PADA KEHAMILAN
DOSEN PENGAMPU :
KELAS 2B
2022
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas II, dengan judul: “Asuhan
Keperawatan Penyakit Diabetes Militus Pada Kehamilan”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak bias
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek
umum dari diabetes yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan
masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah.
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi
bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini,
kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga.
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi,
oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir
yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang
sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan
metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial
kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam
3
perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
2.2. ETIOLOGI/PENYEBAB
Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya membuat
kerja insulin menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa oleh
sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah meningkat dan penyebab
lainnya adalah :
1. Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah kalori yang dibutuhkan
tubuh jumlahnya berlebih. Apabila konsumsi makanan yang berlebihan tidak diimbangi oleh
sekresi insulin dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat.
2. Faktor keturunan / Genetik
Diabetes militus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Sevara klinis, penyakit DM
awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada
tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yaitu karena proses produksi
hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation
(OXPHOS) di dalam penkreas.
3. Stres dan merokok
Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan meningkat hal ini juga
akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah. Sedangkan merokok dapat memperberat
gangguan sirkulasi darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga
merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangren.
4. Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin
hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi berkurang
produksinya. Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi diabetes melitus belebihan
4
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebian pula.
2.3 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation World Helath Organization mengklasifikasikan 4 macam
penyakit diabetes mellitus berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin/DMTI) Disebut juga dengan
Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDMM), dengan jumlah
penderita sekitar 5-10% dari seluruh penderta DM dan pada umumnya terjadi pada usia
muda (95% pada usia dibawah 25 tahun). Dm tipe 1 mempunyai ciri khas yaitu terjadinya
kerusakan pada sel β pankreas yang disebabkan oleh proses autoimmune, akibatnya terjadi
defisiensi insulin absolut dan pasiennya akan mutlak memerlukan insulin dari luar untuk
dapat tetap mempertahankan kadar glukosa dalam kondisi normal. Kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus sebisa mungkin harus mendekati nilai 80-120 mg/dl. Jika kadar
5
glukosa 200mg/dl akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan akan diikuti dengan sering
buang air kecil sehingga mengakibatkan dehidrasi.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung Insulin/DMTTI). Diabetes
Mellitus Tipe 2 biasa juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) atau Adult Onset Diabetes. Jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 ini
merupakan jumlah terbesar, karena hampir mencapai angka 90-95% dari keseluruhan
kasus DM. Untuk jenis DM tipe 2 ini biasa terjadi pada usia dewasa, yaitu usia
pertengahan kehidupan, dan kejadiannya lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada
wanita (IP.Suiroka,2012). DM tipe 2 terjadi keadaan yang disebut dengan resistensi
insulin. Jumlah reseptor pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah insulin tidak
berkurang. Sehingga mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke sel-sel di dalam tubuh
walaupun insulin tersedia Faktor penyebab terjadinya resistensi insulin dapat terjadi
karena beberapa hal, namun hal yang paling berpengaruh dalam kejadian ini adalah
obesitas sentral (obesitas dengan penumpukan lemak di daerah perut). Karena, pada
keadaan obesitas sentral terjadi pengeluaran hormonhormon yang dapat menyebabkan
rusaknya sistem toleransi glukosa. Sebanyak 90% pasien DM tipe 2 ditemukan
mengalami obesitas sentral atau Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan.
c. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan
sebagai gangguan toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya
diketahui pada kehamilan usia kandungan trimester 3 (Wasis, 2008). Wanita hamil yang
belum pernah mengidap atau terkena diabetes mellitus, namun memiliki kadar glukosa
yang tinggi selama masa kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa ia menderita diabetes
mellitus gestasional (Suiroka, 2012). Diabetes mellitus gestasional merupakan gangguan
toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat hamil. Diabetes mellitus
gestasional pada umumnya menunjukan adanya gangguan yang relatif ringan sehingga
jarang membutuhkan pertolongan dokter. Karena, kebanyakan wanita dengan DMG
memiliki homeostatis glukosa relatif normal selama paruh pertama waktu kehamilan dan
bisa juga mengalami defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar glukosa
biasanya akan kembali normal setelah proses melahirkan. kehamilan yang sudah lebih
dari 3 bulan, apabila terjadi kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan
persalinan prematur atau kematian janin di dalam kandungan. Selain itu, diabetes yang
6
tidak terkontrol dapat mengakibatkan large baby atau bayi lahir besar, paru-paru bayi
tidak sempurna sewaktu lahir, atau dapat terjadi hipoglikemia pada waktu persalinan.
Hipoglikemia pada saat persalinan juga mengatakan tentang komplikasi yang
dapat dialami oleh bayi ketika ibu mengalami diabetes mellitus gestasional adalah:
1. Respiratory Distress Syndrome ( RDS) Keadaan dimana akan kesusahan
dalam bernapas karena paruparu belum terbentuk secara sempurna. Dapat
terjadi apabila bayi lahir secara premature. Namun, kontrol kadar glukosa
darah dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi ini.
2. Hipokalsemia Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat
terjadi karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium.
3. Magnesium yang rendah Kadar magnesium yang rendah dapat terjadi ketika
bayi lahir secara prematur.
4. Polisitemia Keadaan dimana terjadi peningkatan sel darah merah, namun
sebab nya masih belum jelas.
5. Hiperbilirubinemia Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga
menyebabkan bayi menjadi kuning.
6. Lazy Left Colon Bayi mengalami susah buang air besar, sehingga memberi
kesan terjadi penyumbatan (Tandra, 2008).
7
Klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional
8
Terapi Insulin yang dilakukan
Sekresi insulin endogen dapat
sebelum Masa hamil; awitan pada
menetap, resiko pada neonatus dan
usia 20 tahun atau lebih durasi
janin dengan resiko pada kelas C
kurang 10 tahun
dan D begitu juga dengan
B
penatalaksanaannya.
9
Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
10
bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak cukup / tidak
efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia
menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intrasel ke dalam sistem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal
menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan
volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler,
menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak
dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu
makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan
perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan
ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan
nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh faktor
genetik. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat
dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak
selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak
individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka
mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah
peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas,
infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas.
12
WOC Diabetes Melitus pada Ibu Hamil
13
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Berikut Manifestasi Klinis DM Gestasional :
Polyuria ( banyak berkemih)
Polydipsia ( banyak minum)
Penurunan berat badan
Polyphagia (banyak makan)
14
Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L) atau lebih
tinggi
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) atau lebih
tinggi
2 jam 155 mg/dL (8,5 mmol/L) atau lebih
tinggi
2. “Two-step” approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa jika skrining awal
memberikan hasil positif. Strategi Two-Steps:
Step 1
Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar glukosa plasma
diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada wanita dengan usia
kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar
glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L),
dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Step 2
Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada pasien dalam
keadaan puasa. Dua dari empat hasil pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria
berikut:
Carpenter/Coustan NDDG
Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8 mmol/L)
15
2.7 PENATALAKSANAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Terapi untuk pasien diabetes mellitus gestasional dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi :
1. Terapi Farmakologis
Insulin
Insulin adalah hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B memiliki
30 asam amino. Tujuan dari terapi insulin yaitu untuk mengatur kadar glukosa
darah dengan target organ utama adalah hepar, otot, dan jaringan adiposa. Preparat
insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja yaitu insulin kerja cepat, sedang,
dan panjang (Tanu, 2007). Mekanisme kerja dari insulin yaitu menurunkan kadar
glukosa darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan
menghambat produksi glukosa hepatik.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat hipoglikemik oral biasa digunakan untuk pasien DM ada 5 golongan
yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, penghambat α– glikosidase, dan
tiazolidinedione. Namun, obat hipoglikemik oral yang aman dan dapat diberikan
pada pasien DM gestasional hanya gliburid/glibenklamid (sulfonilurea),
metformin (biguanid), dan akarbose (penghambat α-glikosidase).
Gliburid/glibenklamid (sulfonilurea) bekerja dengan merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel beta langerhans pankreas. Metformin (biguanid) bekerja
dengan menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas
jaringan otot dan jaringan adiposa terhadap insulin. Akarbose (penghambat α-
glikosidase) bekerja dengan menghambat kerja enzim α- glikosidase di brush
border intestine sehingga dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan
disakarida di intestine (Tanu, 2007).
2. Terapi Non Farmakologis
Diet DM / MNT (Medical Nutrition Therapy)
Diet/terapi nutrisi merupakan pengobatan standar untuk semua pasien
diabetes mellitus gestasional dengan tujuan meningkatkan nutrisi untuk ibu
dan janin, meningkatkan asupan kalori bagi tumbuh kembang janin,
pengaturan normoglikemia, dan mencegah ketosis
Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG)
American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan monitoring
glukosa darah (SMBG) dapat dilakukan sebanyak 3X atau lebih sehari untuk
16
pasien yang menggunakan injeksi insulin atau terapi pompa insulin.
A. PENGKAJIAN
DS (DATA SUBJEKTIF)
a. Keluhan Utama
Mual
Muntah
Mudah lelah
Penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat
Tidak Nafsu Makan
Poliphagi (Rasa lapar berlebihan)
Polyuria ( banyak berkemih)
Polydipsia ( banyak minum)
Nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional.
Hipertensi karena kehamilan.
Infertilitas.
Bayi low gestasional age.
Riwayat kematian janin.
Lahir mati tanpa sebab jelas.
Anomali congenital.
Aborsi spontan.
Polihidramnion.
Makrosomia.
Pernah keracunan selama kehamilan.
17
DO (DATA OBJEKTIF)
a. Pemeriksaan Fisik
1. Sirkulasi
Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
2. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan
Polidipsi.
Polyuria
Mual dan muntah.
Obesitas.
Nyeri tekan abdomen.
Hipoglikemi.
Glukosuria.
Ketonuria.
Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas
injeksi insulin yang sering.
Mata.
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
Uterus.
Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.
3. Nutrisi dan Cairan
Psikososial
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
19
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam diharapkan Resiko Defisit
Nutrisi Membaik
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
Observasi
Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori .
Terapeutik
Timbang berat badan secara rutin
Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesual
Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab perilaku)
Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis medis, konsling)
Edukasi
Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
Ajarkan pengaturan diet yang tepat
Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makaKolaborasi
20
Kolaborasi
dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
EVALUASI
21
ND : Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (mis. Kehamilan) disertai penyakit ( Diabetes Melitus
gestasional
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam diharapkan Keletihan
Mulai Berkurang ( Membaik)
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga secara rutin
-Anjurkan terlibat kelompok, atau aktivitas lainnya Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
22
EVALUASI
23
ND : Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpapar Informasi, Ketidaktahuan Menemukan
Informasi.
Tujuan: : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam Defisit Pengetahuan mulai
meningkat
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
24
EVALUASI
S : Pasien bisa menerima informasi dengan baik, memiliki motivasi hidup sehat
O : bisa melakukan aktivitas sesuai dengan informasi yang diberikan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
25
ND : Resiko Cidera Pada Ibu d.d Penyakit Penyerta ( Diabetes Melitus gestasional)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam : Resiko Cidera Pada Ibu
mulai menurun
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
Observasi
Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
Terapeutik
Sediakan pencahayaan yang memadai
Gunakan lampu tidur selama jam tidur
Sosialisasikan pasien dan keluarga .dengan lingkungan rang rawat (mis. penggunzan
telepon, tempat tidur, penerangan rdangan dan lokasi kamar mandi)
Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu
Diskusikan mengenai latilhan dan terapi fisik yang dipertukan
Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesual (mis., tongkat atau alat bantu
Jalan)
26
Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebalum
berdiri
EVALUASI
27
ND : Resiko Cidera Pada Janin d.d Besarnya Ukuran Janin (Berat Lahir Berlebihan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam : Resiko Cidera Pada janin
mulai menurun.
Kriteria Hasil :
1. Iritabilitas membaik
2. Kejadian cedera menurun
3. Ketegangan otot menurun
INTERVENSI
Observasi
Identifikasi status obstetrik
Identifikasi riwayat obstetrik
Identifikasi adanya penggunaan obat, diet dan merokok .
Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
Monitor denyut jantung Janin .
Monitor tanda vital ibu .
Terapeutik
Atur posisi pasien
Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posisi janin
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Infromasikan hasil pemantauan, jika perlu
28
EVALUASI
29
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM
gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM
pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil kemudian akan
pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan DM gestasional, namun
apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya
diabetes Gestasional, tetapi DM. Dm gstasional perlu penanganan yang serius, karena
dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin
kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara professional terhadap
ibu hamil dengan DM, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang
tidak diinginkan
Diabetes melitus pada kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia) pada minggu ke 24 sampai ke 28 masa kehamilan.
Diabetes melitus gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di atas usia 30 tahun,
perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat diabetes melitus
pada orang tua atau riwayat diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya
dan melahirkan bayi dengan berat lahir >4000 gram dan adanya glukosuria.
Penyakit ini menyebabkan perubahan metabolic dan hormonal yang berpengaruh pada
fungsi insulin dan mengakibatkan kondisi kebal terhadap insulin. Sehingga
menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.
Deteksi dini sangat diperlukan untuk menjaring DM Gestasional agar dapat dikelola
sebaik-baiknya terutama dilakukan pada ibu dengan faktor risiko.
Kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah janin
juga meningkat dan pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam
lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh
30
janin.Dampaknya bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional
ini berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.
B. SARAN
Peranan perawat dalam memberikan arahan dan edukasi pada ibu hamil untuk aktif
melakukan pemeriksaan rutin untuk mencegah resiko terjadinya diabetes gestasional
dan mengelola sebaik-baiknya terhadap ibu dengan factor resiko.
Pendidikan kesehatan ibu hamil mengenai diabetes melitus gestasional diperlukan
untuk masa kehamilan.
Penulis Juga berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana
patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir
kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Meggeria Dyah Matrika Tito, Pudjo Wahjudi, Irma Prasetyowati. 2018. Gambaran kondisi
Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus di RSD. Dr. Soebandi. E-Jurnal Pustaka Kesehatan.
Vol.6. No. 1
Tanu, Ian., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5., Gaya Baru, Jakarta.
Thacker, M. Stacey., dan Katherine A. Petkewicz., 2009, Gestasional Diabetes Mellitus, 34 (9) :
43-48, US Pharm.
Etika, Arif Nurma dan Monalisa, Via. 2016. Riwayat Penyakit Keluarga dengan Kejadian
Diabetes Mellitus. Jurnal Care; Vol. 4, No.1
33