Anda di halaman 1dari 39

★Cahaya Mata's Zone★

… Berpikir… Berkarya… Menapaki Jejak Kehidupan Dalam Wacana

Follow me on TwitterRSS Feeds

 Home
 About ‘Aini
 Guest Book
 BLOG COMP.2010 »
 ★DOWNLOAD BAHAN KEPERAWATAN »
« ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA ANAK
ASKEP KEJANG DEMAM DAN TIFOID PADA ANAK »

Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak


dengan penyakit akut dan infeksi (Diare dan
DHF)
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Penyakit akut dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan ank yang baru lahir. Pada bab ini,
akan membahas asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit akut dan infeksi.
Penyakit akut dan infeksi yang sering diderita anak dan bayi diantaranya diare dan DHF. Solusi
dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orangtua mengenai kesehatan dan
perawatan anak dan  bayi di rumah.Namun dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui
bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan
diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.

1. B. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana konsep dasar masing-masing penyakit?
3. Apa saja tanda dan gejala yang sering terdapat pada bayi sesuai dengan penyakitnya?
4. Apa saja masalah yang sering dialami pada anak sesuai dengan penyakit?
5. Bagaimana perencanaan tindakan pada anak sesuai dengan masalah pada masing-masing
penyakit?
6. C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Memahami dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit
akut dan infeksi (Diare dan DHF)

1. Tujuan Khusus
2. Mampu menjelaskan tentang konsep dasar masing-masing penyakit.
3. Mampu mengkaji tanda dan gejala serta masalah yang sering terdapat pada bayi sesuai
dengan penyakitnya.
4. Mampu menentukan perencanaan tindakan pada anak sesuai dengan masalah pada
masing-masing penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DIARE

1. A. DEFINISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita Yuliani, 
2001).

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM
dan PLP, 2002).

Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak,
didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces
(Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).

B. JENIS DIARE

Ada beberapa jenis diare, yaitu:


1. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari
7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah,
mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus
karena bakteri invasif.
3. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari
14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten
adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit
lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung
juga pada penyakit yang menyertainya.

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :

 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten dengan
dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah

Pedoman MTBS tentang klasifikasi diare

Tanda dan gejala yang tampak Klasifikasi


Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala diare dengan dehidrasi berat
berikut :

-    Letargi/ tdk sadar

-       Mata cekung

-       Tdk bisa minum/malas minum

-       Cubitan kulit perut kembalinya sangat


lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala dehidrasi dengan dehidrasi ringan/
berikut :- Gelisah, rewel atau mudah marah sedang

-       Mata cekung

-       Haus, minum dengan lahap

-       Cubitan kulit perut kembalinya lambat


Tdk cukup tanda2 untuk diklasifikasikan diare tanpa dehidrasi
sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang
Diare selama 14 hari atau lebih disertai diare persiten berat
dengan dehidrasi
Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai diare persiten
dengan dehidrasi
Terdapat darah dalam tinja (berak campur disentri
darah)

C. ETIOLOGI

Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.

1. 1. Faktor infeksi
2. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:

 Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.


 Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
 Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika,
giardia lamblia), jamur (candida albicans).

1. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2. 2. Faktor malabsorpsi
3. Malabsorpsi karbohidrat
4. Malabsorpsi lemak
5. Malabsorpsi protein
6. 3. Faktor makanan

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.

1. 4. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah


2. Suhu tubuh meninggi
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. muntah sebelum dan sesudah diare
7. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.

E. KOMPLIKASI

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)


2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

1. F. PENATALAKSANAAN

Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare
yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang
baik pengobatan harus rasional.

1. 1. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni


2. a. Jenis cairan

1)   Cairan rehidrasi oral

 Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa


 Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain.

2)    Cairan parenteral

1. b. Jalan pemberian cairan

1)   Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta
kesadaran baik.

2)   Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.

3)   Intravena untuk dehidrasi berat.

1. c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak

1. d. Jadwal pemberian cairan

1)   Belum ada dehidrasi

 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar


 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

2)   Dehidrasi ringan

 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3)   Dehidrasi sedang

 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

4)   Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

1. 2. Pengobatan dietetik
2. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanannya adalah:

 Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tak
jenuh)
 Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
 Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan

1. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah
makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

1. 3. Obat – obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)

1. Obat antisekresi
2. Obat antispasmolitik
3. Obat pengeras tinja
4. Antibiotika, kapan perlu
5.
6. G. ASUHAN KEPERAWATAN
7. 1. Pengkajian
8. a. Identitas Anak

Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.

1. b. Riwayat Kesehatan Dahulu

 Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah


 Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula
 Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
 Pola Pertumbuhan
 Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya
 Memakan makanan yang tidak bersih
o Kurangnya persnal higiene (tidak mencuci tangan sebelum makan, tempat
bermain yang kotor)
o Pernah menderita OMA, tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis
o Malabsorbsi karbohidrat (misalnya : intoleransi laktosa), lemak dan protein
o Alergi terhadap makanan tertentu

1. c. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab


 Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB
 Kaji Intake dan Output BAB > 3x sehari dengan konsistensi encer
 Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang
 Tinja makin cair disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah jadi hijau  karena
bercampur dengan empedu
 Daerah disekitar anus lecet karena sering defekasi
 Muntah bisa terjadi sebelum dan sesudah diare
 Gejala dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit
 Diuresis : terjadi oliguria (<1 ml/kg/jam), pada dehidrasi berat tidak ada urine

1. d. Pengkajian Sistem

1)                  Pengkajian umum

a)                  Kesadaran

b)                  Tanda – tanda vital

Suhu tubuh:  Pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)

Pengukuran axilla (<4 – 6 th)


Nadi    : kuat, lemah, teratur/ tidak.

Nafas   : kedalaman, irama, teratur/ tidak

TD       : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi

c)                  TB / BB

d)                 Lingkar kepala

e)                  Lingkar Dada

2)                  Pengkajian fisik

% kehilangan berat badan


Tingkat dehidrasi
Bayi Anak besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15 % (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

a)    Kepala : Higiene kepala dan Ubun-ubun cekung

b)   Mata

Palpebra : cekung/ tidak

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

c)    Hidung : Sianosis, epistaksis

d)   Mulut

Membran mukosa : pink, kering

e)    Telinga : Apakah ada infeksi/ tidak

f)    Sistem kardiovaskuler

Nadi apeks : irama teratur/ tidak

Nadi perifer : irama teratur/ tidak


Bunyi jantung : murni/ bising

Kulit : pucat/ sianosis

g)   Sistem pernapasan

Frekuensi napas

Bunyi napas : murni/ bising

Kedalaman, Pola napas

h)   Sistem persarafan, tingkat kesadaran

Pola tingkah laku

Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis

Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis

i)     Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan

j)     Sistem pencernaan

Bising usus : ada/ tidak, frekuensi

Distensi abdomen : ada/tidak

Mual/ muntah

k)   Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau, warna

1. e. Faktor Psikososial

 Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah


 Metode koping orangtua dan anak
 Interaksi orangtua dan anak

1. f. Pengkajian Keluarga

 Jumlah anggota keluarga


 Pola komunikasi
 Pola interaksi
 Pendidikan dan pekerjaan
 Kebudayaan dan keyakinan
 Fungsi keluarga

1. g. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula


 Keseimbangan asam basa dalam darah
 Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
 Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)
 Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)

1. 2. Diagnosa Keperawatan
2. a. Kurang volume cairan b.d seringnya buang air besar dan encer

Tujuan

Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan:

 · Pengeluaran urin sesuai


 · Pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik
 · Turgor kulit elastis
 · Membran mukusa lembab
 · Berat badan tidak menunjukkan penurunan

Criteria hasil

 · Anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang
 · Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat ditandai dengan membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, mata normal, TTV DBN.

Intervensi Rasional
Mandiri 1. Indikator langsung status cairan/
perbaikan ketidakseimbangan
1. Kaji status hidrasi 2. Menunjukkan status hidrasi
keseluruhan
1. Kaji pemasukan dan pengeluaran 3. Membantu dalam evaluasi derajat
cairan defisit cairan/ keefektifan
2. Monitor tanda-tanda vital penggantian terapi cairan dan respon
terhadap pengobatan
Kolaborasi
1. memberikan informasi tentang
1. Pemeriksaan laboratorium sesuai hidrasi, fungsi organ
program; elektrolit, Ht, pH, serum
albumin 1. Mengisi/ mempertahankan volume
2. Pemberian cairan dan elektrolit
sesuai protokol (dengan oralit dan
cairan parenteral)
sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
3. Pemberian obat sesuai indikasi
Menurunkan kehilangan cairan
Antidiare
Mengobati infeksi supuratif lokal
Antibiotik

1. b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan
menurunnya absorpsi makanan dan cairan

Tujuan

Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan:

 Berat badan dalam batas normal


 Tidak terjadi kekambuhan diare

Intervensi Rasional
Mandiri 1. Memberikan informasi tentang diit
dan keefektifan terapi
1. Timbang berat badan anak setiap 2. Memberikan informasi tentang
hari kebutuhan pemasukan/ defisiensi
3. Diit yang tepat penting untuk
1. Monitor pemasukan dan penyembuhan
pengeluaran
1. Mulut yang bersih dapat
1. Setelah rehidrasi, berikan meningkatkan rasa makan
minuman oral dengan sering dan 2. Mencegah berkurangnya berat badan
makanan yang sesuai dengan diit lebih lanjut dan mempercepat
dan usia dan atau berat badan anak penyembuhan
2. Lakukan kebersihan mulut setiap 3. Mengurangi malnutrisi
habis makan
3. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan

1. Bila bayi tidak toleran terhadap


ASI, berikan susu formula yang
rendah laktosa

1. c. Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan

Tujuan:

Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak


Intervensi Rasional
Mandiri 1. Hal ini mempengaruhi orangtua
untuk menguasai tugas dan
1. Kaji tingkat pemahaman orangtua melakukan tanggung jawab
perawatan
1. Jelaskan tentang penyakit, 2. Memberikan dasar pengetahuan
pengobatan dan perawatan dimana orangtua dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
1. Jelaskan tentang pentingnya Komunikasi efektif dan dukungan
kebersihan (misal, cuci tangan) turunkan cemas dan tingkatkan
penyembuhan
1. Ajarkan tentang prinsip diit dan 3. Menurunkan penyebaran bakteri dan
kontrol diare resiko infeksi serta iritasi kulit dan
jaringan
4. Diit yang tepat penting dalam
penyembuhan

2.2 DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR

1. 1. Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi

1. Virus dengue sejenis arbovirus.


2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan
2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan
4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk
batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan
serotif yang paling banyak.

1. 3. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi


(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh


darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis
hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

4. Tanda dan gejala

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
1. 5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Pemeriksaan penunjang

1. Darah

 Trombosit menurun.
 HB meningkat lebih 20 %
 HT meningkat lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bisa meningkat
 NA dan CL rendah
1. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

 Rontgen thorax : Efusi pleura.


 Uji test tourniket (+)

8. Penatalaksanaan

1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

1. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,


2. Anti konvulsi jika terjadi kejang
3. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
4. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
5. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
6. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF”
dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-
tahapannya meliputi :

1. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber


(pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
3. Kaji riwayat keperawatan.
4. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah,
penurunan kesadaran).

1. Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan
dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,


perdarahan, muntah dan demam.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak
ada nafsu makan.
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
5. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
6. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

1. 3. Intervensi

Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa
keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan
yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana
tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :

1. a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

1. Kaji KU dan kondisi pasien


2. Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3. Observasi tanda-tanda dehidrasi
4. Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5. Balance cairan (input dan out put cairan)
6. Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7. Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.
8. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan : Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh


2. Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3. Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
terbuat dari katun.
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per
hari
6. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.
7. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi

1. Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi


2. Timbang berat badan klien tiap hari
3. Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4. Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5. Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

4. Evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses
yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan
evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria
hasil yang diharapkan.

Evaluasi :

1. Suhu tubuh dalam batas normal.


2. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
3. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
4. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
5. Pengetahuan keluarga bertambah.
6. Shock hopovolemik teratasi

BAB III

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.

Tanda dan gejala yaitu: (1) Bayi /anak jadi cengeng dan gelisah; (2) Suhu tubuh meninggi; (3)
Feces encer, berlendir atau berdarah; (4) Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu; (5) Anus lecet; (6) Muntah sebelum dan sesudah diare; (7) Gangguan gizi akibat intake
makanan kurang; (8) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering. Secara umum
penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang
spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

anda dan gejala: (1) Demam tinggi selama 5 – 7 hari; (2) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
diare, konstipasi; (3) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma (4) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri; (5) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment,
dan ulu hati; (6) Sakit kepala; (7) Pembengkakan sekitar mata; (8) Pembesaran hati, limpa, dan
kelenjar getah bening; (9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

1. B. SARAN
2. Dibutuhkan perbanyakan literature dalam penulisan makalah.
3. Bagi pustakawan yang lain, semoga makalah ini dapat dijadikan referensi dan masukan
untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan dilembaga masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alilmul. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Departeman Kesehatan.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Supartini, Yupi. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, L Donna dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi Ke 4. Jakarta: EGC.

Wong, L Donna dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi Ke 6. Jakarta: EGC.

Sumber:

Sumber : http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak dengan_2591.html


Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI.1985. Cetakan tahun 2007. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta : Infomedika

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Askep Diare Anak


( Asuhan Keperawatan  Diare pada Anak )

Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.

Askep Diare Anak

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.

Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

Etiologi Diare
1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).

3.      Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.

4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.

5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

Patofisiologi Diare
Patofisiologi Diare Anak

Pengkajian Keperawatan

1.      Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

2.      Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

5.      Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,

6.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.

8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a.       Pertumbuhan

- Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.

- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 – 16 buah

- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b.      Perkembangan

- Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
-   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

-   Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :

1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)

2.      Meniru membuat garis lurus (GH)

3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)

9.      Pemeriksaan Fisik

a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,

b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih

d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung

e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)

g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .

h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.

j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10.  Pemeriksaan Penunjang

1)        Laboratorium :

-  Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida


-  Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
-  AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2)        Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni

Penatalaksanaan Diare

Rehidrasi

1.      Jenis cairan

1)      Cara rehidrasi oral

-   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.

-   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

2)      Cara parenteral

-  Cairan I  : RL dan NS

-  Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL

D5 : RL = 4 : 1  + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

-  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.

2.      Jalan pemberian

1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)


2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :

1)      Defisit ( derajat dehidrasi)

2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)

3)      Rumatan (maintenance).

4.      Jadwal / kecepatan cairan

1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13
kg : maka pemberianya adalah :

-   BB (kg) x 50 cc

-   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :

+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi

1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg

klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik

a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu

b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau
semi elemental formula.

Supportif

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

Diagnosa Keperawatan Diare


1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.

2.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.

6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

-   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

-   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

-   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1)        Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

2)        Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.

3)        Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt


4)        Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5)        Kolaborasi :

-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put

Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi


terpenuhi

Kriteria        : – Nafsu makan meningkat

-BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1)        Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.

2)        Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3)        Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan


4)        Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b.      obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare

Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1)        Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2)        Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3)        Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan


frekwensi BAB (diare)

Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu

Kriteria hasil : – Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

-             Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :

1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces

3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
iritasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif

Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :

1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.

5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Daftar Pustaka
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.


Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Askep Diare pada Anak


A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Hipocrates mendefenisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari tiga kali
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1998).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih tiga kali pada
anak ; konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, diare lebih dari tiga kali
sehari (Mansjoer Arief, dkk, 2000).
Dari beberapa uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa “Diare adalah buang air besar (BAB)
yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali
pada bayi dan lebih empat kali pada neonatus.
2. Etiologi
Adapun penyebab diare (Ngastiyah, (1997), dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a). Faktor infeksi
1). Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a.) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
b.) Infeksi virus ; Enterovirus (Virus Echo, Cosakie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotatovirus, Astrovirus).
c.) Infeksi parasit ; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris Strongiloideus). Protozoa (Entamoeba histolitica,
Giardia Lamblia, Trichomonas Honimis), Jamur : Candida Albicans.

2). Infeksi parenteral


Infeksi diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, Keadaan ini terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b). Faktor malabsorbsi
1). Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2). Malabsorbsi lemak
3). Malabsorbsi protein
c). Faktor makanan ; makanan beracun, basi, alergi makanan.
d). Faktor psikologi : rasa takut/cemas.

3. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a). Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
b). Gangguan keseimbangan asam basah (metabolik asidosis).
c). Hypoglikemia.
d). Gangguan gizi.
e). Gangguan sirkulasi (Suharyono, dkk, 1999).

4. Gambaran klinik
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai darah dan lendir .
Warna tinja lama kelamaan menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat dibasorbsi khusus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan sedang dan berat.
Dibawah ini cara menentukan tingkatan dehidrasi, menurut WHO derajat dehidrasi dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu :
5%a. Dehidrasi ringan : BB turun
b. Dehidrasi sedang : BB turun 8 %
c. Dehidrasi berat : BB turun > 10 %

5. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut:
a). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, perubahan EKG).
b). Renjatan hipovolemik.
c). Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan EKG).
d). Hipoglikemia.
e). Intolerance sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim laktase.
f). Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g). Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik.

6. Pencegahan
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F “Finger, Feces, Food, dan Fly”, maka penyuluhan
yang penting adalah :
a). Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain
memakai alas kaki jika bermain di tanah.
b). Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
c). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
d). Makanan harus selalu tertutup.
e). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli
makanan yang dijajakan terbuka.
f). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang bersih
juga perlu dimasak mendidih lebih lama.
(Ngastiyah, 1997).

7. Penanganan
Dasar pengobatan diare :
a). Pemberian cairan : jenis cairan, cairan peroral, cairan parenteral.
b). Dietetik (cara pemberian makanan).
c). Pemberian obat-obatan.
1). Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum klien.
a.) Cairan peroral : Diare dengan dehidrasi ringan, sedang.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan
NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar
natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar natrium 50
–60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (Formula
tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam
dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

b.) Cairan parenteral


Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk
bayi atau pasien yang MEP.
Tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan
bergantung dari berat ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan
umur dan berat badannya.
Cara memberikan cairan :
(1.) Belum ada dehidrasi
• Peroral sampai anak masih mau minum atau 1 gelas setiap defekasi.
(2.) Dehidrasi ringan
• 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral
• selanjutnya : 125 ml/kg ad. Libitum.
(3.) Dehidrasi sedang
• 1 jam pertama : 50-100 ml/kg peroral/intra gastric (sonde).
• Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad. Libitum.
(4.) Dehidrasi berat
• Untuk anak berumur 1 bulan sampai 2 tahun, BB : 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10
tetes/kg BB/menit. (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes//kg BB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
7 jam berikutnya : ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg/menit
(set infus 1 ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik.
• Untuk anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 18 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit
(1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik, bila anak tidak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan DG aa intra vena 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml
= 20 tetes)
• Untuk anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.
1 jam pertama : 20 tetes /kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit
(1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kg BB/ jam atau 2 ½ tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit
(1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes/kg BB/menit.(1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kg BB/menit ( 1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi yang baru lahir neonatus dengan BB : 2-3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan, cairan 4 : 1 (4 bagian gukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %)
4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 8 tetes/kg BB/menit (1
ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kg
BB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk BBLR dengan berat badan kurang 2 kg kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan : 4 : 1
• Kecepatan cairan : sama dengan pada bayi baru lahir.
• Cairan untuk MEP sedang dan berat dengan dehidrasi berat.
Misalnya anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg.
Jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kg BB/24 jam.
Kecepatan :
4 jam pertama : 60 ml/kg BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

2). Penanganan dietetik


Untuk anak di bawah satu tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis
makanannya :
a.) Susu (ASI atau susu formula yang rendah laktosa, dan rendah asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM,
Elmiron).
b.) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu.
c.) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau
asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3). Pemberian obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggunakan cairan yang hilang melalui tinja atau dengan muntah
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa.
a.) Obat anti sekresi.
(1.) Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
(2.) Klorpromasin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
b.) Obat antibiotik, diberikan bila perlu saja dan sudah ada penyakit yang jelas.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan melalui empat tahap proses keperawatan yang
terdiri dari : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang masing-masing berkesinambungan
serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan.
1. Pengkajian data
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian
yang cermat untuk masalah klien. agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari empat tahapan yaitu : a. pengumpulan data, b. klasifikasi data, c. analisa
data, d. rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada anak dengan diare adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (Talbot. Laura, 1997).
1.) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama.
2.) Riwayat kesehatan sekarang : keadaan umum, kesadaran, tanda vital.
3.) Riwayat kesehatan yang lalu.
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
- Riwayat nutrisi dan riwayat pemberian imunisasi.
4.) Kebutuhan dasar
a). Nutrisi
- Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis.
- Perubahan setelah di rumah sakit
b). Istirahat / tidur
- Kebiasaan : waktu tidur malam, tidur siang
- Perubahan setelah sakit
c). Hygiene
- Kebiasaan : Mandi, cuci rambut, gosok gigi.
- Perubahan setelah sakit
d). Eliminasi
• BAK
- Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
- Perubahan setelah sakit
• BAB
- Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
- Perubahan setelah sakit.
b. Pemeriksaan fisik
a). Keadaan umum : Tingkat kesadaran, rewel atau tidak, lemah/tidak.
b). Tanda-tanda vital : Tensi, nadi, suhu, pernafasan.
c). Kepala/wajah
1). Ubun-ubun cekung/tidak menutup atau belum
2). Mata cekung/tidak
3). Selaput lendir mulut kering atau tidak

d). Sistem pernafasan


1). Frekuensi pernafasan
e). Sistem kardiovaskuler
1). Denyut nadi
2). Bunyi jantung I/II
3). Suhu badan
4). Tekanan darah
f). Sistem pencernaan
1). Persitaltik usus
2). Mual, muntah
g). Sistem muskuloskeletal
1). Ekstremitas atas/bawah : keadaan akral, capillary revill, kekuatan otot, kemampuan gerak sendi
(ROM).
h). Genitalia dan anus
1). Genitalia
- Apakah ada kelainan atau tidak
2). Anus
- Keadaan kulit pada sekitar anus : kemerahan/lecet
i). Sistem integumen
1). Turgor kulit
2). Warna kulit
3). Keadaan kulit pada bokong
j). Status sosial
1). Keadaan rumah dan lingkungan
2). Status rumah
3). Kebanjiran tidak pada musim hujan.
4). Jumlah serumah
k). Keadaan psikologis orang tua
1). Tingkat pengetahuan orang tua
2). Alasan orang tua membawa anaknya ke rumah sakit
3). Perasaan orang tua terhadap keadaan anaknya.
4). Harapan orang tua/keluarga terhadap keadaan anaknya.
5). Informasi yang telah diterima/didapatkan oleh orang tua/keluarga tentang penyakit anaknya.
l). Pemeriksaan penunjang
Untuk kasus diare biasanya dilakukan pemeriksaan penunjang :
1). Usapan dubur, untuk biakan kuman, biasanya ditemukan E. Coli, Shygella, selain biakan kuman
usapan dubur berfungsi untuk mendeteksi apakah klien ada intoleransi terhadap makanan lemak atau
karbohidrat.
2). Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, biasanya terjadi leukositosis bila diare
disebabkan infeksi kuman.
3). Analisa gas darah untuk mengetahui tingkan asidosis akibat dehidrasi.
4). Kimia darah : untuk mengetahui tingkat elektrolit dalam darah, biasanya kalium dan natrium di
bawah normal.
5). Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis urine, meningkat 1,025.
6). Pemeriksaan EKG.
c. Klasifikasi data
Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pengklasifikasian data yang didapatkan, ke dalam
data subyektif dan data obyektif.
d. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi oleh
klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai penyebab dari penyakit diare sampai
permasalahannya tersebut.
e. Rumusan diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien diare, baik aktual maupun potensial adalah
sebagai berikut :
1.) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare.
2.) Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah terhadap
dilatasi vaskuler.
3.) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output yang berlebihan.
4.) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare berlebihan.
5.) Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anaknya.
6.) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.

2. Perencanaan tindakan keperawatan/intervensi.


Adapun rencana keperawatan pada diare dengan dehidrasi sedang, berat adalah sebagai berikut :
a). Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare.
• Tujuan :
Status cairan kembali batas normal, dengan kriteria : nilai elektrolit dalam batas normal, tidak ada
penurunan berat badan, menyangkut kelemahan, tidak ada diare, kulit kenyal.
• Intervensi
1.) Pantau tanda dan gejala dehidrasi.
a.) Kulit dan membran mukosa kering.
b.) Kenaikan berat jenis urine.
c.) Haus.
2.) Pantau masukan dan haluaran dengan cermat.
3.) Pantau ketidakseimbangan cairan.
4.) Hindari pengukuran suhu perektal atau memasukkan apapun kerektal.
5.) Berikan cairan sering dan dalam jumlah kecil untuk mendorong urinasi terjadi setiap 2 jam.
a.) Air daging.
b.) Minuman ringan bikarbonat.
c.) Minuman suplemen elektrolit.
d.) Jus apel.
6.) Berikan obat anti emetik parenteral sesuai pesanan.
7.) Timbang berat badan klien tiap hari.

b). Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah terhadap
dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.

• Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria :
1). Perut teraba lemah.
2). Peristaltik usus normal (5 – 16 x/menit).
3). Tidak ada mual dan muntah.
• Intervensi :
1.) Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen.
2.) Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan (misal : teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30 – 60
ml setiap ½ - 1 jam.
3.) Instruksikan klien untuk tidak mengkonsumsi :
a.) Cairan panas atau dingin.
b.) Makanan yang mengandung lemak atau serabut (susu, buah).
c.) Kafein/makanan pedis.
4.) Lindungi area perianal dan iritasi.
c). Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output yang berlebihan.
• Tujuan :
Kebutuhan nutrisi cukup, dengan kriteria BB naik, anak mau makan.
• Intervensi :
1.) Beri susu rendah laktosa penuh.
Rasional :
Gizi yang baik pada anak ditunjukkan naiknya berat badan.
2.) Beri HE tentang manfaat gizi seimbang.
3.) Kolaborasi pemberian obat roborantia.

d). Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare.


• Tujuan :
Kulit perineal mengalami pemulihan gizi dengan kriteria warna kulit perineal sama dengan warna
sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta kemerahan.
• Intervensi :
1.) Intruksikan keluarga klien untuk membersihkan area perineal dengan air hangat setiap defekasi.
2.) Keringkan area perineal kemudian usap dengan tissu, berikan pelindung kulit (salep, krim desitin)
pada daerah perineal.
3.) Instruksikan pada keluarga klien untuk menggunakan pakaian dari bahan katun bukan nilon.
4.) Hindari pemberian bedak pada area perineal.

e). Kecemasan keluarga berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan anak.
• Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria : ada pemahaman keluarga terhadap penyakit klien, wajah
tampak tenang.
• Intervensi :
1.) Beri kesempatan keluarga untuk mengemukakan perasaannya.
2.) Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi. Beri dorongan untuk bertanya.
3.) Jelaskan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.

f). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
• Tujuan
Tidak ada manifestasi infeksi dengan kriteria ; suhu 37 0C, SDP 5000 – 10.000/mm3, jaringan perineal
utuh.
• Intervensi :
1.) Pantau suhu tubuh tiap empat jam.
2.) Berikan antibiotik yang diprogramkan dan evaluasi keefektivannya
3.) Gunakan kewaspadaan umum tehnik mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah kontak dengan
klien, dan bersihkan area peritoneal keseluruhan setelah toileting.
Diposkan oleh YAYA HASGUR di 22:28

Anda mungkin juga menyukai