Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK

IBU NIFAS PADA NY “L” DI PMB

Bd. SITTI SAMSAH, S.ST

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan


Fisiologi Ibu Nifas

OLEH :

Retno Martianingsih

PFB22024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

2023
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : RETNO MARTIANINGSIH

NIM : PFB22024

JUDUL : LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI IBU

NIFAS PADA NY “L” DI PMB Bd. SITTI SAMSAH, S.ST

MENGETAHUI

PEMBIMBING INSTITUSI

Juli Purnama Hamudi,SST.,M.Keb

NIDN : 0928078802
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu

Wata A’la yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Asuhan Kebidanan yang

berjudul “Laporan Paraktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Ibu Nifas Pada

Ny ’’L’’ Di PMB Bd. Sitti Samsah, S.ST 30 September 2023” yang

dilaksanakan sebagai bagian Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik

pada Program Studi Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Pelita Ibu.

Tidak lupa kami ucapkan syukur setinggi – tingginya dan ucapan

terimakasih yang tiada henti kami hanturkan kepada ibu Juli Purnama

Hamudi,SST.,M.Keb selaku pembimbing atas kesedianyaa berupa

waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik

moral maupun materil yang sangat berharga.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penulisan makalah yang lebih baik, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Kendari, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Tujuan..................................................................................................2

C. Manfaat................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Nifas.............................................................................4

B. Tinjauan Teori Nyeri Perut..................................................................12

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian .........................................................................................16

B. Pendokumentasian .............................................................................23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................26

B. Saran...................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

60% angka kematian ibu (AKI), terjadi pada periode ini Sesuai dengan dasar

kesehatan pada ibu nifas yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa

nifas yaitu kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan), kunjungan kedua

(6 hari setelah persalinan), kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan),

kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan). Upaya ini terbukti telah

menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai

dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam

keselamatan jiwa (Maritalia, 2017).

Nyeri merupakan sensasi ketidak nyamanan yang sering dikeluhkan

ibu post partum. Nyeri post partum dapat terjadi karena berbagai macam

sebab, antara lain: kontraksi uterus selama periode involusi uterus,

pembengkakan payudara karena proses laktasi yang belum adekuat,

perlukaan jalan lahir, dan perlukaan insisi bedah pada ibu post sectio caesarea

(SC). Nyeri dapat dirasakan pada berbagai macam tingkatan mulai dari nyeri

ringan-sedang sampai nyeri berat. Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien post

partum tergantung dari banyaknya sumber penyebab nyeri, toleransi pasien

terhadap nyeri, dan faktor psikologis dan lingkungan (Jayanti, 2022)

1
2

Nyeri berdampak sangat komplek bagi perawatan ibu post partum, antara

lain: terhambatnya mobilisasi dini, terhambatnya laktasi, terhambatnya proses

bonding attachment, perasaan lelah, kecemasan, kecewa karena

ketidaknyamanan, gangguan pola tidur, dan bahkan bila nyeri berkepanjangan

akan meningkatkan risiko post partum blues. Dampak-dampak negatif ini bila

tidak diatasi akan mempengaruhi proses pemulihan ibu post partum

(Nikmatur, 2019)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan pengkajian

kasus dengan judul “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Ibu Nifas

Ny ’’L’’ Dengan Masalah Nyeri Perut Bagian Bawah di PMB Bd. Sitti

Samsah, S.ST ”

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk melakukan pengkajian asuhan kebidanan fisiologi holistik Ibu

Nifas pada Ny “L” dengan Nyeri Perut Bagian Bawah di PMB Bd. Sitti

Samsah, S.ST

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan

objektif pada Ny “L” fisiologi ibu nifas dengan Nyeri Perut Bagian

Bawah di PMB Bd. Sitti Samsah, S.ST

b. Menginterpretasikan data klien meliputi diagnosis, masalah, dan

kebutuhan khusus pada Ny “L” dengan Nyeri Perut Bagian Bawah

di PMB Bd. Sitti Samsah, S.ST


3

c. Menyusun rencana tindakan masa nifas pada Ny “L” dengan Nyeri

Perut Bagian Bawah di PMB Bd. Sitti Samsah, S.ST

C. Manfaat

1. Bagi profesi bidan

Kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan panduan bagi

tenaga kesehatan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta

meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam melakukan

tindakan.

2. Bagi mahasiswa

Kajian ini dapat menjadikan sumber informasi dan bahan bacaan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada masa nifas

3. Bagi klien dan masyarakat

Kajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang

asuhan pada masa nifas dengan nyeri perut bagian bawah


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Nifas

1. Definisi Nifas

Menurut WHO masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam

sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6

minggu (Kemenkes, 2020)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan

pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan

pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta

penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, dan

nutrisi bagi ibu (Saifuddin, 2020).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak

hamil yang normal (Mochhtar, 2019)


5

2. Kunjungan Pada Masa Nifas

a. KF 1 : pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca salin

b. KF 2 : pada periode 3-7 hari pasca salin

c. KF 3 : pada periode 8-28 hari pasca salin

d. KF 4 : pada periode 29-42 hari pasca salin (Kemenkes, 2020)

3. Tahapan Masa Nifas

a. Periode masa nifas (berdasarkan tingkat kepulihan dan berdasarkan

tingkat kepulihan):

1) Puerperium dini merupakan masa kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial merupkan masa kepulihan menyeluruh

alatalat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna

membutuhkan waktu berminggu-minggu, bulanan, atau tahun

(Saifuddin, 2020).

4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Perubahan fisiologi pada masa nifas dapat dperhatikan sebagai berikut:

a. Perubahan Sistem Reproduksi (Saifuddin, 2020)

1) Uterus Involusi

Uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
6

decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

necrotic(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana tinggi

fundus uteri (TFU).

2) Perubahan Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai, dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri berbentuk cincin.

Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah. Setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali

tonusnya.

3) Vulva, Vagina, dan Perineum

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan

otot panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari

ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap Pada awal

masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas

berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tetapi

jarang kembali ke bentuk nullipara. Rugae mulai tampak pada

minggu ketiga. Hymen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan

kecil jaringan yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah

menjadi caruncule mirtiformis


7

b. Sistem Pencernaan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari Pasca melahirkan, ibu

sering mengalami konstipasi. Hal ini disebebkan tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

haemoroid ataupun laserasi jalan lahir

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi

yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada

postpartum kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan

fungsi ginjal. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam

waktu 12-36 jam sesudah melahirkan Namun demikian, setelah

melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan

kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum antara lain adanya odema

trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin,

diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang

terretensi dalam tubuh dan terjadi selama 2 hari setelah melahirkan


8

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah plasenta lahir.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta dilahirkan

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan naik kurang lebih

0,5°C dari keadaan normal (37,5°C-38°C) sebagai akibat kerja keras

sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali

permenit. Denyut nadi selama jam pertama setelah melahirkan

biasanya akan lebih cepat. Tetapi, setiap denyut nadi yang melebihi

100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya

kemungkinan infeksi

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah tinggi pada

masa nifas dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum,

Pernapasan pada ibu nifas umumnya lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi

istirahat.

f. Perubahan Sistem Kardioveskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penurunan estrogen menyebabkan


9

diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma

kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam

pertama setelah kelahiran bayi

g. Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen, dan

plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada

hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah (Mochtar, 2019)

5. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Anjuran pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain mengkonsumsi

tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori. Makan dengan diet

berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin. Minum sedikitnya 3

liter setiap hari, terutama setelah menyusui. Mengkonsumsi tablet zat

besi selama masa nifas. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar

dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

b. Ambulasi Dini

Lakukan ambulasi dini pada ibu nifas dua jam setelah persalinan

normal, sedangkan pada ibu nifas dengan partus sectio caesarea

ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam masa nifas setelah

ibu sebelumnya istirahat (tidur). Tahap ambulasi dini dapat dilakukan

dengan miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan
10

apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk

berjalan.

c. Kebutuhan Eliminasi

Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam masa nifas, motivasi

ibu untuk berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan

kateterisasi karena urin yang tertahan dalam kandung kemih akan

menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan

perdarahan yang berlebihan. Sebaiknya pada hari kedua nifas ibu

sudah bisa buang air besar, jika sudah hari ketiga ibu masih belum

bisa BAB, ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria

sebagai pelunak tinja. Feses yang tertahan dalam usus semakin lama

akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu

diserap oleh usus, hal ini dapat menimbulkan konstipasi pada ibu

nifas.

d. Kebersihan Diri

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan

maupun kulit anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

arah sapuan dari depan terlebih dahulu kemudian ke belakang

menggunakan sabun dan air. Sarankan ibu untuk mengganti

pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk mencuci

tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan

daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau


11

laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah

luka.

e. Istirahat Ibu

nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu dan beristirahat yang cukup

sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti.

e. Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan

agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

f. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali. Biasanya wanita tidak akan

menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya

selama meneteki. Meskipun beberapa metode KB mengandung

resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama

apabila ibu sudah haid lagi.


12

h. Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya

latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan

menjalani persalinana dengan normal dan tidak ada penyulit (masa

nifas) (Saifuddin, 2020)

h. Tinjauan Teori Nyeri/ Gangguan Masa Nifas

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

meyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda

pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang

tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya (Uliyah 2015).

Menurut Andarmoyo (2013) Nyeri akibat kontraksi uterus

(afterpains) memerlukan penanganan untuk dapat diminimalisir atau

ditekan seminim mungkin. Sebagai seorang bidan yang memberi asuhan

sayang ibu, rasa nyeri yang dirasakan ibu perlu di lakukan tindakan

intervensi, sehingga dapat menurunkan ketidaknyamanan yang ibu

rasakan dan ibu dapat merasakan nyaman.

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun

pada persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan

rasa tidak nyaman pada ibu, ibu diharapkan dapat mengatasi gangguan

ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang

dialami ibu salah satunya Afterpains/keram perut pasca melahirkan.


13

Nyeri setelah melahirkan (Afterpains) disebabkan oleh kontraksi dan

releksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus-menerus. Nyeri ini

lebih umum terjadi pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita

menyusui (Nugroho, 2017).

2. Penyebab Nyeri Pada Post Partum

Nyeri pada post partum disebabkan oleh trauma perineum selama

persalinan dan kelahiran, involusi uterus, proses pengembalian ukuran

Rahim ke ukuran semula, pembengkakan payudara, dimana alveoli

mulai terisi ASI (Mochtar, 2019)

3. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan bukan

farmakologis. Pedekakatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan

dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil

bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan

terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara

simultan (Andarmoryo 2013).

c. Farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi

farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau

pemberi layanan lainnya pada pasien. Obat-obatan tertentu untuk

penatalaksanaan nyeri mungkin diresepkan atau mungkin dipasang

untuk memberikan dosis awal. Obat-obatan yang dapat mengurangi


14

nyeri antara lain: golongan opioid (narkotik), nonopioid /NSAIDs

(Nonstteroid Anti Inflamation Drugs), analgesic, obat anastesi.

d. Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tindakan

penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku

kogniif, antara lain:

1). Massase kulit

Masase kulit memberikan efektif penurunan kecemasan dan

ketengangan otot. Rangsangan masase ini dipercaya akan

merangsang serabut berdiamter besar, sehingga mampu mem

blok atau menurunkan impuls nyeri. Masase aadalah stimulasi

kulit secara umum, di pusatkan pada punggung dan bahu atau

tempat yang nyeri dilakukan selamaa kurang waktu 10 menit

untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal.

2). Stimulasi kontralateral

Stimulasi kontralateral adalah member stimulassi pada daerah

kulit di sisi yang berlawanan dari daerah terjadinya nyeri. Tehnik

ini dapat berupa garukan pada daerah berlawanan jika terjadi

gatal dan menggososk jika terjadi kram.

3). Acupressure ( Pijat Refleksi)

Pada tehnik ini, terapis memberikan tekanan jari-jari pada

berbagai titik organ tubuh seperti pada akupuntur.


15

4). Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Tehnik ini menggunakan satu unit peralatan yang dijalankan

dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, getaran, atau mendegung pada area kulit

tertentu. TENS dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri akut

maupun kronis. TENS didugaa dapat menurunkan nyeri dengan

menstimulasi reseptor non nyeri di area yang sama denga serabut

yang menstransmisi nyeri.

5). Distraksi

Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri

ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri

berdasarkan teori bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus

nyeri, jika seseorang menerimaa input sensori yang

menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak.

6). Relaksasi

Relaksasi otot rangka dapat dipercaya dapat meenurunkan nyeri

dengan merelaksasikan ketengangan otot yang mendukung rasa

nyeri, beberapa penelitian menunjukan tehnik ini dapat

menurunkan tingkat nyeri pada ibu nifas hinga 45-55%.


BAB III

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA

NIFAS PADA NY ”L” DI RUANG NIFAS

PMB Bd. SITTI SAMSAH, S.ST

No. Register : 0140

Tgl/ Jam masuk : 30-09-2023/ pukul 06.00 Wita

Tgl./ Jam Pengkajian : 30-09-2023/ pukul 09.00 Wita

Nama Pengkaji : Retno Martianingsih

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

A. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny. “L” / Tn. “R”

Umur : 21 Tahun / 23 Tahun

Suku : Bugis / Muna

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : Mahasiswa / Wiraswasta

Alamat : Lrg. Pelangi

Lama menikah : ± 1 tahun

No HP : 0852 3184 3328

16
17

B. DATA BIOLOGIS

Seorang perempuan usia 21 tahun, melahirkan anak pertama pada tanggal

30 September 2023, pukul 03.45 Wita di ruang bersalin PMB Bd. Sitti Samsah,

S.ST dengan keluhan masalah nyeri perut bagian bawah

a. Riwayat keluhan utama

1. Timbul Sejak : Setelah bersalin

2. Sifat Keluhan : Hilang timbul

3. Lokasi Keluhan : Area perut bagian bawah

b. Riwayat Obstetrik

1. Riwayat haid

a) Menarche : 13 tahun

b) Lamanya : 5-6 Hari

c) Banyaknya : 3- 4 x ganti pembalut

d) Diasminorea : Tidak Ada

d. Riwayat ginekologi

Ibu mengatakan tidak ada riwayat ginekologi seperti Infertilitas, Tumor,

penyakit yang berhubungan demngan sistem reproduksi maupun riwayat

oprasi.

e. Riwayat Penyakit Yang Lalu

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang lalu dan tidak ada riwayat

penyakit turunan seperti Asma, TBC, Jantung dan Hepatitis B dan

Hipertensi
18

f. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari

1. Pola Nutrisi

a) Kebiasaan

1) Frekuensi makan : 3x sehari

2) Frekuensi minum : 6-7 gelas/hari

3) Pantang makan : Tidak ada

b) Selama masa nifas : Ibu baru makan sebanyak 1x dan minum

sebanyak 4x

2. Pola Eliminasi

a) BAK

1) Kebiasaan

(a) frekuensi : 6-7x sehari

: Jernih kekuningan/ khas


(b) Warna/bau
amoniak

(c) Masalah : Tidak ada

2) Selama masa nifas : Ibu sudah BAK sebanyak 1x

b) BAB

1) Kebiasaan

(a) Frekuensi : 1-2 x sehari

(b) Warna/konsistensi : Lunak

(c) Masalah : Tidak ada


19

2) selama masa nifas : Ibu belum BAB

3. Pola tidur

a) Kebiasaan

1 Istirahat / tidur siang : ±2 jam ( pukul 14.00 -15. 00 wita)

2 Istirahat / tidur malam : ± 8 jam ( pukul 21.00 - 05.00 wita)

b) Selama Masa Nifas : Ibu sudah tertidur

4. Personal Hygiene

a) Kebiasaan

1) Mandi 2x sehari pagi dan sore menggunakan sabun mandi

2) Rambut dikeramas 4x seminggu dengan menggunakan shampo

3) Gigi dibersihkan 2x sehari yaitu sesudah makan dan sebelum

tidur

4) Selalu mencuci tangan ketika menyentuh makanan

5) Pakaian diganti setiap kali kotor dan sesudah mandi

6) Pakaian dalam diganti setiap mandi atau setiap lembab

7) Genitalia dibersihkan setelah BAK dan BAB serta setelah Mandi

b) Perubahan setelah persalinan : Ibu belum mandi setelah persalinan

C. Dukungan Sosial

Suami : Sangat senang atas kelahiran bayinya.

Keluarga : Sangat senang dan mendukung pemulihan kondisi ibu


20

D. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum ibu : Baik

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2) Nadi : 82x/menit

3) Pernapasan : 22x/menit

4) Suhu : 36,8 0C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Rambut tampak lurus, panjang, hitam, tampak rontok, ada ketombe,

kusut dan tidak ada oedema.

b. Wajah

Ekspresi wajah tampak tenang, tidak ada Cloasma gravidarum, dan tidak

ada oedema pada wajah

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterus, dan

tampak pengeluaran sekret.

d. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada

epitaksis, dan tidak ada pengeluaran sekret.


21

e. Mulut

Bibir terlihat kering, tidak ada sariawan, terdapat gigi yang tanggal, gigi

tampak bersih

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna,

tidak ada

pengeluaran sekret, dan pendengaran normal/jelas.

g. Leher

Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan adanya pelebaran

vena jugularis, dan tidak terdapat massa pada leher

h. Payudara

Tidak simetris kiri dan kanan, puting susu tampak menonjol, tampak

hiperpigmentasi pada areola mammae, ada pengeluaran Kolostrum

i. Abdomen

1) Inspeksi:

Tidak ada luka bekas operasi, dan terdapat linea nigra

2) Palpasi:

Teraba bundar dan keras, TFU 2 jari bawah pusat dan kontraksi

uterus baik

j. Genetalia

1. Pengeluaran : Lochea rubra

2. Odema vulva : (-)

3. Infeksi : (-)
22

k. Anus

Tidak ada hemoroid

l. Ekstremitas atas dan bawah

Kaki dan tangan simetris tangan kiri dan kanan, warna kuku merah

muda, tidak ada oedema, tidak ada varises


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI

HOLISTIK NIFAS PADA NY ”L” DI RUANG NIFAS

PMB Bd. SITTI SAMSAH, S.ST

No. Register : 0140

Tgl/ Jam masuk : 30-09-2023/ pukul 06.00 Wita

Tgl./ Jam Pengkajian : 30-09-2023/ pukul 09.00 Wita

Nama Pengkaji : Retno Martianingsih

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Identitas Istri / Suami

Nama : Ny. “L” / Tn. “R”

Umur : 21 Tahun / 23 Tahun

Suku : Bugis / Muna

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : Mahasiswa / Wiraswasta

Alamat : Lrg. Pelangi

Lama menikah: ± 1 tahun

No HP : 0852 3184 3328

23
SUBJEKTIF (S)

Seorang perempuan usia 21 tahun, melahirkan anak pertama pada tanggal

30 September 2023, pukul 03.45 Wita di ruang bersalin PMB Bd. Sitti Samsah,

S.ST dengan keluhan masalah nyeri perut bagian bawah

OBJEKTIF (O)
Keadaan umum Ibu baik, tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi: 82 x/menit, Suhu:

36,8 0 C, pernapasan: 22 x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, teraba bundar dan

keras, kontraksi uterus baik, terdapat pengeluaran lochea rubra. Pada pemeriksaan

fisik tidak terdapat kelainan.

ASSESMENT (A)
PIA0, 6 jam Post Partum dengan Masalah Nyeri Perut Bagian Bawah

PLANNING (P)

Tanggal : 30-09-2023 Jam : 09. 30 Wita

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhannya merupakan hal yang normal pada ibu

nifas

3. Memberikan health education (HE) tentang:


a. Makanan bergizi
b. Istirahat yang cukup
c. Personal hygiene
d. Mengompres air hangat
e. Mobilisasi dini
f. Asi eksklusif
g. Tehnik menyusui yang baik dan benar
h. Perawatan tali pusat bayi

24
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan

Amoxilin (3 x sehari), Tablet Fe (1x sehari), (Vitamin A 200.000 unit (1 x

sehari), Asam mefenamat (3x sehari)

5. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

25
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan

harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,

yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi

dan penyakit yang mungkin terjadi akibat rupture perineum, serta penyediaan

pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, dan nutrisi bagi ibu

Asuhan kebidanan pada Ny “L” dilakukan berdasarkan pengkajian data

dasar dan data objektif sehingga penanganan yang diberikan sesuai dengan

masalah pasien dan sesuai dengan kewenangan bidan

B. Saran

1. Bagi Profesi Bidan

Diharapkan dapat menjadi panduan dan masukan pagi tenaga profesi

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta meningkatkan

profesinalisme tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan sesuai

dengan masalah yang di alami klien.

2. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan laporan ini dapat menjadi sumber untuk

menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang asuhan

kebidanan pada masa nifas.

26
3. Bagi klien dan masyarakat

Disarankan kepada klien dan masyarakat terutama ibu hamil yang akan

melakukan persalinan hendaknya selalu memperhatikan kebutuhan gizi,

pola istirahat selama masa kehamilannya agar tidak ada komplikasi

lanjutan terutama pada masa bersalin dan nifas. Melakukan aktifitas fisik

ringan seperti yoga atau jalan santai dipagi hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

Andamoryo, Sulistyo.2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta.Ar-Ruzz media.2013.
Jayanti.N. Senditya.2022. Asuhan Komplementer Tatalaksana Afterpain pada Ibu
Postpartum : Literature Review. ORIGINAL ARTICLE | Jurnal MID-Z
(Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan (May 2022), Volume 5, Nomor 1
Kemenkes RI, (2020) Pedoman Pelayanan Antenatal Persalinan, Nifas, Dan Bayi
Baru Lahir.Jakarta.Kemenkes RI
Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nikmatur, (2019).Manajemen Nyeri Non Invasive Pada Ibu Post Partum Dengan
Pendekatan Evidence Based Practice.Jember.Jurnal Kesehatan
Nugroho, T., dkk. (2017). Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3).
Yogyakarta: Nuha Medika
Saifuddin (2020). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Uliyah, (2015). perawatan Dan Proses tatalaksana Nyeri. Yogyakarta.Ar-Ruzz
media.2015.

28

Anda mungkin juga menyukai