PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia eklampsia disamping perdarahan dan infeksi masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang
tinggi (Winkjosastro, 2007).) Masa nifas masa yang sangat penting bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang
kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,
bahkan dapat berlanjut pada komplikasi nifas (Sulistyawati, 2009). Pre-
eklampsi dalam kehamilan dan persalinan sebagian besar berlanjut pada
masa nifas (Fraser, 2009), pada ibu nifas kejang dapat terjadi untuk
pertama kalinya setelah melahirkan. Kejang dapat juga terjadi kembali
setelah melahirkan. Oleh karena itu pasien harus diobservasi denga
seksama (WHO, 2001). Biasanya tanda-tanda pre-eklamsia timbul dalam
urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema,
hipertensi, dan akhirnya proteinuria (Wiknjosastro, 2007).
Pre-eklampsia dibagi menjadi pre-eklampsia ringan dan berat.
(WHO, 2001). Jika seorang ibu pascapartum menunjukkan tanda-tanda
yang berhubungan dengan pre-eklamsia, bidan harus waspada
kemungkinan tersebut dan harus melakukan observasi tekanan darah dan
urine dan mencari bantuan medis (Fraser, 2009). Pentingnya diagnosa
secara dini membantu penatalaksanaan secara dini sehingga
penatalaksanaan pre-eklamsi yang baik dapat mengurangi angka mortalitas
dan morbiditas ibu dan janin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan dan
membuat dokumentasi kebidanan pada ibu nifas dengan pre-eklampsi
berat.
1
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada ibu nifas
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada ibu nifas
c. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas
d. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan pelayanankebidanan
pada ibu nifas
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
1. Waktu Praktik
a. Mahasiswa praktik di ruang nifas RSU Sanglah diatur pagi, siang,
dan malam.
Pagi : Pukul 07.00-13.00 WITA (6 jam)
Sore : Pukul 13.00-19.00 WITA (6 jam)
Malam : Pukul 19.00-07.00 WITA (12 jam)
2. Tempat Praktik
a. Kelompok 1 B : Ruang Nifas RSU Sanglah
3. Pengambilan kasus di Ruang Nifas RSU Sanglah pada tanggal 6
September 2017
2
khususnya asuhan kebidanan patologi dan kewatdaruratan pada ibu
nifas.
b. Bagi ibu nifas
Menambah pengetahuan ibu tentang asuhan pada ibu nifas
sehingga ibu mendapatkan asuhan yang baik untuk dapat melewati
masa nifas dengan lancar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki masa penyembuhan
fisik dan psikologis. Dari sudut pandang medis dan fisiologis, masa ini disebut
dengan nifas, yang dimulai sesaat setelah keluarnya plasenta dan selaput janin
serta berlanjut hingga 6 minggu (Fraser, 2009).
A. Pengertian Pre-eklamsia
Pre-eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirahardjo, 2008). Pre-eklamsia
adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan
tekanan darah (TD) dan proteinuria (Vicky Chapman, 2006). Preeklamsia
adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria).Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut
dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra
dan post partum. Dari gejala-gejala klinik, Preeklampsia dapat dibagi
menjadi preeklampsia ringan, preeklampsia sedang dan preeklampsia berat
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki
minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu)
sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh
sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius
yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya. Preeklamsi
merupakan salah satu bentuk hipertensi yang hanya terjadi pada wanita
hamil dan berlanjut ke persalinan maupun nifas. Preeklampsia merupakan
4
suatu keadaan heterogen dimana patogenesisnya dapat berbeda-beda
bergantung faktor risiko yang dimiliki.
B. Faktor Risiko
Faktor predisposisi preeklampsia adalah sebagai berikut :
1. Usia > 35 tahun
2. Nullipara
3. Kehamilan kembar
4. Mola hidatiformis
5. Diabetes mellitus
6. Penyakit thyroid
7. Hipertensi kronik
8. Gangguan ginjal
9. Penyakit vaskuler kolagen
10. Sindroma anti phospholipid
11. Riwayat keluarga dengan preeklampsia
5
e. Nyeri daerah epigastrium
f. Gangguan penglihatan
g. Nyeri kepala hebat
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan
eklampsia. Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeklampsia
berat dan eklampsia (Wibowo dan Rachimhadi, 2006), yaitu :
1. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
6
3. Hemolisis
Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui
dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau destruksi
sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada
autopsy penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina.
Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan
abses paru-paru.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan
akibat vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk
eklampsia,tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low
platelet
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi
hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT, SGOT], gejala
subyektif (cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium),hemolisis
akibat kerusakan membrane eritrosit oleh radikal bebas asam lemak
jenuh dan tak jenih. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi
trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (Vasokontriktor
kuat), lisosom (Manuaba, 2007).
7
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotel tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
10. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
Ibu yang menderita preeklampsia merupakan predisposisi terjadinya
kelahiran premature (Prawirohardjo,2005). Paritas pertama dan paritas
lebih dari 5, serta riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi
obstetric, dapat memperbesar kematian perinatal.
E. Penanganan
Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
1. Segera masuk rumah sakit.
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30
menit, refleks patella setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125 cc/jam) 500 cc.
4. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
5. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan
(40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
b. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis
awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
8
1) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr
(10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
2) Refleks patella positif kuat.
3) Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
4) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam)
d. MgSO4 dihentikan bila :
1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
2) Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :Hentikan
pemberian MgSO4, berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10%
dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit, berikan oksigen,
lakukan pernapasan buatan
3) MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sudah terjadi perbaikan (normotensi).
9
BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI DAN
KEGAWATDARURATAN PADA Ny WK” UMUR 35 TAHUN 6 JAM
POST PARTUM DENGAN PRE EKLAMSI BERAT
DI RSUP SANGGLAH
No. RM : 17038176
Tanggal : 5 September 2017 pukul : 16.00 WITA
A. DATA SUBJEKTIF :
1. Identitas
Nama Klien : Ny”WK” Nama Suami : Tn. MS
Umur : 35 th Umur : 36 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Hindu Agama : Hindu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 3.000.000
Alamat Rumah : Jln. Pudak Asari. No.20, Kedonganan, Kuta, Badung
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri luka operasi. Ibu masih merasa lemas dan pusing
3. Riwayat Persalinan Sekarang :
a. Persalinan yang ke : 2
b. Tempat penolong persalinan : RSUP Sanglah
c. Kala I : 7 jam Komplikasi : Hipertensi
d. Kala II : Komplikasi : tidak ada
e. Jenis Persalinan : Operasi SC
f. Kala III : Komplikasi : tidak ada
g. Jumlah pendarahan: Komplikasi : tidak ada
h. Lain-lain : tidak ada
10
4. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas terdahulu (kalau ada)
11
Kesadaran : CM
1. Vital sign :
a. TD : 160/010
b. Nadi : 88x/mnt
c. RR : 20x/mnt
d. Suhu : 36,2 derajat celcius
2. Inspeksi :
a. Muka tidak pucat
b. Konjungtiva tidak pucat
c. Sclera putih
d. Hidung : polip
e. Telinga : bersih
f. Bibir : lembab
g. Gigi : tidak ada lubang
h. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis
3. Payudara tampak bersih, bentuk simetris putting susu menonjol, asi belum
mau keluar dan tidak ada kelainan pada payudara
4. Abdomen ada bekas luka operasi, kandung kemih tidak penuh, TFU 2 jr
dibawah pusat, kontraksi baik, dan terdapat nyeri tekan
5. Punggung bentuk simetris
6. Perineum tidak ada luka episiotomis, , tidak ada oedem, tidak ada tanda
infeksi, kelainan tidak ada, lochea rubra, tidak ada perdarahan aktif
7. Anus tidak ada hemoroid
8. Ekstremitas bawah tidak ada oedem, varises dan reflex patella positif
DATA BAYI
12
3. Tanda Vital :
a. Pernafasan : 32x/mnt
b. HR : 136x/mnt
c. Suhu : 36, 7
4. Antropometri
a. BB : 3400 gram
b. PB : 50 cm
c. LK/LD : 33/35
5. Kepala
Muka tampak simetris dan tidak sembab
6. Pada mata terlihat bersih tidak ada pengeluaran cairan dan tidak ada
kelainan
7. Telinga Tampak bersih pengeluaran tidak ada dan hubungan telinga
dengan mata sejajar
8. Hidung terlihat bersih tidak ada nafas cuping hidung dan tidak ada
kelainan
9. Mulut tidak ada kelainan
10. Dada simetris
11. Perut simetris, tidak ada penonjolan daerah sekitar pusat saat menangis
dan tidak ada perdarahan pada tali pusat
12. Punggung tidak ada pembengkakan dan tidak ada cekungan
13. Pada kulit masih ada sedikit verniks tanda lahir tidak ada, dan kelainan
tidak ada
14. Sistem Syaraf
a. Refleks morro positif
b. Tonick Neck positif
c. Rooting refleks positif
d. Glabela Refleks positif
15. Menyusu
a. Frekuensi: 2 kali
b. Kesulitan belum ada pengeluaran ASI
13
C. ANALISIS
Ny”WK” umur 35 tahun P2002 6 jam post partum dengan Sectio Cesaria+ Pre
Eklamsi Berat
Masalah:
14
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Membimbing relaksasi untuk mengatasi nyeri, ibu
dapat melakukannya
3. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
Pukul:12.00 S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
WITA O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 150/90 mmHg, S :
36,50C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 4,
BAB/BAK -/+, ASI belum keluar Data Bayi: S:
36.80C, HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK:
+/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 1 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan
15
cairan, ibu bersedia untuk makan
3. Menyarankan kembali ibu untuk menyusui
bayinya dan terus merangsang agar ASI mau
keluar, Ibu bersedia untuk menyusui bayinya
4. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
18.00 wita S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 150/90 mmHg, S :
36,50C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 4,
BAB/BAK -/+, ASI belum keluar Data Bayi: S:
36.80C, HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK:
+/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 1 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Membimbing ibu untuk mobilisasi dini seperti
miring kiri/kanan, duduk, ibu dapat melakukannya
3. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
Kamis,7-9- S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
2017 O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
06.00 wita jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 150/90 mmHg, S :
36,50C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 4,
BAB/BAK -/+, ASI belum keluar Data Bayi: S:
36.80C, HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK:
+/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 2 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
16
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Membimbing ibu untuk mobilisasi dini yaitu
berjalan ibu dapat melakukannya
3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif, ibu akan
berusaha memberikan anaknya ASI Eksklusif
4. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
13.00 wita S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 160/90 mmHg, S :
36,50C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 4,
BAB/BAK -/+, ASI belum keluar Data Bayi: S: 370C,
HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK: +/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 2 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Memberikan KIE tentang menyusui on demand
pada bayinya, ibu bersedia melakukannya
3. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
18.00 Wita S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 160/90 mmHg, S :
36,50C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 4,
BAB/BAK -/+, ASI belum keluar Data Bayi: S: 370C,
HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK: +/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 2 post partum
17
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Memberikan KIE tentang senam ibu nifas jika
sudah boleh pulang, ibu bersedia untuk mengikuti
senam nifas di puskesmas dekat rumahnya
3. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
Kamis,8-9- Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
2017 O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
06.00 wita jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 150/90 mmHg, S :
360C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, skala nyeri 3,
BAB/BAK +/+, ASI belum keluar Data Bayi: S: 370C,
HR:136x/menit, RR: 30x/menit, BAB/BAK: +/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 3 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Mengobservasi keluhan, vital sign, trias nifas,
keadaan ibu mulai membaik
2. Memberikan KIE tentang kepada ibu untuk tetap
memantau tekanan darahnya dan menghindari
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan
tekanan darah, ibu paham dengan yang dijelaskan
3. Melanjutkan terapi sesuai dengan instruksi dokter
10.00 wita S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi
O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra,
tidak ada perdarahan aktif TD : 150/90 mmHg, S :
370C, N : 80x/mnt, R : 20x/mnt, , BAB/BAK +/+ Data
Bayi: S: 370C, HR:136x/menit, RR: 30x/menit,
18
BAB/BAK: +/+,
A : Ny”WK” umur 35 tahun P2002 hari 3 post partum
dengan Sectio Cesaria+ Pre Eklamsi Berat
P:
1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan,
ibu menerima hasil pemeriksaan
2. Memberikan KIE pada ibu cara perawatan bayi
seharihari, ibu memahami dan akan melakukannya
3. Memberitahukan pada ibu untuk melakukan
kunjungan yang telah diberitahukan , ibu bersedia
untuk dating
4. Memberitahuakan pada ibu untuk melanjutkan
terapi sesuai dengan instruksi dokter, ibu bersedia
melakukannya
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Bahiyatun,
2009).Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
20
88x/menit, respirasi: 20x/menit, suhu: 36,80C. Tekanan darah ibu pada saat
persalinan yaitu 170/100 mmHg, TFU:2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
lochea rubra, darah yang keluar tidak aktif. Dalam hal ini tekanan darah sistolik
ibu sangat tinggi lebih dari 160 mmHg sehingga dapat digolongkan ke dalam pre-
eklampsia berat, dimana menurut teori salah satu gejala dari pre-
eklampsiaberatyaituTekanandarahsistolik ≥ 160 mmHg dantekanan diastolic ≥
110 mmHg. Pada saat ini ibu tidak mengalami perdarahan post partum karena dari
hasil data objektif tfu, kontraksi uterus, dan darah yang keluar masih dalam
keadaan normal. Dimana dalam teori apabila kontraksi uterus tidak ada atau perut
terasa lembek, kemudian darah banyak yang keluar lebih dari 500 cc maka ibu
bisa digolongkan ke dalam perdarahan psotpartum.
21
a. Paracetamol 3x500mg
b. Amoxicilin 3x500 mg
c. Tablet SF 2x300 mg
22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari tinjauan kasus dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil).
Pada masa nifas ini sangat penting dilakukan pemantauan terhadap
keadaan ibu terutama pada ibu yang mengalami komplikasi pada saat
persalinan, salah satu contohnya pre-eklampsia berat dan perdarahan post
partum. Pada ibu yang mengalami pre-ekampsia berat harus memantau
ketat tekanan darah ibu, proteinurine ibu, nutrisi, serta pola istirahat ibu.
Pada nutrisi ibu dianjurkan untuk diet rendah garam.
Pada tinjauan kasus penulis menggunakan metode SOAP begitu
pula dengan pembahasannya tersebut penulis mengkaji sesuai dengan
metode tersebut. Untuk penatalaksanaannya sesuai dengan kebutuhan ibu,
seperti selalu memantau keadaan ibu dan melakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis karena ibu mengalami pre-eklampsia berat.
B. Saran
Diharapkan agar dapat menerapkan teori Asuhan Kebidanan
Patologi dan Kegawatdaruratan pada Masa Nifas dan Menyusui secara
efektif di fasilitas kesehatan sehingga dapat bermanfaat bagi tenaga
kesehatan dan ibu nifas dengan patologi dan kegawatdaruratan.
23