Home
About ‘Aini
Guest Book
BLOG COMP.2010 »
★DOWNLOAD BAHAN KEPERAWATAN »
« ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA ANAK
ASKEP KEJANG DEMAM DAN TIFOID PADA ANAK »
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Penyakit akut dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan ank yang baru lahir. Pada bab ini,
akan membahas asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit akut dan infeksi.
Penyakit akut dan infeksi yang sering diderita anak dan bayi diantaranya diare dan DHF. Solusi
dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orangtua mengenai kesehatan dan
perawatan anak dan bayi di rumah.Namun dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui
bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan
diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.
1. B. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana konsep dasar masing-masing penyakit?
3. Apa saja tanda dan gejala yang sering terdapat pada bayi sesuai dengan penyakitnya?
4. Apa saja masalah yang sering dialami pada anak sesuai dengan penyakit?
5. Bagaimana perencanaan tindakan pada anak sesuai dengan masalah pada masing-masing
penyakit?
6. C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit
akut dan infeksi (Diare dan DHF)
1. Tujuan Khusus
2. Mampu menjelaskan tentang konsep dasar masing-masing penyakit.
3. Mampu mengkaji tanda dan gejala serta masalah yang sering terdapat pada bayi sesuai
dengan penyakitnya.
4. Mampu menentukan perencanaan tindakan pada anak sesuai dengan masalah pada
masing-masing penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DIARE
1. A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita Yuliani,
2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM
dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak,
didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces
(Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
B. JENIS DIARE
Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten dengan
dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah
C. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.
1. 1. Faktor infeksi
2. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
1. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2. 2. Faktor malabsorpsi
3. Malabsorpsi karbohidrat
4. Malabsorpsi lemak
5. Malabsorpsi protein
6. 3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
1. 4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, seperti:
1. F. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare
yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang
baik pengobatan harus rasional.
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta
kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.
1. c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak
1. 2. Pengobatan dietetik
2. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanannya adalah:
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tak
jenuh)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
1. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah
makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
1. 3. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1. Obat antisekresi
2. Obat antispasmolitik
3. Obat pengeras tinja
4. Antibiotika, kapan perlu
5.
6. G. ASUHAN KEPERAWATAN
7. 1. Pengkajian
8. a. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
1. d. Pengkajian Sistem
a) Kesadaran
c) TB / BB
b) Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
d) Mulut
Frekuensi napas
Mual/ muntah
k) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau, warna
1. e. Faktor Psikososial
1. f. Pengkajian Keluarga
1. g. Pemeriksaan Laboratorium
1. 2. Diagnosa Keperawatan
2. a. Kurang volume cairan b.d seringnya buang air besar dan encer
Tujuan
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan:
Criteria hasil
· Anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang
· Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat ditandai dengan membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, mata normal, TTV DBN.
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Indikator langsung status cairan/
perbaikan ketidakseimbangan
1. Kaji status hidrasi 2. Menunjukkan status hidrasi
keseluruhan
1. Kaji pemasukan dan pengeluaran 3. Membantu dalam evaluasi derajat
cairan defisit cairan/ keefektifan
2. Monitor tanda-tanda vital penggantian terapi cairan dan respon
terhadap pengobatan
Kolaborasi
1. memberikan informasi tentang
1. Pemeriksaan laboratorium sesuai hidrasi, fungsi organ
program; elektrolit, Ht, pH, serum
albumin 1. Mengisi/ mempertahankan volume
2. Pemberian cairan dan elektrolit
sesuai protokol (dengan oralit dan
cairan parenteral)
sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
3. Pemberian obat sesuai indikasi
Menurunkan kehilangan cairan
Antidiare
Mengobati infeksi supuratif lokal
Antibiotik
1. b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan
menurunnya absorpsi makanan dan cairan
Tujuan
Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan:
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Memberikan informasi tentang diit
dan keefektifan terapi
1. Timbang berat badan anak setiap 2. Memberikan informasi tentang
hari kebutuhan pemasukan/ defisiensi
3. Diit yang tepat penting untuk
1. Monitor pemasukan dan penyembuhan
pengeluaran
1. Mulut yang bersih dapat
1. Setelah rehidrasi, berikan meningkatkan rasa makan
minuman oral dengan sering dan 2. Mencegah berkurangnya berat badan
makanan yang sesuai dengan diit lebih lanjut dan mempercepat
dan usia dan atau berat badan anak penyembuhan
2. Lakukan kebersihan mulut setiap 3. Mengurangi malnutrisi
habis makan
3. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan
Tujuan:
A. KONSEP DASAR
1. 1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan
serotif yang paling banyak.
1. 3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
Trombosit menurun.
HB meningkat lebih 20 %
HT meningkat lebih 20 %
Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
Protein darah rendah
Ureum PH bisa meningkat
NA dan CL rendah
1. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
8. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
1. 1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF”
dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-
tahapannya meliputi :
1. Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan
dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :
1. 3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa
keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan
yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana
tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi
4. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses
yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan
evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria
hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
BAB III
PENUTUP
1. A. KESIMPULAN
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu
kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi),
makanan, dan faktor psikologis.
Tanda dan gejala yaitu: (1) Bayi /anak jadi cengeng dan gelisah; (2) Suhu tubuh meninggi; (3)
Feces encer, berlendir atau berdarah; (4) Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu; (5) Anus lecet; (6) Muntah sebelum dan sesudah diare; (7) Gangguan gizi akibat intake
makanan kurang; (8) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering. Secara umum
penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang
spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
anda dan gejala: (1) Demam tinggi selama 5 – 7 hari; (2) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
diare, konstipasi; (3) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma (4) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri; (5) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment,
dan ulu hati; (6) Sakit kepala; (7) Pembengkakan sekitar mata; (8) Pembesaran hati, limpa, dan
kelenjar getah bening; (9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
1. B. SARAN
2. Dibutuhkan perbanyakan literature dalam penulisan makalah.
3. Bagi pustakawan yang lain, semoga makalah ini dapat dijadikan referensi dan masukan
untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan dilembaga masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alilmul. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Departeman Kesehatan.
Supartini, Yupi. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, L Donna dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi Ke 4. Jakarta: EGC.
Wong, L Donna dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi Ke 6. Jakarta: EGC.
Sumber:
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI.1985. Cetakan tahun 2007. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta : Infomedika
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
Etiologi Diare
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
Patofisiologi Diare
Patofisiologi Diare Anak
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 – 16 buah
b. Perkembangan
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
- Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
1) Laboratorium :
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
- Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
- Cairan I : RL dan NS
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
- HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13
kg : maka pemberianya adalah :
- BB (kg) x 50 cc
Terapi
Dietetik
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau
semi elemental formula.
Supportif
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
Intervensi Keperawatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi :
R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
5) Kolaborasi :
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
iritasi .
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.
Daftar Pustaka
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
3. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a). Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
b). Gangguan keseimbangan asam basah (metabolik asidosis).
c). Hypoglikemia.
d). Gangguan gizi.
e). Gangguan sirkulasi (Suharyono, dkk, 1999).
4. Gambaran klinik
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai darah dan lendir .
Warna tinja lama kelamaan menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat dibasorbsi khusus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan sedang dan berat.
Dibawah ini cara menentukan tingkatan dehidrasi, menurut WHO derajat dehidrasi dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu :
5%a. Dehidrasi ringan : BB turun
b. Dehidrasi sedang : BB turun 8 %
c. Dehidrasi berat : BB turun > 10 %
5. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut:
a). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, perubahan EKG).
b). Renjatan hipovolemik.
c). Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan EKG).
d). Hipoglikemia.
e). Intolerance sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim laktase.
f). Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g). Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare jika lama atau kronik.
6. Pencegahan
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F “Finger, Feces, Food, dan Fly”, maka penyuluhan
yang penting adalah :
a). Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain
memakai alas kaki jika bermain di tanah.
b). Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
c). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
d). Makanan harus selalu tertutup.
e). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli
makanan yang dijajakan terbuka.
f). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang bersih
juga perlu dimasak mendidih lebih lama.
(Ngastiyah, 1997).
7. Penanganan
Dasar pengobatan diare :
a). Pemberian cairan : jenis cairan, cairan peroral, cairan parenteral.
b). Dietetik (cara pemberian makanan).
c). Pemberian obat-obatan.
1). Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum klien.
a.) Cairan peroral : Diare dengan dehidrasi ringan, sedang.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan
NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar
natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar natrium 50
–60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (Formula
tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam
dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b). Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah terhadap
dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
• Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria :
1). Perut teraba lemah.
2). Peristaltik usus normal (5 – 16 x/menit).
3). Tidak ada mual dan muntah.
• Intervensi :
1.) Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen.
2.) Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan (misal : teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30 – 60
ml setiap ½ - 1 jam.
3.) Instruksikan klien untuk tidak mengkonsumsi :
a.) Cairan panas atau dingin.
b.) Makanan yang mengandung lemak atau serabut (susu, buah).
c.) Kafein/makanan pedis.
4.) Lindungi area perianal dan iritasi.
c). Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output yang berlebihan.
• Tujuan :
Kebutuhan nutrisi cukup, dengan kriteria BB naik, anak mau makan.
• Intervensi :
1.) Beri susu rendah laktosa penuh.
Rasional :
Gizi yang baik pada anak ditunjukkan naiknya berat badan.
2.) Beri HE tentang manfaat gizi seimbang.
3.) Kolaborasi pemberian obat roborantia.
e). Kecemasan keluarga berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan anak.
• Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria : ada pemahaman keluarga terhadap penyakit klien, wajah
tampak tenang.
• Intervensi :
1.) Beri kesempatan keluarga untuk mengemukakan perasaannya.
2.) Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi. Beri dorongan untuk bertanya.
3.) Jelaskan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
f). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
• Tujuan
Tidak ada manifestasi infeksi dengan kriteria ; suhu 37 0C, SDP 5000 – 10.000/mm3, jaringan perineal
utuh.
• Intervensi :
1.) Pantau suhu tubuh tiap empat jam.
2.) Berikan antibiotik yang diprogramkan dan evaluasi keefektivannya
3.) Gunakan kewaspadaan umum tehnik mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah kontak dengan
klien, dan bersihkan area peritoneal keseluruhan setelah toileting.
Diposkan oleh YAYA HASGUR di 22:28