Di Susun Oleh:
Gita mawarni
Nur hikmah umati
Akbar hidayat
Oktaviana kristanti
Wiwin anggriani
Nur fadillah
PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI TRAUMA
2. JENIS-JENIS TRAUMA
3. PTSD (POST TRAUMATIC STRESS DISORDER)
4. GEJALA
5. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
6. FASE-FASE PTSD
7. PERISTIWA TRAUMATIC YANG DAPAT MENGARAH
KEPADA MUNCULNYA PTSD
8. TIGA KATEGORI UTAMA GEJALA YANG TERJADI PADA
PTSD
9. DAMPAK PTSD
10. PANDANGAN HUKUM TENTANG PTSD
11. PERAN PEMERINTAH
12. DAMPAK PSIKOSOSIAL PADA KORBAN BENCANA
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian yang hebat,
mengejutkan, atau bahkan mengerikan. Kejadian-kejadian tersebut
seringkali akan mengganggu kondisi kejiwaan. Salah satu peristiwa
mengerikan yang mungkin dialami oleh seseorang adalah bencana
alam. Dampak dari bencana selain merusak bangunan fisik juga dapat
menimbulkan dampak psikologis. Bencana alam yang terjadi seringkali
dapat menyebabkan trauma bagi para korban.
Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di
Indonesia sepanjang tahun 2010, disebabkan oleh faktor alam yang
berbeda. Dampak bencana alam tidak hanya mengakibatkan hilangnya
harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah bencana.
Berdasarkan data dari 644 kejadian bencana di Indonesia total
kerugian material diperkirakan mencapai lebih 15 trilyun rupiah.
Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda, kerusakan rumah-
rumah masyarakat, sarana dan prasarana umum, lahan pertanian,
perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Selain itu juga menimbulkan
kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan timbuln ya gangguan
kesehatan (Nugroho, 2010).
Peristiwa traumatik dapat terjadi pada siapa saja. Seseorang bisa
secara tiba-tiba mengalami bencana, baik karena bencana alam
ataupun tindak kejahatan tertentu sehingga menyebabkan trauma.
Peristiwa tersebut datang tanpa dapat diprediksi sebelumnya,
sehingga kondisi psikologis menjadi terganggu. Reaksi terhadap suatu
peristiwa dapat berbeda-beda pada setiap orang. Pada sebagian
orang suatu bencana tidak menyebabkan trauma, tapi pada orang lain
dapat menyebabkan trauma yang mendalam. Terkadang trauma
menyebabkan seseorang tidak mampu menjalankan kesehariannya
seperti yang biasanya dilakukan, bayangan akan peristiwa tersebut
senantiasa kembali dalam ingatannya dan mengusiknya, ia juga
merasa tak mampu untuk mengatasinya (Koentara, 2016).
Jika berbicara tentang tindak kekerasan atau trauma, ada suatu
istilah yang dikenal sebagai Post Traumatic Stress Disorderatau PTSD
(gangguan stres pasca trauma) yaitu gangguan stres yang timbul
berkaitan dengan peristiwa traumatis luar biasa. Misalnya, melihat
orang dibunuh, disiksa secara sadis, korban kecelakaan, bencana
alam, dan lain-lain. PTSD merupakan gangguan kejiwaan yang sangat
berat, karena biasanya penderita mengalami gangguan jiwa yang
mengganggu kehidupannya (Koentara, 2016).
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi,
dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah
sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga
tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan
keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus
mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini
(Anggi, 2010).
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa
melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk (Anggi,
2010).
B. TUJUAN
Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma psikis/kejiwaan pada
korban bencana.
BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI TRAUMA
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian
yang sangat buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau
bencana alam.
Trauma adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress
buruk akibat suatu peristiwa, kejadian atau pengalaman
spontanitas atau secara mendadak (tiba-tiba), yang membuat
individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang tidak
mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana
yang disebutkan The American Psychological Association
(2010), trauma as an emotional response to a terrible event like an
accident, rape or natural disaster.
2. JENIS-JENIS TRAUMA
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini
dan Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma
yang dilihat dari sifat dan sebab terjadinya trauma yaitu sebagai
berikut :
a. Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman
yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada
diri individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss
control and loss helpness) dan merusak fungsi ketahanan
mental individu secara umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat
menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).
b. Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf
pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras
atau pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu
mengalami pendarahan, iritasi, dan sebagainya. Penderita
trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang
kesadaran, yang sifatnya sementara.
c. Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber
dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh,
amputasi salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock
dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan
kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran
terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya,
yang memicu timbulnya histeris atau fobia.
d. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis
dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-
stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau
berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror,
ancaman.
4. GEJALA
Mengacu kepada Diagnostic and Statistical Manual of Mnetal
Disorder (DSM-IV) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric
Association (1994) ada enam indikator bahwa seseorang yang
mengalami GSPT, meliputi :
a. Gejala pemunculan stressor, terjadi pada :
Orang yang mengalami, menyaksikan, atau mempelajari
peristiwa yang melibatkan kematian yang tragis, kecelakaan
serius atau kekejaman pada diri sendiri dan orang lain.
Orang yang mengalami ketakutan, ketidakberdayaan atau
ketakutan hebat (pada anak-anak, respon tersebut
mengakibatkan perilaku kacau atau memprovokasi).
b. Gejala dari peristiwa yang dialami lagi, ditunjukan oleh :
Perilaku mengungkit kembali peristiwa mengganggu.
Mengingat kembali mimpi buruk suatu peristiwa
Berperilaku atau seolah-olah trauma tersebut muncul
kembali (ilusi, halusinasi, dan kembali ke masa lalu yang
bersifat disosiatif)
Distress psikologis yang hebat atas munculnya tanda-tanda
internal atau eksternal yang mensimbolkan dengan suatu
aspek dari trauma tersebut.
Reaksi psikologis yang muncul berulang-ulang seperti pada
gejala diatas.
c. Gejala dari indikator penghindaran, meliputi :
Upaya-upaya untuk menghindari pikiran, perasaan atau hal
lain yang dapat mengingatkan kembali pada peristiwa
traumatis.
Upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari aktivitas,
tempat, atau orang yang terkait dengan peristiwa traumatis.
Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa
traumatik.
Berkurangnya minat atau partisipasi secara nyata pada
aktivitas yang dahulunya merupakan aktivitas yang
menyenangkan.
d. Gejala indikator pemunculan, diantaranya :
Perasaan terasing.
Rentang afeksi terbatas
Merasa masa depan suram.
e. Gejala gangguan kehidupan. Yaitu gangguan yang
menyebabkan distress dalam fungsi sosial atau bidang penting
lainnya.
5. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Menurut Schiraldi (1999) ada tiga faktor utama yang menjadi
penyebab terjadinya GSPT, yaitu :
a. Faktor kesengajaan manusia, diantaranya :
Pertempuran, perang sipil, dan resistensi bertempur.
Pelecehan termasuk pelecehan seksual, pelecehan fisikal,
pelecehan emosional.
Penyiksaan
Perbuatan kriminal seperti mutilasi, perampokan, kekerasan
terhadap keluarga
Penyanderaan, tawanan perang, karantina, pembajakan.
Pelecehan pemujaan
Terorisme
Peristiwa ledakan bom
Menyaksikan pembunuhan
Ancaman, penyiksaan
Serangan penembak gelap
Menyaksikan reaksi ketakutan orang tua
Menyaksikan efek alkoholisme pada keluarga
Bunuh diri atau bentuk lain dari kematian mendadak;
ancaman kematian, dan
Kerusakan atau kehilangan bagian tubuh.
b. Faktor ketidaksengajaan manusia, diantaranya :
Industrial
Kebakaran
Ledakan kendaraan bermotor, kapal karam
Bencana nuklir
Runtuhnya bangunan, dan
Kerusakan akibat operasi pada tubuh atau kehilangan
bagian tubuh
c. Faktor bencana alam
Angin ribut
Angin topan
Tornado
Banjir
Gempa bumi
Salju longsor, dan
Tsunami.
6. FASE-FASE PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
a. Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat)
yangmana terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah
menghadap bencana. Pada fase ini kebanyakan orang akan
mengalami gejala-gejala depresi seperti keinginan bunuh diri,
perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan dapat juga
menimbulkan berbagai gejala psikotik.
b. Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang
dialami dan penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1
bulan hingga tahunan setelah bencana, pada fase ini telah
tertanam suatu mindset yang menjadi suatu phobia/trauma akan
suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana tersebut
terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat
dibandingkan pengalaman terdahulunya.
c. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang
berkepanjangan (dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari
suatu bencana dimana terdapat dogma “semua telah berubah”.
7. PERISTIWA TRAUMATIC YANG DAPAT MENGARAH KEPADA
MUNCULNYA PTSD:
a. Perang (War)
b. Pemerkosaan (Rape)
c. Bencana alam (Natural disasters)
d. Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
e. Penculikan (Kidnapping)
f. Penyerangan fisik (Violent assault)
g. Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
h. Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical
procedures - especially in kids).
9. DAMPAK PTSD
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat
mengakibatkan sejumlah gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior
(perilaku),dan sosial.
a. Gejala gangguan fisik:
pusing,
gangguan pencernaan,
sesak napas,
tidak bisa tidur,
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
b. Gangguan kognitif:gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
c. Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan,
berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
d. Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang
minimal. Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif
(berulang-ulang).
e. Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.
2. DIAGNOSA
a. Ansietas b/d Krisis situasiona
b. Ketakutan b/d berasal dari dlaam (neurotransmitter)
c. Duka cita b/d kematian orang terdekat
3. INTERVENSI
a. Ansietas b/d krisis situariona
Definisi :perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons autonom (sumber sering kali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.
NOC:
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam
nyeri dapat teratasi dengan indikator:
monitor intensitas dari ansietas
gunakan strategi koping efektif
menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ansietas
NIC:
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian obat anti cemas
b. Ketakutan b/d berasal dari dlaam (neurotransmitter)
Defenisi :respons terhadap persepsi ancaman yang secara
sadar dikenali sebagai sebuah bahaya.
Batasan karakteristik:
Melaporkan isyarat/ peringatan
Melaporkan kegelisahan
Melaporkan rasa takut
Melaporkan penurunan kepercayaan diri
Melaporkan ansietas
Melapokan kegembiraan
Melaporkan peningkatan ketegangan
Melaporkan kepanikan
Melaporkan terror
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......takut klien
teratasi dengan kriteria hasil :
Memiliki informasi untuk mengurangi takut
Menggunakan tehnik relaksasi
Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi peran
Mengontrol respon takut
NIC:
Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan
keluarga
Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan
perilaku untuk mengurangi takut
Sediakan perawatan yang berkesinambungan
Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi
dan rasa takutnya
Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang
sama
Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi
4. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah di tentukan.
5. EVALUASI
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan. Apakah
sudah tercapai atau tidak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor
non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. Bencana menimbulkan trauma psikologis bagi
semua orang yang mengalaminya.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat
sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien
dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.
Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih
memahami materi mengenai penyakit dengan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) pasca bencana alam dilihat dari perbandingan data di
lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
B. SARAN
Dengan mempelajari Asuhan keperawatan dengan Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD) diharapkan mahasiswa/I mampu melakukan
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, dan
implementasi sesuai dengan kebutuhan pasien dalam keadaan
bencana alam.
DAFTAR PUSTAKA
Koentara.(2006).MenanganiKasusBencana(online)(http://www.dispsiad.mil
.id/index.php/en/publikasi/artikel/221-post-traumatic-stress-disorder-
ptsddiakses 09 Mar 2016)
Mccloskey, Joanne. 2004. Nursing intervention classification. St. Louis,
Missouri