Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang
dengan diabetes untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).
Dalam konteks kehamilan, pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan
fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya
hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan
tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan,
berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat
sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Selama lebih dari satu abad, telah
diketahui bahwa diabetes yang datang pada saat kehamilan dapat
menyebabkan efek buruk pada keadaan klinis fetus dan neonatus (Buchanan &
Xiang, 2005).
Diabetes Melitus (DM) dengan kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestational DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan
insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan.
Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga (OPHD-Oregon
Public Health Division, 2009).
Prevalensi DMG sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosis
yang berbeda-beda. Standar penetapan diagnosis tersebut adalah menurut
WHO (2011), ADA (2009), O’Sullivan-Mahan (1992), dan Perkeni (2002).
Diagnosis DMG menurut The American Diabetes Association (ADA) yakni
dilakukan untuk setiap ibu hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1
untuk menapis DM Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan
24-28 minggu untuk menapis DM Gestasi (ADA, 2009); menurut WHO
skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step

1
Approach) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan
memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8–14
jam (WHO, 2011). Menurut Perkeni (2002), penapisan DMG dianjurkan pada
semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila
hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24-28 minggu.
Menurut O’Sullivan-Mahan (1992), DMG adalah pemeriksaan kadar gula
darah melalui tahapan tes tantangan glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa
oral (TTGO).
Di Indonesia, prevalensi DMG sekitar 1,9–3,6% dan sekitar 40-60
wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa
(Suparman, 2003). Menurut WHO (1999), dikutip oleh Agency for Healthcare
Research and Quality (AHRQ), (2008) dijelaskan bahwa kejadian DMG
meningkat pada ibu hamil dengan faktor risiko antara lain peningkatan berat
badan pada masa kehamilan >0,5 kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun,
riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG, dan ethnic. Penelitian yang
dilakukan oleh Taber Lisa, et al tahun 2010 menyebutkan bahwa faktor risiko
ibu dengan DMG adalah wanita yang didiagnosis dengan DM gestasional
berada pada risiko tinggi untuk diabetes masa depan, dengan 17%-63%
diabetes tipe 2 dalam waktu 5-16 tahun dalam kelompok etnis yang berbeda.
Sedangkan anak-anak mereka dalam jangka panjang berada pada peningkatan
risiko obesitas dan intoleransi glukosa.
DMG dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, yang pada gilirannya
berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas, pada etnis risiko, usia ibu).
DMG berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu
memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih
besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Meningkatnya
komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita Diabetes
Mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Jung, 2008).

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan permasalahan
sebagai berikut:

“Bagimaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit


penyerta diabetes mellitus?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis dan penatalaksanaan pada pasien ibu hamil dengan
penyakit penyerta diabetes mellitus.
b. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian, intervensi keperawatan
pada pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus.
c. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus dan
mampu mengevaluasi implementasi keperawatan.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui
pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami
menggunakan metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah
mencerna materi ini.

E. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita diabetes mellitus pada ibu
hamil.
2. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca tentang diabetes mellitus
pada ibu hamil.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Ibu Hamil dengan Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus


1. Definisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat
apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama
kehamilan. (WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni berlaku baik
insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan
apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini
tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang
belum diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.
Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat, terjadi atau
diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. (ejournal keperawatan
(e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013)

2. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh
si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut


White (1965)
a. Kelas A
Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes
kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi
terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak
memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.

4
b. Kelas B
Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama
10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
c. Kelas C
Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama
10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
d. Kelas D
Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia
10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
e. Kelas E
Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul
termasuk arteri uterus.

3. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat
dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke
rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang
diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari
mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya
intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk
mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih
banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar
tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada
tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin
yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama
kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
a. Umur lebih dari 30 tahun
b. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
c. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)

5
d. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
e. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
f. Adanya glukosuria

4. Manifestasi klinik
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
1) Penurunan berat badan
2) Kesemutan, gatal
3) Pandangan kabur
4) Pruritus vulvae pada wanita
5) Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan
lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

6
5. Patofisiologi
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan
resistensi insulin dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan
hyperinsulinemia. Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester
kedua dan memaju ke seluruh sisa dari kehamilan. Plasenta sekresi
hormon seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan
hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama kepada resistensi
insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin
berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari
glukosa dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke
lemak.
Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari
resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada
kehamilan normal. Mereka juga memiliki penurunan dari peningkatan
kompensasi dalam sekresi insulin, khususnya pada fase pertama sekresi
insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan
kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa wanita dengan
GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada
clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil
normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM
mengalami penurunan 67% sebagai kompensasi β-sel mereka
dibandingkan dengan normal peserta kontrol hamil.
Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti
autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita
dengan GDM berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk
autoantibodi insulin dan antibody asam glutamat dekarboksilase, juga
telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi risiko untuk
mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya,
dalam 5% dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk
mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti
mutasi pada glukokinase. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January
2005 Vol 23).

7
6. Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu:
1) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2) Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat
resistensi insulin
3) Infeksi saluran kemih
4) Preeklampsi
5) Hidramnion
6) Retinopati
7) Trauma persalinan akibat bayi besar
b. Masalah pada anak :
1) Abortus
2) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3) Respiratory distress
4) Neonatal hiperglikemia
5) Makrosomia
6) Hipocalcemia
7) Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8) Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional:
a. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
b. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik),
syaraf (stroke,neuropati).
c. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke

7. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
a. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:

8
c. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan
dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):


a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-
hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa.
b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
d. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-
anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
f. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
g. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria
normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 –
199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

Reduksi Urine Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari


pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+)
menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil
pemeriksaan reduksi urine adalah:
a. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan
untuk menegakkan diagnosis
b. Nilai (+) sampai (++++)

9
c. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal
glukosuria, obatobatan, dan lainnya
d. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
e. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
f. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
g. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
h. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

8. Penatalaksanaan medic
a. Manajemen Farmakalogi
1) Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah
ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika
ditambahkan dengan evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT).
Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin dapat didasarkan pada
ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian karakteristik
pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi
insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan
glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa berikut:
a) Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)
b) Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l)
c) Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg / dl
(7,8 mmol / l) Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155
mg / dl (8,6 mmol / l)
d) Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg / dl
(6,7 mmol / l)
e) Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol
/l)
2) Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus
dibimbing dan waktu dosis regimen insulin. Penggunaan insulin
analog belum cukup teruji di GDM.

10
3) Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat
mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan
makrosomia dengan tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini
telah diuji terutama pada kehamilan dengan ibu kadar glukosa
serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol / l).
4) Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama
kehamilan. Namun, dalam satu percobaan klinis yang
membandingkan penggunaan insulin dan glyburide pada wanita
dengan GDM menunjukkan ia tidak mampu memenuhi tujuan
glikemik pada MNT . Semua pasien berada di luar trimester
pertama kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide tidak disetujui FDA
untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut diperlukan dalam
populasi pasien yang lebih besar untuk membukti keamanannya.
b. Manajemen Non-Farmakalogi
1) Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh
seorang ahli diet terdaftar bila mungkin, sesuai dengan
rekomendasi oleh American Diabetes Association. Individualisasi
terapi nutrisi medis (MNT) tergantung pada berat badan ibu dan
tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup penyediaan kalori dan
nutrisi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan
harus konsisten dengan tujuan glukosa darah ibu yang telah
ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi tahap sedang.
2) Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-
33% (25 kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat
mengurangi hiperglikemia dan kadar plasma trigliserida tanpa
menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat
untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa
ibu dan membaikan kondisi ibu dan janin.
3) Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun
dampak latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang
ketat, efek penurun glukosa menguntungkan menjamin

11
rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau
obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan
sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM.
4) GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran
certio cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan.
Perpanjangan masa kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko
makrosomia janin tanpa mengurangi tingkat bedah caesar,
sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi
kondisi obstetric harus pertimbangan.
c. Monitor / Surveilans (Antenatal Care)
1) Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi
hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek
pada janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG)
tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula darah yang benar.
Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas
menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari
pemantaun preprandial.
2) Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori
yang tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita
diperlakukan dengan pembatasan kalori.
3) Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi
kerana dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika
kadar glukosa puasa melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau
jangka masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik
khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan
tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan
kondisi medis lain / kondisi obstetri yang hadir.
4) Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi,
terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam
mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)

12
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien meliputi:
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Jenis kelamin :
e) Pendidikan :
f) Tanggal masuk rumah sakit :
g) Tanggal pengkajian :
h) No register :
i) Dignosa medis :
2) Identitas wali meliputi :
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Pendidikan :
e) Hubungan dengan klien :

b. Keluhan Utama : mengeluh Mual, muntah, penambahan berat


badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri,
nyeri tekan abdomen dan retinopati.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Perlu dikaji apakah ada keluarga yang
menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
d. Riwayat Kehamilan :
1) Diabetes mellitus gestasional.
2) Hipertensi karena kehamilan.
3) Infertilitas.
4) Bayi low gestasional age.
5) Riwayat kematian janin.

13
e. Pola Aktivitas Sehari-hari:
1) Pola Nutrisi: Polidipsi, Poliuri, Mual dan muntah, Obesitas,
Nyeri tekan abdomen, Hipoglikemi, Glukosuria, Ketonuria.
2) Pola eliminasi:
a) BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau
sering berkemih.
b) BAB : biasanya tidak ada gangguan.
3) Pola personal hygiene: Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi, keramas.
f. Pola istirahat tidur : Gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
g. Pola aktifitas dan latihan : Aktivitas yang berlebih pada keadaan
hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing,
nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan
pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap
cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan
ketidakpatuhan diet ibu.
h. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa
merasa lemah dan letih
2) TD ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena
komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan
eklamsia.
3) Nadi pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.
4) Respirasi pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis
biasanya RR meningkat dan napas bau keton.
5) Suhu tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab
pada kondisi hipoglikemi.
6) Berat badan ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan
berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang
berlebih.

14
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat.
b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

15
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi : Mempertahankan kadar gula darah puasa antara
60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Timbang berat badan Penambahan berat badan adalah
setiap kunjungan kunci petunjuk untuk memutuskan
prenatal. penyesuaian kebutuhan kalori.
2. Kaji masukan kalori Membantu dalam mengevaluasi
dan pola makan dalam pemahaman pasien tentang aturan
24 jam. diet.
3. Tinjau ulang dan Kebutuhan metabolisme dari janin
berikan informasi dan ibu membutuhkan perubahan
mengenai perubahan besar selama gestasi memerlukan
yang diperlukan pada pemantauan ketat dan adaptasi
penatalaksanaan
diabetic.
4. Tinjau ulang tentang Makan sedikit dan sering
pentingnya makanan menghindari hiperglikemia ,
yang teratur bila sesudah makan dan kelaparan
memakai insulin.
5. Perhatikan adanya Mual dan muntah dapat
mual dan muntah mengakibatkan defisiensi
khususnya pada karbohidrat yang dapat
trimester pertama. mengakibatkan metabolisme lemak
dan terjadinya ketosis.
6. Kaji pemahaman stress Stress dapat mengakibatkan
pada diabetic peningkatan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan

16
insulin.
7. Ajarkan pasien tentang stick untuk memantau glukosa
metode finger stick sendiri. Kebutuhan insulin dapat
untuk memantau dinilai berdasarkan temuan glukosa
glukosa sendiri. darah serum secara periodic
8. Tinjau ulang dan Hipoglikemia dapat terjadi secara
diskusikan tanda gejala cepat dan berat pada trimester
serta kepentingan hipo pertama karena peningkatan
atau hiperglikemia. penggunaan glukosa dan glikogen
oleh ibu dan perkembangan janin.
Hiperglikemia berefek terjadinya
hidramnion.
9. Instruksikan untuk Pengguanaan jumlah besar
mengatasi karbohidrat sederhana untuk
hipoglikemia mengatasi hipoglikemi
asimtomatik. menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
10. Anjurkan pemantauan Ketidak cukupan masukan kalori
keton urine. ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap
peningkatan karbohidrat.
Kolaborasi
11. Diskusikan tentang Pembagian dosis insulin
dosis , jadwal dan tipe mempertimbangkan kebutuhan
insulin. basal maternal dan rasio waktu
makan
12. Sesuaikan diet dan Kebutuhan metabolisme prenatal
regimen insulin untuk berubah selama trimester pertama
memenuhi kebutuhan
individu
13. Kolaborasi dengan ahli Diet secara spesifik pada individu
gizi perlu untuk mempertahankan

17
normoglikemi.
14. Observasi kadar Insiden abnormalitas janin dan
Glukosa darah. bayi baru lahir menurun bila kadar
glukosa darah antara 60 – 100
mg/dl, sebelum makan antara 60 -
105 mg/dl, 1 jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan kurang dari 200
mg/dl.

b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan


kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi : Menunjukan reaksi Non stress test dan
Oxytocin Challenge Test negative atau Construction Stress
Test secara normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji control diabetik pengontrolan secara ketat sebelum
sebelum konsepsi. konsepsi membantu menurunkan
resiko mortalitas janin dan
abnormal konginental.
2. Kaji gerakan janin dan Terjadi insufisiensi plasenta dan
denyut janin setiap ketosis maternal mungkin secara
kunjungan. negatif mempengaruhi gerakan
janin dan denyut jantung janin.
3. Observasi tinggi Untuk mengidentifikasi pola
fundus uteri setiap pertumbuhan abnormal
kunjungan.
4. Berikan informasi dan Penurunan mortalitas dan
buatkan prosedur komplikasi morbiditas janin bayi
untuk pemantauan baru lahir dan anomali congenitial
glukosa dan dihubungkan dengan kenaikan

18
penatalaksanaan kadar glukusa darah.
diabetes di rumah
5. Pantauan adanya tanda sekitar 12% – 13% dari diabetes
tanda edema, akan berkembang menjadi
proteinuria, gangguan hipertensi karena
peningkatan tekanan perubahan kardiovaskuler
darah berkenaan dengan diabetes.
Kolaborasi
6. Kaji HbA1c setiap 2 – Insiden bayi malformasi secara
4 minggu sesuai kongenital meingkat pada wanita
indikasi. dengan kadar HbA1c tinggi pada
awal kehamilan atau sebelum
konsepsi
7. Bantu untuk Membantu menjamin hasil positif
persalinan per untuk neonatus. Insiden lahir mati
vaginam atau seksio. meningkat secara bermakna pada
gestasi lebih dari minggu ke-36.
Makrosomia sering menyebabkan
distosia dengan sefalopelvis
disproporsi.

c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan


perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.
Kriteria evaluasi : Tetap normotensive, Mempertahankan
normoglikemia, Bebas dari komplikasi (seperti infeksi,
pemisahan plasenta).
NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Perhatikan klasifikasi Klien dengan klasifikasi D, E atau
white untuk diabetes. F adalah berisiko tinggi terhadap
Kaji derajad kontrol komplikasi kehamilan.

19
diabetik.
2. Kaji perdarahan Perubahan vaskuler yang
pervaginam dan nyeri dihubungkan dengan diabetes
tekan abdomen. menandakan resiko abrupsi
plasenta.
3. Pantau terhadap tanda Distensi uterus berlebihan karena
dan gejala persalinan makrosomia atau hidramnion
preterm dapat mempredisposisikan pada
persalinan awal.
4. Bantu untuk belajar Memungkinkan keakuratan tes
memantau glukosa urin yang lebih besar karena
darah di rumah yang ambang ginjal terhadap glukosa
dilakukan 6 kali menurun selama kehamilan.
sehari.
5. Periksa keton dalam Ketonuria menandakan adanya
urin setiap hari kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi
perkembangan janin
6. Identifikasi kejadian Insiden hipoglikemia sering terjadi
hipoglikemia dan pada trimester ketiga karena aliran
hiperglikemia. glukosa darah dan asam amino
yang kontinue pada janin dan
untuk menurunkan kadar insulin
antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan
regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada
trimester kedua dan ketiga karena
kebutuhan insulin sering
meningkat dua kali
7. Kolaborasi
Pantau kadar glukosa Mendeteksi ancaman ketoasidosis,

20
serum setiap menentukan adanya ancaman
kunjungan. hipoglikemia.
8. Jadwalkan Latar belakang retinopati dapat
pemeriksaan berlanjut selama kehamilan karena
oftalmologi selama keterlibatan vaskuler berat. Terapi
trimester pertama, koagulasi laser dapat memperbaiki
trimester kedua dan dan menurunkan fibrosis optik.
ketiga bila berada
dalam diabetes
klasifikasi kelas D
atau diatasnya

d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan


kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
Kriteria evaluasi :
1) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama
kehamilan.
2) Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes
laboratorium dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan
diabetes.
3) Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan
pemberian insulin.
NO INTERVENSI RASIONAL

1. Mandiri
Kaji pengetahuan Diabetes mellitus gestasional
tentang proses dan besisiko terhadap ambilan glukosa
tindakan terhadap yang tidak efektif dalam sel,
penyakit termasuk penggunaan lemak dan protein
hubungan dengan diet, untuk energi secara berlebihan dan
latihan, stres dan dehidrasi seluler saat air dialirkan
kebutuhan insulin. dari sel oleh konsentrasi hipertonik

21
glukosa dalam serum

2. Berikan informasi Perubahan metabolik prenatal


tentang cara kerja dan menyebabkan kebutuhan insulin
efek merugikan insulin berubah. Trimester pertama
dan tinjau ulang alasan kebutuhan insulin rendah tetapi
menghindari obat menjadi dua kali dan empat kali
hipoglikemi oral. selama trimester kedua dan ketiga.
Meskipun insulin tidak melewati
plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial
membahayakan janin.

3. Berikan informasi Latihan setelah makan dapat


tentang kebutuhan membantu mencegah hipoglikemia
program latihan ringan dan menstabilkan penyimpangan
glukosa, kecuali terjadi
peningklatan glukosa berlebihan,
dimana latihan dapat
meningkatkan ketoasidosis

4. Berikan informasi Peningkatan pengetahuan dapat


mengenai dampak menurunkan rasa takut,
kehamilan pada meningkatkan kerja sama dan
kondisi diabetes dan membantu menurunkan
harapan masa depan. komplikasi janin

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Melitus yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka
ini dinamakan dengan Diabetes melitus gestasional, sedangkan bila
Diabetes Melitus telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
Diabetes Melitus pregestasi. Diabetes Melitus yang terjadi pada ibu hamil
dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca
persalinan, maka ini dinamakan Diabetes Melitus gestasional, namun
apabila setelah 6 minggu persalinan Diabetes Melitus belum juga sembuh,
maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi Diabetes Melitus. Diabetes
mellitus gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat
mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan
janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara
professional terhadap ibu hamil dengan Diabetes Melitus, supaya tidak
lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran
dalam rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun
saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit
diabetes mellitus gestasional hendaknya pasien segera kerumah sakit
agar dapat dilakukan tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik
secara teoritis maupun praktek tentang penyakit diabetes mellitus
gestasional agar dapat melakukan tindakan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/132750368/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-Hamil-
Dengan-Diabetes-Melitus diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:25
WIB

https://media.neliti.com/media/publications/67971-ID-analisis-faktor-yang-
berhubungan-dengan.pdf diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:15
WIB

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 diakses pada


tanggal 13 februari 2018, pukul 14:45 WIB

Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23 diakses pada tanggal 13 Februari
2018, pukul 16:00 WIB

http://jemariinspirasimu.blogspot.co.id/2015/10/askep-diabetes-melitus-pada-ibu-
hamil.html diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 14:35 WIB

24

Anda mungkin juga menyukai