I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi
yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 %
berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian
besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005).
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai
dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng
menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada
trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas
kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.
Berdasarkan dari data yang di peroleh di dinas propinsi Sulawesi tahun 2014, anemia pada ibu hamil
didapatkan 45.410 dari 104.271 ibu hamil yang memeriksakan dirinya, yang terbagi atas ; anemia ringan
sebanyak 42.043 orang (40,32%). Anemia berat dengan sebanyak 3.467 orang (3,32%) dan tidak mengalami
anemia sebanyak 58.761 orang (56,35%). Sedangkan data anemia dari hasil pencatatan rekam medik tahun
2009 sekitar 1201 orang yang melakukan pemeriksaan ibu hamil di KIA RSU. Haji Makassar yang terbagi
atas ; Anemia ringan 31 orang (56,6%), Anemia sedang 22 orang (36,6%),Anemia berat 36 orang (10%) dan
yang tidak mengalami anemia 1170 orang (93,36%).
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative terhadap janin yang di kandung
dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini
tersebut berkaitan dengan banyak factor antara lain ; status gizi, umur, pendidikan, dan pekerjaan ( Sarwono
Prawirohardjo, 2005 hal. 450 ).
Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan
janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin,
abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro,
2005), meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006; Simanjuntak, 2008), asfiksia
neonatorum (Budwiningtjastuti dkk., 2005), prematuritas (Karasahin et al., 2006).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil seperti perbaikan asupan
gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh sebelum merencanakan kehamilan. Akan
tetapi upaya-upaya 3 tersebut belum memuaskan. Hal ini berarti bahwa selama beberapa warsa ke depan
masih tetap akan berhadapan dengan anemia pada ibu hamil.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan sehingga
dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut.
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
- Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
- Mengetahui klasifikasi dan jenis – jenis anemia dalam kehamila
- Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
- Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
- Mengetahui pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
- Mengetahui pencegahan dan pengobatan anemia dalam kehamilan
- Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan anemia pada kehamilan.
3. MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan maupun kebidanan.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya perawat dan
bidan dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan.
BAB. II
PEMBAHASAN
3. Macam-macam anemia
Menurut Sarwono,2006) :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam
makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang
menyebabkan perdarahan (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
b. Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folat dan vit.B12, jarang sekali karena defisiensi vitamin B.
Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan (malnutrisi)
c. Anemia Hipoplastik
Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi
anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan
oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.
d. Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa
menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
4. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal ( Malabsorbsi ), misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, persalinan,
perdarahan akibat luka.
d. Penyakit-penyakit kronik : tbc, paru, cacing usus, malaria, dll
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah
satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi
Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh
6. Pathofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil
dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi
peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga
member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml.
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma
30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk
membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36
minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi
akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai berikut:
8. Diagnosis
Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat di tegakkan dengan :
a. Anamnese
Pada anemnese akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang -kunang dan
keluhan mual, muntah lebih berat pada hamil muda. ( Manuaba, I.B.G, 1998,hal.30). Bila terdapat
keluhan lemah, Nampak pucat, mudah pingsan,sementara masih dalam batas normal, maka perlu
dicurigai anemia defesiensi zat besi ( Saifuddin A.B, 2002 hal.282 ).
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan
Spektofotometri merupakan standar, kesulitan adalah alat ini hanya tersedia di kota. Di Indonesia
penyakit kronik seperti : malaria dan tuberculosis (TBC) masih relatife sering dijumpai sehingga
pemeriksaan khusus darah tepi dan sputum perlu dilakukan. Dengan pemeriksaan khusus untuk
membedakan dengan defisiensi asam folat dan thalassemia. Pemeriksaan Mean Corpuscular
Volume (MCV) penting untuk menyingkirkan thalassemia. Bila terdapat batas MCV < 80 uL dan
kadar ROW (red cell distribution width) > 14% mencurigai akan penyakit ini kadar Hemoglobin
Fetal (HbF) >2% dan HbA2 yang abnormal akan menentukan jenis thalassemia.
9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi
penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau
menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko.
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, peawat dan bidan komunitas dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe
dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan
pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum
peristiwa melahirkan.
Berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara
mencegah anemia pada kehamilan.
Motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan
kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang
dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu mulai
pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.
Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas diantaranya adalah
sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan
hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu
hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan
terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa
berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
hasil tersebut.
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum
hamil sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan
di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga di ketahui adanya
infeksiparasit. (Manuaba, I. B. G. 1998, hal.30)
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk
untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan
memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar
hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin,
mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat
setelah persalinan.
c. Pengobatan
Pengobatan Anemia sebagai berikut :
- Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga hanya perlu
di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari.
- Anemia Sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat
ferosus atau glukonas ferosus.
- Anemia Berat
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan
sampai 3 bulan setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk
setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah
d. Diet mencegah Anemia
Ibu hamil atau wanita hamil sangat beresiko terkena anemia atau kurang darah. Oleh karena itu,
ibu hamil harus menjaga asupan gizi untuk menghindari kekurangan zat gizi, folat, dan vitamin
B12 yang menjadi penyebab utama terjadinya anemia selama kehamilan.
Berikut ini beberapa jenis makanan yang sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mencegah
terjadinya anemia.
- Pisang
Pisang merupakan sumber zat besi dan mineral yang baik. Makan pisang saat sarapan mungkin
menjadi pilihan yang tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
- Kurma
Kurma dikenal karena kemampuannya meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa makan
kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.
- Havermut
Havermut bisa melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, havermut dapat
memberikan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, bersama dengan zat besi.
- Kacang-kacangan
Kacang-kacangan adalah sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa jadi camilan
sehat untuk menemani kegiatan Anda di tempat kerja atau di rumah.
- Brokoli
Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi selama kehamilan. Brokoli adalah
sumber vitamin, zat besi, dan asam folat.
- Dagingmerah
Daging merah dapat membantu ibu hamil mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia
selama kehamilan. Zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap dibandingkan dari sumber
nabati.
- Bayam
Bayam merupakan makanan super bagi ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan asam folat
untuk memerangi anemia selama kehamilan.
- Kuningtelur
Kuning telur mengandung banyak zat besi. Makan telur dapat membantu mempertahankan
jumlah normal hemoglobin.
- Madu
Jika ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan, coba masukkan madu dalam menu harian
Anda. Madu merupakan sumber zat besi yang baik untuk melawan anemia
- Jusjeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu penyerapan zat besi. Mengasup
vitamin C dapat membantu melawan anemia selama kehamilan.
3. Pemeriksaan penunjang
- Hitung kada Hb dalam darah
- Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia
terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
- Feritin . Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah zat besi dalam tubuh dan
membantu mendeteksi anemia kekurangan zat besi..
- Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam
aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah
anemia kekurangan besi
4. Analisa data
6. Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC / Tujuan Intervensi
Keperawatan KH NIC Aktivitas
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Managementa. Kaji TTV pasien,
berhubungan dengan asuhan keperawatan enrgi b. Kaji penyebab keletihan
hipoksia sel dan ...x... jam klien mampu c. Pantau asupan nutrisi
jaringan. menoleransi aktivitas pasien
yang bisa dilakukan . d. Ajarkan rentang
KH: pengaturan aktivitas dan
a. Menyadari teknik manajemen waktu
keterbatasan energi untuk mencegah kelelahan.
b. Menyeimbangkan e. Bantu apsien untuk
aktivitas dan istirahat mengidentifikasi aktivitas
c. Mengatur jadwal pasien
aktivitas untuk f. Bantu pasien untuk
menghemat energi. mengubah posisi secara
berkala, jika perlu.
Gangguan perfusi Setelah dilakukan Managemena. Kaji TTv
jaringan berhubungan asuhan keperawatn ...x... sirkulasi b. Kaji sirkulalsi ke jaringan
dengan menurunan jam status sirkulasi perifer
kadar hemoglobin normal. c. Berikan diet tinggi Fe
dalam darah. KH: d. Informasikan pasien
a. Tekanan sistole dan untuk istirahat total.
diastole dalam rentang e. Kolaborasikan kedokter
yang diharapkan untuk pemberian oksigen
b. Menunjukkan f. Kolaborasikan
konsentrasi yang baik untuk transfusi
c. Tingkat kesadaran
baik
Nutrisi kurang dari Setelah dilakuan asuhan Managemena. kaji faktor pencetus mual
kebtuhan berhubungan keperawatan ...x... jam nutrisi dan muntah
dengan peningkatan isi pasien b. kaji maknan kesukaan
lambung. mmemperlihatkan status pasien
gizi yang baik. c. kaji riwayat alergi pasien
KH: d. berikan pasien makanan
a. Pasien akan yang hangat
mempertahankan e. berikan pasien makanan
berat badan. sedikit tapi sering
b. Menoleransi diet yang f. minimalkan faktor yang
di anjurkan. dapat menimbulkan mual
c. Memiliki tingkat muntah.
energi yang adekuat g. Kolaborasikan untuk
pemberian obat antiemetik.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah:
1. Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2. Infeksi tidak terjadi.
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4. Peningkatan perfusi jaringan.
5. Pasien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi dengan baik
6. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga
kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah dan penyakit – penyakit
kronik. Gejala anemia adalah lemah, pucat, dan mudah pingsan. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat
anemia adalah :Keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan lama, perdarahan post partum.
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
atau mengkonsumsi suplemen zat besi.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah
kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan,
indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney,
2006 ).
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh
tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar
proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat
metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan
juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari.
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein
yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme.
Heme tersusun dari suatu 6 senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh
logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa
komplek antara globin dengan heme ( Masrizal, 2007).
Demikianlah makalah yang kami buat mengenai anemia pada kehamilan, yang meliputi berbagai
macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang membangun.
Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
B. SARAN
Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial
ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang
adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan
kecil terjadi anemia pada ibu hamil.
Berdasarkan kesimpulan hasil makalah diatas, maka disarankan :
1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pendewasaan kehamilan karena telah benar didapatkan
pada ibu dengan usia <20 dan >35 tahun cukup beresiko untuk terjadinya Anemia yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kehamilan.
2. Pada ibu hamil trimester 2 dan 3 perlu perhatikan khusus dalam pemberian Fe untuk mengimbangi
terjadinya hemodilusi.
3. Khusus pada ibu hamil dengan paritas >4 sebaiknya mengikuti program Keluarga berencana untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu, guna mencegah terjadinya anemia yang secara tidak
langsung dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
4. Pada petugas kesehatan, perlu penyampaian khusus pada ibu hamil bagaimana cara pengolahan
makanan yang baik agar zat gizi yang terkandung dalam makanan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA