Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH TENTANG GENTLE BIRTH 2 dengan TOPIK

AROMATHERAPY, WATER BIRTH DAN LOTUS BIRTH

OLEH:

I GUSTI AYU ARY LAKSMI PARMAWATI


202215302012

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya makalah dengan judul MAKALAH TENTANG GENTLE
BIRTH 2 dengan TOPIK AROMATHERAPY, WATER BIRTH DAN LOTUS
BIRTH dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan para pembaca.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah yang akan kami buat
kedepannya dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak atas masukan dan dukungannya.

Klungkung, 30 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Aromatherapy.......................................................................................
1. Pengertian Aromatherapy............................................................................................
2. Teknik Pemberian Aromatherapy................................................................................
3. Jenis Jenis Aromatherapy............................................................................................
4. Aromatherapy Pada Persalinan....................................................................................
B. Konsep Dasar Water Birth...........................................................................................
1. Pengertian Water Birth................................................................................................
2. Keuntungan Water Birth............................................................................................
3. Resiko Dan Komplikasi Water Birth.........................................................................
4. Alat Dan Prosedur Water Birth.................................................................................
5. Kriteria Dalam Meninggalkan Kolam Air.................................................................
C. Konsep Dasar Lotus Birth..........................................................................................
1. Sejarah Lotus Birth....................................................................................................
2. Pengertian Lotus Birth...............................................................................................
3. Manfaat Lotus Birth...................................................................................................
4. Kelemahan Lotus Birth..............................................................................................
5. Tata Cara Metode Lotus Birth...................................................................................
6. Efektifitas Metode Lotus Birth Terhadap Peningkatan Kadar Hematokrit Dan
Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir Sebagai Strategi Pencegahan Anemia...............
7. Pro Dan Kontra Metode Lotus Birth..........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................................

ii
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan salah satu periode yang akan dialami oleh hampir
semua wanita dalam fase hidupnya. Kehamilan bisa menimbulkan perubahan
kondisi fisik dan emosi fluktuatif bagi wanita yang mengalaminya. Perubahan
fisik dan emosi ini sebenarnya merupakan kondisi normal yang kejadiannya
hampir mirip ketika menjelang masa haid (pre menstruation syndrome).
Perubahan fisik yang terjadi misalnya seperti bentuk tubuh yang lebih berisi dan
perut yang semakin membesar dari waktu ke waktu, sedangkan perubahan emosi
lebih mengarah pada munculnya rasa cemas, ketakutan, dan khawatir yang
muncul secara mendadak (Bari and Saifuddin, 2008). Terdapat tiga kondisi utama
psikologis wanita yang sedang hamil yaitu kecemasan, depresi dan bahagia.
Secara umum, kecemasan dapat diartikan sebagai adanya perasaan-perasaan
khawatir atau prediksi akan keberadaan ancaman yang membahayakan individu.
Kecemasan adalah suatu reaksi emosional kompleks individu yang dipicu oleh
situasi spesifik yang dinilai mengancam oleh individu yang mengalaminya. Dalam
hal ini, sesuatu yang ditakutkan ataupun yang dikhawatirkan tersebut tidak jelas.
Wanita merasa takut, khawatir dan tidak siap dalam menghadapi
persalinan karena beberapa hal. Penyebab dari ketakutan dan kekhawatiran wanita
dalam menghadapi persalinan adalah ketakutan akan mengalami perubahan fisik
yang identik dengan rasa sakit dan pengalaman secara psikologis selama
menghadapi proses persalinan. Ditengah maraknya permintaan operasi caesar
yang dipilih oleh ibu hamil untuk melahirkan, namun masih banyak pula ibu-ibu
hamil yang menginginkan persalinan normal tanpa intervensi medis yang saat ini
ramai diperbincangkan dalam forum-forum diskusi calon ibu yaitu metode
persalinan dengan nilai dasar gentle birth.
Gentle birth merupakan salah satu pendekatan asuhan kehamilan dan
persalinan yang meliputi serangkaian kegiatan komprehensif dimulai dari masa
kehamilan, proses persalinan, sampai bayi lahir sehingga persalinan dapat berjalan
aman, nyaman, dan minim trauma dengan memanfaatkan unsur alami dalam

1
tubuh ibu. Gentle birth tidak hanya membutuhkan persiapan fisik, namun juga
persiapan mental dan pikiran yang mengarahkan ibu pada sugesti positif. Gentle
birth berupa metode yang mempersiapkan ibu hamil dalam menghadapi
persalinan normal dan menghindari intervensi medis yang tidak diperlukan.
Persalinan dengan gentle birth ini memerlukan komitmen dan latihan yang
konsisten. Persalinan normal dengan gentle birth juga membangun perspektif
positif terhadap rasa sakit. Pada dasarnya persalinan gentle birth adalah persalinan
yang penuh kelembutan, bebas intervensi, dan minim trauma.
Gentle birth adalah sebuah filosofi persalinan yang dibuat senyaman
mungkin untuk wanita yang melahirkan dan minim trauma. Di Indonesia sendiri,
gentle birth pertama kali diperkenalkan oleh Klinik Bumi Sehat Bali yang di
pimpin oleh Robin Lim, ia adalah wanita yang mendapatkan penghargaan Heroes
of the Year dari CNN pada tahun 2011. Melalui gentle birth, calon Ibu akan
mendapat rasa kebebasan dari trauma rasa sakit, serta kenyamanan di lingkungan
tempat akan melahirkan sehingga menjadikan seorang Ibu lebih intim pada
bayinya. Ada beberapa program pelayanan kebidanan yang ada saat ini terutama
dalam metode persalinan gentle birth yaitu aromatherapy, water birth dan lotus
birth.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada


makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep dasar dari aromatherapy, water birth dan lotus birth?
C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan


makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari aromatherapy, water birth dan lotus
birth.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR AROMATHERAPY

1. PENGERTIAN AROMATHERAPY

Aromaterapi didefinisikan dalam dua kata yaitu aroma yang berari


wangi-wangian (fragrance) dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan, jadi
secara ilmiah diartikan sebagai wangi-wangan yang yang memiliki pengaruh
terhadap fisiologis manusia. Buchbauer menetapkan definisi universal untuk
aromaterapi, yaitu terapi menggunakan senyawa aromatik atau senyawa yang
mudah menguap (volatile) untuk mengobati, mengurangi atau mencegah suatu
penyakit, infeksi dan kegelisahan dengan cara menghirupnya (Muchtaridi and
Moelyono, 2015).
Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan
alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, di
kenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang
bertujuan untuk memengaruhi suasana hati ataukesehatan seseorang, yang sering
digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan
Aromaterapi adalah cara penyembuhan dengan menggunakan kosentrasi minyak
atsiri atau minyak essensial yang aromatik dan diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan.
Minyak atsiri yang digunakan merupakan cairan hasil sulingan dari
berbagai jenis bunga, daun, kulit batang, biji dan akar yang tidak digunakan secara
langsung ke kulit tetapi harus diencerkan terlebih dahulu yang biasanya bersifat
mudah menguap saat terkena panas atau cahaya. Dengan aromaterapi yang dapat
berperan dalam merelaksasikan pikiran dan mengurangi rasa stres, hal tersebut
tentunya berhubungan dengan keadaan emosi yang lebih teratur. Keadaan emosi
manusia diatur oleh otak di dalam sistem limbik. Sistem limbik berbeda dengan
lobus limbik. Lobus limbik merupakan kesatuan struktur yang terdiri dari
archicortex (formasi hipokampalis dan girus dentatus), paleocortex (korteks
piriformis dari girus hipokampalis anterior), mesocortex (girus cinguli).
Sedangkan, sistem limbik gabungan lobus limbik dan nuklei subkortikal, yaitu
amigdala, nuklei septales, hipotalamus, epitalamus, nukleus talamus, dan ganglia

3
basalis. Dalam sistem limbik tidak hanya mengatur tentang emosi, namun juga
mengatur memori, dan perilaku. Semuanya dapat saling berkaitan satu sama lain
(Muchtaridi and Moelyono, 2015)

2. TEKNIK PEMBERIAN AROMATHERAPY

Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi membutuhkan


waktu sekitar 30 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum
dikeluarkan kembali melalui paru-paru, kulit dan urine dalam waktu beberapa jam
kemudian. Berikut ini adalah beberapa teknik yang lazim digunakan dalam
aromaterapi:
a. Aromaterapi Inhalasi (menggunakan oil burner)
Penghirupan dianggap sebagai cara penyembuhan paling langsung dan
paling cepat, karena molekul- molekul minyak esensial yang mudah menguap
tersebut bertindak langsung pada organ-organ penciuman dan langsung
dipersepsikan oleh otak. Penghirupan bisa di lakukan 2x sehari atau selama ibu
mengalami mual dan muntah dalam 2 hari dan di hirup selama 5-10 detik. Rasa
mual pada kehamilan dapat di tanggulangi dengan menggunakan terapi pelengkap
antara lain dengan aromaterapi. Salah satu aromaterapi yang dapat menurunkan
mual muntah pada kehamilan adalah aromaterapi lemon. Aromaterapi lemon
memberikan ragam efek bagi penghirupnya, seperti ketenangan, kesegaran,
bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual.
Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap dari minyak
tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap hidung” di mana silia –silia yang lembut
muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-
rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran
olfactory ke dalam system limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons
emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan
pesan-pesan yang harus disampaikan kebagian lain otak serta bagian badan yang
lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa
pelepasan senyawa neurokimia yang menyebabkan euphoria, relaks, dan sedative.
b. Aromaterapi Masase atau Pijat

4
Masase merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal dalam
kaitannya dengan aromaterapi. Minyak esensial mampu menembus kulit dan
terserap ke dalam tubuh, sehingga memberikan pengaruh penyembuhan dna
menguntungkan pada berbagai jaringan dan organ internal (Koensoemardiyah,
2009)
c. Aromaterapi Mandi
Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk relaksasi
adalah mandi panas yang sebelumnya telah ditambahkan persiapan wewangian
yang memiliki kasiat tertentu. Mandi dapat menenangkan dan melemaskan,
meredakan sakit dan nyeri dan juga dapat menimbulkan efek rangsangan,
menghilangkan keletihan dan mengembalikan tenaga.
d. Aromaterapi Kompres
Kompres efektif untuk penyembuhan berbagai macam sakit, nyeri otot
dan rematik, ruam-ruam dan sakit kepala. Untuk nyeri akut kompres harus diulang
– ulang bila telah mencapai blood temperature, jika tidak maka kompres harus
dibiarkan pada komposisinya selama minimal dua jam dan yang lebih baik adalah
semalam (Muchtaridi and Moelyono, 2015)

3. JENIS JENIS AROMATHERAPY


a. Peppermint
Daun mint atau papermint mempunyai aroma wangi dan cita rasa dapat
dingin menyegarkan. Aroma wangi dan semiriwing daun mint disebabkan minyak
asitri berupa menthone dan metil asetat, dengan kandung menthol yang tinggi.
Selain itu, kandungan monoterpene, menthofuran, sesquiterpene, dan beberapa
mineral lain juga ditemukan dari minyak daun mint. Menthol berkhasiat sebagai
obat karminatif (penenang), antispasmodic (antibatuk), dan diaforetik
(menghangatkan dan menginduksi keringat). Minyak papermint ini bersifat
mudah menguap, tidak berwarna, berbau tajam dan menimbulkan rasa hangat
diikuti rasa dingin menyegarkan
b. Lemon
Aromaterapi lemon mengandung limonene yang akan menghambat kerja
prostaglandin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri serta berfungsi untuk

5
mengontrol sikooksigenase I dan II, mencegah aktivitas prostaglandin dan
mengurangi rasa sakit termasuk mual dan muntah. Kandungan linail asetat yang
terdapat pada aromaterapi lemon merupakan senyawa ester yang terbentuk
melalui penggabungan asam organic dan alcohol. Ester berguna untuk
menormalkan keadaan emosi serta keadaan tubuh yang tidak seimbang dan
memiliki khasiat sebagai penenang. Kandungan terpinol dalam aromaterapi lemon
dapat menstabilkan sistem syaraf pusat, menimbulkan perasaan senang,
meningkatkan nafsu makan, melancarkan peredaran darah, dan juga sebagai
penenang (sedative) (Ariska and Sari, 2017)
c. Lavender
Aromaterapi lavender merupakan salah satu terapi non farmakologis
berbentuk essensial oil untuk mengurangi mual muntah yang memiliki kandungan
linanool dan linali asetat yang dapat memberikan efek nyaman dan menenangkan,
(Zuraida, 2018). Lavender adalah bunga yang memiliki 25-30 spesies, beberapa
diantaranya adalah Lavundula angustifolia, lavundula Lattifola, lavindula stoechas
(fam. Lamiaceace). Penampakan bunga ini adalah berbentuk kecil, berwarna ungu
kebiruan, dan tinggi tanaman mencapai 72 cm. Berasal dari habitat berbatu di
pegunungan Mediterania. Tumbuh baik di ketinggian 600-1.350 mdpl dimana
semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin baik kualitas minyak yang
dihasilkannya (Herlina, 2019)
Nama lavender berasal dari bahasa latin “Lavera” yang berarti
menyegarkan dan lebih sering digunakan sebagai obat penenang atau campuran
aromaterapi karena dapat membantu mengatasi sakit kepala dan relaksasi.
Lavender juga digunakan oleh orang-orang roma telah sebagai campuran balsam,
salep, parfum, alat kecantikan dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Bunga
lavender menghasilkan nektar yang melimpah dan madu yang dihasilkan dari
lebah penghisap lavender berkualitas tinggi. Sering kali bagian bunga ini
dijadikan hiasan kue, manisan atau campuran untuk minum teh serta dapat
dijadikan minyak esensial yang sering dipakai sebagai aromaterapi karena dapat
memberikan manfaat relaksasi menenangkan (Herlina, 2019)

4. AROMATHERAPY PADA PROSES PERSALINAN

6
Setiap ibu mempunyai respon yang berbeda dalam menghadapi
persalinan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri persalinan
yaitu paritas, usia, pengetahuan, ras, budaya, pengalaman nyeri yang lalu dan
lingkungan. Berbagai upaya diperlukan agar dapat mengurangi nyeri persalinan
serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin pada saat proses
persalinan. Beberapa metode yang dapat di pilih ibu yakni metode farmakologis
dan metode non-farmakologis. Salah satu metode yang dapat mengurangi rasa
nyeri persalinan yaitu dengan aromaterapi. Aromaterapi merupakan sebuah terapi
komplementer yang melibatkan penggunaan wewangian berasal dari minyak
esensial. Aromaterapi juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
persalinan saat persalinan, sebab aromaterapi mampu memberikan sensasi yang
menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan (Lailiyana, 2011)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nesi Novia, dkk
(2021) tentang pengaruh pemberian aromatherapy lavender terhadap penurunan
skala nyeri persalinan di PMB Kota Palembang, dapat diketahui bahwa tingkat
nyeri persalinan kala I sebelum diberikan aromaterapi lavender adalah tingkat
nyeri berat dengan nilai median 7 (skala nyeri 5-9) dan setelah diberikan
aromaterapi lavender adalah nyeri sedang dengan nilai median 5 (3-8). Hasil
penelitian ini menunjukkan terjadi pengurangan tingkat nyeri persalinan kala I
setelah diberikan aromaterapi lavender (Novita, Setiawati and Fiesta, 2022).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi pengurangan tingkat
nyeri persalinan setelah diberikan aromatrapi lavender dari tingkat nyeri berat
menjadi nyeri sedang dengan selisih nilai median sebesar 2. Terdapat perbedaan
rata-rata tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lavender. Hasil
uji stastik dengan menggunakan uji wilcoxon setelah diberikan aromaterapi
lavender diperoleh nilai ρ value 0,000 lebih kecil dari α 0,05 dengan demikian
aromaterapi lavender berpengaruh mengurangi tingkat nyeri persalinan kala I.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat nyeri persalinan kala I setelah
diberikan aromaterapi lavender lebih rendah apabila dibandingkan sebelum
diberikan aromaterapi lavender, hal ini terjadi karena terapi menggunakan minyak
esensial lavender dapat membangkitkan semangat dan menyegarkan.(Novita,
Setiawati and Fiesta, 2022)

7
Aromaterapi merupakan tanaman terapeutik yang mengandung minyak
esensial untuk mengatasi keluhan fisik dan psikologis ibu bersalin. Secara fisik
baik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan secara psikologis dapat
merilekskan pikiran, menurunkan ketegangan dan kecemasan serta memberikan
ketenanangan (Hutasoit, 2002)
Pemberian aromatherapy Boswellia carterii juga dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri persalinan kala 1 fase aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fitri Handayani, dkk (2019) di PMB bidan L di kota Tamansari
menunjukan bahwa skala nyeri ibu bersalin kala 1 fase aktif pada tahap I sebelum
diberikan asuhan pemberian aromatherapy Bosweliia Carterii paling rendah 7 dan
skala nyeri paling tinggi sebesar 9, sedangkan skala nyeri 8,2 (skala nyeri berat).
Kemudian setelah dilakukan asuhan pemberian aromaterapi Bosweliia Carterii
skala nyeri paling rendah sebesar 7 dan skala nyeri paling tinggi sebesar 9 dan
rata-rata skala nyeri sesudah diberikan aromaterapi Bosweliia Carterii menurun
menjadi 7,4 (skala nyeri sedang) (Handayani, Patimah and Wahyuni, 2019)
Pemberian aromaterapi Boswellia Carterii dengan cara sepotong kasa
direndam dengan 0,2 ml minyak atsiri BC yang diencerkan dalam 2 ml larutan
garam normal, dan kemudian ditempelkan di kerah ibu bersalin, setelah 30 menit
pemakaian aromaterapi BC aromaterapi diulang kembali hingga pembukaan
lengkap. Skala nyeri ibu bersalin kala I fase aktif pada primigravida mengalami
penurunan setelah diberikan aromaterapi Boswellia carterii dibandingkan sebelum
asuhan. Skala nyeri paling rendah sebesar 1 dan skala paling tinggi sebesar 2 dan
rata-rata penurunan skala nyeri sesudah diberikan asuhan yaitu sebesar 1,4 (skala
nyeri ringan) (Handayani, Patimah and Wahyuni, 2019).
Asuhan pemberian aromaterapi boswellia carterii mempunyai efek yang
positif karena diketahui bahwa BC mempunyai asam boswellic yaitu obat
penenang dan aktivitas analgesic. Asam boswellia mempunyai molekul-molekul
yang dilepaskan udara sebagai uap air dan dapat dikeluarkan melalui keringat.
Uap air tersebut mengandung komponen kimia yang dihirup kemudian diserap
oleh tubuh melalui hidung dan paru-paru yang kemudian masuk ke aliran darah.
saat dihirup uap air akan berjalan melalui sistem limbik otak yang bertugas
bertanggung jawab dalam sistem integrasi, belajar, ingatan, ekpresi perasaan,

8
emosi dan rangsangan fisik. Saat aromaterapi boswellia carterii ini dihirup, tubuh
akan memberikan respon psikologis. (Handayani, Patimah and Wahyuni, 2019)

9
B. KONSEP DASAR WATER BIRTH

1. PENGERTIAN WATER BIRTH

Ibu primigravida yang akan menghadapi persalinan cenderung


mengalami kecemasan disebabkan persalinan merupakan hal yang baru yang akan
dialaminya. Seiring meningkatnya kemajuan teknologi, tindakan mengurangi
nyeri persalinan dan mempercepat proses persalinan mulai banyak dilakukan salah
satunya adalah dengan pemilihan metoda persalinan. Berdasarkan media yang
digunakan sebagai tempat persalinan, Metoda persalinan dibagi atas dua yaitu
metoda persalinan konvensional dan metoda persalinan di air (water birth)
(Marseno, 2010)
Water birth merupakan metode persalinan pervaginam dimana ibu hamil
cukup bulan (aterm) tanpa disertai penyulit dengan jalan berendam dalam air
hangat. Metode persalinan ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Water birth murni: yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke
kolam tempat persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses
melahirkan terjadi.
b. Water birth emulsion: yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya
berada di dalam kolam tempat persalinan hingga masa kontraksi (Kala I
persalinan) berakhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
(Maude and Foureur, 2007)
Water birth merupakan salah satu metode alternative persalinan
pervaginam, dimana ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan
berendam di air hangat (yang dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi rasa nyaman (Aprilia and
Ritchmond, 2011). Penggunaaan metoda water birth dapat memperpendek
lamanya persalinan khususnya pada pembukaan serviks, hal ini dikarenakan air
hangat menyebabkan efek relaksasi pada otot serviks sehingga mengurangi
kekakuan otot serviks pada ibu yang masuk ke kolam pada fase aktif. Persalinan
dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang
dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I, dengan water birth ibu
dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks,

10
nyaman, menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi
lainnya (Fehervary, 2004)
Banyak penelitian yang membuktikan keuntungan persalinan di air,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Zanetti et, al, (2006) dan Geissbuehler
et, al, (2004) menyimpulkan persalinan di air aman bagi bayi dan ibu. Penelitian
yang dilakukan oleh Batton et, al, (2005) menyimpulkan bahwa persalinan di air
dapat mengurangi nyeri persalinan dan dapat memperpendek kala I, pengurangan
penggunaan analgesik serta penurunan episiotomy. Menurut British Medicine
Journal (BMJ) persalinan menggunakan water birth di Amerika Serikat tahun
2002 jumlahnya bertambah menjadi 200 persalinan, dan pada tahun 2005 tercatat
lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat yang mengadopsi protokol water
birth dan lebih dari ¾ dari seluruh rumah sakit di Inggris telah menyediakan water
birth. Bahkan Water birth telah menyebar ke negara Kanada, Australia dan New
Zealand. Sejak tahun 1995 tercatat sekitar 39 Negara yang sudah menerapkan
teknik melahirkan water birth dengan jumlah pasien sebanyak 19.000 ibu
(Veradiani, 2008)
Negara Indonesia sudah mulai memperkenalkan waterbirth sejak tahun
2006. Sampai saat ini layanan water birth sudah tersedia di Jakarta, Denpasar,
Ubud, Jembrana, Tabanan, Pekanbaru, Surabaya, Cilacap, Sragen, dan segera
menyusul Bandung dan Makassar, sampai saat ini tidak semua Rumah Sakit
memiliki fasilitas water birth, karena selain membutuhkan tenaga kerja yang
terlatih. Rumah Sakit juga harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth
pool) (Aprilia, 2013)

2. KEUNTUNGAN WATER BIRTH


Beberapa penelitian menyebutkan waterbirth memiliki banyak
keuntungan baik untuk ibu maupun bayi. Berikut adalah beberapa keuntungan
waterbirth bagi ibu dan bayi
a. Bagi ibu
1) Mengurangi nyeri persalinan
Water birth merupakan persalinan normal dalam air hangat, dimana
dengan penggunaan air hangat, wanita yang merasakan adanya pengurangan

11
nyeri. Air hangat juga mengurangi pelepasan hormon stress, sehingga ibu
mengeluarkan hormon endorfin yang berfungsi sebagai penghambat rasa sakit.
(Silva, Nobre and Oliviera, 2009)
Menurut penelitian yang membandingkan water birth dengan cara yang
konvensional menunjukkan water birth ini dapat menurunkan penggunaan
analgesik, dimana pada persalinan secara konvensional, analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri terutama pada kala I persalinan.
2) Pemendekan Kala I Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa water birth berpengaruh pada
pemendekan kala I persalinan. Studi terbaru menunjukkan pemendekan kala I
persalinan ini terbatas pada primigravida. Dalam hal ini ibu merasa lebih rileks,
nyaman, tekanan darah menurun, dan mengurangi trauma perineum
3) Mengurangi Tindakan Episiotomi
Suatu laporan menunjukkan bahwa perineum menjadi lebih lentur saat
berada di air hangat, yang disebabkan karena air hangat dapat meningkatkan
aliran darah sehingga perineum bisa merenggang dengan lebih mudah. Hal ini
dapat mengurangi terjadinya trauma perineum. Dikatakan bahwa wanita yang
melakukan water birth, perbandingannya 1,5 kali lebih sering mengalami robekan
perineal, akan tetapi 5 kali lebih jarang dilakukan tindakan episiotomi. Perbedaan
disebabkan karena kesulitan dalam menjangkau perineum ibu selama berada
dalam air yang menghasilkan robekan atau trauma perineum, tetapi hal ini
melindungi ibu dari tindakan episiotomi.(Chineze and Mandish, 2000)
b. Bagi Bayi
Dengan metode waterbirth, bayi dilahirkan dalam lingkungan yang
kondisinya kurang lebih sama dengan kondisi intrauterin. Hal ini tentunya sangat
berdampak baik pada bayi. Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa dengan
mengurangi stres atau tekanan saat melahirkan akan mengurangi komplikasi
mungkin terjadi pada bayi. Kondisi air yang hangat membuat bayi tidak
merasakan perbedaan suhu yang ekstrim dengan cairan amnion, sehingga
memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar dan bayi menjadi tidak shock.
Keuntungan lain yang didapat adalah mengurangi kemungkinan trauma pada
kepala bayi akibat jalan lahir. Hal ini disebabkan karena saat ibu berendam dalam

12
air hangat, otot-otot ibu di sekitar panggul menjadi lebih rileks, perineum dan
vulva menjadi lebih lentur saat merenggang, sehingga panggul akan menjadi lebih
besar dan kemungkinan bayi lahir dengan trauma menjadi lebih kecil (Gilbert and
Tookey, 1999)

3. RESIKO DAN KOMPLIKASI WATER BIRTH


a) Bagi Maternal
1) Infeksi
Kritik yang menyebutkan bahwa water birth ini menyebabkan risiko
karena air yang digunakan tidak steril dan kotoran yang dikeluarkan ibu saat ibu
mengedan. Namun, suatu literatur menyebutkan bahwa infeksi yang bisa
mengenai ibu hanya infeksi yang ringan. Hal ini bisa dicegah dengan kontrol dan
pengawasan yang baik terhadap kebersihan kolam dan air yang digunakan saat
persalinan dengan water birth. Penyakit infeksi tertentu juga akan mati segera
ketika kontak dengan air hangat.(Pinette, Wax and Wilson, 2004)
2) Pendarahan postpartum
Studi yang menyebutkan bahwa ada risiko terjadinya pendarahan
postpartum dengan waterbirth ini. Prevalensinya lebih sering terjadi pada ibu yang
primigravida. Dokter dan bidan juga mengatakan bahwa water birth ini dapat
mengurangi jumlah darah yang hilang. Hal ini disebabkan karena air hangat yang
mengelilingi ibu, dapat menurunkan tekanan darah pada ibu.
b. Bagi Neonatal
1) Infeksi Risiko
Infeksi pada persalinan dengan metode water birth sangat jarang terjadi
tetapi harus tetap diperhitungkan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa water
birth potensial menyebabkan infeksi terhadap bayi (neonatal). Infeksi paling
banyak disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Biasanya bakteri ini terdapat
pada keran air. Berdasarkan laporan, infeksi karena bakteri ini didapatkan pada
swab telinga dan umbilikus bayi baru lahir dengan metode water birth ini.
2) Aspirasi Air
Terdapat berbagai kritik mengenai water birth ini, dimana ada risiko
masuknya air ke dalam pernafasan bayi. Risiko ini dapat dihindari dengan

13
mengangkat bayi sesegera mungkin ke permukaan air. Namun, pengangkatan bayi
yang terlalu cepat, dapat menyebabkan tarikan cepat tali pusat yang melampaui
panjang tali pusat itu sendiri. (Dartford and Gravesham., 2006)
3) Hipoksia Iskemik Ensefalopati
Umumnya tali pusat terus menerus menyediakan darah yang
mengandung oksigen sambil bayi mengisi paru-parunya dengan udara untuk
pertama kalinya. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat
bermanfaat bagi bayi. Apabila pemotongan terlalu cepat, dapat menyebabkan
risiko hipoksia. Ada beberapa laporan yang menyebutkan bahwa bayi yang
dilahirkan dengan water birth dapat menyebabkan hipoksia iskemik ensefalopati.
Dilaporkan hipoksia terjadi pada wanita yang melahirkan selama 7 jam dalam
kolam air.
4) Hiponatremia
Hiponatremia terjadi disebabkan karena bayi menghirup sejumlah air
yang berada pada kolam air. Air akan cepat diabsorpsi melewati paru-paru dan
dibawa menuju ke sirkulasi, dimana nanti akan menyebabkan dilusi intravaskular
dan kelebihan cairan. Bebeapa ahli menyarankan, agar kolam air tempat water
birth ditambahkan garam agar suasana air menjadi isotonik, sehingga dapat
mencegah terjadinya dilusi dan hyponatremia (Schroeter K, 2004)

4. ALAT DAN PROSEDUR WATER BIRTH


a. Alat
Beberapa alat yang biasa digunakan dalam membantu persalinan dengan
menggunakan metode waterbirth, diantaranya kolam air (permanen atau portable),
termometer air, termometer badan (pengukur suhu tubuh ibu), pakaian kerja
(apron) yang lengkap beserta sarung tangan, jaring untuk mengangkat kotoran,
shower air hangat dan water heater, instrumen partus set, bantal, handuk dan
selimut, peralatan resusitasi bayi, doppler anti air, dan cermin (Pratama and
Budiana, 2013)
b. Prosedur Persalinan Water Birth
1) Selama Persalinan

14
Water birth memiliki tahapan yang sama seperti persalinan normal di
luar air. Hanya saja dengan berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi
pembuluh darah menjadi lebih baik. Sehingga berpengaruh pada kontraksi rahim
yang menjadi lebih baik dan efektif. Berikut tahapan-tahapan dalam persalinan
dengan metode water birth:
a) Ibu mulai masuk untuk berendam dalam air itu direkomendasikan saat fase
aktif pembukaan sudah 5 cm dengan kontraksi uterus yang baik. Pada fase ini
biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja kira-kira 1-2 jam untuk menunggu
kelahiran bayi.
b) Biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air, maka ibu akan merasa lebih
nyaman, rileks, dan rasa sakitnya berkurang. Sehingga ibu lebih fokus pada
persalinannya.
c) Observasi dan monitoring:
(1) Fetal heart rate seharusnya diauskultasi dengan menggunakan Doppler
atau fetoskop. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, dan setelah
kontraksi. Pemeriksaan ini dilakukan selama satu menit penuh segera
setelah akhir kontraksi setiap 15 menit.
(2) Penipisan dan pembukaan servik. Pada saat ini juga dilakukan
pemeriksaan terhadap posisi janin
(3) Pemeriksaan ketuban, jika ketuban telah pecah, periksa fetal heart rate, dan
periksa juga apakah ada prolaps tali pusat
(4) Tanda-tanda vital ibu diperiksa tiap jam. Hal ini penting untuk mengetahui
bagaimana status vital dari ibu
(5) Pemeriksaan ibu terhadap gejala-gejala dehidrasi yang ditandai dengan
takikardi dan suhu ibu meningkat.
d) Managemen kala II:
(1) Mengedan seharusnya dilakukan secara fisiologis. Dengan membiarkan
ibu untuk mengedan secara spontan, maka risiko ketidakseimbangan
antara oksigen dan karbondioksida pada sirkulasi ibu dan janin akan
berkurang.
(2) Pada proses persalinan, bila mungkin metode lepas tangan (hand off) dapat
dilakukan. Hal ini akan meminimalkan stimulasi untuk bayi yang muncul.

15
(3) Tidak diperlukan palpasi atau meraba tali pusat ketika kepala bayi telah
lahir, karena tali pusat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Jangan
melakukan pengkleman dan pemotongan tali pusat di dalam air.
(4) Bayi harus dilahirkan penuh dalam air. Setelah lahir, bayi dibawa ke
permukaan air sesegera mungkin. Namun hanya kepala bayi yang dibawa
ke permukaan air, sedangkan badan bayi masih berada di dalam air untuk
mencegah terjadinya hiportemia. Saat kepala bayi telah di permukaan air,
jangan merendamnya kembali.
e) Managemen kala III
(1) Managemen aktif dan fisiologi harus tetap diberikan sampai ibu keluar
dari kolam
(2) Saat managemen kala III, syntometrine dapat diberikan
(3) Estimasi dari hilangnya darah ± 500 ml
(4) Penjahitan perineum yang robek dapat ditunda sedikitnya 1 jam untuk
menghilangkan retensi air dalam jaringan. Hal ini dapat dilakukan jika
terjadi pendarahan yang tidak berlebihan.
2) Selama Proses Persalinan dan Mengedan
a) Ibu dapat mengambil sikap dan posisi yang diinginkan agar lebih merasa
nyaman dan rileks. Hal ini sangat membantu dalam proses mengedan. 14
b) Proses mengedan ini mengikuti irama datangnya kontraksi uterus. Bayi yang
keluar tidak memerlukan bantuan manipulasi tangan atau lainnya karena air
memiliki kemampuan dalam mengapungkan, kecuali terlihat agak susah
keluarnya.
c) Saat proses persalinan berlangsung, penolong dalam hal ini dokter kandungan
atau bidan sudah dalam keadaan siap dengan semua peralatannya untuk
menolong persalinan. Penolong juga selalu memperhatikan perineum dari ibu.
d) Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat
proses persalinan. Apalagi dengan berendam dalam air hangat ini, dinding
vagina akan menjadi lebih rileks, lebih elastis, sehingga mudah dan cepat
dalam membukanya.
e) Setelah bayi lahir, maka secara otomatis bayi akan terendam beberapa saat di
dalam air (sekitar 5-10 detik). Setelah itu langsung diangkat ke permukaan air

16
dan diletakkan di dada ibu. Penolong langsung membersihkan hidung dan
mulut dari bayi. Perlu diperhatikan juga tali pusat dari bayi agar tidak sampai
putus.
f) Untuk melahirkan plasenta, direkomendasikan untuk dilakukan di luar air.
Namun hal ini tergantung dari keinginan ibu apakah plasentanya dilahirkan di
luar atau di dalam air. Ibu dianjurkan pula untuk menyusui bayi sesegera
mungkin.

5. KRITERIA DALAM MENINGGALKAN KOLAM AIR


a. Saat Persalinan Kala I
Adanya tanda-tanda potensial dari kondisi bayi yang membahayakan,
keadaan ibu yang membahayakan (distress), permintaan ibu terhadap obat
analgesik, atas permintaan ibu sendiri, apabila kontraksi berkurang atau kontraksi
menjadi tidak efektif (ibu bisa kembali ke dalam kolam air apabila kontraksi
kembali efektif), progres dari persalinan yang melambat walaupun kontraksi
adekuat
b. Saat Persalinan Kala II
Kurangnya pengalaman dari penolong persalinan, adanya tanda-tanda
potensial dari kondisi bayi yang membahayakan, keadaan ibu yang
membahayakan seperti pyrexia, tachycardia, atas permintaan ibu sendiri, apabila
kontraksi berkurang dan kontraksi menjadi tidak efektif, progres dari persalinan
yang melambat pada kala II persalinan, apabila diperlukan pertolongan dalam
melahirkan kepala atau bahu (Pratama and Budiana, 2013)

C. KONSEP DASAR LOTUS BIRTH

1. SEJARAH LOTUS BIRTH

Amerika merupakan negara perintis Lotus Birth, hal tersebut tercantum


dalam catatan tertulis. Didalamnya disebutkan bahwa Lotus Birth sebagai langkah
pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka. Meskipun
merupakan suatu fenomena alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali
pusat, sudah ada dalam budaya Bali dan budaya orang Aborigin Oleh karena itu,
keputusan untuk dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat

17
terjadi karena Lotus Birth merupakan tanggung jawab dari klien yang telah
memilih dan membuat keputusan tentang tindakan tersebut. Pendekatan ini
bertentangan dengan pelatihan medis umum dan praktek di rumah sakit dan pusat
kesehatan global, dimana penerapan manajemen aktif dengan 3 tahap yaitu
pemberian obat oxytocin, menjepit tali pusat, pemotongan segera, kemudian
menerapkan traksi untuk tali pusat agar mempercepat lahirnya 16 plasenta.
Tali pusat bayi dan plasenta yang sudah lahir kemudian dibuang sebagai
limbah medis, atau, dengan persetujuan ibu mungkin disumbangkan untuk
penelitian gangguan kehamilan dan kehamilan Penelitian modern tentang Lotus
Birth dari Primatolog Jane Goodall, adalah orang pertama untuk melakukan
apapun studi jangka panjang dari simpanse di alam bebas pada hewan Simpanse,
yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir sama dengan
manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta utuh, tidak merusaknya
bahkan memotongnya. Hal itu dikenal dengan fakta primatologis. Beberapa
praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami
bagi manusia juga. Informasi mengenai lotus birth ini terdapat dalam ajaran
Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi.
Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava
(Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak
kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya
dalam kisah kelahiran Wisnu. Pada 1990-an, Sarah MD Buckley, seorang dokter
keluarga Australia dan mencatat untuk majalah Mothering, diterbitkan kisah
kelahiran pribadinya di teks Lotus Birth; ia telah menghasilkan berbagai publikasi
ilmiah penelitiannya tentang manfaat fisiologis manajemen pasif ketiga - tahap
kerja Lotus Birth, saat ini merupakan informed choice yang dilakukan minoritas
dari homebirth dan hospital birth, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian
Sarah Buckley, MD dan Int'l Bidan Robin Lim. Terutama menarik bagi para
profesional adalah tidak adanya penurunan berat badan yang dilaporkan dan
penyakit kuning setelah dilakukan lotus birth. Namun, studi korelasi ini telah
menunjukkan risiko yang meningkat secara signifikan dari penyakit kuning pada
bayi dimana tali pusat dijepit lebih dari 60 detik setelah lahir. (Sianturi, 2019)

18
19
2. PENGERTIAN LOTUS BIRTH

Lotus Birth merupakan suatu proses persalinan yang tali pusat dibiarkan
saja menempel di tubuh bayi hingga nantinya terlepas sendiri secara alami.
Bermula dari seorang wanita bernama Clair Lotus Day meniru pendekatan holistik
dari kera antropoid pada tahun 1974. Simpanse tidak memisahkan plasenta dari
bayi yang baru lahir (Zinsser LA, 2018) Metode lotus birth adalah metode
persalinan yang membiarkan tali pusat tetap terhubung dengan bayi setelah
kelahiran, tanpa menjepit atau memotongnya, sehingga tidak memberikan peluang
kuman untuk masuk kedalam tubuh bayi melalui tali pusat. Metode lotus birth ini
diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi baru lahir. Dengan lotus
birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung
oksigen, asupan makanan dan antibodi sehingga memberikan waktu bagi tali
pusat untuk terpisah dari bayi secara alamiah. Dengan metode ini, tali pusat dan
plasenta diperlakukan sebagai suatu kesatuan sampai saat pemutusan secara alami
yang biasanya terjadi 3-10 hari setelah proses kelahiran. (Sianturi, 2019)
Lotus Birth adalah metode persalinan tanpa memotong tali pusat setelah
bayi lahir dan membiarkan tali pusat keluar secara utuh. Dalam lotus birth
dibutuhkan sekitar 3-7 hari bagi tali pusat untuk kering dan ini lebih cepat kering
dibandingkan dengan tali pusat yang dipotong segera setelah lahir. Lotus Birth
jarang dilakukan di rumah sakit, tetapi umumnya dilakukan di klinik dan rumah
bersalin. Di Indonesia sendiri mulai dikembangkan di Bali di Klinik Bumi Sehat
oleh Bidan Robin Lim, di Klaten di Klinik Bidan Kita oleh Bidan Yesie, di RB
Bundaku Denpasar dan di RS Harapan Bunda Denpasar yang menggunakan
metode lotus birth dengan tidak melakukan pemotongan talipusat hingga talipusat
terlepas dengan sendirinya (Aprilia, 2019)
Lotus birth sangat penting dilakukan pada bayi setelah lahir, karena ibu
maupun bayi sama-sama mendapatkan banyak manfaat salah satunya tercapainya
bounding attachment. Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting,
tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu dan anak atau bounding attachment
dapat menyebabkan kurangnya proses perkembangan otak bayi karena tidak
diberikan stimulus yang positif oleh ibunya. Lotus Birth adalah metode persalinan
tanpa memotong tali pusat setelah bayi lahir dan membiarkan tali pusat keluar

20
secara utuh. Dalam lotus birth dibutuhkan sekitar 3-7 hari bagi tali pusat untuk
kering dan ini lebih cepat kering dibandingkan dengan tali pusat yang dipotong
segera setelah lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya
penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan
menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:
Geneva, Swiss), “Penundaan pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah
cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini
merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut” (Aprilia,
2019)
Dr. Sarah Bucley mengatakan bayi akan menerima tambahan 50-100 ml
darah yang dikenal dengan transfusi plasenta. Darah ini mengandung zat besi, sel
darah merah, sel induk, sel batang dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi
bayi dalam tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru
lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Asuhan
persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut
memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200
ml darah orang dewasa (Yessie Aprilia and Ritchmond, 2011) Sementara di dalam
buku Gentle Birth (2011) Yesie menyebutkan bahwa Lotus Birth adalah metode
melahirkan tanpa memotong tali pusat setelah bayi lahir dan membiarkan tali
pusat keluar secara utuh. Plasenta dibiarkan dan menunggu sampai tali pusat
kering hingga akhirnya terlepas dari bayi secara alami, umumnya akan terlepas
antara tiga sampai sepuluh hari. Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi
umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bounding
attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi
ibu dan bayi yang baru lahir. Sementara penolong persalinan segera melakukan
penilaian Apgar dan hal lain yang diperlukan oleh bayi seperti suction atau
rangsang taktil, sedangkan prosedur yang lebih lanjut ditunda terlebih dahulu
sampai satu jam setelah melahirkan.
Tali pusat bayi dipegang dengan tangan ibu, atau dipegang oleh ayah
atau asisten penolong persalinan selama penjahitan ibu, karena adanya praktek
budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai
cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan plasenta

21
sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak tersebut.
Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering
secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah orang-orang
Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam
pohon diatas kuburan plasenta tersebut. Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang
dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka atau
dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk
menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan terjadinya
pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering
(Yesie Aprilia and Ritchmond, 2011)
Menurut Yesie (2011) setiap ibu memiliki alasan sendiri. Berikut ini
adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth : Ibu dan keluarga tidak
ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat; Supaya
proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat;
Penghormatan terhadap bayi dan plasenta; Asumsi ibu bahwa dapat menjamin
bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang diperlukan bagi bayi;
Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh; Mengurangi
angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu
hingga plasenta telah lepas; Alasan rohani atau emosional; Tradisi budaya yang
harus dilakukan; Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau
mengikat tali pusat; Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth
memastikan sistem tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada
luka terbuka); Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut
(adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada
luka, waktu penyembuhan akan minimal) (Yesie Aprilia and Ritchmond, 2011)

3. MANFAAT METODE LOTUS BIRTH


Manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya adalah tali pusat
dibiarkan sehingga memungkin-kan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke

22
janin, oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi
benar-benar dapat mulai bernafas sendiri. Lotus Birth juga memungkinkan bayi
cepat untuk menangis segera setelah lahir, bayi tetap berada dekat ibu setelah
kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk
bounding attachment. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali
pusat bila tali pusat dipotong segera, 9,56 hari, ketika berhenti berdenyut 7,16
hari, dan dibiarkan 3,75 hari (Frisca, 2012)
Metode lotus birth ini diyakini dapat menambah kekebalan tubuh bayi
yang baru lahir. Dengan metode ini, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak
asupan darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi sehingga
memberikan waktu bagi tali pusat untuk terpisah dari bayi secara alamiah. Dengan
metode ini pula, tali pusat dan plasenta diperlakukan sebagai suatu kesatuan
sampai saat pemutusan secara alami yang biasanya terjadi 3-10 hari setelah proses
persalinan (Herlyssa, H., Mulyati, S., & Martini, 2015). Secara medis, penundaan
pemotongan tali pusat selama 3 jam saja dapat dipercaya memberikan asupan
darah sebanyak 30 mililiter dari plasenta, yang nutrisinya sebanding dengan 60
mililiter darah orang dewasa. Selain itu sistem imun bayi mengalami tantangan
saat baru dilahirkan. Membiarkan tali pusat lepas secara alamiah akan menjaga
volume darah bayi dan membantu si bayi terhindar dari beberapa penyakit dimasa
yang akan datang. Secara kepercayaan holistik diyakini bahwa bayi memiliki
ikatan erat dengan plasenta yang telah menemaninya selama sembilan bulan
didalam rahim (Roesma, J., & Mulya, 2014)) Dr Sarah Buckley mengatakan :
"Bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang dikenal sebagai transfusi
placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah, keeping
darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama."
(Buckley, 2003)

4. KELEMAHAN LOTUS BIRTH


Analisis menemukan bahwa bayi yang baru lahir pada kelompok
penundaan-klem memiliki lebih besar zat besi dalam darah mereka. Jumlah zat
besi dalam darah saat lahir dapat mempengaruhi kesehatan, terutama risiko
seorang bayi untuk anemia pada bulan- bulan pertama kehidupan. Namun, studi

23
ini juga menemukan bahwa bayi dalam kelompok tertunda-klem lebih rentan
terhadap penyakit kuning. Banyak bayi mendapatkan bentuk ringan dari penyakit
kuning saat lahir karena hati belum matang dan tidak bisa memproses bilirubin,
produk sampingan kuning pemecahan sel darah merah tua. Ketika hati tidak dapat
memproses semua bilirubin cenderung terdorong keluar ke jaringan dan bayi
tampak kuning sedikit. Ikterus baru lahir dapat mereda tanpa pengobatan atau
diperlakukan dengan paparan sinar matahari yang sederhana. (Sugarni, 2018)
Kajian ini menemukan bahwa bayi dalam kelompok tertunda- klem
memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit kuning yang membutuhkan perawatan
ekstra dengan fototerapi. Tapi jika anda bekerja di daerah di mana anda tidak
memiliki akses yang mudah untuk mengobati anak dengan penyakit kuning yang
lebih parah, maka sebagai dokter anda akan perlu untuk menimbang-nimbang
antara manfaat dan risiko. Membiarkan bayi untuk mendapatkan darah tambahan
dan mungkin menjadi penyakit kuning adalah masalah tertentu jika anda tidak
memiliki fasilitas. Secara medis yang harus diwaspadai bila tali pusar harus segera
diklem untuk mencegah bayi menjadi kuning karena bilirubin (senyawa hasil
metabolisme hati) yang tinggi. Apalagi bila terdapat perbedaan golongan darah
ibu dan bayi misalnya rhesus darah ibu negatif bayi rhesus positif atau ibu
golongan darah O bayi A, B atau AB.
Semakin lama tali pusar dibiarkan, maka akan semakin banyak darah ibu
yang tidak sesuai bercampur dengan darah bayi. Tidak bisa diterapkan pada
seluruh kebudayaan. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.
Membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman. Membutuhkan banyak
petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada petugas yang lain
memegangi dan menjaga tali pusat. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta
agar tidak membusuk dan berbau tidak sedap

5. TATA CARA METODE LOTUS BIRTH


Cara melakukannya tidak jauh beda dengan persalinan normal dimana
setelah bayi lahir letakkan di perut ibu untuk melakukan IMD setelah itu
perhatikan apakah plasenta sudah terlepas jika sudah lakukan peregangan dan
pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada selaput yang tertinggal, kemudian

24
letakkan dalam wadah/baskom yang dialasi dengan underpad/popok alas ini harus
diganti 1-2 kali sehari dan pastikan plasenta terkena udara agar terhindar dari bau
busuk dan mempercepat proses pengeringan. Plasenta yang mulai mongering pada
hari kedua di beri garam agar semakin kering dan tidak bau, ditambah bunga dan
wewangian, kemudian bungkus kain, lalu diletakan di dalam tas kecil yang
mengikuti kemanapun bayi pergi. Secara medis delayed clamping or cutting of
the umbilical cord selama tiga jam saja di percaya memberikan ekstra 30 mililiter
darah dari plasenta, yang nutrisinya sebanding dengan 600 mililiter darah orang
dewasa. Selain itu sistem imun bayi mengalami tantangan besar yang baru di
lahirkan. Dibiarkan tali pusat terlepas secara alamiah akan menjaga volume darah
dan membantu si bayi terhindar dari berbagai penyakit pada masa mendatang.
Secara kepercayaan holistic diyakini bayi memiliki ikatan erat dengan
kembarannya yang telah menemaninya Sembilan bulan di Rahim. Sesudah tali
pusat lepas, dapat di lakukan ritual sesuai kepercayaan masing-masing, seperti
meletakan tali pusat di dalam kendi dan dikubur dengan berbagai benda yang
dianggap memiliki makna baik (Rahma and Syam, 2019)

6. EFEKTIVITAS METODE LOTUS BIRTH TERHADAP


PENINGKATAN KADAR HEMATOKRIT DAN HEMOGLOBIN
PADA BAYI BARU LAHIR SEBAGAI STRATEGI PENCEGAHAN
ANEMIA
Pada masa setelah bayi lahir dan sebelum plasenta dilahirkan, terjadi
peralihan peran oksigenasi dari plasenta ke paru bayi. Selama masa tersebut,
oksigenasi bayi melalui plasenta masih berjalan / berlanjut, darah masih
ditransfusikan ke bayi (transfusi plasental). Hal tersebut dapat mempengaruhi
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), menambah volume darah/eritrosit, mencegah
hipovolemia dan hipotensi pada bayi baru lahir, sehingga otak tetap mendapat
suplai oksigen yang cukup. metode lotus birth bayi akan menerima tambahan 50-
100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi plasenta. Darah transfusi ini
mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang
akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama. Hilangnya 30 ml darah ke bayi

25
baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa
(Herlyssa, H., Mulyati, S., & Martini, 2015)
Jumlah eritrosit dan Hb yang cukup selanjutnya dapat dijadikan sumber
Fe bayi. Intervensi pada masa transisi tersebut dapat menurunkan volume darah
pada neonatus sekitar 25-40%. Saat proses persalinan, peran oksigenasi plasenta
dihentikan mendadak 10-15 detik setelah lahir (penjepitan tali pusat dini), cerebral
blood flow menjadi tidak optimal, oksigenasi menurun dengan segala akibatnya.
Penutupan tali pusat secara alamiah (penjepitan tali pusat tunda), dari sudut
pandang ini, dapat mencegah asfiksia dan kerusakan otak, tetapi dalam
pengalaman/praktik sehari-hari, banyak terjadi praktik penjepitan tali pusat dini
pada proses persalinan (Saputra, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Febriana.et al (2019)
kadar Hb pada kelompok metode lotus birth lebih tinggi daripada kelompok tanpa
metode lotus birth dengan nilai p = 0,004. Dan kadar hematokrit dengan nilai p =
0,001. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara metode
lotus birth dengan tanpa metode lotus birth. Metode lotus birth dapat
meningkatkan Kadar Hb dan Ht yang bermanfaat bagi bayi (Sari, Marliani and
Dewi S. Hutabarat, 2019). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Philip
pada tahun 2014. Kedua kelompok memiliki perbedaan yang signifikan. Tali
pusat bayi yang dijepit lebih dari 3 menit memiliki kadar hemoglobin yang lebih
tinggi dan tingkat ferritin tinggi pada usia 6 bulan sehingga dapat meningkatkan
status besi pada bayi. Masa bayi merupakan saat pertumbuhan dan pembangunan
otak yang cepat dan zat besi sangat penting untuk proses tersebut. Studi bayi
dengan defisiensi besi telah menemukan kekurangan dalam jumlah tertentu dalam
proses kognitif (termasuk perhatian dan memori) dapat menyebabkan penurunan
fungsi intelektual permanen. Keadaan yang lebih buruk, anak-anak dengan
kekurangan zat besi yang parah sering menunjukkan “menumpulkan emosional”
kesulitan terlibat dengan pengasuh dan lingkungan mereka yang dapat
menyebabkan defisit sosial-emosional yang lama, untuk beberapa alasan, masa
bayi merupakan waktu yang sangat buruk untuk mengalami kekurangan zat besi
(Philip and Saigal, 2014)

26
Metode lotus birth dapat meningkatkan Kadar Hb dan Ht yang
bermanfaat bagi bayi. Indonesia dengan latar belakang pelayanan kebidanan.
Walaupun demikian banyak juga penyedia layanan bersalin terus menjepit tali
pusat segera setelah kelahiran (kurang dari 2 menit), meskipun penundaan
penjepitan tali pusat telah terbukti bermanfaat bagi bayi baru lahir. Bayi yang
memiliki kadar Hb dan Ht yang cukup, maka tingkat oksigenasi yang optimal dan
dapat menyediakan sumber Fe yang sangat bermanfaat bagi bayi. Besi adalah
nutrien yang penting tidak hanya untuk pertumbuhan normal, kesehatan dan
kelangsungan hidup anak, tetapi juga untuk perkembangan mental, motorik dan
fungsi kognitif. Otak membutuhkan zat besi yang banyak karena metabolisme
oksidasinya yang tinggi dibandingkan organ lain. Kurangnya kadar besi pada
masa pasca natal mengakibatkan gangguan mental dan motorik yang akan
menetap sampai dewasa (Arma and Evareny, 2016)

7. PRO DAN KONTRA METODE LOTUS BIRTH


Pro berarti setuju, lebih. Kontra berarti tidak setuju, menentang, dan
berlawanana. Pro Kontra merupakan sikap yang berlawanan antara setuju dan
tidak setuju, menentang dan proaktif, serta berlawanan dan searah. Pro Kontra
merupakan sikap suka dan tidak suka, terhadap suatu objek yang dimaksud.
1. PRO
a. Indonesian Trust Health Journal (Efektivitas Lotus Birth Dalam Memproses
Pembusukkan Tali Pusat Sebagai Antibodi 2019)
Metode lotus birth adalah metode persalinan yang membiarkan tali pusat
tetap terhubung dengan bayi setelah kelahiran, tanpa menjepit atau memotongnya,
sehingga tidak memberikan peluang kuman untuk masuk kedalam tubuh bayi
melalui tali pusat. Metode lotus birth ini diyakini dapat menambah kekebalan
tubuh pada bayi baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan
lebih banyak darah yang mengandung oksigen, asupan makanan dan antibodi
sehingga memberikan waktu bagi tali pusat untuk terpisah dari bayi secara
alamiah. Dengan metode ini, tali pusat dan plasenta diperlakukan sebagai suatu
kesatuan sampai saat pemutusan secara alami yang biasanya terjadi 3-10 hari
setelah proses kelahiran (Sianturi, 2019)

27
b. Jurnal Ilmiah Kesehatan (Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali Pusat
Terhadap Lama Lahir Plasenta, Lama Puput Tali Pusat dan Keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RB Anny Rahardjo dan RB Rosnawati
Jakarta Timur 2018)
Dari hasil penelitian menunjukan Ibu yang melahirkan dengan
penundaan pemotongan tali pusat plasentanya akan lahir 0.6 kali lebih cepat
dibandingkan dengan ibu melahirkan yang segera dipotong tali pusatnya; Ibu yang
melahirkan dengan penundaan pemotongan tali pusat akan mengalami puput pada
tali pusat lebih cepat 1.5 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan segera
dipotong tali pusatnya. Penundaan pemotongan tali pusat merupakan cara
persalinan alamiah tanpa menggunakan alat dan dapat dilakukan oleh bidan
dimanapun termasuk pada saat terjadi kegawatdaruratan; Banyak manfaat yang
diperoleh untuk bayi dan ibunya sehingga tidak ada alasan untuk tidak mencoba
penerapan metode persalinan alamiah ini; Melakukan penundaan pemotongan tali
pusat merupakan pilihan ibu yang akan melahirkan, peningkatan pengetahuan
calon ibu perlu ditingkatkan untuk melakukan metode ini (Munawaroh and Sejati,
2019)
c. Jurnal Bimtas (Pengaruh Lotus Birth Dalam Meningkatkan Kadar Hematokrit
Dan Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir Sebagai Strategi Pencegahan Anemia
2019)
Kadar Hb pada kelompok metode lotus birth lebih tinggi daripada
kelompok tanpa metode lotus birth dengan nilai p = 0,004. Dan kadar hematokrit
dengan nilai p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara metode lotus birth dengan tanpa metode lotus birth. Metode lotus
birth dapat meningkatkan Kadar Hb dan Ht yang bermanfaat bagi bayi (Sari,
Marliani and Dewi S. Hutabarat, 2019)
d. Excellent Midwifery Jurnal (Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Short Term
Lotus Birth Di Bpm Sri Sundari Palembang Tahun 2019)
Beberapa faktor yang menyebabkan Lotus Birth ini berkembang yaitu
adanya tradisi budaya dan alasan rohani, tidak ada keinginan untuk memisahkan
bayi dan plasenta, transfer darah dan oksigen terus berjalan dari plasenta untuk
bayi terutama digunakan untuk bayi prematur (Aprillia, 2016). Berdasarkan data

28
rekam medik BPM Sri Sundari Palembang, penerapan Evidence based Short term
Lotus Birth ini baru diterapkan pada bulan Desember 2018 yaitu sebanyak 22 ibu
bersalin (12,02%) dari 183 persalinan 2019 terdapat 147 ibu bersalin 138
diantaranya dengan metode Short term Lotus Birth (93,9%). (BPM Sri Sundari
Palembang, 2019). Berdasarkan teori dan hasil penelitian, peneliti berpendapat
bahwa Evidence Based Short Term Lotus Birth bisa dilakukan untuk semua berat
badan bayi baik pada bayi dalam kategori berat badan lahir rendah maupun berat
badan normal tidak tergantung dari berat badan bayi yang dilahirkan untuk
dilakukan Evidence Based Short Term Lotus Birth, hal ini dikarenakan semua bayi
harus mendapatkan aliran darah penuh dari plasenta tanpa harus memandang berat
badan bayi itu sendiri. Hanya saja semakin tinggi berat badan bayi baru lahir nilai
hematokrit ataupun volume aliran darahnya akan semakin tinggi. Karena itu
penerapan Evidence Based Short Term Lotus Birth perlu dilakukan untuk semua
jenis berat badan bayi (Puspita et al., 2020)
2. KONTRA
a. Jurnal Fiqh (Polemik Amalan Lotus Birth dari Perspektif Hukum Islam 2018)
1) Qawl ahl al-khibrah yaitu pendapat pakar obstetrik dan ginekologi (ONG)
yang merupakan pakar dalam bidang perbidanan dan perbuatan. Hasil penelitian
dengan dua orang pakar ONG menunjukkan bahawa amalan lotus birth tidak
mendatangkan manfaat malah mendatangkan bayi kepada risiko mortaliti dan
morbiditi kepada ibu dan bayi. Perkara ini selaras dengan perintah Allah dalam
surah al-Naḥl ayat 43.
2) Hukum memotong atau mengerat tali pusat bayi selepas dilahirkan adalah
wajib berdasarkan pandangan ulama dan ‘urf. Maka, amalan lotus birth
bertentangan dengan ‘urf. Menurut mufti Terengganu, hukum amalan ini adalah
haram kerana bertentangan dengan kewajiban mengerat tali pusat.
3) Potensi risiko amalan lotus birth adalah tinggi seterusnya membawa masalah
kepada ibu dan bayi. Hal ini disebabkan amalan ini tidak dibenarkan dalam
protokol hospital, maka kelahiran di rumah tanpa pengendalian anggota kesehatan
terlatih adalah berisiko kepada ibu dan bayi. Selain itu, risiko khusus terhadap
bayi seperti sepsis adalah perkara yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar.
Malah terdapat kematian akibat sepsis dan terlambat mendapatkan rawatan.

29
4) Ḥifẓ al-nafs merupakan maqāṣid al-Sharī‘ah yang mencapai martabat al-
ḍarūriyyāt yang mana wajib dijaga. Oleh itu, mengharamkan lotus birth dikira
sebagai memelihara nyawa dengan menjauhi masalah akibat amalan ini
(Kamaruddin and Wahab, 2018)

b. Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari (Kaedah Kelahiran Lotus Birth


Menurut Perubatan dan Maqasid Al-syariah 2018)
Perbincangan berkaitan dengan amalan kaedah kelahiran lotus birth
dalam kalangan pengamal lotus birth menunjukkan isu ini masih boleh
diperbincangkan lagi dari aspek manfaat dan keberhasilannya. Hal ini kerana fakta
berkaitan kebaikan kaedah kelahiran ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah buat
masa ini. hasil ini diperoleh dari ibu yang sudah mengalami sendiri, dan
diceritakan melalui halaman sosial dan buku yang ditulis tanpa kajian ilmiah yang
dilakukan secara tersusun. Dari sudut perubatan, kaedah kelahiran lotus birth ini
adalah tidak disarankan kerana tiadak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kaedah
kelahiran ini dapat mencapai kebaikan seperti yang didakwa oleh golongan yang
pro kepada kaedah ini sebagai bukti kukuh kepada dakwaan tersebut. Selain itu
juga, respons yang diperoleh daripada pakar perubatan serta respons pengamal
perubatan melalui media cetak, elektronik dan media sosial menunjukkan kaedah
kelahiran lotus birth ini lebih memberi dampak negatif daripada positif.(Khatija et
al., 2018)

c. Alami Jurnal (Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Lotus Birth Di


Puskesmas Bara-baraya, Puskesmas Mamajang, Dan Puskesmas Batua Makassar
2019)
Berbagai penelitian tentang manfaat Lotus Birth justru memberikan
dampak negatif atau tidak memberikan perbedaan yang bermakna dengan
persalinan konvensional. Sebuah penelitian mengemukakan tidak terdapat
perbedaan antara penundaan klaim tali pusat dengan early klaim tali pusat. (10)
Pernah dilaporkan adanya hubungan antara Lotus Birth dengan kejadi hepatitis
neonatus idiopatik (Rahma and Syam, 2019)

30
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Program pelayanan kebidanan yang ada saat ini terutama dalam metode
persalinan gentle birth yaitu aromatherapy water birth dan lotus birth. Masing
masing dari program tersebut memiliki keunggulannya tersendiri dalam proses
persalinan dimana salah satunya adalah pengurangan rasa nyeri persalinan pada
kala I pada ibu hamil. Pelayanan yang komperhensif merupakan strategi dalam
mengimplementasikan peran dan fungsi bidan di masyarakat. Gentle birth
merupakan sebuah filosofi atau cara pandang dimana perempuan dalam proses
hamil dan melahirkan adalah hal yang unik, dengan mengintegrasikan fungsi fisik,
pikiran dan jiwa serta keyakinan persalinan adalah proses yang alami dengan
melakukan pemberdayaan diri, maka persalinan yang lembut, aman, nyaman,
minim trauma dapat dialami.
B. SARAN
1. Bagi penulis selanjutnya diharapkan meneliti tentang berbagai penerapan
metode persalinan normal dengan gentle birth di Indonesia sehingga
mendapati luaran bermakna bagi ibu dan janin dan dapat memaksimalkan
fisiologi tubuh ibu dalam menghadapi persalinan.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk memberikan pelayanan gentle
birth secara optimal selama siklus hidup wanita dan mempromosikan gentle
birth dalam kehamilan dan persalinan.
3. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil dan bersalin untuk memahami konsep
gentle birth dan berbagai penerapannya dalam bentuk metode yang dapat
dipelajari untuk menghadapi persalinan normal yang bebas intervensi medis
dan rasa sakit

31
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. (2013) Art Of Water Birth, Indahnya Melahirkan Dalam Air. Jakarta:
GRASINDO.
Aprilia, Y. (2019) Gentle Birth Cara Lembut & Nyaman Sambut Buah Hati.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Aprilia, Yessie and Ritchmond (2011) Gentle Birth : Melahirkan Nyaman Tanpa
Rasa Sakit. Jakarta: GRASINDO.
Aprilia, Yesie and Ritchmond, B. L. (2011) Gentle Birth. Jakarta: PT. Gramedia.
Arma, N. and Evareny, L. (2016) ‘Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit
Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat.’, Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(1), pp. 78–82.
Bari, A. and Saifuddin (2008) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Bina Pustaka.
Buckley, S. (2003) ‘Lotus Birth: a ritual for our times.’, Midwifery Today.
Chineze, M. and Mandish, K. (2000) ‘A Retrospective Comparison of Water
Births and Conventional Vaginal Deliveries’, EJOGRB.
Dartford and Gravesham. (200AD) ‘Guidelines for Water Birth Within the
Midwifery Led Unit and at Home’, NHS.
Fehervary, P. (2004) ‘Waterbirth: Microbiological colonization of the newborn,
neonatal and maternal infection rate in comparison to conventional bed
deliveries’, Arch Gynecol Obstet.
Frisca, T. (2012) Asuhan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Gilbert, R. and Tookey, P. (1999) ‘Perinatal Mortality and Morbidity among
babies delivered in Water: Surveillance Study and Postal Survey’, BMJ.
Handayani, F., Patimah, M. and Wahyuni, S. (2019) ‘PENATALAKSANAAN
PEMBERIAN AROMATERAPI BOSWELLIA D3 Kebidanan
Universitas Muhammadiyah Kata kunci : Aromaterapi , Boswellia Carterii , ibu
bersalin, nyeri persalinan , kala I Keywords : Aromatherapy , Carterial
Boswellia , maternity , labour pain , during’, JURNAL BIMTAS FIKes-
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, 6, p. 9.
Herlina, W. (2019) Kitab Tanaman Obat Nusantara. Jakarta: Media Pressindo.
Herlyssa, H., Mulyati, S., & Martini, R. (2015) ‘Perbedaan Pertumbuhan Bayi
Baru Lahir Pada Metode Lotus Birth.’, Ilmu Dan Teknologi Kesehatan.
Hutasoit, A. . (2002) Panduan Praktis Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kamaruddin, N. K. and Wahab, R. A. (2018) ‘POLEMIK AMALAN LOTUS
BIRTH DARI The Polemic of Lotus Birth Practice from Islamic’, 15(15),

32
pp. 1–40.
Khatija, S. et al. (2018) ‘Kaedah Kelahiran Lotus Birth Menurut Perubatan dan
Maqasid Al-Syariah.’, Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari.
Koensoemardiyah (2009) Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan
Kecantikan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Lailiyana (2011) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: EGC.
Marseno, R. (2010) ‘Pengaruh Water Birth Terhadap Sistem Pernafasan
Neonatus. Padang’, FK UNAND.
Maternity, D., Ariska, P. and Sari, D. Y. (2017) ‘Inhalasi Lemon Mengurangi
Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trisemester Satu’.
Maude, R. and Foureur, M. (2007) ‘It’s Beyond Water: Stories of Women’s
Experience of Using Water for Labour and Birth’, JWOMBI, pp. 17–24.
Muchtaridi and Moelyono (2015) Aroma Terapi; Tinjauan Aspek Kimia
Medisinal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Munawaroh, M. and Sejati, A. R. (2019) ‘Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali
Pusat Terhadap Lama Lahir Plasenta, Lama Puput Tali Pusat Dan
Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rb Anny Rahardjo Dan Rb
Rosnawati Jakarta Timur’, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), pp. 53–57. doi:
10.37012/jik.v10i1.16.
Novita, N., Setiawati, D. and Fiesta, O. (2022) ‘Penurunan Nyeri Persalinan Kala
I dengan Aromaterapi Lavender’, Journal of Complementary in Health,
1(2), pp. 40–46. doi: 10.36086/jch.v1i2.1118.
Philip, A. G. . and Saigal, S. (2014) ‘When we should clamp the umbilical cord?’,
Neo Reviews.
Pinette, M., Wax, J. and Wilson, E. (2004) ‘The Risk of Underwater Birth’,
AJOG.
Pratama, I. N. S. and Budiana, I. N. G. (2013) ‘Delivery By Using the Methode of
Water Birth’, e-Jurnal Medika Udayana, 2(7), pp. 1266–1285.
Puspita, R. et al. (2020) ‘Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Short Term Lotus
Birth Di BPM Sri Sundari Palembang Tahun 2019’, Excellent Midwifery
Journal, 3(1), pp. 109–112.
Rahma, A. S. and Syam, N. (2019) ‘Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Lotus
Birth Di Puskesmas Bara-Baraya, Puskesmas Mamajang, Dan Puskesmas
Batua Makassar’, Alami Journal (Alauddin Islamic Medical) Journal,
3(1), p. 1. doi: 10.24252/alami.v3i1.10310.
Roesma, J., & Mulya, N. (2014) Moms and the city cerita seru mamud masa kini.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sari, F., Marliani and Dewi S. Hutabarat (2019) ‘PENGARUH LOTUS BIRTH
DALAM MENINGKATKAN KADAR HEMATOKRIT DAN

33
HEMOGLOBIN PADA BAYI BARU LAHIR SEBAGAI STRATEGI
PENCEGAHAN ANEMIA’, JURNAL BIMTAS, 3(2).
Schroeter K (2004) ‘Water births: A Naked Emperor’, American Academy of
Pediatric.
Sianturi, M. I. B. (2019) ‘EFEKTIVITAS LOTUS BIRTH DALAM
MEMPROSES PEMBUSUKKAN TALI PUSAT SEBAGAI
ANTIBODI’, Indonesian Trust Health Journal, 2(1).
Silva, F. B. da, Nobre, M. C. and Oliviera, S. V. de (2009) ‘A Randomised
Controlled Trial Evaluating The Effect of Immersion Bath on Labour
Pain’, JMIDW, (4), pp. 286–29.
Veradiani, A. (2008) ‘Water birth, more than a trendy alterna_tive: a prospective,
observational study.’, Arch Gynecol Obstet.
Zinsser LA. (2018) ‘Lotus Birth, a holistic approach on physiological cord
clamping.’, Women and Birth.

34

Anda mungkin juga menyukai