Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GANGGUAN KENYAMANAN AKIBAT


KOMPLIKASI NIFAS DAN PENATALAKSANAANNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Obstetri


Dosen Pengampu : Seri Wahyuni, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Angelika Rahel Yulius Awun PO.62.24.2.21.142

Tanti Yusepa PO.62.24.2.2.21.175

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN REGULER XXIII-B

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, semoga
kita semua dalam keadaan sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa.
Pada kesempatan kali ini saya selaku penulis menampilkan makalah dari
hasil pengamatan dan mengumpulan data, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah baik dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Obstetri yang diberikan oleh Dosen Pengampu yaitu Ibu SERI WAHYUNI, SST,
M.Kes. Dengan adanya makalah ini juga dapat digunakan untuk bahan
pembelajaran atau pelengkap dalam materi pembelajaran mengenai Gangguan
Kenyamanan Akibat Komplikasi Nifas Dan Penatalaksanaannya.
Harapan saya selaku penulis semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
memaparkan materi lebih baik lagi.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis minta maaf jika ada
kekurangan, penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang membangun kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya selaku
penulis ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 29 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS) ....................................... 3
B. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) ....................................... 3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
Menular Seksual (PMS)........................................................................ 12
D. Dampak Penyakit Menular Seksual (PMS) .......................................... 14
E. Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) ..................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16


A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima


tingkat yaitu, kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman dan nyaman,
kebutuhan rasa cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Hirarki kebutuhan manusia
mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Kebutuhan akan
keselamatan dan kenyamanan, yang melibatkan fisik dan psikologis menjadi
tingkatan yang pertama.
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri.
Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis,
dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan
merasakan nyeri
Kenyamanan ini sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan
pemberian asuhan kebidanan untuk terpenuhinya kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) pada ibu nifas akibat terjadinya
komplikasi.
Masa nifas masih merupakan masa yang rentan untuk kesehatan ibu yang
baru melahirkan. Berbagai variasi praktek budaya mempengaruhi perawatan
ibu nifas dan bayi baru lahir. Diantara praktek budaya di masyarakat kita ada
yang menguntungkan kesehatan dan banyak juga yang sebaliknya (Ibrahim &
Asiah, 2018). Masa Nifas merupakan masa yang kritis bagi seorang ibu pasca
melahirkan. Ketidaksiapan secara fisik, psikis, mental dan spiritual dalam
menghadapi masa ini akan membuat ibu mengalami gangguan kenyamanan.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan bahwa asuhan telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan bebas dari rasa nyeri dan hipo/hipertermia (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ibu Nifas?
2. Apa makna kenyamanan ?
3. Apa kaitan kenyamanan dan gangguan kenyamanan ibu nifas?
4. Apa dampak dan faktor gangguan kenyamanan ibu nifas akibat
komplikasi?
5. Apa saja penatalaksanaan atau tindakan menanggulangi gangguan
kenyamanan ibu nifas ?

B. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian ibu nifas.
2. Menjelaskan makna kenyamanan.
3. Menjelaskan kaitan kenyamanan dan gangguan kenyamanan ibu
nifas akibat komplikasi.
4. Menjelaskan faktor dan dampak gangguan kenyamanan ibu nifas.
5. Menjelaskan penatalaksanaan atau tindakan menanggulangi
gangguan kenyamanan ibu nifas

C. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
memperluas pengetahuan dan data dasar tentang ibu nifas dengan kondisi
gangguan kenyamanan akibat komplikasi kepada penulis dan pembaca,
serta juga sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah
dampak gangguan kenyamanan pada ibu nifas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibu Nifas


Masa Nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, dimulai
setelah plasenta keluar dan terakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin,
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi sebelum hamil (Sukma, 2017).

Pelayanan ibu nifas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu selama pemulihan ibu nifas.

B. Pengertian Kenyamanan

Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau


nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015).

Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya

Dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) rasa
nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan
penampilan sehari-hari), dan kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi).

3
C. Kaitan kenyamanan dan gangguan kenyamanan ibu nifas akibat
komplikasi

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman


dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan
sosialnya (Keliat dkk., 2015). Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa
nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah,
gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan
untuk relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa
kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak
nyaman, merintih, dam takut.
Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa kritis dimulai dari 2
jam setelah kelahiran plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari ditandai
dengan berhentinya perdarahan dan sejalan dengan perubahan organ reproduksi
kembali seperti keadaan pra hamil. Persalinan dapat menyebabkan
luka di daerah perineum sehingga akan menyebabkan ketidaknyamanan
pasca partum berupa nyeri pada luka jahitan perineum.
Ketidaknyamanan pasca partum merupakan perasaan tidak nyaman
yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan (Suryandari,
2019).
Dalam proses kembalinya organ reproduksi masa nifas terdapat beberapa
keluhan yang dialami oleh ibu nifas diantaranya payudara terasa kencang dan
bengkak, kesulitan BAK, rasa tidak nyaman pada vagina dan perineum akibat
robekan jalan lahir, dan nyeri perut akibat kontraksi uterus atau nama lain
afterpains. Berbagai keluhan yang dirasakan ibu nifas sejak setelah melahirkan
keluhan yang paling sering terjadi yakni afterpains atau nyeri perut. Afterpains
merupakan rasa mulas akibat kontraksi dan relaksasi uterus dan menimbulkan
rasa nyeri. Rasa nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, ASI yang diproduksi
pada ibu menyusui menimbulkan pelepasan oksitosin yang dapat merangsang
kontraksi uterus.

D. Dampak dan faktor gangguan kenyamanan ibu nifas


Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan bahwa nakes telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah

4
kebutuhan bebas dari rasa nyeri dan hipo/hipertermia (Kasiati & Rosmalawati,
2016). Selama masa nifas ibu mengalami ketidaknyamanan nyeri sebagai
proses adaptasi tubuh terhadap peralihan dari fase persalinan ke fase nifas
dimana terjadi 2 proses penting dalam tubuh yaitu masa involusi dan laktasi.
Konsep kenyamanan mempunyai subjektifitas yang sama dengan nyeri.
Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka
menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Setiap individu memiliki
karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang
mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
(PPNI, 2016) Penyebab Gangguan Rasa Nyaman adalah:
a. Gejala atau faktor penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Gangguan stimulasi lingkungan.
d. Hilangnya keinginan/nafsu makan, beraktivitas, dan bersosialisasi
e. Efek perubahan hormonal dan emosional ( mual, muntah, lesu,
sensitif, kecemasan, dll )
f. Gangguan adaptasi pasca kehamilan dan posisi sebagai ibu.

D. Tindakan menanggulangi gangguan kenyamanan ibu nifas


Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Di dalam standar kompetensi bidan
dijelaskan bahwa bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Tujuan asuhan masa nifas :
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
2) Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu
3) Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,

Serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
spesifik bidan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

5
1) Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan perawatan kesejahteraan
wanita
2) Memberikan bantuan pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3) Memberikan bantuan dalam menyusui
4) Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua
5)Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah
6) Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi
7) Melakukan penapisan kontinu untuk komplikasi puerperium

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Masa Nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, dimulai setelah
plasenta keluar dan terakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu.
2. Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial.
3. Kenyamanan menurut Keliat : kenyamanan fisik, kenyamanan lingkungan,
dan kenyamanan sosial.
Oleh karena itu, gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik
yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress,
gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan
keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi,
merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dam takut.
4. Tindakan unruk mencegah ketidak nyamanan pada ibu nifas adanya
penanganan dan campur tangan dari keluarga, lingkungan dan ibu nifas itu
sendiri

B. Saran

Sebagai bahan masukan bagi bidan yang mana ibu nifas sangat membutuhkan
perhatian khusus karena ibu nifas sangat rentan terhadap gangguan kenyamanan masa
nifas. Selain itu, peran bidan sebagai role model dan edukator juga diperlukan dalam
hal ini masyarakat khususnya keluarga dapat mengerti bahwa kesehatan tidak hanya
dipandang dari segi fisik tetapi juga mental dan sosialnya untuk menyeimbangkan
kebutuhannya sebagai individu dan makhluk sosial.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sukarni, Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika, 2016.

Adeka Lisni, Misrawati, G. T. U. (2015). Perbandingan Efektivitas Senam Nifas


dan Pijat oksitosin Terhadap Involusi Uteri pada Ibu Post Partum. Jom,
2(2), 927–934.

Ai Yeyeh Rukiyah, L. Y. (2018). Buku Saku: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa
Nifas: Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Ibrahim, E. A., & Asiah, N. (2018). Massage Postpartum dan Status Fungsional
Ibu Pascasalin di Medan. Buletin Farmatera, 3(1), 24–32.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/buletin_farmatera/article/view/1317

Parulian, T. S., Sitompul, J., & Oktrifiana, A. N. (2016). Pengaruh Teknik


Effleurage Massage terhadap Perubahan Nyeri pada Ibu Postpartum.
Jurnal Kesehatan, 1–9.
Wulandari. S. R & Handayani S 2018 .Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas).

Walyani SE, Purwoastuti E. Asuhan kebidanan masa nifas dan


menyusui.Yogyakarta: Pustaka baru press; 2017

https://media.neliti.com/media/publications/220118-none.pdf

https://ijins.umsida.ac.id/index.php/ijins/article/view/513/383?download=pdf

https://pdfcoffee.com/kebutuhan-rasa-aman-dan-nyaman-2-pdf
free.html#Latifah+Puji+Yuliana

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43


tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan
RI
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai