Disusun oleh:
Nama : Wi’am Salehoddin
NIM : 2315901064
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang
dengan diabetes untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).
Dalam konteks kehamilan, pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan
fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya
hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan
tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan,
berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat
sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Selama lebih dari satu abad, telah
diketahui bahwa diabetes yang datang pada saat kehamilan dapat
menyebabkan efek buruk pada keadaan klinis fetus dan neonatus (Buchanan &
Xiang, 2005).
Diabetes Melitus (DM) dengan kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestational DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan
insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan.
Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga (OPHD-Oregon
Public Health Division, 2009).
Prevalensi DMG sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosis
yang berbeda-beda. Standar penetapan diagnosis tersebut adalah menurut
WHO (2011), ADA (2009), O’Sullivan-Mahan (1992), dan Perkeni (2002).
Diagnosis DMG menurut The American Diabetes Association (ADA) yakni
dilakukan untuk setiap ibu hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1
untuk menapis DM Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan
24-28 minggu untuk menapis DM Gestasi (ADA, 2009); menurut WHO
skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step
Approach) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan
memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8–14
jam (WHO, 2011). Menurut Perkeni (2002), penapisan DMG dianjurkan pada
semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila
hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24-28 minggu.
Menurut O’Sullivan-Mahan (1992), DMG adalah pemeriksaan kadar gula
darah melalui tahapan tes tantangan glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa
oral (TTGO).
Di Indonesia, prevalensi DMG sekitar 1,9–3,6% dan sekitar 40-60
wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa
(Suparman, 2003). Menurut WHO (1999), dikutip oleh Agency for Healthcare
Research and Quality (AHRQ), (2008) dijelaskan bahwa kejadian DMG
meningkat pada ibu hamil dengan faktor risiko antara lain peningkatan berat
badan pada masa kehamilan >0,5 kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun,
riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG, dan ethnic. Penelitian yang
dilakukan oleh Taber Lisa, et al tahun 2010 menyebutkan bahwa faktor risiko
ibu dengan DMG adalah wanita yang didiagnosis dengan DM gestasional
berada pada risiko tinggi untuk diabetes masa depan, dengan 17%-63%
diabetes tipe 2 dalam waktu 5-16 tahun dalam kelompok etnis yang berbeda.
Sedangkan anak-anak mereka dalam jangka panjang berada pada peningkatan
risiko obesitas dan intoleransi glukosa.
DMG dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, yang pada gilirannya
berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas, pada etnis risiko, usia ibu).
DMG berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu
memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih
besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Meningkatnya
komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita Diabetes
Mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Jung, 2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian sebagai berikut ‘’ Asuhan Kebidanan Pada
Pasien Dengan Diagnosa Medis Diabetes Mellitus dalam kehamilan Di
RSUD Haji Surabaya”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikan pada kasus yang di hadapi.
D. Manfaat Penulisan
1) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini data dijadikan acuan untuk pengembangan keilmuan
dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
2) Bagi Penulis
Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai asuhan kebidanan pada pasien dengn diagnose
diabetes mellitus dalam kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami
oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
b. Kelas B
Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama
10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c. Kelas C
Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama
10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
d. Kelas D
Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia
10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
e. Kelas E
Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul
termasuk arteri uterus.
3. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat
dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke
rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang
diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari
mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya
intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk
mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih
banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar
tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada
tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin
yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama
kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
a. Umur lebih dari 30 tahun
b. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
c. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
d. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
e. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
f. Adanya glukosuria
4. Manifestasi klinik
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
1) Penurunan berat badan
2) Kesemutan, gatal
3) Pandangan kabur
4) Pruritus vulvae pada wanita
5) Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan
lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
5. Patofisiologi
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan
resistensi insulin dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan
hyperinsulinemia. Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester
kedua dan memaju ke seluruh sisa dari kehamilan. Plasenta sekresi
hormon seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama kepada resistensi
insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin
berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari
glukosa dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke
lemak.
Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari
resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada
kehamilan normal. Mereka juga memiliki penurunan dari peningkatan
kompensasi dalam sekresi insulin, khususnya pada fase pertama sekresi
insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan
kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa wanita dengan
GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada
clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil
normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM
mengalami penurunan 67% sebagai kompensasi β-sel mereka
dibandingkan dengan normal peserta kontrol hamil.
Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti
autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita
dengan GDM berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk
autoantibodi insulin dan antibody asam glutamat dekarboksilase, juga
telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi risiko untuk
mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya,
dalam 5% dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk
mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti
mutasi pada glukokinase. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January
2005 Vol 23).
6. Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu:
1) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2) Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat
resistensi insulin
3) Infeksi saluran kemih
4) Preeklampsi
5) Hidramnion
6) Retinopati
7) Trauma persalinan akibat bayi besar
b. Masalah pada anak :
1) Abortus
2) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3) Respiratory distress
4) Neonatal hiperglikemia
5) Makrosomia
6) Hipocalcemia
7) Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8) Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional:
a. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
b. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik),
syaraf (stroke,neuropati).
c. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke
7. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
a. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
c. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan
dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
8. Pemeriksaan Penunjang
a) KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati)
Menurut Sulistyawati (2013), skor Poedji Rochjati adalah suatu
cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki risiko lebih besar
dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit
atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Ukuran risiko dapat
dituangkan dalam bentuk angka disebut skor.Skor merupakan bobot
prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau bahaya.Jumlah skor
memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah
skor ≥ 12.
b) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) adalah kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka
meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas,
termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB)
pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media
pencatatan sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).
P4K menggunakan stiker adalah terobosan percepatan penurunan
angka kematian ibu. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,
taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping
persalinan, transportasi yang digunakan dan calon donor darah (Depkes
RI, 2009).
Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
melalui pemasangan stiker pesalinan pada semua rumah ibu hamil.
Orientasi stiker P4K untuk pengelola program dan stakeholder terkait di
tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota dan puskesmas. Sosialisasi di
tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK
serta lintas sektor di tingkat desa, pertemuan bulanan di tingkat desa
(forum desa siaga, forum KIA, pokja psyandu, dll) yang melibatkan
kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader dengan difasilitas
oleh bidan desa, yang dipimpin oleh kades membahas tentang pendataan
ibu hamil di wilayah desa membahas dan menyepakati calon donor
darah,
9. Penatalaksanaan medis
a. Manajemen Farmakalogi
1) Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah
ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika
ditambahkan dengan evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT).
Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin dapat didasarkan pada
ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian karakteristik
pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi
insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan
glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa berikut:
a) Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)
b) Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l)
c) Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg /
dl (7,8 mmol / l) Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤
155 mg / dl (8,6 mmol / l)
d) Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg /
dl (6,7 mmol / l)
e) Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2
mmol /l)
2) Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus
dibimbing dan waktu dosis regimen insulin. Penggunaan insulin
analog belum cukup teruji di GDM.
3) Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat
mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan
makrosomia dengan tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini
telah diuji terutama pada kehamilan dengan ibu kadar glukosa
serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol / l).
4) Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama
kehamilan. Namun, dalam satu percobaan klinis yang
membandingkan penggunaan insulin dan glyburide pada wanita
dengan GDM menunjukkan ia tidak mampu memenuhi tujuan
glikemik pada MNT . Semua pasien berada di luar trimester
pertama kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide tidak disetujui FDA
untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut diperlukan dalam
populasi pasien yang lebih besar untuk membukti keamanannya.
b. Manajemen Non-Farmakalogi
1) Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh
seorang ahli diet terdaftar bila mungkin, sesuai dengan
rekomendasi oleh American Diabetes Association. Individualisasi
terapi nutrisi medis (MNT) tergantung pada berat badan ibu dan
tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup penyediaan kalori dan
nutrisi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan
harus konsisten dengan tujuan glukosa darah ibu yang telah
ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi tahap sedang.
2) Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-
33% (25 kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat
mengurangi hiperglikemia dan kadar plasma trigliserida tanpa
menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat
untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa
ibu dan membaikan kondisi ibu dan janin.
3) Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun
dampak latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang
ketat, efek penurun glukosa menguntungkan menjamin
rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau
obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan
sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM.
4) GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran
certio cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan.
Perpanjangan masa kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko
makrosomia janin tanpa mengurangi tingkat bedah caesar,
sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi
kondisi obstetric harus pertimbangan.
c. Monitor / Surveilans (Antenatal Care)
1) Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi
hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek
pada janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG)
tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula darah yang benar.
Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas
menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari
pemantaun preprandial.
2) Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori
yang tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita
diperlakukan dengan pembatasan kalori.
3) Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi
kerana dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika
kadar glukosa puasa melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau
jangka masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik
khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan
tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan
kondisi medis lain / kondisi obstetri yang hadir.
4) Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi,
terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam
mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
1. Composmentis (normal)
Composmentis adalah kondisi pasien yang sadar sepenuhnya dan
mampu merespons intruksi petugas medis dan lingkungan dengan sangat
baik
2. Apatis (acuh tak acuh)
Acuh tak acuh dan lama untuk menjawab terhadap rangsangan yang
diberikan.
3. Somnolent (ngantuk)
Keadaan mengantuk atau disebut juga dengan letargi atau obtundasi
dapat dirangsang dengan rangsangan dubangunkan atau diberikan
rangsangan system.
4. Delirium (mengigau)
Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivitas
psikomotor dan siklus tidur bangun yang terganggu dapat dirangsang
dengan cubitan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pemeriksaan kepala mulai dari pemeriksaan rambut , muka (apakah odem
atau tidak, adakah cloasma/ tidak), mata (bagaimana keadaan sklera
apakah putih/ kuning dan konjungtiva apakah putih/ merah muda), hidung
(adakah secret hidung), mulut (adakah caries, infeksi gusi bengkak) dan
telinga adakah bengkak atau kelainan abnormal yang timbul setelah masa
persalinan.
b. Leher
• Adakah kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ kecil namun memiliki pengaruh
yang besar bagi ibu yang baru melahirkan bisa menyebabkan peradangan
dan pembengkakan yang bisa termasuk salah stau komplikasi yang bisa
terjadi setelah melahirkan.
• Adakah peradangan kelenjar getah bening
Pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak biasanya karena produksi
ASI pada payudara yang bisa di alami oleh ibu nifas.
• Adakah peradangan vena jugularis eksterna
Vena jugularis terjadi akibat meningkatnya tekanan pada rongga jantung
c. Dada (Payudara)
Pemeriksaan ini melibatkan bentuk payudara apakah simetris/tidak dan
adakah massa/ benjolan abnormal pada payudara ibu yang dilihat dengan
pemeriksaan yang dilakukan petugas atau bisa dilakukan dengan tindakan
SADARI.
d. Abdomen
i. Inspeksi
Pada abdomen ibu nifas dilakukan inspeksi untuk melihat adakah
bekas luka/ strie.
ii. Palpasi
1. Palpasi dilakukan untuk mengecek apakah ibu sedang
hamil/tidak
iii. Auskultasi
Dilakukan untuk memastikan tidak terdapat detak jantung janin
e. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas bertujuan untuk melihat adakah odema /
kelainan / varises) juga warna kuku dan bagaimana reflek patella.
f. Genetalia
10. Pada pemeriksaan genetalia dilakukan untuk memeriksa
bagaimana keadaan vagina apakah bersih/tidak, terdapat kelainan /
tidak, terdapat fluor albus/tidak, terdapat infeksi/tidak, terdapat
kelenjar bartholini/tidak, apakah terdapat kelenjar skene/tidak.
11. Dan melihat apakah pada anus terdapat homoroid/ tidak
ANALISIS DATA
Analisis data digunakan untuk menentukan diagnose yang di alami
oleh ibu berdasarkan hasil pemeriksaan data subjektif dan juga objektif
yang telah dilakukan.
PENATALAKSAAN
Penalaksaan dilakukan sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien yang
sesuai.
S= Subjektif
PENGKAJIAN
Hari: Selasa 6 Maret 2024
Jam : 09.00
IDENTITAS PASIEN:
7. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
- Sebelum MRS:
Makan terakhir tanggal 6/3/2024 JAM 06.00
Minum terakhir tanggal 6/3/2024 jam 06.10 kurang lebih 400ml
- Sesudah MRS:
Makan terakhir 1x tanggal 6/3/2024 Jam 12.00 . Minum terakhir
± 100ml tanggal 6/3/2024 , Jam 12.30
b. Eliminiasi
- Sebelum MRS :
BAK terakhir tanggal 6/3/2024 jam 06.20
BAB terakhir tanggal 5/3/2024 jam 21.00
- Sesudah MRS :
- BAK terakhir tanggal 6/3/2024 jam 15.30
- BAB terakhir -
c. Istirahat (tidur)
- Sebelum MRS :
Istirahat terakhir tgl 6/3/2024
- Sesudah MRS : -
d. Personal Hygiene
- Sebelum MRS : tgl. 06/03/2024 jam 06.20
- Sesudah MRS : -
c. Berat Badan : 86 Kg
Tinggi Badan : 165 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada massa pada kepala, tidak ada benjolan
Abnormal, tidak ada nyeri tekan
Muka : tidak pucat, tidak odem
Mata : konjungtiva merah sklera putih
Hidung : tidak ada secret
Bibir : lembab
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
pembesaran getah bening dan tidak ada benjolan
abnormal
c. Dada (Payudara) : asimetris, tidak ada nyeri tekan , tidak ada
benjolan abnormal.
d. Abdomen
1) Inspeksi
Terdapat strectmark
2) Palpasi
TFU 32 cm
Leopold I : teraba bulta melenting (kepala)
Leopold II : teraba bagian kecil / ektremitas (kanan), terba keras
seperti papan / punggung (kiri)
Leopold III : teraba bulat tidak melenting (bokong) konvergen
belum masuk PAP
leopold IV : -
3) Auskultasi
DJJ 146x/Menit
e. Ekstremitas
Tidak odem, tidak ada kelainan abnormal, tidak ada varises, reflek
patella positif (+)
f. Genetalia Eksterna dan Anus
Vagina : bersih, tidak ada kelainan, tidak odem,tidak ada infeksi,
tidak ada kelenjar bartholini, tidak ada kelenjar skene,
terdapat lochea rubra.
Anus : Tidak terdapat hemoroid
09.02 Memberitahu pada ibu Agar ibu mengambil tidak Ibu mengerti
Ketidaknyamanan apa saja yang kahwatir dengan perubahan
fisiologis pada saat TM 3 perubahan yang akan dialami
09.03 Memberikan konseling pada ibu Agar ibu lebih siap Ibu mengerti
tentang tanda – tanda persalinan menghadapi persalinan
09.04 Meminta ibu untuk minum air Agar ibu bisa istirahat Ibu bersedia
putih hangat pada malam hari
sebelum tidur.
09.05 Memberikan konseling pada ibu Agar tidak terjadi Ibu bersedia
bahwa ada terapi non peningkatan gula darah
farmakologis seperti diet tidak
makan makanan yang terlalu
manis dan menjaga pola makan
walaupun sedikit sedikit tapi
sering
09.08 Memberikan konseling pada ibu Agar ibu siap dengan segala Ibu bersedia
bahwa persalinan nanti dilakukan kondisi yang memungkinkan
di rumah sakit karena ibu
didiagnosa memiliki penyakit
diabetes mellitus.
09.20 Melakukan pendokumentasian Untuk mencatat temuan Sudah
dilakukan
Wi’am Salehoddin
NIM.2315901064
Mengetahui,
Pembimbing Prodi Pembimbing Klinik
……………………………….. ………………………………
NIDN. NIP.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny.C dengan
penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan
sikap yang harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara
tepat,cermat, menyeluruh pada pelayanan ibu .
2. Pada kasus ini, diagnosa ditegakkan setelah ibu memeriksakan
kehamilannya ke poli hamil RSUD Haji surabaya
3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai dengan prosedur (protap)
yang ada di RSUD haji Surabaya dengan kolaborasi antara dokter
spesialis obstetric ginekologi, ahli penyakit dalam dan ahli gizi.
Planning sesuai dengan kebutuhan ibu.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan
pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan untuk menambah wawasan mengenai Diabetes
mellitus
2. Bagi Tempat penelitian
Diharapkan tetap menjaga pelayanan yang sudah berlangsung
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang sudah berlaku dan
di barengi dengan konseling terapi non farmakologis untuk menambah
pengetahuan dan juga memudahkan untuk dilakukan namun masih sesuai
anjuran yang di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/132750368/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-Hamil-
Dengan-Diabetes-Melitus diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:25
WIB
https://media.neliti.com/media/publications/67971-ID-analisis-faktor-yang-
berhubungan-dengan.pdf diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:15
WIB
Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23 diakses pada tanggal 13 Februari
2018, pukul 16:00 WIB
http://jemariinspirasimu.blogspot.co.id/2015/10/askep-diabetes-melitus-pada-ibu-
hamil.html diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 14:35 WIB