Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra,
dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadipreeklamsia
ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi beratdan ringan tidaklah
berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebabseringkali ditemukan penderita
dengan preeklamsia ringan dapat mendadakmengalami kejang dan jatuh dalam koma.
(Sarwono, 2010)Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang
dipicu olehkehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu
hamildengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan
hipertensiessensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal
dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin
(Denis Tiran, 2006). Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah
satu penyebabutama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka
diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB
ditandai olehadanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.
Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga
tanda khas PEB.Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di
Asia AKI terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya.
Berdasarkan Survey DemografiKesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia
pada tahun 2007 adalah 228/100.000kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya
Pendarahan (28%), eklampsia (24%),infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%),
abortus (5%), partus lama (5%),emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI,
2006).Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas
danmortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara
0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan
eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008). Tingginya kejadian
preeklamsia-eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan masih
rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan
masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sanga tberperan dalam menentukan
tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang
timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam
bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat
b. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
c. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual dan diagnose potensial
serta masalah potensial yang mungkin timbul
d. Membuat rencana asuhan
e. Melakukan asuhan kebidanan sesai dengan rencana yang telah disusun
f. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat juga diserta
dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90 mmHgatau lebih, atau sutu
kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa),
atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat
yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l
atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada selang
waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema
bukanlah tanda pre-eklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi
pada tangan dan wajah, serta Kenaikan berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atay
kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia
(kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).
Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah pre-eklampsia yang berlabihan yang
terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini
merupakan kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera dimulai.
Pre-eklamsi berat terjadi apabila :
a. Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara sekurang-
kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.
c. Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.
d. Gangguan cerebral /penglihatan
e. Oedema paru / cyanosis
f. Sakit kepala hebat
g. Mengantuk
h. Konfensi mental
i. Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
j. Nyeri epigastrium
k. Mual dan muntah (Musalli, 2007).
Seksio Caesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng rahim dalam keada
an utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio caesaria adalah sectio
caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidakseimbangan sepalopelvik,
kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada
ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan sebelumnya,
sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal
presentasi. Plasenta : Plasenta previa,Abrupsion plasenta ( Mochtar, 1998).
B. Faktor Risiko Preeklampsia
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor
yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia
atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko
terjadinya preeklampsia.
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia
semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan
dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan (Rochimhadi, 2005).
C. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan
penyakit ini.Adapun teori-teori tersebut adalah ;
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta
berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.
Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan
ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan
penurunan volume plasma.
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan
I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta
tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan
aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
proteinuria.
c. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.
f. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal
memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia.
Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan
dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan
preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester
pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan
kemajuan kehamilan (Anonim, 2007).
D. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan –
perubahan ke organ antara lain :
a. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema
yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta
kelainan visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat
glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang
mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta
maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam
kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan
partus prematur.
e.Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi
terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami
aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan
subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus
( Wahdi, 2009).

E. Pathway
Remaja, primipara muda, pendapatan↓, riwayat HT,Pre/eklamsia

Kehamilan muda/aterm

Pre eklamsia / Impending eklamsia /eklamsia

Penyebab tdk jelas

Diduga kerusakan sel endotel vaskuler

Vasokostriktor ↑,vasodilator ↓

TD ↑, + protein hilang + transudasi

Kejang/penurunan kesadaran (Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan
dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan
darah).

perawatan &pengobatan (MRS/Observasi ketat)

Terminasi kehamilan
↓ ↓
Pervaginam Seksio caesaria

Sist. Urologi Sist.pencernaan Sist.kardiovaskuler Sist. saraf

Dialisis ↓ mual-muntah banyak+peristaltik usus ↓ Kehilangan darah & cairan diskontinuitas


Jaringan/luka
Oliguria muntah berlebihan ileus peristaltik pendarahan ekstra dan intra operasi

Kehilangan cairan distensi abdomen vol cairan dan elektrolit nyeri


dan elektrolit dalam sirkulasi turun
(resiko terjadi syok hipovolemik (gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit)
dan resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan)

nyeri/kembung/flatus/muntah

muntah

flatus
Insufisiensi akut eritosit keluar↑dari sist sirkulasi↓
Sel-sel jaringan tidak mendapat makanan O2 Hb ↓→anemia

Syok hipovolemik O2 dalam darah↓

Sesak+transpor O2 ke organ turun (resiko pola napas tidak efektif)


Lanjutan
Fisiologi organ terganggu pembentukan WBC terganggu resiko infeksi

F. Data system pengkajian


1. Wawancara
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali
nikah, dan berapa lama.Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke
berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita
penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.Pola pemenuhan nutrisi.Pola
istirahat.Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan
bagian tertentu dari tubuh.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress,
kelainan jantung, dan paru pada ibu.
Perkusi: untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
3. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Diagnostik : Hasil :
1. Darah lengkap Nilai Hb↓,SDM ↓,SDP ↓,Albumin ↓,
Hematokrit ↓,Trobosit ↓.
2. Serum elektrolit Nilai kalium↑,kalsium ↓.
( Suyono, 2002).
Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau
tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin ( Surjadi, 1999)
4. Diagnosis banding
Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit
untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal
demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga
terdapat proteinuria .Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama
juga dapat menyebabkan proteinuria.Darah dalam urin, kontaminasi darah
vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu
Kejang dan koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral, trauma
kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan
metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air,
histeria dan lain-lain.
G. Analisa Data
Setelah pengumpulan data langka berikutnyaadalah menganalisa data dengan
mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah
keperawatannya.
H. Diagnosa keperawatan
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal
atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
e. Retensi urine berhubungan dengan spinkter yang kuat dan kaku
f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


injuri fisik (luka insisi asuhan keperawatan selama Kaji secara komphrehensif
operasi) 3x24 jam pasien mamputentang nyeri, meliputi: lokasi,
untuk karakteristik dan onset, durasi,
Mengontrol nyeri denganfrekuensi, kualitas,
indikator: intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
 Mengenal factor-faktorfaktor presipitasi
penyebab nyeri observasi isyarat-isyarat non
 Mengenal onset nyeri verbal dari ketidaknyamanan,
 Melakukan tindakan khususnya dalam ketidakmampuan
pertolongan non-analgetik untuk komunikasi secara efektif
 Menggunakan analgetik Berikan analgetik sesuai dengan
 Melaporkan gejala-gejalaanjuran
kepada tim kesehatan Gunakan komunikiasi terapeutik
 Mengontrol nyeri agar pasien dapat mengekspresikan
nyeri
Keterangan: Kaji latar belakang budaya
1 = tidak pernah dilakukan pasien
2 = jarang dilakukan Tentukan dampak dari ekspresi
3 =kadang-kadang dilakukan nyeri terhadap kualitas hidup: pola
4 =sering dilakukan tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi,
5 = selalu dilakukanmood, relationship, pekerjaan,
pasien tanggungjawab peran
Kaji pengalaman individu
terhadap nyeri, keluarga dengan
Menunjukan tingkat nyeri nyeri kronis
Indikator: Evaluasi tentang keefektifan
 Melaporkan nyeri dari tindakan mengontrol nyeri yang
 Melaporkan frekuensi nyeri telah digunakan
 Melaporkan lamanya Berikan dukungan terhadap
episode nyeri pasien dan keluarga
 Mengekspresi nyeri: wajah Berikan informasi tentang nyeri,
 Menunjukan posisiseperti: penyebab, berapa lama
melindungi tubuh terjadi, dan tindakan pencegahan
 kegelisahan kontrol faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
 perubahan respirasi rate
pasien terhadap
 perubahan Heart Rate
ketidaknyamanan (seperti:
 Perubahan tekanan Darah temperatur ruangan, penyinaran, dll)
 Perubahan ukuran Pupil Anjurkan pasien untuk
 Perspirasi memonitor sendiri nyeri
 Kehilangan nafsu makan Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (seperti: relaksasi,
Keterangan: guided imagery, terapi musik,
1 : Berat distraksi, aplikasi panas-dingin,
2 : Agak berat massase)
3 : Sedang Evaluasi keefektifan dari
4 : Sedikit tindakan mengontrol nyeri
5 : Tidak ada Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon pasien
Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup
Anjurkan pasien untuk
berdiskusi tentang pengalaman nyeri
secara tepat
Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi keluhan
Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota keluarga
saat tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan
preventif
Monitor kenyamanan pasien
terhadap manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5
benar
Cek riwayat alergi obat
Libatkan pasien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu analgetik
jika telah diresepkan
Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
Monitor tanda-tanda vital,
sebelum dan sesuadah pemberian
analgetik
Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
Dokumentasikan respon setelah
pemberian analgetik dan efek
sampingnya
Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)

2. Risiko infeksi b.dSetelah dilakuakan asuhan Kontrol Infeksi


tindakan invasif,keperawatan selama 2x24 Bersikan lingkungan setelah
paparan lingkunganjam pasien dapat digunakan oleh pasien
patogen memperoleh Ganti peralatan pasien setiap
1.Pengetahuan:Kontrol selesai tindakan
infeksi Batasi jumlah pengunjung
Indikator: Ajarkan cuci tangan untuk
Menerangkan cara-cara menjaga kesehatan individu
penyebaran infeksi Anjurkan pasien untuk cuci
Menerangkan factor-faktor tangan dengan tepat
yang berkontribusi dengan Gunakan sabun antimikrobial
penyebaran untuk cuci tangan
Menjelaskan tanda-tanda
Anjurkan pengunjung untuk
dan gejala
mencuci tangan sebelum dan setelah
Menjelaskan aktivitas
meninggalkan ruangan pasien
yang dapat meningkatkan
Cuci tangan sebelum dan
resistensi terhadap infeksi
sesudah kontak dengan pasien
Keterangan:
1 : tidak pernah Lakukan universal precautions
2 : terbatas Gunakan sarung tangan steril
Lakukan perawatan aseptic pada
3 : sedang semua jalur IV
4 : sering Lakukan teknik perawatan luka
5 : selalu yang tepat
2.Status Nutrisi Ajarkan pasien untuk
Asupan nutrisi pengambilan urin porsi tengah
Asupan makanan dan cairan Tingkatkan asupan nutrisi
Energi Anjurkan asupan cairan yang
Masa tubuh cukup
Berat badan Anjurkan istirahat
Keterangan: Berikan terapi antibiotik
1 : sangat bermasalah
Ajarkan pasien dan keluarga
2 : bermasalah
tentang tanda-tanda dan gejala dari
3 : sedang
infeksi
4 : sedikit bermasalah
Ajarkan pasien dan anggota
5 : tidak bemasalah
keluarga bagaimana mencegah
infeksi

3. Kurang pengetahuan Pengetahuan : proses Pembelajaran : proses penyakit


tentang perawatan ibupenyakit Kaji tingkat pengetahuan
nifas dan perawatan - Mengenal nama penyakit klien tentang penyakit
post operasi b/d
- Deskripsi proses penyakit Jelaskan patofisiologi
kurangnya - Deskripsi faktor penyebabpenyakit
sumber dan bagaimana
informasi atau faktor pencetus kaitannya dengan anatomi dan
- Deskripsi tanda dan gejala fisiologi tubuh
- Deskripsi cara Deskripsikan tanda dan
meminimalkan gejala umum penyakit
perkembangan penyakit Identifikasi kemingkinan
- Deskripsi komplikasipenyebab
penyakit Berikan informasi tentang
- Deskripsi tanda dan gejala kondisi klien
komplikasi penyakit Berikan informasi tentang
- Deskripsi cara mencegah hasil pemeriksaan diagnostik
komplikasi Diskusikan tentang pilihan
Skala : terapi
1 : tidak ada Instruksikan klien untuk
2 : sedikit melaporkan tanda dan gejala
3 : sedang kepada petugas
4 : luas
5 : lengkap Pembelajaran :
Pengetahuan : prosedurprosedur/perawatan
perawatan Informasikan klien waktu
Deskripsi prosedurpelaksanaan
perawatan prosedur/perawatan
Penjelasan tujuan Informasikan klien lama
perawatan waktu pelaksanaan
Deskripsi langkah-langkah prosedur/perawatan
prosedur Kaji pengalaman klien dan
Deskripsi adanyatingkat pengetahuan klien
pembatasan sehubungantentang prosedur yang akan
dengan prosedur dilakukan
Deskripsi alat-alat Jelaskan tujuan
perawatan prosedur/perawatan
Skala : Instruksikan klien untuk
1 : tidak ada berpartisipasi selama
2 : sedikit prosedur/perawatan
3 : sedang Jelaskan hal-hal yang perlu
4 : luas dilakukan setelah
5 : lengkap prosedur/perawatan

Daftar Pustaka

Budisantoso. 2006. Panduan Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika,


Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Johnson. 1997. Nursing Outcome Classification. Mosby, USA
MCcloskey. 1996. Nursing Intervention Classification. Mosby, USA.
Mochtar, R..1998. Toksemia Gravidarum dalam: Sinopsis Obstetri Jilid I edisi II. EGC:
Jakarta
Rachimhadhi, T.. 2005. Preklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Suyono. Y.J., 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta.
Wahdi. Dkk, 2000. Kematian Maternal Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 1996-
1998. Semarang: Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai