Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine.
Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada
kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur
kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa
kehamilan. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun
beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Beberapa wanita hamil
yang normal dapat mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Tetapi jika
bengkak yang timbul tidak mengecil saat istirahat dan ditambah dengan gejala
yang saya sebutkan diatas, maka sebaiknya anda segera ke dokter untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Preeklampsia dapat menyebabkan gangguan
peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang
dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklampsia juga dapat menyebabkan
terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur
yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada
pendengaran dan penglihatan. Pengobatan preeklampsia dan eklampsia adalah
kelahiran bayi. Preeklampsia ringan (tekanan darah diatas 140/90 yang terjadi
pada umur kehamilan 20 minggu yang mana wanita tersebut belum pernah
mengalami hipertensi sebelumnya) dapat dilakukan observasi di rumah atau di
rumah sakit terggantung kondisi umum pasien.
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.
Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut:
1. Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2.  Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes
mellitus.
3. Penyakit ginjal.
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi,
proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu
tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya.
Tingginya  kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling
terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan
pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik
pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Preeklampsia lebih tinggi terjadi pada primigravida dibandingkan dengan
multipara. Resiko preeklampsia/eklampsia pada primigravida dapat terjadi 6
sampai 8 kali dibanding multipara (Chapman, 2006). Sindrom preeklampsia
ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Sehingga
tanpa disadari preeklampsia ringan akan berlanjut menjadi preeklampsia berat,
bahkan eklampsia pada ibu hamil (Prawirohardjo, 2006).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan perawatan dan asuhan
kebidanan secara komprehensif kepada ibu dengan menerapkan asuhan
persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus kegawatdaruratan ibu hamil.
b. Dapat merumuskan diagnosa.
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada
kegawatdaruratan ibu hamil.
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada ibu hamil.
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Manajemen Kebidanan Komprehensif ini menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara : Tanya jawab secara langsung (anamnesa) kepada pasien dan
suami
b. Observasi : Melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi,
perkusi maupun auskultasi.
c. Studi Dokumentasi : Dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik
yaitu buku KIA yang berisi riwayat ibu kunjungan ANC
sebelumnya.
d. Studi Kepustakaan : Menggunakan buku untuk sumber teori. Literatur
yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
 Ilmu Kebidanan. Sarwono Prawirohardjo. 2010
 Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.
Jakarta : EGC
 Dasar-Dasar Asuhan Kebidanan. Direktorat Keperawatan & Keteknisian
Medik Direktorat Jenderal Perawatan Medik Departemen Kesehatan RI.
 Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Debbie Holmes dan Philip N. Baker. 2011
 Obstetri Williams Panduan Ringkas. Kenneth J. Lebeno, F. Gary
Cunningham, dkk. 2009
 Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Ida Ayu
Chandranita Manuaba, dkk. 2009
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Preeklampsia


Pre – klampsia adalah kondisi kasus dalam kehamilan, ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Vicky Chapman, 2006).
Pre – eklampsia adalah penyulit kehamilan yang timbul oleh kehamilan itu
sendiri. Pre – klampsia yang masih ringan hanya menunjukkan gejala hipertensi
yaitu adanya kenaikan darah diastolic > 90 – 110 mmHg dalam pengukuran
berjarak 1 jam pada kehamilan > 20 minngu (Salamah, 2006).
Pre – eklampsia ialah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke tiga kehamilan (Sarwono, 2007).
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala
ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Penyebab pre eklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome” dengan akibat suatu vasospasme
general dengan segala akibatnya (Rukiyah.dkk, 2010).
2.2 Etiologi
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklamsia
ialah iskemia plasenta. Penyebab pre-eklamsi belum diketahui dengan pasti.
Meskipun demikian penyakit ini sering ditemukan pada wanita hamil yang :
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis pada kehamilan kembar, anak besar, mola hidatidosa, dan
hidrops fetalis
3. Mempunyai penyakit dasar vascular: hipertensi atau diabetes mellitus
4. Mempunyai riwayat preeklamsi/eklamsi dalam keluarga.
(Sarwono, 2007)
2.3 Faktor Predisposisi

Berbagai teori yang dikemukakan mengenai factor yang berperan dalam


penyakit ini, antara lain:
1. Faktor imunologis, endokrin, atau genetik. Hal ini didasarkan atas pengamatan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada :
 Primigravida
 Hiperplasentosis
 Kehamilan dengan inseminasi donor
 Penurunan konsentrasi komplemen C4
 Wanita dengan fenotip HLA DR4
 Adanya aktivitas system komplemen netrofil dan makrofag atau di antara
kelompok atau keluarga tertentu.
2. Faktor nutrisi, dan yang mengemukakan bahwa penyakit ini berhubungan
dengan beberapa keadaan kekurangan kalsium,protein,kelebihan garam
natrium,atau kekurangan asam lemek tak jenuh”Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA)”dalam makanan.
3. Faktor endotel. Teori jejas endotel banyak dikemukakan sehubungan dengan
perannya dalam mengatur keseimbangan antara kadar zat vasokonstriktor
(tromboksan, endotelin, angiostensin, dll) dan vasodilator (prostasiklin,
nitritoksida, dll)) serta pengaruhnya pada sistem pembekuan darah.
Reaksi imunologi, peradangan, ataupun terganggunya keseimbangan
radikal bebas dan antioksidan banyak diamati sebagai penyebab terjadinya
vasospasme dan kerusakan/jejas endotel (Obstetri Patologi).
2.4 Patofisiologi
1) Pada preeklamsiaa, sering terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air.
2) Pada biopsi ginjal, ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
3) Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya
dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Dengan demikian, jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, tekanan darah akan naik, dalam usaha
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi
4) Kenaikan berat badan dan edema yang di sebabkan oleh penimbunan-
penimbunan air yang berlebihan dalam ruang interstitial, belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam
5) Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriol sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus
Terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh
dapat menimbulkan gangguan sebagai berikut.
1) Gangguan metabolisme jaringan
- Terjadi metabolisme anaerobik lemak dan protein
- Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan keton
dan asidosis
2) Gangguan peredaran darah
- Nekrosis (kematian jaringan)
- Perdarahan
- Edema jaringan
3) Mengecilnya aliran darah menuju sirkulasi retroplasenter menimbulkan
gangguan gangguan pertukaran nutriosi, CO2, dan O2 yang menyebabkan
asfiksia dan kematian pada janin.
(Yulaikhah, 2008)
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena
itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita
eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi
hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu
pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi.
Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas
pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam
berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh
vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan
faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut
(Prawirohardjo, 2014).
2.5 Klasifikasi
1. Pre – eklampsia
- Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
- Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
- Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu.
- Preteinurine 0,3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2
pada urine kateter.
2. Pre eklamsia berat
- Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah
dapat digolongkan pre eklamsia berat
- Tekanan darah 160/110 mmHg
- Oligouria urine < 400 cc/24 jam
- Protein urine lebih dari 3 g/liter
- Keluhan subyektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru dan cyanosis.
- Gangguan kesadaran
- Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikhterus
- Perdarahan pada retina
- Trombosit <100.000/mm.
(Manuaba, 2010)
2.6 Tanda dan Gejala
1. Hipertensi
Gejala yang paling dulu timbul ialah hipertensi yang terjadi tiba-tiba. Sebagai
batas diambil tekanan darah 140 mmHg (sistolik) dan 90
mmHg(diastolik),tetapi juga kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15
mmHg diatas tekanan biasanya .Tekanan darah dapat mencapai 180 mmHg
sistolik dan 110 mmHg diastolik tapi jarang mencapai 200mmHg. Jika
tekanan darah melebihi 200 mmHg,pada penyebab biasanya hipertensi kronis.
2. Edema
Timbulnya edema didahului oleh penambahan berat badan yang
berlebihan.Penambahan berat ½ kg seminggu atau 3 kg dalam
sebulan,kemungkinan timbulnya preeklamsi harus dicurigai.Penambahan
berat yang sekonyong-konyong ini disebabkan oleh retensi air dalam
jaringandan kemudian baru edem tampak.Edema ini tidak hilang dengan
istirahat.
3. Proteinuri
Sering ditemukan pada preeklamsi,yang kiranya karena vasospasme
pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinuri biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan edema.
4. Gejala-gejala subyektif yang umum ditemukan pada preeklamsi
yaitu
 Sakit kepela yang hebat karena vasospasme atau edema otak.
 Sakit ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema
atau sakit karena perubahan pada lambung.
Tanda dan gejala lain dari preeklamsia adalah sebagai berikut :
 Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat).
 Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik
dengan pengobatan umum.
 Gangguan penglihatan seperti, pandangan kabur, skotomata, silau atau
berkunang-kunang.
 Nyeri epigastrik
 Oliguria (pegeluaran kurang dari 500ml/24 jam.
(Prawirohardjo, 2009)
2.7 Penatalaksanaan
a. Preeklampsia
Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
 Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan
kondisi janin.
 Lebih banyak istirahat.
 Diet biasa.
 Tidak perlu diberi obat-obatan
 Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah
sakit :
 Diet biasa :
 Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari.
 Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:
- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat
- Kontrol 2 kali seminggu.
- Jika tekanan diastolik naik lagi → rawat kembali.
 Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap dirawat
 Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan.
 Jika protenuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
 Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 5 iu dalam 500 ml dektrose IV 10 tetes / menit atau dengan
prostaglandin.
 Jika serviks belum matang, berikan
prostagladin, misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan
seksio sesarea.

b. Preeklampsia Berat Dan Eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.
Penanganan Kejang :
- Beri obat antikonvulsan.
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (janin nifas, sedotan, masker
oksigen, oksigen).
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan.
- Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi.
- Beri O2 4-6 liter / menit.
Penanganan Umum :
- Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antipertensi, sampai tekanan
diastolik di antara 90-100 mmHg.
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
- Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
- Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteunuria.
- Jika jumlah urin < 30 ml per jam :
 Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
 Pantau kemungkinan edema paru
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
- Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan,
dan berikan diuretik mislanya furosemide 40 mg IV.
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan
tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah diazepam,
dengan risiko terjadinya depresi neonatal.

 Cara Pemberian Magnesium Sulfat pada Pre-Eklampsia


Dosis Awal
1. 4 gr MgSO4 (10cc MgSO4 40% + 10cc aquades atau 20cc MgSO4 20%)
diberikan IV secara perlahan selama 5-10 menit
2. Berikan 5 gr MgSO4 40% (25cc) diberikan 12,5cc di bokong kanan dan
kiri secara IM

Dosis Pemeliharaan :
1. 6 gr MgSO4 (15cc MgSO4 40%) dan larutan dalam 500 cc larutan RL lalu
diberikan melalui infus 28 tetes/menit selama 6 jam (1gr/jam)
2. diberikan hingga 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang terakhir pada
eklamsia.

Syarat Pemberian Mgso4 :


a. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10%
dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
b. Periksa frekuensi pernafasan minimal 16x/menit.
c. Periksa reflek patella (+).
d. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.

Berhentikan Pemberian Mgso4 :


a. Jika frekuensi pernafasan < 16x/menit.
b. Jika reflex patella (-)
c. Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

Siapkan Antidotum :
• Jika terjadi henti nafas, lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beri
kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) I.V perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.

Antihipertensi
 Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama
5 menit sampai tekanan darah turun.
 Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM
setiap 2 jam.
 Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :
- Nifedralazin 5 mg sublingual. Jika respons tidak baik setelah 10 menit,
beri tambahan 5 mg sublingual.
- Labetotol 10 mg IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit,
diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

Persalinan
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsia dalam 12 jam sejak eklampsia timbul.
 Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam
(pada eklampsia) lakukan seksio sesarea.
 Jika seksio sesarea akan diakukan, perhatikan bahwa :
- Tidak terdapat koagulopati.
- Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum. Jangan lakukan
anestesi lokal, sedang anestesi spinal berhubungan dengan resiko
hipotensi.
 Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam.
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500
ml dektrose 10 tetes/menit atau dengan prostagladin.
(Prawirohardjo, 2009)
BAB 3
MANAJEMEN TEORI
A. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Menggunakan SOAPIE
1) Subyektif
Pengkajian data yang diperoleh dari anamnesis berhubungan dengan
masalah pasien. Untuk menyatakan diagnosis yang akan dibuat.
2) Obyektif
Berasal dari observasi dan pemeriksaan pasien. Memberikan bukti klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3) Assassement
Diagnosis yang ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif.
Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin perubahan baru cepat
diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan.
4) Plan
Membuat rencana tindakan sesuai prioritas. Bertujuan agar pasien
mengalami kemajuan dalam kesehatannya.
5) Implementasi
Untuk mengatasi masalah dan keluhan harus disetujui oleh pasien.
6) Evaluasi
Memberikan evaluasi dari tindakan yang telah diberikan untuk
mengetahui lebih lanjut tindakan yang diberikan pada pasien.

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Teori


ASUHAN KEBIDANAN TEORI
Pada Ny. “X” G “X” P “X” A “X” UK “X” Inpartu Kala “X” dengan PEB
Tanggal / Jam : “X”
Tempat : RS “X”
Pengkaji : “X”
A. Data Subjektif
1. Biodata

Nama : Ny. “X”


Umur : “X” tahun
Agama : Islam/Kristen/Hindu/Buddha
Pendidikan : TK/SD/SMP/SMA
Pekerjaan : PNS/Wiraswasta/Swasta/Petani/Pedagang
Alamat : Jalan “X”
2. Keluan Utama
Ibu datang mengeluhkan pusing dan perut kenceng-kenceng
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu datang dengan keluhan pusing dan perut kenceng-kenceng, ibu
memiliki riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan
4. Riwayat Mestruasi
Usia Menarce : “X” tahun
Lama Haid : “X” hari
HPHT : “X”
TP : “X”

5. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


ke UK Kom Jenis Pen Tmpt Kom JK T/G BB/TB Usia Laktasi Lama Komp

6. Riwayat Perkawinan
Menikah “X” kali, lama menikah “X” bulan/tahun
7. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan Sekarang (ANC)
ANC TM I 2 kali
ANC TM II 1 kali
ANC TM III 3 kali
8. Riwayat Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan : 3x sehari
2) Minum : 8 gelas/hari
b. Eliminasi
1) BAK : 6 kali/hari
2) BAB : 1 kali/hari
c. Istirahat
1) Siang : 1 jam/hari
2) Malam : 7 jam/hari
d. Personal Hygiene
1) Mandi : 2 kali/hari
2) Keramas : 3 kali/minggu
3) Gosok gigi: 2 kali/hari
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- BB : 60
- TD : 120/80
- S : 36.6
- RR : 20x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
- Muka : pucat, terdapat oedema
- Mata : sklera putih konjungtiva merah muda
- Leher : pembengkakan vena jugularis, kelenjar limfe, kelenjar tiroid
- Payudara : terdapat hiperpigmentasi areola, colostrum (+/+), puting susu
menonjol
- Abdomen : TFU … Mc. Donald …
Leopold I : …
Leopold II : …
Leopold III : …
Leopold IV : …
DJJ : …
TBJ : …
- Ekstremitas : Atas : oedema (+/+)
Bawah : oedema (+/+), reflek patella (+/+)

3) Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab :
Hb : …
Proteinurin : …
- USG : …

C. Asassement

Ny. “X” G “X” P “X” A “X” UK “X” Inpartu Kala “X” dengan PEB
D. Plan
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan kelaurga
2. Periksa TTV dan ANC
3. Pasang oksigen
4. Pasang kateter
5. Lakukan pengambilan darah dan urin untuk dicek dilaboratorium
6. Kolaborasi dengan dr. SpOG
Berikan MgSO4 dosis awal
E. Implementasi
Tanggal/Jam Tindakan Paraf

Tanggal “X” Dilakukan sesuai dengan plan Paraf


Jam “X” pengkaji

F. Evaluasi
1) Ibu mengerti tentang kondisinya
2) Ibu bersedia diberikan penanganan sesuai dengan diagnosisnya
3) Terdapat perubahan lebih baik mengenai kondisi ibu

Anda mungkin juga menyukai