Anda di halaman 1dari 19

Makalah Konsep Asuhan Keperawatan

Diabetes Melitus Gestasional

Dosen Pembimbing :
Hermeksi Rahayu S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh :
Cicilia Ester Novita H Bungaa 1903019
Dwi Fitriani Amalia 1903023
Ni'amatun Aprilia 1903039
Siti Fatimah 1903057

S1 Keperawatan A

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologis dan normal. Namun tidak jarang ada
kehamilan yang disertai penyulit. Diabetes adalah penyulit medis tersering pada
kehamilan (Cunningham et all, 2010). Diabetes melitus pada kehamilan atau diabetes
melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu)
maupun berat (diabates melitus), terjadi atau pertama kali saat kehamilan berlangsung.
Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum
terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita
diabetes melitus akibat hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi
terlihat selama kehamilan. Gejala-gejala kemungkinan mereda dalam beberapa minggu
setelah melahirkan. Namun separuh dari perempuan mengidap diabetes melitus akan
menjadi akut dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan.
Diabetes mellitus gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin
(Osgood et al, 2011). Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus
gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya
preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu.
Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau
terjadi diabetes gestasional yang berulang pada 3 masa yang akan datang. Sedangkan
bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk
terkena makrosomia, trauma kelahiran. Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk terkena
hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan,
polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (Perkins et al, 2007).
Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika
Serikat, dan 3-5% di Inggris (ADA, 2004 dalam Ifan dkk, 2013). Prevalensi diabetes
melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6% (Buckley et al, 2001 dalam Ifan dkk, 2013).
Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi
diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya
(Soewardono dan Pramono, 2011 dalam Ifan dkk, 2013). Pada ibu hamil dengan riwayat
keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008
dalam Ifan dkk, 2013). Angka ini lebih rendah dari pada prevalensi di Negara Ingris dan
Amerika Serikat. Meskipun demikian, masalah diabetes gestasional di Indonesia masih
membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta
dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin (Ifan dkk, 2013). Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman bagi kita perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada kasus diabetes melitus gestasional ini.

B. Tujuan Penulisan Makalah


a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabates
melitus gestasional secara komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Memahami konsep teori yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta komplikasi
diabetes melitus gestasional.
2. Memahami proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan
intervensi pada pasien dengan diabetes gestasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut Erna Setiyaningrum (2013), diabetes melitus pada kehamilan
(gestasional) adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun
berat (DM), terjadi atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup
pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat
kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Sedangkan menurut dr. Raehanul Bahren, dkk (2014), diabetes gestasional
merupakan salah satu dari beberapa tipe diabetes, yang khusus dialami oleh ibu hamil,
yang sebelumnya tidak menderita diabetes. Pelacakan terhadap diabetes gestasional
biasanya dimulai saat memasuki trimester kedua, yakni antara minggu ke 24-28, karena
umumnya peningkatan kadar gula darah yang signifikan terdeteksi pada minggu –minggu
tersebut. Namun pada sebagian kecil kasus, diabetes gestasional dapat terjadi lebih awal,
dan berkorelasi erat dengan dampak yang berat pada janin, seperti keguguran atau cacat
berat pada organ utama janin, seperti otak dan jantung.
Jadi, yang membedakan diabetes gestasional dengan diabetes pada pada
umumnya yang bersifat kronis, diabetes gestasional umumnya akan membaik dan kadar
gula darah penderita akan kembali normal segera setelah persalinan.

B. Penyebab / Faktor Predisposisi


Faktor resiko diabetes gestasional mencakup :
a. Obesitas
Wanita yang gemuk (berat badan melebihi 90 kg) mempunyai kecenderungan
yang lebih besar untuk menjadi diabetes dikemudian hari ketimbang wanita yang
tidak gemuk.
b. Usia ibu lebih dari 30 tahun
Hamil di usia 30 tahun ke atas meningkatkan resiko terjadinya diabetes
gestasional. Hal ini karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin untuk
melawan hormon kehamilan pada usia tersebut. Untuk menghindarinya kontrol
penuh pada konsumsi gula dan rutin melakukan aktivitas fisik sangat penting
dilakukan oleh para calon ibu yang berusia lebih dari 30 tahun.
c. Bayi sebelumnya yang berukuran besar (lebih dari 4000 g)
Dalam suatu studi yang dilaporkan oleh Pederson (1997) wanita yang melahirkan
bayi dengan berat 4,5 kg atau lebih 20 tahun sebelumnya tanpa suatu riwayat
keluarga, mempunyai insidens diabetes sebesar 17% jika mereka mempunyai berat
badan yang normal dan insidens 46% jika mereka gemuk. Wanita yang melahirkan
bayi besar yang gemuk dan mempunyai riwayat keluarga yang positif mempunyai
insidens diabetes sebesar 84%.
d. GDM atau intoleransi glukosa (IGT) pada kehamilan sebelumnya
Tindak lanjut jangka panjang dari wanita dengan diabetes kehamilan dipelajari
oleh Grant dan rekan (1986), yang menguji 447 wanita yang mengalami diabetes
kehamilan selama 1-12 tahun setelah diagnosis; 49 (115) ditemukan diabetes dan 35
(7,85) mengalami IGT. Obesitas, suatu gangguan GTT pada nifas dan kekambuhan
dari diabetes kehamilan pada kehamilan selanjutnya merupakan faktor yang penting
dalam perkembangan lanjutan diabetes atau IGT. Farrel dan rekan (1986)
menemukan frekuensi kelainan toleransi glukosa yang lebih tinggi pada diabetes
kehamilan yang diuji hingga 12 bulan setelah persalinan; 14 dari 42 (33,3%) pasien
GDM mempunyai kelainan GTT, 10 (265) jelas menderita diabetes.
e. Riwayat diabetes dalam keluarga
Faktor genetik berpengaruh dalam perkembangan diabetes. Sekitar 1% dari semua
anak dari orang tua diabetes sendiri kemungkinan mengalami penyakit ini dalam 30
tahun pertama kehidupan, suatu insidens antara 5 dan 10 kali lebih besar
dibandingkan anak dari orang tua yang bukan diabetes. Jika kedua orang tuanya
diabetes , insiden diabetes pada anak-anaknya meningkat, tergantung pada umur
kapan orang tua menjadi diabetes. Resiko terbesar bagi anak-anak untuk mengalami
diabetes terjadi jika salah satu atau kedua orang tua mengalami penyakit ini sebelum
umur 40 tahun.
f. Hidramnion sebelumnya
Insiden hidramnion akan meningkat pada pasien diabetes tidak terkontrol. Hal ini
disebabkan oleh plasenta yang besar, adanya malformasi kongenital, dan poliuria
janin akibat hiperglikemia.
g. Perubahan hormon selama kehamilan

Perubahan hormon selama kehamilan diyakini bertanggung jawab terhadap


penurunan sensitivitas insulin terutama yang berasal dari hormon plasenta (Human
Chorionic Somatomammotropin atau HCS - Human Placetal Lactogen), kortisol,
progesteron, dan prolaktin. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam kejadian
diabetes melitus gestasional sebagai berikut:

1. Hormon Laktogen Plasenta


Hormon laktogen plasenta biasanya muncul pada minggu keenam,
terutama disekresi pada sirkulasi ibu (sedikit pada darah tali pusat) dengan
konsentrasi yang terus meningkat selama kehamilan. Hormon laktogen plasenta
berperan untuk meningkatkan proses lipolisis (pemecahan lemak menjadi asam
lemak) sehingga mampu meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam sirkulasi
darah, memengaruhi penimbunan asam lemak dalam jaringan yang berpengaruh
pada berkurangnya jumlah reseptor insulin pada jaringan sehingga menurunkan
kemampuan insulin dalam memasukkan gula ke dalam sel jaringan (resistensi
insulin).

2. Hormon kortisol
Hormon kortisol merupakan hormon steroid yang dihasilkan secara alami
di dalam tubuh. Kadar kortisol akan meningkat selama kehamilan dan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus (janin). Kortisol berfungsi untuk
menstimulasi proses glukoneogenesis (pembentukan glukosa) di dalam hati dan
menghambat pengambilan glukosa di dalam sel perifer.
Hormon kortisol bisa juga menstimulasi lipolisis (pemecahan lemak),
pemecahan protein sel perifer, dan pembentukan plasma protein dalam hati
(Silbernagi S dan Lang F, 2000). Dengan kata lain, kortisol secara tidak
langsung memengaruhi peningkatan jumlah glukosa darah dan meningkatkan
jumlah hormon insulin di dalam darah.

3. Hormon Progesteron
Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum sepanjang kehamilan,
khususnya selama enam minggu pertama. Hormon ini mampu mengurangi
kemampuan hormon insulin dalam menekan produksi endogen.

4. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari atau kelenjar hipofisis bagian interior (depan). Hormon ini diproduksi
juga oleh plasenta. Peningkatan sekresi hormon prolaktin salah satunya dalam
keadaan hipoglikemia. Dengan kata lain, hormon prolaktin memiliki sifat
antagonis terhadap insulin.

C. Klasifikasi
Pada Diabetes Melitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si ibu :
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Adapun klasifikasi Diabetes Melitus Gestasional menurut Pyke :
1. Klass I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klass II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Klass III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, penyakit pembuluh darah panggul dan pembuluh
darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita diabetes termasuk ke dalam
kategori DM Gestasional (Tipe 2).

D. Patofisiologi / Patways
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula
terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid
dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi
yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon selama kehamilan
akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini
(sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar glukosa di
dalam darah kemungkinan akan lebih rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang
menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan
makanan selama kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang malam.
Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena
kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa
glukosa untuk melewati membran sel. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan
ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak
dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glomerulus dan penurunan
kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.
Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi
atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes
dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan.
Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL (Human Placenta Lactogen) akan
meingkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Efek
puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26 sampai 28 minggu. Waktu tersebut
merupakan saat yang tepat melakukan penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Angka
aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh darah ke uterus dan
plesenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma, yang mengakibatkan IUGR
dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan hipertensi dan
preeklamsi.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta.
Janin memang tidak menderita dibetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulinnya
guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa,
terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia).
Makrosomia disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan
pembesaran sel bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur
hidup bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-
kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.
WOC DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Hormon Diabetogenik
Faktor Predisposisi :
(Pencetus Diabetes)
Usia Tua saat hamil
Multiparitas
Obesitas
Riwayat Melahirkan dg BB Bayi >4kg
Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya Peningkatan jumlah
Meningkatnya hormone anti insulin hormon tersebut saat
Obat-obatan hamil
Riwayat Keluarga diabetes

Mempengaruhi
reseptor insulin pada
sel
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga
kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar gula
darah janin
Terjadi penurunan
jumlah reseptor insulin

Lambatnya resorbsi makanan

Kondisi yang kebal


terhadap insulin
Hiperglikemia (insulin resitance)

Menyebabkan kebutuhan
Fungsi MK :
insulin meningkat
pankreas tidak Resiko Sindrom
cukup untuk Kematian Bayi
mengatasi
resitensi
insulin

Hiperglikemia maternal
Menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat

Penurunan produksi Sel Kelaparan Peningkatan


energi metabolik pengeluaran glukosa
dalam urin
polifagi
MK : Keletihan

Hepar merespon Sel otak kekurangan


dengan nutrisi
melakukan
glukoneogenesis Peningkatan
Kerusakan jaringan pengeluaran
pembuluh darah Glukosa
retina dalam urine
Pemecahan Gangguan
glikogen otot metabolisme Inadekuat perfusi
secara terus protein jaringan
menerus Reabsorbsi
cairan di
Penurunan visus tubulus ginjal
Pertumbuhan penglihatan terganggu
Massa otot jaringan
menurun terhambat
MK : Resiko Tinggi
Cidera Diuresis osmotik
Luka sukar
Penurunan sembuh
berat badan
Poliuri
MK : Resiko
Infeksi
MK :
Ketidakseimbangan Dehidrasi ekstra sel
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

MK : Kekurangan
volume cairan dan
elektronik
E. Proses Keperawatan
 Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis).
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien).
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nafas pasien mungkin berbau
aseton pernapasan kussmaul, nyeri abdomen,poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan & sakitkepala.
2) Riwayat kesehatan saat ini
Berisi mengenai kapan awal mula terjadinya penyakit, faktor penyebab
terjadinya penyakit ini, serta upaya yang sudah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit - penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin contohnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, ataupun arterosklerosis, tindakan medis
yg pernah di dapat ataupun obat - obatan yang biasa dipakai oleh si
penderita.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga mengenai penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat pernah melahirkan anak
lebih dari berat 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, sebuah infeksi) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
5) Riwayat psikososial
Mencangkup informasi mengenai perilaku, emosi, dan perasaan yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga pada penyakit penderita.
6) Kaji terhadap manifestasi diabetes mellitus
Poliuria, polifagia, polidipsia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
gangguan penglihatan, kelelahan, peka rangsang, & kram otot. Temuan ini
menunjukkan rintangan elektrolit & terjadinya komplikasi aterosklerosis.
7) Kaji pemahaman pasien
Tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik & mengenai tindakan
perawatan diri buat mencegah komplikasi.

c. Pola Fungsional Gordon


1) Pola persepsi kesehatan : adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi
pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari - hari,jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun atau tidak, jenis makanan
yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit, mencatat konsistensi, warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi,
beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat
dingin, kelelahan atau keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,
kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual.
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap
penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi,
komunikasi, cara berkomunikasi.
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdoa dan beribadah.

 DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)/SDKI


1. Resiko Ketidakseimbangan cairan
2. Resiko Infeksi
3. Defisit Nutrisi

No.Diagnosa TUJUAN &Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(SLKI) (SIKI)
1. Resiko Ketidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
seimbangan keperawatan selama 3 x 24 jam maka
cairan Masalah keseimbangan cairan akan observasi :
meningkat dengan Kriteria Hasil : - Memonitor status dihidrasi
1. Asupan cairan meningkat (mis. Frekuensi nadi,
2. Keluaran urin meningkat kekuatan nadi, akral,
3. Asupan makanan meningkat pengisian kapiler,
4. Dehidrasi menurun kelembapan mukosa, turgor
5. Tekanan darah membaik kulit, tekanan darah)
6. Berat badan membaik - Memonitor berat badan
harian.
- Memonitor berat badan
sebelum dan sesudah
dialysis.
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium.

Terapeutik :
1. Catat intake output dan
hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena jika
perlu

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik
2.Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegah Infeksi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka
Masalah Tingkat Infeksi akan menurun Observasi:
,dengan Kriteria hasil: Monitor tanda dan gejala local
1. Kebersihan tangan meningkat. dan sistemik.
2. Kebersihan badan meningkat.
3. Demam menurun. Terapeutik:
4. Kemerahan menurun. -Berikan perawatan kulit pada
5. Nyeri menurun. area edema.
6. Bengkak menurun. -Pertahankan teknik aseptic
7. Kadar sel darah putih membaik. pada pasien beresiko tinggi.

Edukasi :
-Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
-Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
-Anjurkan cara memeriksa
kondisi luka.
-Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
-Anjurkan meningkatkan
asupan cairan .

3.Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
Status Nutrisi akan membaik,dengan - identifikasi status nutrisi.
kriteria hasil: - monitor asupan makanan.
- monitor berat badan
1. Berat Badan membaik. - monitor hasil pemeriksaan
2. Indeks Masa Tubuh (IMT) laboratorium
membaik. Terapeutik :
3. Frekuensi makan membaik. - berikan makanan tinggi kalori
4. Nafsu makan membaik. dan tinggi protein.
5. - berikan suplemen makanan.
- berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi

Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
pereda nyeri, antiemetik) Jika
perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi
glukosa terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau pertama kali saat
kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes
melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-
benar menderita diabetes melitus akibat hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar
glukosa tinggi terlihat selama kehamilan. Faktor resiko diabetes melitus gestasional ini
adalah pada ibu hamil dengan obesitas, usia lebih dari 30 tahun, bayi sebelumnya lebih
dari 4 gram, diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, riwayat diabetes,
hidramnion sebelumnya, dan perubahan hormon kehamilan. Diabetes melitus gestasional
berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu
diantaranyaadalah polihidramnion, pre eklamsi, infeksi, kemungkinan sectio secaria, dan
perdarahan post partum. Sedangkan pada janin beresiko terjadi hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan
diabetes melitus tipe 2, serta makrosemia. Adapun penatalaksanaanya dengan diet dan
kontrol diabetes, pengobatan insulin, serta pemantauan kondisi janin. Masalah
keperawatan yang muncul pada diabetes melitus gestasional ini diantaranya adalah :
kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi, keletihan, resiko infeksi, resiko
cidera, dan resiko sindrom kematian bayi.
B. Saran
a. Kepada ibu hamil dengan resiko terjadi diabetes melitus gestasional, agar
meningkatkan frekuensi pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan yang
kompeten.
b. Kepada tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar bisa melaksanakan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan sesuai teori yang dipelajari pada pasien ibu
hamil dengan diabetes melitus gestasional sehingga dapat memperbaiki keadaan
umum pasien dan mencegah komplikasi.
DAFTAR PUSAKA
Green, Carol J., Judith M.W. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : EGC
Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Rapha Publishing
Raehanul, Bahren., et al. 2014. Majalah Kesehatan Muslim: Diabetes Mellitus Ed 9. Yogyakarta:
Pustaka Muslim
Solikhah, Umi. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Setiyaningrum, Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan
Patologi). Jakarta : In Media

Anda mungkin juga menyukai