Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS IBU NIFAS

PADA NY “K” DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DEWI


SARTIKA KOTA KENDARI

OLEH :

ANGELA MERICI
PFB23038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ANGELA MERICI

NIM : PFB23038

JUDUL : LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS IBU

NIFAS PADA NY “K” DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT

UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dra Hj Rosmawati Ibrahim, SST., MS., M.Kes


NIDK. 99499118798

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

hidayah dan izin-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik

Asuhan Kebidanan dengan tema “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan

Fisiologi Nifas Pada Ny ”A” Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari” tepat pada waktunya.

Laporan praktik Kebidanan ini merupakan salah satu rangkaian praktik

kebidanan holistic dalam rangka memenuhi persyaratan pendidikan profesi bidan.

Ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada ibu Dra. Hj.Rosmawati Ibrahim,

SST., MS., M.Kes selaku Pembimbing praktik Kebidanan dan dukungan yang

telah diberikan selama proses penyusunan laporan praktik kebidanan nifas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam praktik, pengkajian, konseling hingga

penyusunan laporan praktik ini penulis mengalami beberapa kendala atau

hambatan namun berkat bantuan berbagi pihak maka penyusunan laporan praktik

kebidanan nifas ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Hj.Rosmawati Ibrahim, SST., MS., M.Kes selaku Ketua STIKes Pelita Ibu

2. Kepala Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yang telah bersedia

memberikan izin melakukan praktik kebidanan nifas di lingkup wilayah

kerja hingga selesai.

3. Sukmawati., SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

4. Kedua Orang tua atas curahan kasih sayang, kesabaran mendidik, dukungan

dan doanya kepada penulis

iii
5. Kepala Ruangan dan Bidan di ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari.

6. Ibu Andriani, S.ST., M.Kes Selaku Penguji I

7. Ibu Bd.Via Zakiah, S.ST., M.Keb Selaku Penguji II

8. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu dalam

proses praktik kebidanan holistik

9. Teman seperjuangan mahasiswi Pendidikan profesi bidan angkatan V yang

telah membantu dan memberikan support dalam proses praktik dan penyusunan

laporan kebidanan balita ini

Laporan praktik Asuhan kebidanan fisiologis nifas yang disusun ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar laporan praktik kebidanan holistik ini dapat bermanfaat.

Kendari, Maret

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

C. Tujuan......................................................................................................... 2

D. Manfaat....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Balita................................................................................. 4

B. Tinjauan Teori ISPA.................................................................................. 15

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian Asuhan Kebidanan ................................................................. 20

B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan..................................................... 26

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 29

B. Saran.......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan periode kritis dalam keberlangsungan hidup

ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir

terjadi dalam 1 bulan pertama setelah persalinan. Untuk itu, perawatan

kesehatan selama periode ini sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayi baru lahir

agar dapat terhindar dari risiko kesakitan dan kematian. World Health

Organization (WHO) menganjurkan agar pelayanan kesehatan masa nifas

(postnatal care) bagi ibu mulai diberikan dalam kurun waktu 24 jam

setelah melahirkan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, misalnya dokter,

bidan atau perawat (SDKI, 2017).

Selain pada proses persalinan, nyeri juga dirasakan pada ibu nifas. Nyeri

tersebut disebabkan karena luka jahitan pada perineum dan saat terjadi

kontraksi uterus sehingga mengakibatkan ibu merasa tidak nyaman selama

masa nifas. Nyeri susulan yang dirasakan ibu postpartum disebut dengan his

royan. Ibu yang mengalami his royan akan merasakan mulas-mulas yang

disebabkan karena kontraksi uterus yang berlangsung pada hari ke 2–3

postpartum. Oleh karena itu, ibu nifas perlu mendapatkan penjelasan terkait

nyeri yang dirasakan (Anifah 2022).

Banyak ibu pasca melahirkan mengeluh perutnya masih terasa mules dan

sehingga menimbulkan ketidaknyaman dan sedikit ibu yang mengetahui

penyebab rasa mules yang dirasakan. Beberapa upaya tenaga kesehata

1
2

khususnya bidan dilakukan untuk mengatasi mules yang dirasakan ibu postparum

seperti pemberian analgesik atau sedatif, namun pada kondisi ibu yang menyusui

hendaknya pemberian obat-obatan atau farmakologi dapat diminimalisir untuk

mengurangi dampak yang diberikan pada proses laktasi. Hampir semua obat yang

dikonsumsi saat menyusui dapat terdeteksi di dalam ASI meskipun konstentrasi

obat pada ASI umumnya rendah (Jayanti 2022).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan pengkajian

kasus dengan judul “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik

Masa Nifas Pada Ny. ’’K’’ Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari.”

B. Rumusan Masalah

Melakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Masa Nifas

Pada Ny “K” di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari..

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan fisiologi holistik masa nifas pada

Ny.“K” di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan

objektif pada Ny.“K” fisiologi holistic masa nifas di Ruang Nifas

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.


3

b. Menginterpretasikan data klien meliputi diagnosis, masalah, dan

kebutuhan khusus pada Ny.“K” di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum

Dewi Sartika Kota Kendari.

c. Menyusun rencana tindakan pada Ny.“K” di Ruang Nifas Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

d. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.“K” di Ruang Nifas

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

D. Manfaat

1. Bagi Profesi Bidan

Kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan panduan bagi

tenaga kesehatan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta

meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam melakukan

tindakan.

2. Bagi Mahasiswa

Kajian ini dapat menjadikan sumber informasi dan bahan bacaan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang asuhan kebidanan terkait masa nifas.

3. Bagi Klien dan Masyarakat

Kajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang masa

nifas dan bagaimana proses nifas itu terjadi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Nifas


1. Definisi Nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan

pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan

pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta

penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, dan

nutrisi bagi ibu (Saifuddin, 2020).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak

hamil yang normal (Mochtar, 2015).

Menurut WHO masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6

minggu (Kemenkes, 2020).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkiran 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi

4
5

dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi

kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu 18 setelah

persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir

(Saifuddin, 2020).

Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa

nifas dapat mencegahbeberapa kematian ini. Tujuan asuhan masa nifas

normal dibagi 2, yaitu :

a. Tujuan umum yaitu membantu ibu dan pasangannya selama masa

transisi awal mengasuh anak.

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kebersihan ibu dan bayi baik fisik maupun psikolosgisnya

2) Melaksanakan skrinning yang komprehensif

3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya

4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan

bayi sehat.

5) Memberikan pelayanan keluarga berencana

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut (Mochtar, 2015) tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan jalan.
6

b. Puerperium Intermediate

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih enam minggu.

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi.

4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Menurut (Saifuddin,2020), dalam menjalani adaptasi setelah

melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

a. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu ibu focus pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama persalinan berulang kali

diceritakan dan ibu cenderung pasif terhadap lingkungannya. Disini

ibu memerlukan perhatin khusus dari suami dan keluarga untuk

melewati fase ini dengan baik.

b. Fase taking hold

Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Fase ini ibu

khawatir tidak mampu merawat bayinya. Ibu sangat sensitive

sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu

berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Fase ini ibu

memerlukan dukungan dan saat ini kesempatan yang baik untuk


7

menerim berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga timbul rasa percaya diri.

c. Fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta percaya dirinya

sudah meningkat. Dukungan dari suami dan keluarga sangat

diperlukan.

5. Perubahan Fisiologis Pasa Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi (Saifuddin, 2020)

1) Uterus

Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

necrotic(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana tinggi fundus

uteri (TFU).

Involusio Uteri Tinggi Fundus Berat uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 1-2 jari bawah pusat 750 gr
1 minngu post partum Pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu post partum 1-2 jari diatas simpis 350 gr
6 minggu post partum Tidak teraba 50 gr
8

2) Perubahan serviks dan segmen bawah uterus

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai, dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri berbentuk cincin.

Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah. Setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali

tonusnya.

3) Vulva, Vagina, dan Perineum

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot

panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari

ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap Pada awal

masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas

berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tetapi

jarang kembali ke bentuk nullipara. Rugae mulai tampak pada

minggu ketiga. Hymen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan

kecil jaringan yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah

menjadi caruncule mirtiformis.

4) Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-Ciri

Rubra 1-3 hari Merah Kehitaman Terdiri dari sel


desidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan sisa
darah
9

Saguilenta 4-7 Hari Merah Kecoklatan Sisah darah dan


selaput ketuban
Serosa 7-14 Hari Kekuningan Sel darah bercampur
lendir dan sisah
leukosit
Alba >14 Hari Putih Lendir servik

b. Sistem Pencernaan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari Pasca melahirkan, ibu

sering mengalami konstipasi. Hal ini disebebkan tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

haemoroid ataupun laserasi jalan lahir.

c. Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi

yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada

postpartum kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan

fungsi ginjal. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam

waktu 12-36 jam sesudah melahirkan Namun demikian, setelah

melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan

kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum antara lain adanya odema

trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin,


10

diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang

terretensi dalam tubuh dan terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.

d. Perubahan sistem musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah plasenta lahir.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta dilahirkan.

e. Perubahan tanda-tanda vital

Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan naik kurang lebih

0,5°C dari keadaan normal (37,5°C-38°C) sebagai akibat kerja keras

sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali

permenit. Denyut nadi selama jam pertama setelah melahirkan biasanya

akan lebih cepat. Tetapi, setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali

permenit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya

kemungkinan infeksi

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah tinggi pada

masa nifas dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum,

Pernapasan pada ibu nifas umumnya lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

f. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh


11

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penurunan estrogen menyebabkan

diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma

kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama

setelah kelahiran bayi.

g. Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen, dan

plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada

hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah (Mochtar, 2015).

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi dan cairan

Anjuran pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain mengkonsumsi

tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori. Makan dengan

diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin. Minum sedikitnya

3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui. Mengkonsumsi tablet zat

besi selama masa nifas. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar

dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi dini

Lakukan ambulasi dini pada ibu nifas dua jam setelah persalinan

normal, sedangkan pada ibu nifas dengan partus sectio caesarea

ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam masa nifas setelah

ibu sebelumnya istirahat (tidur). Tahap ambulasi dini dapat dilakukan


12

dengan miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan

apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk

berjalan.

c. Kebutuhan eliminasi

Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam masa nifas, motivasi

ibu untuk berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan

kateterisasi karena urin yang tertahan dalam kandung kemih akan

menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan

perdarahan yang berlebihan. Sebaiknya pada hari kedua nifas ibu sudah

bisa buang air besar, jika sudah hari ketiga ibu masih belum bisa BAB,

ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak

tinja. Feses yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras

karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu diserap oleh

usus, hal ini dapat menimbulkan konstipasi pada ibu nifas.

d. Kebersihan diri

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan

maupun kulit anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

arah sapuan dari depan terlebih dahulu kemudian ke belakang

menggunakan sabun dan air. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut

setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.


13

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka.

e. Istirahat

Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu dan beristirahat yang cukup

sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti.

f. Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang

melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu

tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.

Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g. Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan

telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.

Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan

kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

h. Senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya

latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan menjalani


14

persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit (masa nifas)

(Saifuddin, 2020)

7. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Kemenkes (2020), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas

dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah masalah

yang terjadi

a. 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika

perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypothermi 2 6

hari setelah persalinan

7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran

atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan baik.

b. 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.
15

2) Menilai adanya tanda-tanda demam

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

4) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. 2 minggu setelah persalinan

Sama seperti asuhan 6 hari setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami dan

memberikan konseling KB secara dini

B. Tinjauan Teori Nyeri Perut Bagian Bawah

1. Definisi Nyeri

Menurut Andarmoyo (2013) Nyeri akibat kontraksi uterus (afterpains)

memerlukan penanganan untuk dapat diminimalisir atau ditekan seminim

mungkin. Sebagai seorang bidan yang memberi asuhan sayang ibu, rasa

nyeri yang dirasakan ibu perlu di lakukan tindakan intervensi, sehingga

dapat menurunkan ketidaknyamanan yang ibu rasakan dan ibu dapat

merasakan nyaman.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak meyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada

persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak


16

nyaman pada ibu, ibu diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan

memberi kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu

salah satunya Afterpains/keram perut pasca melahirkan. Nyeri setelah

melahirkan (Afterpains) disebabkan oleh kontraksi dan releksasi uterus

berurutan yang terjadi secara terus-menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi

pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui.

Afterpains umumnya berlangsung selama 2 hingga 3 hari dan

intensitasnya dapat bertambah dengan menyusui sendiri bayinya. Pada

multipara lebih cenderung mengalami afterpains akibat kontraksi uterus.

Menurut Andarmoyo, (2013), strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu

tindakan untuk mengurangi rasa nyeri, diantaranya dapat dilakukan dengan

terapi farmakologis dan non-farmakologis. Terapi non-farmakologis yang

dapat dilakukan antara lain dengan memberikan terapi pemijatan pada ibu

yang disebut dengan teknik effleurage massage.

2. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan bukan

farmakologis. Pedekakatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan

tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila

dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar

sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan

(Andarmoryo 2013).
17

a. Farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi

farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi

layanan lainnya pada pasien. Obat-obatan tertentu untuk

penatalaksanaan nyeri mungkin diresepkan atau mungkin dipasang

untuk memberikan dosis awal. Obat-obatan yang dapat mengurangi

nyeri antara lain: golongan opioid (narkotik), nonopioid /NSAIDs

(Nonstteroid Anti Inflamation Drugs), analgesic, obat anastesi.

b. Non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tindakan

penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kogniif,

antara lain:

1) Massase kulit

Masase kulit memberikan efektif penurunan kecemasan dan

ketengangan otot. Rangsangan masase ini dipercaya akan

merangsang serabut berdiamter besar, sehingga mampu mem blok

atau menurunkan impuls nyeri. Masase aadalah stimulasi kulit

secara umum, di pusatkan pada punggung dan bahu atau tempat

yang nyeri dilakukan selamaa kurang waktu 10 menit untuk

mencapai hasil relaksasi yang maksimal.

2) Stimulasi kontralateral

Stimulasi kontralateral adalah member stimulassi pada daerah

kulit di sisi yang berlawanan dari daerah terjadinya nyeri. Tehnik


18

ini dapat berupa garukan pada daerah berlawanan jika terjadi gatal

dan menggososk jika terjadi kram.

3) Acupressure (Pijat Refleksi)

Pada tehnik ini, terapis memberikan tekanan jari-jari pada

berbagai titik organ tubuh seperti pada akupuntur.

4) Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Tehnik ini menggunakan satu unit peralatan yang dijalankan

dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, getaran, atau mendegung pada area kulit

tertentu. TENS dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri akut

maupun kronis. TENS didugaa dapat menurunkan nyeri dengan

menstimulasi reseptor non nyeri di area yang sama denga serabut

yang menstransmisi nyeri.

5) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri

ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri

berdasarkan teori bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus

nyeri, jika seseorang menerimaa input sensori yang menyebabkan

terhambatnya impuls nyeri ke otak.

6) Relaksasi

Relaksasi otot rangka dapat dipercaya dapat meenurunkan

nyeri dengan merelaksasikan ketengangan otot yang mendukung


19

rasa nyeri, beberapa penelitian menunjukan tehnik ini dapat

menurunkan tingkat nyeri pada ibu nifas hinga 45-55%.


20

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS IBU NIFAS PADA


NY “K” DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DEWI
SARTIKA KOTA KENDARI

No register. : 016782
Tgl/ Jam masuk : 03-02-3024/ Jam 22.00 Wita
Tgl./ Jam Pengkajian : 03-02-3024/ Jam 22.15 Wita
Nama Pengkaji : Angela Merici

LANGKAH I
IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama : Ny. “K” / Tn. “A”

Umur : 31 Tahun / 34 Tahun

Suku : Tolaki / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S1 / S1

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Amogedo

Lama menikah : ± 10 Tahun

B. DATA BIOLOGIS / FISIOLOGIS

Seorang perempuan usia 31 tahun, telah melahirkan anak kelima pada

tanggal 03-02-2024, pukul 17.08 Wita di ruang bersalin Rumah Sakit Umum

Dewi Sartika Kota Kendari dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.

20
21

1. Riwayat keluhan utama

a. Timbu sejak : 03-02-2024

b. Sifat Keluhan : Sering

c. Lokasi Keluhan : Perut bagian bawah

d. Pengaruh keluhan terhadap aktifitas : Mengganggu

e. Usaha untuk mengatasi keluhan : Berbaring

2. Riwayat obstetric

a. Riwayat haid

1) Menarche : 14 tahun

2) Siklus haid : 28-30 hari

3) Lamanya : 6-7 hari

4) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

5) Dismenorhae : Tidak ada

3. Riwayat persalinan

a. PIVAI

b. Umur kehamilan : 40 minggu 4 hari

c. Jenis persalinan : spontan

d. Penolong : Bidan

e. Plasenta : lahir lengkap

f. Penyulit : tidak ada

g. Lama Persalinan : Kala 1-Kala IV : 16 jam 35 menit

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: -

5. Riwayat ginekologi
22

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan

dengan sistem reproduksi dan operasi.

6. Riwayat KB: ibu belum pernah menjadi akseptop KB

7. Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit turunan seperti asma dan

jantung serta penyakit menulae seperti TBC dan hepatitis B

8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi

1) Kebiasaan

Frekuensi makan : 3x sehari

Frekuensi minum : 6-7 gelas/hari

Pantang makan : Tidak ada

2) Selama masa nifas : Ibu sudah makan dan minum

b. Pola eliminasi

1) BAK

a) Kebiasaan

Frekuensi : 6-7x sehari

Warna/bau : jernih kekuningan/khas amoniak

Masalah : tidak ada

b) Selama masa nifas : ibu sudah BAK 1 kali

2) BAB

a) Kebiasaan
Frekuensi : 1x/sehari
Warna/bau : lunak
23

Masalah : tidak ada


b) Selama masa nifas : ibu belum BAB
c. Pola istrahat

1) Kebiasaan

Malam : 6-7 jam (pukul 22.00 - 05.00 wita)

Siang : 1-2 jam (pukul 14.00 -16. 00 wita)

2) Selama masa nifas : pola tidur ibu terganggu karena sering

terbangun untuk menyusui.

d. Personal hygiene

1) Kebiasaan

a) Mandi 2x sehari pagi dan sore menggunakan sabun mandi

b) Rambut dikeramas 4x seminggu dengan menggunakan

shampo

c) Gigi dibersihkan 2x sehari yaitu sesudah makan dan sebelum

tidur

d) Selalu mencuci tangan ketika menyentuh makanan

e) Pakaian diganti setiap kali kotor dan sesudah mandi

f) Pakaian dalam diganti setiap mandi atau setiap lembab

g) Genitalia dibersihkan setelah BAK dan BAB serta setelah

mandi

2) Selama masa nifas : ibu belum bisa melakukan personal hygiene

dengan baik
24

C. DUKUNGAN SOSIAL

Suami dan keluarga sangat senang atas kelahiran anggota keluarga baru

mereka dan akan mendukung pemulihan kondisi ibu pasca persalinan.

D. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum ibu baik

b. Tanda-tanda vital:

1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg

2) Nadi : 82x/menit

3) Pernapasan : 22x/menit

4) Suhu : 360C

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Rambut tampak lurus, pendek, hitam, tampak rontok, ada

ketombe, kusut dan teraba benjolan.

b. Wajah : Ekspresi wajah tampak meringis, tidak ada cloasma

gravidarum, dan tidak ada oedema pada wajah

c. Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterus, dan tampak pengeluaran sekret.

d. Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip,

tidak ada epitaksis, dan tidak ada pengeluaran sekret.

e. Mulut : Bibir terlihat kering, tidak ada sariawan, terdapat gigi yang

tanggal, gigi tampak bersih

f. Telinga : Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna,


25

tidak ada pengeluaran sekret, dan pendengaran normal/jelas.

g. Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan adanya

pelebaran vena jugularis, dan tidak terdapat pembengkakan pada

kelenjar limfe

h. Payudara : simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tampak

hiperpigmentasi pada areola mammae, ada pengeluaran kolostrum jika

putting susu di tekan.

i. Abdomen

kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras, TFU 2 jari bawah

pusat

j. Genitalia

Terdapat pengeluaran lochea rubra (±10 cc), tidak ada rupture dan

odema pada vagina

k. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada oedema,

kuku pendek dan bersih

2) Ekstremitas bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema

dan varices, refleks patella : (+/+)


PENDOMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS MASA
NIFAS PADA NY “K” DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT
UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

No register. : 016782
Tgl/ Jam masuk : 03-02-3024/ Jam 22.00 Wita
Tgl./ Jam Pengkajian : 03-02-3024/ Jam 22.15 Wita
Nama Pengkaji : Angela Merici

A. IDENTITAS ISTRI / SUAMI


Nama : Ny. “K” / Tn. “A”

Umur : 31 Tahun / 34 Tahun

Suku : Tolaki / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S1 / S1

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Amogedo

Lama menikah : ± 10 Tahun

SUBJEKTIF (S)
Seorang perempuan usia 31 tahun, telah melahirkan anak keempat pada

tanggal 03-02-2024, pukul 17.08 Wita di ruang bersalin Rumah Sakit Umum

Dewi Sartika Kota Kendari dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.

26
27

Objeektif ( O )

Keadaan umum Ibu baik, tekanan darah : 110/80mmHg, Nadi: 82 x/menit, Suhu:

360 C, pernapasan: 22 x/menit, pada pemeriksaan fisik tidak terdapat

kelainan.TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras,

terdapat pengeluaran lochea rubra (±10 cc).

Assessment ( A )

PIVAI, 6 jam Post Partum Keadaan Umum Ibu Baik.

Planning ( P )

Tanggal : 03-02-2024 Pukul : 23.00 Wita

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Mengajarkan pada ibu dan keluarga melakukan massage effluarage untuk

mengurangi nyeri afterpain.

3. Memberikan Health Education (HE) tentang:

a. Makanan bergizi/menu seimbang

b. Istirahat yang cukup

c. Personal hygiene

4. Menganjurkan ibu untuk rutin mengkonsumsi obat-obatan yang telah diberikan

sepert: amoxilin 3x1, methylergometrin 3x1, vit C 3x1, Fe 3x1, paracetamol

3x1.

5. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.


28

CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

Hari ke - 1

Tanggal 04-02-2024 Pukul : 10.00 wita

SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah pada jalan lahir, ibu sudah bisa

melakukan aktivitas seperti biasa.

Objectif (O)

Keadaan umum ibu baik, TTV : TD 110/80 mmhg, N : 80 x/menit, S : 36˚C, P :

20x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lochea

rubra.

Assesment (A)

Nifas hari pertama, keadaan umum ibu baik.

Planning (P)

Tanggal 04-02-2024 Pukul :10.05 wita

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Memberikan HE pada ibu tentang :

a. Pemberian ASI eksklusif

b. Personal Hygiene

c. Istirahat yang cukup

d. Tanda bahaya masa nifas

3. Menganjurkan ibu rutin dan teratur mengomsumsi obat yang diberikan

4. Ibu sudah boleh pulang, Ibu mengerti dan akan melaksanakan anjuran yang

diberikan oleh bidan.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian Asuhan Kebidanan masa nifas yang telah dilakukan pada

tanggal 04 Februari 2024 dengan mengumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

kemudian melakukan pemeriksaan yang digunakan sebagai data objektif,

melakukan interpretasi data untuk mengetahui kebutuhan yang perlu

dipersiapkan berupa konseling lalu membuat diagnosa dan asuhan

penatalaksanaan berdasarkan kasus yang didapat yang keseluruhannya

dibuatkan pendokumentasian asuhan kebidanan nias dalam bentuk SOAP.

B. Saran

1. Bagi Profesi Bidan

Diharapkan dapat menjadi panduan dan masukan pagi tenaga profesi

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta meningkatkan

profesinalisme tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan sesuai dengan

masalah yang di alami klien.

2. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan laporan ini dapat menjadi sumber untuk

menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang persalinan

normal.

3. Bagi Klien dan Masyarakat

Disarankan kepada klien dan masyarakat terutama ibu hamil yang

akan melakukan persalinan hendaknya selalu memperhatikan kebutuhan

29
30

gizi, pola istirahat selama masa kehamilannya agar tidak ada komplikasi

lanjutan terutama pada masa bersalin dan nifas Melakukan aktifitas fisik

ringan seperti yoga atau jalan santai dipagi hari.


DAFTAR PUSTAKA

Andamoryo, Sulistyo.2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta.Ar-Ruzz media.2013.
Anifah,F. A’im. Muntianah.2022. Hubungan Masase Effleurage Terhadap Nyeri
Afterpain Pada Ibu Nifas. SINAR Jurnal Kebidanan, Vol. 04 No.1 Maret
2022
Jayanti.N. Senditya.2022. Asuhan Komplementer Tatalaksana Afterpain pada Ibu
Postpartum : Literature Review. ORIGINAL ARTICLE | Jurnal MID-Z
(Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan (May 2022), Volume 5, Nomor 1
Kemenkes RI, (2020) Pedoman Pelayanan Antenatal Persalinan, Nifas, Dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta.Kemenkes RI
Mochtar,R. (2015). Sinopsi Obstetric. Jakarta.Buku Kedokteran ECG
Saifuddin, Abdul Bari. (2020). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
SDKI. (2017). Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak

31

Anda mungkin juga menyukai