-
perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah / fungsi insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin.
Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,
kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal (menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga
janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

12
WOC Diabetes Melitus pada Ibu Hamil

13
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Berikut Manifestasi Klinis DM Gestasional :
 Polyuria ( banyak berkemih)
 Polydipsia ( banyak minum)
 Penurunan berat badan
 Polyphagia (banyak makan)

 Letih, lesu, Lemah badan

 Rasa seperti flu dan lemah


 Gatal
 pandangan kabur
 dan pruritus vulvae padawanita
 Pusing
 Mual
 Luka yang sukar sembuh
 Kulit kering dan gatal
 dan mudah infeksi.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK DIABETES MELITUS


GESTASIONAL
Menurut Liong (2016) pemeriksaan diagnostik DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua
strategi berikut :
1. “One-step” 75 gram TTGO
Strategi One-Step adalah tes toleransi glukosa oral dengan 75 gram glukosa. Pengukuran
glukosa plasma dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah tes toleransi
glukosa. Tes dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya
belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi
hari setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam. Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil
kadar glukosa plasma nilainya memenuhi setidaknya satu kriteria di bawah ini:

14
Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L) atau lebih
tinggi
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) atau lebih
tinggi
2 jam 155 mg/dL (8,5 mmol/L) atau lebih
tinggi

2. “Two-step” approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa jika skrining awal
memberikan hasil positif. Strategi Two-Steps:
 Step 1
Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar glukosa plasma
diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada wanita dengan usia
kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar
glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L),
dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
 Step 2
Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada pasien dalam
keadaan puasa. Dua dari empat hasil pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria
berikut:
Carpenter/Coustan NDDG
Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8 mmol/L)

1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6


mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L) >165 mg/dL (9,2
mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L) >145 mg/dL (8 mmol/L)

NDDG, National Diabetes Data Group

15
2.7 PENATALAKSANAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Terapi untuk pasien diabetes mellitus gestasional dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi :
1. Terapi Farmakologis
 Insulin
Insulin adalah hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B memiliki
30 asam amino. Tujuan dari terapi insulin yaitu untuk mengatur kadar glukosa
darah dengan target organ utama adalah hepar, otot, dan jaringan adiposa. Preparat
insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja yaitu insulin kerja cepat, sedang,
dan panjang (Tanu, 2007). Mekanisme kerja dari insulin yaitu menurunkan kadar
glukosa darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan
menghambat produksi glukosa hepatik.
 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat hipoglikemik oral biasa digunakan untuk pasien DM ada 5 golongan
yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, penghambat α– glikosidase, dan
tiazolidinedione. Namun, obat hipoglikemik oral yang aman dan dapat diberikan
pada pasien DM gestasional hanya gliburid/glibenklamid (sulfonilurea),
metformin (biguanid), dan akarbose (penghambat α-glikosidase).
Gliburid/glibenklamid (sulfonilurea) bekerja dengan merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel beta langerhans pankreas. Metformin (biguanid) bekerja
dengan menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas
jaringan otot dan jaringan adiposa terhadap insulin. Akarbose (penghambat α-
glikosidase) bekerja dengan menghambat kerja enzim α- glikosidase di brush
border intestine sehingga dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan
disakarida di intestine (Tanu, 2007).
2. Terapi Non Farmakologis
 Diet DM / MNT (Medical Nutrition Therapy)
Diet/terapi nutrisi merupakan pengobatan standar untuk semua pasien
diabetes mellitus gestasional dengan tujuan meningkatkan nutrisi untuk ibu
dan janin, meningkatkan asupan kalori bagi tumbuh kembang janin,
pengaturan normoglikemia, dan mencegah ketosis
 Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG)
American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan monitoring
glukosa darah (SMBG) dapat dilakukan sebanyak 3X atau lebih sehari untuk

16
pasien yang menggunakan injeksi insulin atau terapi pompa insulin.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MEILITUS (GESTASIONAL) PADA MASA


KEHAMILAN

A. PENGKAJIAN

 DS (DATA SUBJEKTIF)
a. Keluhan Utama
 Mual
 Muntah
 Mudah lelah
 Penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat
 Tidak Nafsu Makan
 Poliphagi (Rasa lapar berlebihan)
 Polyuria ( banyak berkemih)
 Polydipsia ( banyak minum)
 Nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
 Diabetes mellitus gestasional.
 Hipertensi karena kehamilan.
 Infertilitas.
 Bayi low gestasional age.
 Riwayat kematian janin.
 Lahir mati tanpa sebab jelas.
 Anomali congenital.
 Aborsi spontan.
 Polihidramnion.
 Makrosomia.
 Pernah keracunan selama kehamilan.

17
 DO (DATA OBJEKTIF)
a. Pemeriksaan Fisik
1. Sirkulasi

 Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
diabetes yang lama.
 Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
 Peningkatan tekanan darah.
 Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.

2. Eliminasi
 Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan
Polidipsi.
 Polyuria
 Mual dan muntah.
 Obesitas.
 Nyeri tekan abdomen.
 Hipoglikemi.
 Glukosuria.
 Ketonuria.
 Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas
injeksi insulin yang sering.
 Mata.
 Kerusakan penglihatan atau retinopati.
 Uterus.
 Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.
3. Nutrisi dan Cairan
 Psikososial

 Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.


 Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
18
 Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
 Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.

Perencanaan

1. Memantau status ibu dan janin dan kemajuan persalinan.


2. Mempertahankan normoglikemia.
3. Memberikan dukungan emosional.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Defisit Nutrisi d.d Ketidakmampuan Mencerna Makanan


2. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (mis. Kehamilan), disertai penyakit ( Diabetes
Melitus gestasional
3. Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpapar Informasi, Ketidaktahuan Menemukan
Informasi. Resiko Cidera Pada Ibu d.d Penyakit Penyerta ( Diabetes Melitus
gestasional)
4. Resiko Cidera Pada Janin d.d Besarnya Ukuran Janin (Berat Lahir Berlebihan)
5. Gangguan Citra Tubuh b.b Perubahan Fungsi Tubuh (mis. Kehamilan)
6. Resiko Ketidakseimbangan Cairan d.d kehilangan cairan aktif.

19
INTERVENSI KEPERAWATAN

ND : Resiko Defisit Nutrisi d.d Ketidakmampuan Mencerna Makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam diharapkan Resiko Defisit
Nutrisi Membaik

Kriteria Hasil :

1. Kekuatan Otot Pengunyah Normal


2. Nafsu Makan Kembali Normal
3. Frekuensi Makan Kembali Normal
4. Kekuatan Otot Menelan Normal

INTERVENSI

 Observasi
 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori .
 Terapeutik
 Timbang berat badan secara rutin
 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesual
 Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab perilaku)
 Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
 Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis medis, konsling)
 Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makaKolaborasi

20
 Kolaborasi
 dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

EVALUASI

S : Nafsu makan pasien sudah mulai bertambah


O : berat badan pasien sudah kembali normal , pasien sudah mulai merasa baik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

21
ND : Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (mis. Kehamilan) disertai penyakit ( Diabetes Melitus
gestasional
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam diharapkan Keletihan
Mulai Berkurang ( Membaik)

Kriteria Hasil :

1. Verbalisasi kepulihan energi normal


2. Tenaga kembali normal
3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin kembali normal
4. Gelisah mulai berkurang

INTERVENSI

 Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Terapeutik
 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
 Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
 Edukasi
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga secara rutin
 -Anjurkan terlibat kelompok, atau aktivitas lainnya Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

22
EVALUASI

S : Pasien bisa menerima informasi dengan baik


O : bisa melakukan aktivitas sesuai dengan informasi yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

23
ND : Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpapar Informasi, Ketidaktahuan Menemukan
Informasi.

Tujuan: : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam Defisit Pengetahuan mulai
meningkat

Kriteria Hasil :

1. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat


2. Perilaku sesuai anjuran meningkat
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya meningkat

INTERVENSI

 Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
 Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi
 Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat

24
EVALUASI

S : Pasien bisa menerima informasi dengan baik, memiliki motivasi hidup sehat
O : bisa melakukan aktivitas sesuai dengan informasi yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

25
ND : Resiko Cidera Pada Ibu d.d Penyakit Penyerta ( Diabetes Melitus gestasional)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam : Resiko Cidera Pada Ibu
mulai menurun

Kriteria Hasil :

1. Kejadian cedera menurun


2. Ekspresi wajah kesakitan menurun
3. Toleransi aktivitas membaik
4. Pola istirahat/tidur membaik
5. Denyut jantung radialis membaik
6. Ketegangan otot membaik

INTERVENSI

 Observasi
 Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
 Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
 Terapeutik
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Sosialisasikan pasien dan keluarga .dengan lingkungan rang rawat (mis. penggunzan
 telepon, tempat tidur, penerangan rdangan dan lokasi kamar mandi)
 Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
 Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu
 Diskusikan mengenai latilhan dan terapi fisik yang dipertukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesual (mis., tongkat atau alat bantu
Jalan)

26
 Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
 Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebalum
berdiri
EVALUASI

S : Pasien sudah mengatakan mulai ia sudah mulai membaik


O: sudah tidak merasa cemas dan kesulitan lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

27
ND : Resiko Cidera Pada Janin d.d Besarnya Ukuran Janin (Berat Lahir Berlebihan)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam : Resiko Cidera Pada janin
mulai menurun.

Kriteria Hasil :

1. Iritabilitas membaik
2. Kejadian cedera menurun
3. Ketegangan otot menurun

INTERVENSI

 Observasi
 Identifikasi status obstetrik
 Identifikasi riwayat obstetrik
 Identifikasi adanya penggunaan obat, diet dan merokok .
 Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
 Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
 Monitor denyut jantung Janin .
 Monitor tanda vital ibu .
 Terapeutik
 Atur posisi pasien
 Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posisi janin
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Infromasikan hasil pemantauan, jika perlu

28
EVALUASI

S : Janin dalam keadaan normal


O: Tidak terjadi hal yang tidak di inginkan pada janin, Janin dalam keadaan normal
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

29
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM
gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM
pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil kemudian akan
pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan DM gestasional, namun
apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya
diabetes Gestasional, tetapi DM. Dm gstasional perlu penanganan yang serius, karena
dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin
kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara professional terhadap
ibu hamil dengan DM, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang
tidak diinginkan
 Diabetes melitus pada kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia) pada minggu ke 24 sampai ke 28 masa kehamilan.
 Diabetes melitus gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di atas usia 30 tahun,
perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat diabetes melitus
pada orang tua atau riwayat diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya
dan melahirkan bayi dengan berat lahir >4000 gram dan adanya glukosuria.
 Penyakit ini menyebabkan perubahan metabolic dan hormonal yang berpengaruh pada
fungsi insulin dan mengakibatkan kondisi kebal terhadap insulin. Sehingga
menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.
 Deteksi dini sangat diperlukan untuk menjaring DM Gestasional agar dapat dikelola
sebaik-baiknya terutama dilakukan pada ibu dengan faktor risiko.
 Kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah janin
juga meningkat dan pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam
lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh

30
janin.Dampaknya bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional
ini berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.
B. SARAN
 Peranan perawat dalam memberikan arahan dan edukasi pada ibu hamil untuk aktif
melakukan pemeriksaan rutin untuk mencegah resiko terjadinya diabetes gestasional
dan mengelola sebaik-baiknya terhadap ibu dengan factor resiko.
 Pendidikan kesehatan ibu hamil mengenai diabetes melitus gestasional diperlukan
untuk masa kehamilan.
 Penulis Juga berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana
patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir
kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Fuji Jum Natosba, Jaji. 2016. SKRINING DIABETES MELLITUS


GESTASIONALDAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHINYA.

Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol. 3. No. 2


Rahayu, Anita, Rodiani.2016. Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomi. MAJORITY. Vol. 5. No. 4

Putri, Meggeria Dyah Matrika Tito, Pudjo Wahjudi, Irma Prasetyowati. 2018. Gambaran kondisi
Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus di RSD. Dr. Soebandi. E-Jurnal Pustaka Kesehatan.
Vol.6. No. 1

Wicaksono, R. P. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus


Tipe 2 (Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi (Doctoral
dissertation, Faculty of Medicine).
Boy, Liong. (2016). Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus
Gestasional. Jurnal CDK-246, 43(11), 811-813.
Rahayu, Anita, Rodiani. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomia. Jurnal Majority, 5(4), 17-22.
Setji, L. Tracy., Ann J. Brown, dan Mark N. Feinglos., 2005, Gestasional
Diabetes Mellitus, volume 23 (1)., Duke University Medical Centre in Durham.

Tanu, Ian., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5., Gaya Baru, Jakarta.

Thacker, M. Stacey., dan Katherine A. Petkewicz., 2009, Gestasional Diabetes Mellitus, 34 (9) :
43-48, US Pharm.

Fadillah, Putri. 2012. Diabetes Melitus Gestasional. E-Journal scribd


Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
32
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2015-
2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani.
Jakarta; EGC.
Paramitha, M.G. 2014. Hubungan Aktivitas Fisik dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di RSUD Karanganyer. Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah
Surakarta.

Etika, Arif Nurma dan Monalisa, Via. 2016. Riwayat Penyakit Keluarga dengan Kejadian
Diabetes Mellitus. Jurnal Care; Vol. 4, No.1

33

Anda mungkin juga menyukai