Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat
digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin
yang terbanyak dijumpai.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin
atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis
ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).
Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat
mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan.

B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain :
1. Mengetahui apa dan bagaimana terjadinya Diabetes Melitus Gestasional.
2. Mengetahui Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Diabetes Diabetes Melitus Gestasional.

C. Manfaat Penulisan
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka
manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa memahami Diabetes Melitus Gestasional.
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan
khususnya perawat agar mengetahui Diabetes Melitus Gestasional dan mampu menerapkan Asuhan
Keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan
kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai bahan
masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor
yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001).
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes mellitus
merupakan kondisi yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan
multidisiplin untuk mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan
kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap
kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi–
implikasi psikososial kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil
dalam perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya
menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al, 2002 ).
Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin
atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun
diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini
adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah melahirkan. Disebut
diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal
dalam 6 minggu setelah persalinan.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa
yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika
kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus Gestasional


- Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh
si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil.
b. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
- Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
a. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
b. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
c. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.
d. 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus = IDDM, tipe I).

3. Etiologi
a. Faktor autoimun
Setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
b. Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus
akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat
sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita
penyakit penyerta tadi
c. Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang
otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus.
d. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
e. Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang
pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kosong (misalnya stelah berpuasa atau waktu
bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan
pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pankreas yang menyebabkan
meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita
penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1
kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun
kedepannya.
f. Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan
dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat
biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan
lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta Jilid III, 2006)

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari diabetes melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus
pada umumnya, yaitu :
a. Poliuria (banyak kencing)
b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c. Pusing, mual dan muntah.
d. Obesitas, TFU > normal
e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
g. Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)
h. Gula darah 2 jam > 200mg/dl
i. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
j. Gula darah puasa > 126 mg/dl

5. Patofisiologi
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena
Produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat
seluler. Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di prankeas bertanggung
jawab mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa
berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga
terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume
besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa
yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi).
Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini
menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah
jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini
terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup
aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai
sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif,
tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip)
diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik
(fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes
sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut
adalah peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas,
infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes
kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke
fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah
ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada
janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain
seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan
insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah
dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia
atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula
darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia.
(www.ainicahayamata.wordpress.com) (diakses tanggal 22 Mei 2014).
6. Faktor Risiko
a. Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
b. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
c. Glukosuria dua kali berturut-tur
d. Obesitas
e. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
f. Adanya hidramnion
g. Kelahiran anak sebelumnya besar
h. Umur mulai tua
i. Herediter
7. Perubahan Metabolic Selama dan Setelah Masa Kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa
meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang
adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui proses
difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin
mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat, yang memungkinnya menggunankan
glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa
tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama,
penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu,
trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga
kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar
laktogen plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan
resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu
mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin.
Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4
kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta,
kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka terhadap
insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi, keseimbangan
insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi,
glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama
9 bulan. Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya
sebelum hamil.
8. Skrining Diabetes Melitus Gestasional
Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining diabetes pada
umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
a. American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
- Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa
1 jam kemudian.Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu
dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam. Tes ini cukup efektif untuk
mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestational.
- Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban
glukosa oral,kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada
pasien normal :
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa < 95
Jam 1 < 180
Jam 2 < 155
Jam 3 < 140

Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)


Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes tersebut
dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34 minggu.
World Health Organization (WHO)Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes ,
beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa > 126
Jam 2 > 140
Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan
meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah melahirkan.
(Metzger dan Coustan, 1998)

9. Komplikasi Pada Ibu dan Bayi


a. Pada Perinatal
Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan
hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%. Angka
kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995
adalah 5/10.000 kelahiran.
1) Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia
kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sindrom aspirasi mekoneum
dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu,
sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, bahkan kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24
jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
2) Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi
dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya
perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
3) Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling
banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada
trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB,
VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus,
syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan
lebih besar, mencapai sekitar 20%.
4) Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya
< 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar
magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan
hipokalsemia.
5) Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat
pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit.
6) Polisitemia hematologis
7) Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin
atau pada bayi yang lahir dengan Sectio Caesarea.
8) Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan
tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas
sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian
lagi gawat nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum
cukup atau bayi dilahirkan dengan Sectio Caesarea.
b. Pada ibu
1. Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang
tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena
preeklampsia dan eklampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang
menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun
sang buah hati.
2. Preeklampsia
Peningkatan resiko operasi caesar (www.nevi musriyenti.com) (diakses tanggal 22 Maret
2018).

10. Pemeriksaan Diagnostik


a) Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu
puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b) Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c) Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi
d) Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan
naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e) Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f) Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
g) Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c lebih besar dari
8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin berisiko anomaly kongenital).

11. Penatalaksanaan
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3 maksud
utama, yaitu:
 Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
 Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria
 Mengoptimalkan gestasi.
Penanganan pada penderita DM meliputi:
 Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah
menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung
1200-1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan
untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2
gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan
retensi air dan garam.
 Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa
memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
 Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus
dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi
penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obat-obat
untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia
hingga saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat
menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan
cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena
adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena
tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan
lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
 Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak
menolong dapat diberikan deuretik.
 Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang
jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.
Penatalaksanaan obstetric
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan
darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan
USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
a. Pengukuran tinggi fundus uteri
b. USG serial
c. Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
d. Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan
persalinan secara seksio sesarea.
e. Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup
waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
f. Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
g. Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
h. Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu.
Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
i. Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
Persalinan dilakukan:
a. Pertahankan sampai aterm dan spontan.
b. Induksi persalinan pada minggu 37-38.
c. Primer seksio sesarea
Penanganan bayi dengan DM:
a. Disamakan dengan bayi prematur.
b. Observasi kemungkinan hipoglisemia.
c. Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.
Pencegahan
a. Mengurangi makan-makanan manis
b. Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat
badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan
c. Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga
sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat,
polipdipsi, polipagia, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
2. Riwayat kehamilan
- Diabetes mellitus gestasional.
- Hipertensi karena kehamilan.
- Infertilitas.
- Bayi low gestasional age.
- Riwayat kematian janin.
- Lahir mati tanpa sebab jelas.
- Anomali congenital.
- Aborsi spontan
- Polihidramnion.
- Makrosomia.
- Pernah keracunan selama kehamilan.
3. Pemeriksaan Fisik
- Sirkulasi
 Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes
yang lama.
 Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
 Peningkatan tekanan darah.
 Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
- Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
- Nutrisi dan Cairan
 Polidipsi.
 Poliuri.
 Mual dan muntah.
 Obesitas.
 Nyeri tekan abdomen.
 Hipoglikemi.
 Glukosuria.
 Ketonuria.
- Kulit.
 Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi
insulin yang sering.
- Mata.
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
- Uterus.
Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia
gestasi.
4. Psikososial
- Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
- Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
- Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
b. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal, perubahan pada sirkulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber
informasi.
e. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
f. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada
status kesehatan maternal atau janin.
6. Perencanaan
a. Memantau status ibu dan janin dan kemajuan persalinan.
b. Mempertahankan normoglikemia.
c. Memberikan dukungan emosional.
d. Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
7. Implementasi
a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan
tidak lebih dari 140 mg/dl.
Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Timbang berat badan setiap Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk
kunjungan prenatal. memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
b. Kaji masukan kalori dan pola Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang
makan dalam 24 jam. aturan diet.
c. Tinjau ulang dan berikan Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan
informasi mengenai perubahan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat
yang diperlukan pada dan adaptasi.
penatalaksanaan diabetic.

d. Tinjau ulang tentang pentingnya Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah
makanan yang teratur bila memakai makan dan kelaparan.
insulin.
e. Perhatikan adanya mual dan Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat
muntah khususnya pada trimester yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya
pertama. ketosis.
f. Kaji pemahaman stress pada Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa,
diabetic. menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
g. Ajarkan pasien tentang metode Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa
finger stick untuk memantau darah serum secara periodik.
glukosa sendiri.
h. Tinjau ulang dan diskusikan Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada
tanda gejala serta kepentingan hipo trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan
atau hiperglikemia. glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia
berefek terjadinya hidramnion.
i. Instruksikan untuk mengatasi Penggunaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
hipoglikemia asimtomatik. mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
j. Anjurkan pemantauan keton Ketidak cukupan masukan kalori ditunjukkan dengan
urine. ketonuria, menandakan kebutuhan terhadap peningkatan
karbohidrat.

Kolaborasi :
a. Diskusikan tentang dosis , jadwal Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal
dan tipe insulin. maternal dan rasio waktu makan.
b. Sesuaikan diet dan regimen Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama trimester
insulin untuk memenuhi kebutuhan pertama.
individu.
c. Rujuk pada ahli gizi. Diet secara spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemi.
d. Observasi kadar Glukosa darah. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila
kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan
antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl
dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
e. Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa
4 minggu. serum selama 60 hari Kontrol glukosa serum memerlukan
waktu 6 minggu untuk stabil.

b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction
Stress Test secara normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Kaji control diabetik sebelum Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
konsepsi menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
b. Tentukan klasifikasi white Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
terhadap diabetes. apabila D adalah beresiko tinggi.
c. Kaji gerakan janin dan denyut Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin
janin setiap kunjungan. secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung
janin.
d. Observasi tinggi fundus uteri Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
setiap kunjungan
e. Observasi urine terhadap keton. Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf
pusat yang tidak dapat diperbaiki.
f. Berikan informasi dan buatkan Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi
prosedur untuk pemantauan baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan
glukosa dan penatalaksanaan kenaikan kadar glukusa darah.
diabetes di rumah.
g. Pantauan adanya tanda tanda
edema, proteinuria, peningkatan
tekanan darah Contraction Stress Test dapat memberikan informasi tentang
h. Tinjau ulang prosedur dan perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil positif
rasional untuk Non stress Test menandakan insufisiensi plasenta.
setiap minggu.. Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk
menentukan kelangsungan hidup.
i. Diskusikan rasional atau
prosedur untuk melaksanakan
Oxytocin Challenge Test atau
Contraction Stress Test setiap Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada
minggu mulai minggu ke – 30 wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau
sampai dengan minggu ke- 32 sebelum konsepsi.

j. Tinjau ulang prosedur dan


rasional untuk tindakan Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari
amniosentesis beberapa hari.

Kolaborasi : Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik
a. Kaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu dari pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah
sesuai indikasi. buruk.

b. Kaji kadar albumin glikosilat Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi
pada getasi minggu ke 24 sampai dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra
ke 28 khususnya pada ibu dengan uterin.
resiko tinggi. Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.

c. Dapatkan kadar serum alfa Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi
fetoprotein pada gestasi minggu ke plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan
14 sampai minggu ke 16. lahir mati.
Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
d. Siapkan untuk ultrsonografi mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari
pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, minggu ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia
28, 36 sampai minggu ke 38. dengan sefalopelvis disproporsi.

e. Lakukan non stress test dan


Oxytocin Challenge Test atau
Construction Stress test dengan
tepat.
f. Dapatkan sekuensial serum atau
specimen urine 24 jam terhadap
kadar estriol setelah gestasi
minggu ke 30.

g. Bantu untuk persalinan per


vaginam atau seksio.

c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan


berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber
informasi.
Tanda :
Pertanyaan dari konsep yang salah.
Tidak akurat mengikuti informasi.
Berkembangnya komplikasi yang dapat dicegah.
Kriteria evaluasi :
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang
melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit termasuk hubungan
dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan insulin.
Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan glukosa yang tidak
efektif dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk energi secara berlebihan dan
dehidrasi seluler saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam
serum.
2. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6 kali sehari,Berikan
informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin dan tinjau ulang alasan
menghindari obat hipoglikemi oral.
Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin berubah.
Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi menjadi dua kali dan empat kali
selama trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen
hipoglikemi oral dapat dan potensial membahayakan janin.
3. Jelaskan penambahan berat badan normal.
Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan kerusakan
janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
4. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah hipoglikemia dan
menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali terjadi peningklatan glukosa berlebihan,
dimana latihan dapat meningkatkan ketoasidosis.
5. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi diabetes dan harapan
masa depan.
6. Diskusikan mengenali tanda infeksi
7. Anjurkan mempertahankan pengkajian di rumah terhadap kadar glukosa serum, dosis
insulin, diet dan latihan.
8. Berikan nomor telepon anggota tim kesehatan untuk dihubungi.
9. Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan informasi diet tentang sumber zat besi dan suplemen
zat besi.
d. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
Kriteria evaluasi :
- Kehamilan cukup bulan.
- Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
- Bebas cedera.
- Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia
Intervensi :
Mandiri :
1. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.
Rasional: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan makrosomia,
membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia
sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas
janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
2. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan
darah.
Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat
mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf pusat.
3. Observasi tanda vital.
Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk
janin.
5. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan kemajuan persalinan.
Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi :
1. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi.
2. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
3. Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4
jam sesuai indikasi.
4. Observasi frekuensi denyut jantung janin
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas
menandakan kemungkinan hipoksia janin.
5. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai persalinan
aktif mulai.
6. Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
7. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM gestasional, sedangkan
bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil
dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan
DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya
diabetes Gestasional, tetapi DM.
DM gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan
dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara
professional terhadap ibu hamil dengan DM, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi
yang tidak diinginkan

B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang
mengalami DM. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-dmg/. Diakses pada tanggal
20 maret 2018)
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_4114.html.
Diakses pada tanggal 20 maret 2018)
http://octarinimayyasari.blogspot.com/2013/04/diabetes-mellitus-gestasional-dmg.html. Diakses pada
tanggal 20 maret 2018)
http://sumiatiohorella.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-dengan.html. Diakses pada
tanggal 20 maret 2018)
Ikram, Ainal (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I. Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta: Media Aesculapius.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Purwaningsih Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai