Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGIS PADA NY.A


USIA 25 TAHUN P1A0 HARI KE-1 DI KLINIK KUSUMA
SAMARINDA TAHUN 2023

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh :
Kesya Meri Yasima
22082053

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUDASA SAMARINDA
2023

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Kebidanan pada Persalinan di Klinik Kusuma Kota Samarinda. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan pada Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widya Astutik S.ST., M. Keb
selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
bimbingan praktik profesi bidan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Henny Hermayunita A.Md Keb selaku Pembimbing Lahan yang telah meluangkan
waktu dan tenaga selama praktik di Klinik Kusuma Kota Samarinda.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Samarinda,19 Oktober 2023

3
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN..........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................3
C. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Nifas...................................................................................................5
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Dasar .................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................….39
BAB V PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................42
B. Saran...........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan ibu nifas menjadi prioritas utama pemerintah (Kemenkes RI, 2019;
Hal 112). Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3x sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada 6 jam-3 hari pasca persalinan, pada 4-28 hari pasca
persalinan, 29-42 hari pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari 6 jam pertama
pasca persalinan hingga 42 hari pasca persalinan (Kemenkes RI, 2019; Hal 112).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi
pada 24 jam pertama setelah persalinan. Kematian pada masa nifas disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas dan masalah infeksi merupakan masalah yang
menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2019 hal; 95).
Salah satu masalah yang sering dihadapi pada masa nifas adalah nyeri.
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu.
Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu diantaranya adalah after pains (kram perut),
yang disebabkan karena kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada uterus,
pembengkakan payudara, nyeri perineum, konstipasi, hemoroid, dan diuresis
(Suherni, 2020; p. 122-123) dan nyeri perineum akibat adanya laserasi perineum
merupakan kasus paling banyak terjadi pada ibu nifas karena adanya tindakan
penjahitan jalan lahir dan menurut Oxorn (2020; hal 451). Laserasi perineum adalah
laserasi obstetrik yang terjadi pada daerah perineum akibat ketidakmampuan otot
dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi lahirnya fetus.
Nyeri sendiri didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan yang
dimanifestasikan sebagai suatu penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi yang
nyata, ancaman, dan fantasi luka (Zakiyah, 2021;p.5), dan nyeri karena laserasi
perineum dapat terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain associate
with actual tissue damage). Nyeri yang demikian dinamakan nyeri akut yang dapat

5
menghilang seiring dengan penyembuhan jaringan dan nyeri yang demikian sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Zakiyah, 2021; p. 6).
Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk tertarik
melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan focus antisipasi
komplikasi pada masa nifas dan nyeri luka perineum di Klinik Kusuma Kota
Samarinda .
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis dapat melaksanakan pengelolaan asuhan kebidanan pada ibu
nifas fisiologis dengan fokus antisipasi komplikasi pada masa nifas di Klinik
Kusuma Samarinda.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji ibu nifas fisiologis
dengan fokus antisipasi komplikasi pada masa nifas di klinik kusuma
Samarinda.
b. Menggambarkan kemampuan penulis dalam merumuskan diagnosa
kebidanan dan rencana tindakan pada nifas fisiologis dengan fokus
antisipasi komplikasi pada masa nifas di klinik kusuma Samarinda.
c. Menggambarkan kemampuan penulis dalam melaksanakan tindakan pada
ibu nifas fisiologis dengan fokus antisipasi komplikasi pada masa nifas di
klinik kusuma Samarinda
d. Menggambarkan kemampuan penulis dalam melakukan evaluasi asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan fokus antisipasi komplikasi
pada masa nifas di Klinik Kusuma Samarinda.
C. Manfaat
1. Bagi Klinik Kusuma
Penyusunan laporan pendahuluan ini bisa di jadikan sebagai bahan
masukan bagi klinik untuk mengetahui tentang pelaksanaan pemberian Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan fokus antisipasi komplikasi masa
nifas sehingga dapat sebagai referensi dalam melakukan pengelolaan bagi tim
kesehatan yang ada terutama bidan.

6
2. Bagi ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam meningkatkan
pengetahuan khususnya dalam pelaksanaan pemberian asuhan kebidanan pada
ibu nifas fisiologis dengan fokus antisipasi komplikasi pada masa nifas.
3. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu bagi pasien tentang
bagaimana cara mengantisipasi komplikasi pada masa nifas sehingga dapat
mengurangi perdarahan dan angka kesakitan pada masa post partum.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Puerpurium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal (Ambarwati dan Wulandari, 2019; p. 1), sedangkan menurut Suherni
Dkk (2020; p.1) masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
2. Periode masa nifas
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir samapi dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu (Saleha,
2019).
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini perawat memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui denagn
baik (Saleha, 2019).
c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2019).

8
3. Perubahan pada masa nifas
a. Perubahan pada sistem reproduksi
1) Uterus
a) Proses Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
kembalinya uterus keadaan sebelum hamil. Proses involusi
merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas,
disamping proses laktasi. Uterus ibu yang baru melahirkan masih
membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari
di bawah pusat, sedangkan beratnya lebih kurang 1 kilogram. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam dinding rahim
mengalir dalam pembuluhpembuluh darah yang membesar.
Sampai hari kedua, uterus masih membesar dan setelah itu
berangsur-angsur menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus uteri
waktu nifas (sesudah buang air kecil). Pada hari ke tiga, kira-kira
2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari kelima, pada pertengahan antara
pusat dan simphysis. Hari ketujuh, kira-kira 2 atau 3 jari diatas
simphysis, dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut
dari luar tidak teraba lagi. Semuanya disebabkan karena
pemberian darah didalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga
otot-otot menjadi kecil (Maryunani, 2019; hal 6-7).
b) Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah
bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontraksi uterus
yang meningkat setelah bayi keluar, ini menyebabkan iskemia
pada lokasi perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi
nekrosis dan lepas (Maryunani, 2019; hal 9). Hemostatis setelah
persalinan dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intrametrium, bukan karena agregasi trombosit dan pembentukan

9
bekuan kelenjar hipofisis ikut serta mengeluarkan hormone
oksigen yang memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis yang
dapat mengurangi perdarahan. Upaya untuk mempertahankan
kontraksi uterus selama masa awal nifas ini penting sekali, maka
biasanya suntikan oksitosin secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir (Maryunani, 2019; hal 9).
c) Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu
mengalami kram/mulas pada abdomen yang berlangsung
sebentar, mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi,
keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan oleh karena
kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan
jaringan yang terkumpul didalam uterus (Maryunani, 2019; hal
10).
d) Lokia
Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama
masa nifas. Lokia mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada vagina
normal. (Maryunani, 2019; hal 11).
Tiga jenis lokia sesuai dengan warnanya adalah sebagai berikut :
1.1 Lokia rubra atau kruenta (merah)
Merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa
penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman
plasenta (selaput ketuban), berbau amis. Lokia rubra
berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3
atau ke-4.
2.1 Lokia serosa
Lokia ini mengandung cairan darah dengan jumlah
darah yang lebih sedikit dan lebih banyak mengandung
serum dan lekosit. Serta robekan atau laserasi plasenta.

10
Lokia serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan
dan keluar dari hari ke-5 sampai ke-9 berikutnya.
3.1 Lokia alba (putih)
Lokia alba terdiri dari lekosit, lendir leher rahim
(serviks), dan jaringan-jaringan mati yang lepas dalam
proses penyembuhan. Lokia alba berwarna lebih pucat,
putih kekuning-kuningan dan keluar selama 2-3 minggu.
2) Serviks Uteri
Involusi serviks dan segmen bawah uterus atau eksterna setelah
persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil.
Muara serviks eksterna atau katalis servikalis tidak akan berbentuk
lingkaran seperti sebelum melahirkan (pada multipara), tetapi terlihat
memanjang seperti celah atau garis horizontal agak lebar, sering
disebut mulut ikan atau porous serviks (Maryunani, 2019; hal 13-14).
Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan, dalam
waktu sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks memendek dengan
konsistensi lebih padat dan kembali ke bentuk semula dalam masa
involusi (Maryunani, 2019; hal 14).
3) Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8
setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke-3
atau ke-4. Estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam
penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali
(Maryunani, 2019; hal 14).
4) Perineum
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah
melahirkan, perineum menjadi agak bengkak atau edema atau memar
dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu
sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Proses penyembuhan

11
luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Penyembuhan luka
biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan (Maryunani,
2019; hal 14-15).
b. Perubahan dalam sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler akan kembali normal (pada nilai sebelum
kehamilan) dalam waktu 2 minggu pasca persalinan. Pada 24 jam pertama
terjadi “hypervolemic state” akibat adanya pergeseran cairan
ekstravaskular kedalam ruang intravascular. Volume darah dan plasma
normal kembali pada minggu kedua, sampai pada 10 hari pertama pasca
persalinan, peningkatan faktor pembekuan dalam kehamilan akan menetap
dan diimbangi dengan kenaikan aktivitas fibrinolysis (Hutahaean, 2021;
hal 110).
c. Perubahan dalam sistem kemih dan saluran kemih
Wanita yang pasca persalinan mengalami suatu peningkatan kapasitas
kandung kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang
terjadi selama proses melahirkan. Dinding kemih dapat mengalami
hyperemesis dan edema yang disertai dengan hemoraghi pada daerah-
daerah kecil. Uretra dan meatus urinarius juga bisa mengalami edema
(Maryunani, 2019; hal 17-18).
Peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, trauma akibat
kelahiran, dan efek konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural
pada kandung kemih menyebabkan keinginan berkemih menurun dan lebih
rentan untuk menimbulkan distensi kandung kemih, kesulitan buang air
kecil dan terjadinya infeksi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang
timbul segera setelah ibu melahirkan dapat menyebabkan perdarahan
berlebihan karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi
dengan baik. Statis urinaria juga meningkatkan terjadinya infeksi pada
saluran kemih. Kandung kemih yang penuh bisa juga meningkatkan
kecenderungan ke arah relaksasi uterus dengan memindahkan atau
mempengaruhi letak uterus dan mengganggu kontraktilitas, yang semua itu
bisa menimbulkan perdarahan (Maryunani, 2019; hal 18).

12
d. Perubahan dalam sistem endokrin
Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala
IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta. Menurut Maryunani (2009;
hal 19-20) Selama periode postpartum, terjadi perubahan hormon yang
besar. Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi (hormon
estrogen dan progesteron) kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum
produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu pertama postpartum.
Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan adanya penambahan sistem
vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan hormon-
hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh
apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah
melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi,
seperti sebelum hamil.
e. Perubahan dalam sistem Gastrointestinal
Penggunaan tenaga pada kala pertama persalinan, menurunkan tonus
otot-otot abdomen yang juga merupakan faktor predisposisi terjadinya
konstipasi pada ibu pasca melahirkan. Fungsi besar akan kembali normal
pada akhir minggu pertama dimana nafsu makan mulai bertambah dan rasa
tidak nyaman pada perineum sudah menurun (Maryunani, 2019; hal 20).
f. Perubahan dinding Abdomen dan perut
Abdomen tampak menonjol keluar pada hari pertama sesudah
melahirkan, 2 minggu pertama melahirkan dinding abdomen mengalami
relaksasi dan kurang lebih 6 minggu setelah melahirkan, keadaan abdomen
seperti sebelum hamil. Kembalinya tonus otot ini tergantung pada tonus
otot sebelumnya (senam dan jumlah jaringan lemak) (Maryunani, 2019;
hal 22).
g. Perubahan sistem integumen
Peningkatan aktivitas melanin pada kehamilan yang menyebabkan
hiperpigmentasi pada putting susu, areola, dan linea nigra secara
berangsur-angsur menurun setelah melahirkan. Meskipun perubahan warna

13
menjadi lebih gelap pada area-area ini menurun, namun warna tidak bisa
kembali total seperti sebelum hamil. Kloasma gravidarum yang timbul
pada masa hamil biasanya tidak akan terlihat pada kehamilan, namun
hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin belum menghilang
sempurna sesudah melahirkan. Rambut halus yang tumbuh lebat pada
waktu hamil pada sebagian ibu biasanya akan menghilang setelah ibu
melahirkan, naum rambut kasar yang timbul selama hamil akan menetap
(Maryunani, 2021; hal 23-24).
h. Perubahan sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke
belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat
diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan
posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2020; hal 59).
i. Perubahan sistem Neurologis
Setelah melahirkan, terdapat perubahan neurologis yang merupakan
kebalikan dari perubahan neurologis yang terjadi selama hamil. Rasa tidak
nyaman neurologis yang disebabkan karena kompresi atau tekanan syaraf
menghilang setelah tekanan mekanik dari uterus yang membesar dan
tekanan dari retensi cairan menghilang. Rasa baal pada paha yang
disebabkan karena kompresi persyarafan terdapat dinding-dinding panggul
atau ligament inguinalis selama hamil menghilang.
Rasa baal dan kesemutan (tingling) secara periodic pada jari yang
dialami 5% ibu hamil sebagai akibat dari traksi pleksus trakhialis biasanya
juga menghilang setelah bayi lahir. Eliminasi edema fisiologis dan
perubahan-perubahan fisiologis yang kebalikan selama masa hamil pada
fascia, tenden dan jaringan penyambung mengurangi tekanan pada syaraf
median dan menghilangkan sindroma carpal tunnel (Nyeri, baal dan
kesemutan pada tangan dan jari-jari) (Maryunani, 2021; hal 25).
j. Perubahan psikologis dalam masa nifas

14
Menurut Suherni (2019; hal 85-90), proses adaptasi psikologi pada
seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami
perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi.
Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih
atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi
yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang
lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan
positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut :
1) Fase talking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu
pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur
dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal
tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah
tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan
baik.
2) Fase talking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10
harisetelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

15
bayi.Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan
yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah
mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang benar, cara
merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan
diri dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat
merawat bayinya.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGIS PADA NY.A
USIA 25 TAHUN P1A0 HARI KE-1 DI KLINIK KUSUMA
SAMARINDA TAHUN 2023
Tanggal Pengkajian : 23 Oktober 2023
Jam : 16:40 WITA
Tempat Pengkajian : Ruang Perawatan Klinik Kusuma
Nama Mahasiswa : Kesya Meri Yasima

Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny.A Tn. T
Umur : 25 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Banjar Bugis
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Swasta
Alamat : Jl.Gerilya
No. Telpon/Hp: 0813 45xx xxxx
Data Subjektif
1. Alasan masuk ruangan
Post pasrtum
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan masih merasa mules
3. Pengeluaran pervaginam
±200 cc

17
4. Riwayat kehamilan

Hamil Persalinan Nifas


ke
Tgl Umur Jenis penolong Komplikasi Jenis Bb lahir laktasi komplikasi
lahir kehamilan persalinan kelamin
1 Hamil ini

5. Riwayat kontrasepsi

No Jenis kontrasepsi Mulai Memakai Berhenti / Ganti cara


1 Tidak ada

6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistematik yang pernah di derita/sedang di derita
Tidak ada
b. Riwayat penyakit keluarga yang pernah di derita
Tidak ada
7. Keadaan psikososio spiritual
a. Kelahiran ini : Diinginkan √ tidak diinginkan
b. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayinya
Ibu merasa bahagia dengan kelahirannya saat ini
c. Tinggal serumah dengan suami
d. Orang terdekat ibu orang tua
e. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya
keluarga merasa sangta senang dengan kelahiran cucu pertamanya
f. Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi
Ibu baru pertama kali mengalami masa nifas dan merawat bayi
g. Rencana perawatan bayi
Selama perawatan bayi akan dibantu
8. Riwayat post partum
Ambulasi : pasien sudah jalan dan sudah ke kamar mandi untuk BAK
Pola makan : makan 3x sehari (nasi, lauk, sayur, dan buah)

18
Pola tidur : 5 jam malam hari, 1 jam siang hari
Pola eleminasi
a. BAB : 1x konsistensi lunak warna kuning lembek
b. BAK : 4-5x sehari
Pengalaman menyusui tidak pernah
Pengalaman waktu melahirkan belum pernah
Pendapat ibu tentang bayinya senang dengan kelahiran saat ini
Lokasi ketida knyamanan : perut dan perineum
Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum Baik kesadaran Composmentis
b. Status emosional : stabil
c. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 78x/m
Pernapasan : 18x/m
Suhu : 36,3˚C
d. BB/TB : 55 kg/159cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah : tidak ada oedem pada wajah
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, tidak ikterik
Mulut : simetris, bersih, tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada pembesaran dan pembengkakan kelenjar tyroid
f. Payudara
Bentuk : simetris, menonjol
Benjolan : tidak ada benjolan pada payudara
Puting susu : menonjol, bersih, simeteris
Pengeluaran : tampak pengeluaran asi sedikit
Keluhan : tidak ada keluhan
g. Abdomen
Dinding perut : tampak linea nigra

19
Bekas luka : ada bekas luka operasi tertutup kassa steril, tidak ada
rembesan
TFU : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih: kosong
h. Ekstrmitas
Edema : tidak ada oedem, simetris
Varices : tidak ada oedem, simetris
Reflek patela : +/+
Kuku : bersih, pendek,
i. Genetali luar
Udem : tidak ada oedem
Varices : tidak ada varises
Perenium : tidak ada luka pada jalan lahir
Jahitan : tidak ada jahitan jalan lahir
Pengeluaran lokhea : (merah segar, bau darah anyir, 100cc )
j. Anus : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,2 gr/dl
HIV : Non reaktif
HbsAG : Non reaktif
Antigen : Negatif
Assessment
1. Diagnosis kebidanan
P1A0 Post partum a/i persalinan normal
2. Masalah
Nyeri
3. Kebutuhan
Teknik relaksasi
Personal hygiene
Pemberian antinyeri dan vitamin

20
4. Diagnosis potensial
Tidak ada
5. Masalah potensial
Tidak ada
6. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
Menganjurkan teknik relaksasi
Menganjurkan mobilisasi
Memberikan antinyeri
b. Kolaborasi
Tidak dilakukan
c. Merujuk
Tidak dilakukan
Planning
Tanggal : 23 Oktober 2023
Pukul : 16:45
Pengkaji : Kesya Meri Yasima
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan TTV ibu dalam batas normal
E / hasil TD : 110/70 mmHg N: 78x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36,3℃ ibu dan
suami telah mengetahui hasi pemeriksaannya
2. Meminta ijin kepada ibu untuk dilakukan pemeriksaan kontraksi rahim dan TFU
E / ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan
3. Memeriksa perdarahan pada ibu
E / hasil pemeriksaan lochea rubra sebanyak 15cc
4. Memeriksa kandung kemih ibu
E / kandung teraba kemih kosong
5. Memeriksa tinggi fundus ibu dan konsistensi uterus
E / hasil pemeriksaan TFU teraba 1 jari di bawah pusat dan uterus teraba keras
6. Menjelaskan pada ibu dan suami bahwa pemeriksaan uterus jika teraba keras maka
uterus berkontraksi dengan baik dan normal
E / ibu dan suami paham denga napa yang di jelaskan oleh bidan

21
7. Mengajarkannkepada ibu dan suami cara massage uterus
E / ibu dan suami paham dan bisa melakukan massage uterus
8. Melakukan pendokumentasian yang telah dilakukan
E / pendokumentasian telah dilakukan

22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang ada pada pengelolaan kasus melalui asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pengkaji pada tanggal 23 Oktober 2023. Meliputi asuhan tahapan pada
asuhan kebidanan yaitu pengkajian, Analisa data, perencanaan, implementasi sampai
dengan evaluasi sebagai berikut :
1. Pengkajian
Ny.A dalam masa nifas hari-1 usia 25 tahun, beragama islam, Alamat di
Jl.Gerilya, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Peneliti melakukan pengkajian yang
meliputi keluhan utama pasien. Keluhan yang dirasakan pasien saat ini masih terasa
mules dan terdapat pengeluaran darah ±15-30 cc. hal ini sesuai dengan teori Mulati
(2020) mengatakan 2 jam postpartum ibu masih merasakan mules karena kontraksi
pada uterus unttu mengembalikan uterus pada keadaan semula.
Pada pengkajian Riwayat KB pasien mengatakan belum mempunyai rencana
untuk menggunakan KB kembali. Menurut Anggraeni (2021) KB pasca persalinan
adalah penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan. Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk
kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat,
resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidaktersidaan kontrasepsi. Secara demografis,
fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang ditunjukkan dengan banyaknya bayi
lahir hidup. Menurut Anggraeni (2021) konsep mengenai pasca persalinan bukanlah
hal yang baru, akan tetapi tidak banyak perhatian yang diberikan pada masa yang
penting dari kehidupan wanita. Pada saat ini perhatian dari pengelola program
kesehatan, penyedia jasa pelayanan kesehatan dan pembuat kebijakan semakin
meningkat karena menyadari akan tingginya efektivitas dan keberhasilan program
keluarga berencana jika pengenalan kontrasepsi dilakukan pada saat pasca
persalinan.
Dalam rangka menurunkan resiko terhadap ibu dan luaran bayi, WHO pada
tahun 2020 merekomendasikan jarak kehamilan yang optimal untuk dapat
memberikan peluang bagi ibu untuk memulihkan kesehatannya. Pentingnya

23
perempuan untuk dapat memberikan kesempatan pemulihan kesehatan perlu
didukung oleh keluarga dan lingkungannya. sebagai salah 87 satu hak dalam
CEDAW karena selama ini dianggap kehamilan merupakan urusan perempuan, serta
rendahnya peran suami dalam mendukung istri untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu. Hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan ibu tentang tanda bahaya
saat kehamilan, persalinan dan nifas, rendahnya peran ibu dalam mengambil
keputusan bagi kesehatan dan keselamatan dirinya (pemilihan metode kontrasepsi,
jumlah persalinan oleh dukun masih tinggi) serta masalah kesehatan.
Pada pengkajian eliminasi klien mengatakan belum BAB semenjak persalinan
dan masih takut untuk mengejan. Hal ini sesuai dengan Maritalia (2022) yang
mengatakan buang air besar biasanya mengalami perubahan paha 1-3 hari pertama
postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama persalinan.
Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta
dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/perineum setiap kali akan
BAB juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-faktor tersebut sering
menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama.
Pada pengkajian nutrisi Ny.S mengatakan setelah melahirkan tidak memiliki
pantangan makanan. Menurut Munawaroh (2020) orang tua zaman dulu mengatakan
bahwa dalam masa nifas dilarang memakan ikan karena makanan tersebut hanya
akan menyebabkan darah nifas berbau busuk, tidak cepat kering dan melemahnya
daya tahan tubuh baik fisik maupun mental serta menyebabkan gatal pada kulit.
Menurut Reiza (2018) bagi ibu nifas, terdapat pantangan atau mitos yang sulit diubah
walaupun tidak rasional, ibu nifas dilarang makan ikan, telur dan daging. supaya
jahitan lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya, ibu nifas
sangat memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk membantu penyembuhan
luka. Bila asupan protein tidak cukup, penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi
terinfeksi. Contoh lainnya adalah kepercayaan ibu yang menolak minum banyak
setelah melahirkan karena khawatir luka jalan lahir basah sehingga proses
penyembuhan semakin lama. Padahal, seorang ibu sangat membutuhkan cairan yang
cukup selama nifas.

24
Pada pemeriksaan fisik uterus Ny.A, tinggi fundus uteri klien teraba di
pertengahan pusat dengan simpisis. Hal ini sesuai dengan teori walyani (2020)
mengatakan satu hari postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan
simpisis. Pada pengkajian Ny.A mengatakan sisasisa darah yang keluar dari vagina
masih berwarna merah segar hal ini sesuai dengan teori walyani (2020) mengatakan
lochea rubra timbul pada hari ke 1 sampai dengan hari ke 3 postpartum terdiri dari
darah bercampur lendir dan warna merah segar.
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap Ny.A dapat disimpulkan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik dengan kondisi yang dialami oleh Ny.A yang
mengalami masa nifas.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan ibu postpartum pada Ny.A berupa
pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan data penunjang untuk
memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk mengetahui diagnosa pada
pasien dan penatalaksanaan yang telah diberikan, tanggal 23 Oktober 2023. maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data subjektif yang diperoleh pada pengkajian pada Ny.A menggambarkan
keadaan umum dan keluhan post partum fisiologis.
2. Data objektif yang diperoleh pada pengkajian Ny.A menggambarkan keadaan
umum ibu baik serta sesuai dengan perubahan fisiologis pada ibu post partum.
3. Analisa yang ditegakkan adalah Ny.A usia 25 tahun P1A0 postpartum 1 hari,
keadaan ibu baik.
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny.A sesuai
kewenangan bidan dengan memberi asuhan yang telah dilaksanakan sesuai teori,
memberikan motivasi dan konseling yang berkelanjutan terhadap keluhan ibu
selama masa postpartum
B. Saran
1. Bagi ibu masa nifas
Bagi ibu masa nifas agar mengkonsumsi makanan tinggi serat untuk
mengurangi konstipasi, melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan, serta melakukan perawatan luka perineum dengan benar
untuk mencegah terjadinya infeksi pada perineum.
2. Bagi Klinik
Bagi Klinik agar lebih menerapkan asuhan kebudanan pada ibu masa nifas .
3. Bagi prodi Kebidanan
Bagi prodi kebidanan agar dapat menambah referensi bagi mahasiswa kebidanan

26
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, E.L. 2019. Kematian Maternan dan Neonata di Indonesia. Diakses dari
www.kemkes.go.id. diakses tanggal 18 Desember 2020.

Agustina, P.S, Putra, N.S dan Yeni, N. 2013. Efektivitas Ambulasi Dini Pada Percepatan
Pola Buang Air Besar Pada Ibu Nifas Di Ruang Sakura Rsud Dr.Soedomo
Trenggalek. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/236504-
efektivitas-ambulasidini-pada-percepata-8ecbb5f4.pdf, diakses tanggal 12 April
2021.

Andriana, A dan Armi. 2019. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Mengkonsumsi


Minuman Berkafein Pada Perawat Yang Bekerja Shift Malam Di Rumah Sakit
Sentra Medika Cibinong Tahun 2018. Diakses dari
http://ecampus.imds.ac.id/xmlui/handle/123456789/462, diakses tanggal 13 April
2021.

Ardhiyanti,Y. 2017. Hubungan Konsumsi Buah Pepaya dengan Kejadian Konstipasi


pada Ibu Hamil di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru. Diakses dari https://e-
journal.upp.ac.id/index.php?journal=index&page=install, diakses tanggal 12 April
2021.

Cahyaningsih, A.W. 2016. Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di UPT Wredha Budi Dharma Ponggalan Giwangan Umbulharjo
Yogyakarta.
.
Diani, A. 2020. Pentingnya Perawatan Selama Masa Nifas. Diakses dari
kenalpengetahuan.fk.ugm.ac.id, tanggal 13 Desember 2020.

Digilib.unimus.ac.id. 2017. Masa Nifas. Diakses dari


http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-sumiatinim-6550- 3-
babii.pdf, diakses tanggal 18 Desember 2020.

Djami, M.E.U. 2018. Konsep dasar nifas, laktasi, dan menyusui. diakses dari
akbidbinahusada.ac.id, diakses tanggal 12 Desember 2020.

Handayani, R.P. 2016. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny.T Umur 28


Tahun dengan Partus Lama di Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta. Diakses dari
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1815/3/BAB%20I.pdf, diakses tanggal 11
Desember 2020.

Herlina. 2018. Hubungan Teknik Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka Perinium
Pada Ibu Post Partum. Jurnal kebidanan. Vol 4 (No 1). 5-10.

Indriyani, R dan Salat, S.Y.S. 2019. Pengaruh Stres Post Partum Terhadap
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui Di Desa Matanair. Jurnal ilmu
kesehatan. Vol 4 (No 1). 33-37.

27
Juliaan, F dan Anggareni, M. 2015. Penggunaan Kontrasepsi Pada Wanita Pasca
Melahirkan Dan Pasca Keguguran, SDKI 2012. Jurnal kesehatan reproduksi. Vol
6 (No 2). 108-116.

Karjatin, A. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan.


Letak, T. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Diakses dari bppsdmk.kemkes.go.id,
diakses tanggal 11 Desember 2020.

Lidya. 2019. Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja


Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2018. Scientia Journal. Vol 8 (No 1). 197-
204.

28

Anda mungkin juga menyukai