Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DENGAN DIABETES MILITUS
DOSEN: NURSARI ABDUL SYUKUR, M.KEB

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGOTA :

1. DEWI WAHYUNI
2. DEWI SUSANTI
3. EVI ARNAWATI
4. IRMA DELIMA
5. NURHASANAH

POLTEKES KEMENKES KALTIM


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
Manajemen Kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetus Militus. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kolaboratif. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Tenggarong , Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

 1.LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa

membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan

trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan

respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG

asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat

pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita

yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan

mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan

penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam

post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat

diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa

darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg%

berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada

wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test

tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa

darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan

melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa

oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat


sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang

dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang

menjadi DM. .

DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional,

karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga

saat persalinan.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan

2. Bagaimana Proses asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan DM

 3. TUJUAN

3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

DM (Gestasional).

3.2 Tujuan Khusus

-  Mengetahui pengertian DM

- Mengetahui pengertian DM pragestasi

- Mengetahui pengertian DM gestasional

- Mengetahui konsep teori  DM pada masa kehamilan

- Mengetahui patofisiologi DM  yang dikaitkan dengan etiologi dan

manifestasi klinis

- Mengetahui Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetes mielitus

  
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana

glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan

keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak

dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu: diabetes mellitus yang diketahui

sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah terjadi sebelum

hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan

sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus

ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan

produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif

pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004. Edisi 4 hal 699)

2. Diabetes pragestasi

Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian

hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka

dengan komolikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal

penting mengapa diabetes gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya.Diabetes

Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut

setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung

insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak

disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya.

Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama


masa pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang

normal terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic

pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler

diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah maternal

dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap glukosa meningkat,

kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang terkontrol

baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia

tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer,

palmer, 1990)

3. Diabetes meilitus  pada masa kehamilan

Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang

berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin

untuk mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan

keperawatan kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon

fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes,

perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan

diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam

perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan

keluarganya.

Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi

sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap

diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap
setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama

masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali

didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi

glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa

membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan

trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan

respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG

asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat

pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi

karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang

hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,

diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.

Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai

“unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang

memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg,

riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama

pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.

a. Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan

Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik,

dimana kebutuhan akan glukosa meningkat. Metabolisme maternal

mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang adekuat dan

konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin


melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembusd plasenta. Pada

usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi insulinnya sendiri dengan kadar

yang adekutat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh

dari ibu.

Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan

cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl.

Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas meningkatkan produksi

insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama,

penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar

glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea,

vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin

menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen

plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin

meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis.

Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa yang

memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan

insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-

4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.

Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak

kadar hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan

maternal dengan cepat kembali peka terhadap insulin seperti pada periode

sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin –

karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari.


Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu

yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir,

kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.

b. Etiologi

Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :

 Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

 Genetik

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes

mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun

resikonya sangat kecil.

Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin

yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu

didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin.

Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi

hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative

phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses

pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari

peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat

(ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini

mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis

menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam

ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses


pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah

dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G

yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen

penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para

penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM.

Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like

episode. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada

mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel

beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi

sekresi makin berat.

Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita

DM itu menderita penyakit penyerta tadi.

 Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan

radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun

sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme

tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia

dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.

 Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol,

dan epineprin.

 Obat-obatan.

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas


menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses

metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang

terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah

berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup

dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat

dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan

meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan

akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan

yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2

kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.

 Wanita obesitas

Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab,

obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang

pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi

kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat

penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan

penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

c. Manifestasi klinik

Polyuria ( banyak berkemih), polydipsia ( banyak minum), Penurunan

berat badan, Polyphagia ( banyak makan), Letih, lesu, Lemah badan, gatal,

pandangan kabur, dan pruritus vulvae pada wanita, Kelelahan, Pandangan


kabur, mata kabur, Pusing, Mual, Kurangnya ketahanan pada saat

melakukan olah raga, dan mudah infeksi

d. Patofisiologi

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa

darah) diakibatkan karena Produksi  insulin yang tidak adekuat atau

penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.  Insulin–

insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di prankeas

bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila insulin

tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan

terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia  menyebabkan hiperosmolaritas

dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular

sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal

menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk

mengatur kelebihan volume darah  dan menyekresi glukosa yang tidak

digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus

berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak

dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang

membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka

waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna.

Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal.

Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati

dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom

yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai


sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga.

Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti

bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip).

Banyak individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun

gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau

faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia,

periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas,

infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas.

Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama

kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan

kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik

somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam

amino dan glukosa ke fetus.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta

persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui

plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.

Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping

beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.

Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm


kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan

normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.

Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah

dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,

bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative

hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan

terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal.

Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin.

Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar

gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi

dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi

komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi

berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga

janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,

hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Klasifikasi diabetes selama masa kehamilan

Kelas Karakteristik Implikasi


Intoleransi glukosa pada Toleransi glukosa Diagnosis sebelum usia
masa hamil abnormal selama masa gestasi 30 minggu penting
hamil; hiperglikemia untuk mencegah
pascaprandial selama makrosomia
masa hamil Tangani dengan diet kalori
yang adekuat untuk
mencegah penurunan berat
badan ibu.
Sasaran yang dicapai :
glukosa darah
pasccaprandial  <130 mg/dl
1 jam setelah makan atau <
105 mg/dl 2 jam setelah
makan. Apabila insulin
dibutuhkan, tangani seperti
penanganan kelas B dan C
Diabetes kimiawi yang Penatalaksanaan sama
didiagnosis sebelum masa dengan penanganan
hamil: diatasi hanya intoleransi glukosa pada
A melalui upaya diet; awitan kehamilan
dapat terjadi terjadi pada
usia berapapun
Terapi insulin yang Sekresi insulin endogen
dilakukan sebelum Masa dapat menetap, resiko pada
hamil; awitan pada usia neonates dan janin sama
B 20 tahun atau lebih; durasi dengan resiko pada kelas C
kurang 10 tahun dan D begitu juga dengan
penatalaksanaannya
Awitan pada usia 10 Diabetes karena kurang
sampai 20 tahun, atau binsulin dengan awitan pada
C durasi 10 sampai 20 masa kanak – kanak.
tahun. Diabetes karena  
kurang insulin
Awitan sebelum usia 10 Makrosomia janin atau
tahun samapai 20 tahun retardasi pertumbuhan
atau durasi 10 sampai 20 intrauterine dapat terjadi,
tahun mikroaneurisme retina, dot-
D   hemoragi, dan eksudat
  meningkat selama masa
hamil., kemudian menurun
setelah melahirkan
Nefropati diabetic disertai Anemi dan hipertensi umum
E dengan proteinuria terjadi, proteinuria
meningkat pada trimester ke
3, menurun setelah
melahirkan. Retardasi
pertumbuhan janin
intrauterine umum terjadi,
angka kelangsungan hidup
perinatal sekitar 85%.
Apabila berada dibawah
kondisi optimal, tirah baring
dibutuhkan
F Penyakit Arteri koroner Resiko maternal yang serius
Retinopati proliferatif Neovaskularisasi disertai
resiko hemoragi vitreus atau
retina tanggal, foto
koagulasi laser bermanfaat
G aborsi biasanya tidak
dibutuhkan, disertai proses
aktif neo vaskularisasi,
mencegah usaha mengedan
 

e. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM

a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes

(diabetik )

b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan

2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah :

a. Abortus dan partus prematurus

b. Hidronion

c. Pre-eklamasi

d. Kesalahan letak jantung

e. Insufisiensi plasenta

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan

a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.

b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia

sampai dengan lahir mati

d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.

e. Post partum mudah terjadi infeksi.


f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat

menimbulkan kematian

4. Pengaruh DM terhadap kala nifas

a. Mudah terjadi infeksi post partum

b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah

menyebar

5. Pengaruh DM terhadap bayi

a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu

b. Janin besar ( makrosomia )

c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

 Peningkatan ketegangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Trimester III Patologis


Asuhan Kebidanan Antenatal Care
Tanggal Pengkajian : Selasa, 24 Maret 2021
Waktu : 09.00 WITA
Tempat : Ruang KIA
Oleh : kelompok 3
Data Subjektif:
1. Identitas
Nama Ibu : Ny.N Nama Suami : Tn.S
Umur : 31 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Bangka
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pendidikan : Buruh
Alamat : Bukit Indah

2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama


Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, Ibu mengeluh sering
buang air kecil,mudah Lelah dan mudah haus.
3. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC, dan penyakit lain yang kronis yang
dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun
berpotensi menurun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang sedang/memiliki
riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan darah tinggi, operasi,
TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular, tetapi orang tua ibu (Ibu)
memilki riwayat DM, =keluarga tidak ada yang memiliki riwayat keturunan
kembar.
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 21 /08/ 2020
TP : 28/05/2021
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 15
tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari, ganti
pembalut sebanyak 2-3 kali sehari, warna darah merah encer kadang disertai
gumpalan dan tanpa ada keluhan.
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
BB Abnor Lak
Suami Anak UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK H M Peny
PB Malitas tasi

2 (Tn.
1 1 Hamil Ini
S)

7. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Ibu mengatakan pada trimester I mengalami mual muntah,kemudian
pada trimester II jarang ada keluhan, pada trimester III ini ibu mengeluh
sering buang air kecil. Ibu merasakan pergerakan janinnya pada usia
kehamilan sekitar 4 bulan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebanyak
6 kali di pelayanan kesehatan di PMB, Puskesmas dan Praktek Dokter
Spesialis untuk pergi USG. Ibu sudah mendapatkan pendidikan kesehatan.
Ibu rutin minum tablet penambah darah setiap hari (± 90 tablet sudah di
minum). Status imunisasi ibu adalah TT 5
.

8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi (KB ).
9. Pola Fungsional Kesehatan
Keterangan
Pola
Sebelum hamil Saat ini

Nutrisi Makan 3 kali/hari dengan Makan 2-3 kali/hari dengan


porsi makan nasi sepiring, porsi makan nasi sepiring, lauk
sayur dan lauk pauk, air pauk dan lebih banyak sayur,
putih 5-6 gelas/hari. Tidak air putih 10 - 12 gelas/hari.
ada keluhan dalam Karena ibu mengeluh mudah
pemenuhan nutrisi. Nafsu haus.
makan baik.

BAK :4-5 kali/hari, BAK : ± 8 kali/hari, berwarna


berwarna kuning jernih, kuning jernih, konsistensi cair.
konsistensi cair, tidak ada BAB : kadang 1 kali/hari,
keluhan. berwarna coklat, konsistensi
Eliminasi
BAB : 1 kali/hari, padat lunak, tidak ada keluhan.
berwarna coklat, konsistensi
padat lunak, tidak ada
keluhan.

Tidur siang : jarang Tidur siang : 1-2 jam/hari


Tidur malam: 6-7 jam/hari Tidur malam: 6-7 jam/hari,
Istirahat
Tidak ada gangguan pola sering bangun pada malam
tidur untuk BAK

Kegiatan ibu sehari-hari Kegiatan ibu dirumah adalah


dirumah adalah istirahat, istirahat, melakukan pekerjaan
melakukan pekerjaan rumah rumah tangga yang ringan saja
Aktivitas
tangga dari memasak, serta dibantu suaminya.
mencuci, hingga bersih,
mengurus anak,

Mandi 2 kali/hari Selama kehamilan ibu mandi 2


Personal Ganti baju 2-3 kali/hari kali perhari. Ibu ganti baju 2-3
Hygiene Ganti celana dalam 2-3 kali/hari, dan mengganti celana
kali/hari dalam 3 kali/hari.

Kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan Selama akhir kehamilan ini ibu
buruk seperti merokok, rutin jalan-jalan pagi disekitar
minum-minuman beralkohol lingkungan rumah selama 30
dan memelihara hewan menit – 1 jam perhari. Ibu tidak
peliharaan. memiliki kebiasaan buruk
seperti merokok, minum-
minuman beralkohol dan
memelihara hewan peliharaan.

Seksualitas 1-2 kali/minggu 1 kali /bulan

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : Ibu merasa senang atas kehamilan ini.
b. Sosial : ini merupakan pernikahan pertama status
pernikahan sah. Kehamilan ini adalah
direncanakan oleh ibu dan suami sehingga ibu,
suami, dan keluarga menerima kehamilan ini
dengan senang hati.
c. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat mempengaruhi kesehatan kehamilan
ibu.
d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan
kehamilan ibu.
Data Objektif:

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keesadaran : Composmentis
Ekspresi Wajah : Bahagia / senang
Antropometri
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Berat badan sekarang : 74 kg
Tinggi Badan : 154 cm
LILA : 32 cm
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 22 kali/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema.
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kebersihan
cukup, tidak ada polip dan peradangan
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, lidah tremor, berwarna merah muda,
tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak ada tanda
peradangan.
Leher : terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak terdapat
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan pada vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar
suara nafas tambahan, bunyi jantung i dan ii teratur yaitu
lup dan dup.
Payudara : simetris, kedua payudara terlihat bersih, puting susu
menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae,
tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, konsistensi
payudara berisi dan tegang, ada terdapat pengeluaran ASI
sedikit dan bening,tidak teraba pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : terdapat striae alba dan terdapat linea nigra, pembesaran
pada uterus sesuai usia kehamilan, tidak terdapat luka
bekas operasi.
TFU : 38 cm
Leopold I : bagian fundus ibu teraba bagian kurang bulat, kurang
melenting, dan agak lunak yaitu bokong janin.
Leopold II : teraba bagian panjang, keras, seperti papan pada abdomen
ibu sebelah kiri yaitu punggung dan teraba bagian kecil
pada abdomen sebelah kanan ibu yaitu ekstremitas janin.
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, dan melenting pada segmen
bagian bawah rahim yaitu kepala janin. Bagian terendah
masih dapat digoyangkan.
Leopold IV: konvergen, bagian terendah janin belum masuk pintu atas
panggul.
DJJ : 140 kali/menit
TBJ : (38 - 12) x 155 = 4030 gram
Genitalia : bersih, tidak ada pengeluaran, dan tidak terdapat varises,
edema, kondiloma
Anus : tidak ada haemorroid
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak oedem, CRT kembali <2detik, refleks bisep
(+), refleks trisep (+)
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada varices, CRT kembali
<2detik, refleks Babinski (-), reflek patella (+)

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 24 maret 2021
No Jenis Pemeriksaan Batas Normal Hasil Pemeriksaan

1 Hemoglobin ≥ 11 gram / dl 11,1 gram / dl

3 GDS ≤ 140 mg/dl 265 mg/dl

7 Reduksi Urine Negatif +2 ( positif 2 )

Assasment :

Diagnosis : GIP000 usia kehamilan 33 minggu

Janin tunggal, hidup dengan Diabetes Melitus


Gestasional

Masalah : Cemas

Diagnosis Potensial : Preeklampsia ,pada bayi terjadi makrosomia,


hipoglikemi

Masalah Potensial :

Kebutuhan : 1. Kolaborasi dengan dokter spesialis Obgyn


( SPOG ) dan dokter spesialis penyakit dalam
( IPD )

2.Kolaborasi dengan ahli Gizi

3.Beri Support Mental

Penatalaksanaan :

No Tg/ Jam Pelaksanaan Paraf

1 24/03/2021 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu t Bidan


09.20 wita Evaluasi:
Ibu mengetahui dan mengerti saat dijelaskan
tentang kondisi dirinya dan janinnya.

2 09.25 wita Memberikan KIE diet gizi seimbang unruk Bidan


ibu hamil dengan DM yaitu diet rendah
karbohidrat ( ibu bisa makan 2 kentang
sebagai pengganti nasi ) dan rendah
lemak,tinggi protein ( sayur-sayuran,kacang-
kacangan) dan minum susu rendah lemak
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui diet gizi seimbang
untuk ibu hamil penderita DM
3 09.30 wita Memberikan support mental pada ibu Bidan
Evaluasi :
Support mental sudah dilakukan
4 09.32wita Menganjurkan ibu untuk rutin mengecek Bidan
gula darah dan gula dalam urine
Evaluasi :
Ibu bersedia untuk mengecek gula darahnya
secara rutin
5 09.35 wita Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat Bidan
dan tidak bekerja berat
Evaluasi :
Ibu bersedia beristirahat cukup dan
mengurangi pekerjaan yang berat
6 09.38 wita Memberikan KIE dan pengisian tentang Bidan
P4K (program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi)
Evaluasi:
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
7 09.45 wita Memberikan KIE mengenai persiapan Bidan
persalinan mulai dari persiapan tabungan
untuk biaya persalinan, jaminan kesehatan,
baju ibu dan bayi, kendaraan , donor darah,
dan rencana tempat persalinan ibu
Evaluasi :
Ibu mengerti dan sudah mempersiapkannya

8 09.55 wita enjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa Bidan


akan dilakukan rujukan/kolaborasi dengan
Ahli gizi dan dokter spesialis Obgyn
( SPOG ) serta dokter spesialis dokter
penyakit Dalam ( Sp.PD) untuk mengontrol
gula darah ibu melalui diet yang ibu
butuhkan dan kolaborasi dengan dr SpOG
serta dr SpPD. untuk memantau keadaan ibu
dan janin serta tanggap terhadap berbagai
resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil
penderita DM
Evaluasi :
Ibu bersedia dilakukan rujukan.

9 10.15 wita Memberitahu ibu untuk melakukan Bidan


kunjungan ulang 2 minggu lagi atau bila ada
keluhan ke bidan ataupun ke dokter Sp.OG
untuk pemeriksaan ;
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
untuk memeriksakan kehamilannya pada
tanggal 06/04/2021
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM

gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan

DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil

kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan

DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga

sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi DM. Dm gstasional perlu

penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan

dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan

keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan DM,  supaya tidak

lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan

 
2. SARAN

Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti

bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham

bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga

bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1.Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor

and Birth,

Yayasan Essentia Medica, 1990.

2.Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 1995.

3.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan

Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.

4.Muliyati, Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas, Makassar, 2005.

Diposkan oleh WWW.DASTO DE BELTO.BLOGSPO

Anda mungkin juga menyukai