KABUPATEN KERINCI
Disusun Oleh:
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ini.
Adapun makalah ini mengenai Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir Normal.
Dan harapan kami sebagai penyusun semoga hasil dari penyusunan makalah
ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang. Akhir kata, melalui kesempatan ini
kami penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Umum dan Khusus.............................................................................2
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
A. Pengumpulan Data.........................................................................................12
B. Catatan Perkembangan...................................................................................17
C. Dokumentasi .................................................................................................24
BAB V PENUTUP....................................................................................................29
A. Kesimpulan....................................................................................................29
B. Saran...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira kira 6-8 minggu. Dalam masa ini
terjadi beberapa perubahan, antara lain psikis, fisik, involusio uterus,
pengeluaran lokhea, laktasi, dan pengeluaran ASI, serta perubahan sistem
tubuh lainnya. (Sarwono Prawirohardjo)
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Hal ini menunjukkan beberapa perhitungan asuhan
kesehatan ibu nifas yang telah diberikan. Dengan demikian asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis ibu maupun
bayinya.(Sarwono, 2009)
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, menurut World
Health Organization (WHO) tahun 2014 pada angka 214/100.000 kelahiran
hidup. Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab kematian di Indonesia
adalah perdarahan, hipertensi, infeksi dan penyebab tidak langsung, sebagian
besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan
kehamilan.
Tingginya angka kematian ibu tidak dapat dipisahkan dari profil
wanita Indonesia dan peran serta seorang tenaga kesehatan, khususnya bidan.
Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan
asuhan yang konsisten, ramah, dan memberikan dukungan pada setiap ibu
dalam proses penyembuhannya dari stres fisik akibat persalinan, serta
meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses
3
penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi,
keterampilan, dan sensitivitas terhadap
kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat
merencanakan asuhan yang dapat diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan
ibu tersebut. (Ambarwati, dkk, 2009)
Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan
kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu. Dimana asuhan fisik
lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secara langsung,
apabila terjadi ketidaknormalan bidan langsung dapat mendeteksi dan
memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan
psikologis ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan.
Untuk mencapai hasil yang optimal membutuhkan kerjasama yang baik antara
bidan dan keluarga. (BR. Sweet,1997)
Salah satu tujuan dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) adalah mewujudkan persalinan yang sehat dan aman. Salah satu
upayanya adalah dengan melakukan pemantauan dalam 24 jam pertama pada
ibu post partum. Oleh karena itu, penulis mengambil kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. R usia 31 Tahun P2A0
6 jam Post Partum. B.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan umum dan Tujuan khusus
1. Tujuan Umum
4
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan pengertian masa nifas
b) Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas
c) Menjelaskan peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
d) Menjelaskan tahapan masa nifas
e) Menjelaskan Tanda-tanda Bahaya pada ibu nifas
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiaswa
Bagi mahasiswa Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta
mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara
langsung pada ibu nifas, sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis
didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan pada ibu pasca
melahirkan secara fisiologis maupun psikologis serta masalahnya,
sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa nifas
3. Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan fisiologis
yang terjadi pada ibu nifas baik secara biologis dan psikologis serta
masalah pada masa nifas
4. Tenaga Kesehatan
Bagi Lahan Praktik Hasil penulisan dapat memberikan masukan
terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan sistem reproduksi
Involusi Uteri Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. (Saleha,
2009). Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses itu dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. (Vivian Nanny, 2010:55)
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Bayi lahir Uri lahir 1 Minggu 2 Minggu 6
Minggu 8 Minggu Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat Pertengahan pusat dan
simphisis Tak teraba di atas simphisis Bertambah kecil Sebesar normal 1000 gram
750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Proses Involusi Uterus 1)
7
Proses Involusi Uterus
1. Iskhemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Autolisis Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesterone
3. Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uteri, sehingga akan menekan pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih,
2011:56)
5. Lochea Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. (Vivian Nanny
& Tri Sunarsih, 2011:58). Jenis- jenis lochea, yaitu sebagai berikut : 1)
a. Lochea Rubra Berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa
selaput ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium. Keluar pada 1-3 hari post partum.
b. Lochea Sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa Warna merah jambu kemudian menjadi kuning.
Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum
8
d. Lochea Alba Dimulai hari ke-14 kemudian semakin lama semakin
berkurang hingga berhenti 1-2 minggu berikutnya. Cairan
berwarna putih terdiri dari leukosit dan sel desidua. (Siti Soleha,
2009:56)
e. Lochea Purulenta Terjadi karena infeksi. Cairan yang keluar
seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea Statis Lochea yang tidak lancar keluarnya. (Suherni, dkk,
2009:79)
6. Vagina Pada minggu ke-3 vagina mengecil dan timbul ruggae kembali
(lipatan-lipatan).
7. Perineum Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama. Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas,
kemungkinan karena kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil dari massanya, dan kepala janin ukurannya lebih besar dari
sirkum forensia sub oksipito bregmatika. (Suherni, dkk, 2009:79)
8. Lochea Purulenta Terjadi karena infeksi. Cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk.
9. Lochea Statis Lochea yang tidak lancar keluarnya. (Suherni, dkk,
2009:79) d.
d. Vagina Pada minggu ke-3 vagina mengecil dan timbul ruggae kembali
(lipatan-lipatan).
e. Perineum Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama.
Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas, kemungkinan
karena kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari
massanya, dan kepala janin ukurannya lebih besar dari sirkum forensia sub
oksipito bregmatika. (Suherni, dkk, 2009:79) 2.
2. Perubahan payudara Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh
wanita mempersiapkan diri untuk memberikan nutrisi kepada bayi maka dapat
mengalami kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap stimulasi bayi
9
yang disusui sehingga akan terus melepaskan hormon dan menstimulasi alveoli
yang memproduksi susu. (Hellen Varney, dkk, 2007:960) 3.
3. Perubahan sistem kardiovaskuler Tonus otot polos pada dinding vena mulai
membaik. Volume darah mulai berkurang, biskositas darah kembali normal, dan
arah jantung serta tekanan darah menurun sampai kadar sebelum hamil. (Monica
Ester, 2008:6) 4.
4. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid, dan laserasi jalan lahir. BAB
ibu nifas harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. (Suherni, dkk, 2009:80) Agar
buang air besar teratur dapat diberikan makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Apabila ini tidak berhasil dapat diberikan suppositoria
biskodil per rektal untuk melunakkan tinja. (Derek Liewellyn Jones, 2002) 5.
5. Perubahan sistem perkemihan Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan, karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada basis kandung kemih selama melahirkan. Jika tidak dapat mengeluarkan
urin mungkin diperlukan kateterisasi. Saluran kencing kembali normal dalam waktu
2-8 minggu. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal
urin residual (normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
6. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu badan Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5
°C-38 °C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan sehingga dapat berefek dehidrasi. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi
karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna
10
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis atau sistem lain.
b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit. Sehabis
melahirkan yaitu pada jam pertama post partum biasanya denyut nadi akan
lebih cepat atau meningkat.
c. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsi post partum.
d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. (Ambarwati,
Eny Retna, dkk, 2009)
C. Perubahan Psikologis Masa Nifas 1.
Fase-fase yang berhubungan dengan adaptasi khusus pada keadaan
psikologis ibu dalam masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Fase Taking-In Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-
2 setelah melahirkan. Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya
sendiri. Ibu cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. Fase Taking Hold Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah.
c. Fase Letting Go Fase menerima tanggung jawab barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan
diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan diri sudah meningkat.
(Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:65-66)
11
2. Post Partum Blues
Dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada
minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala seperti berikut
ini:
a. Reaksi depresi atau sedih.
b. Sering menangis.
c. Mudah tersinggung dan marah.
d. Cemas.
e. Labilitas perasaan.
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
h. Kelelahan.
i. Pelupa
3. Kesedihan dan Duka Cita Hari
ke 1
Hari istirahat, pemulihan, dan kesenangan yaitu ketika mendapat
kenangan persalinan yang menggemparkan.
Hari ke 2
Kenikmatan berbaring dan menatap bayi yaitu ketika mendapat tekanan
hidup karena kelahiran bayi.
Hari ke 3
Perubahan keseimbangan hormon, karena 9 bulan sudah terlewati sehingga
perhatian dari dokter dan keluarga menurun.
4. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Boonding Attachment Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik.
Attachment adalah ikatan yang terjalin antara individu. (Nelson, 1986)
Tahap-tahap Boonding Attachment, yaitu:
1. Perkenalan (Acquintace) Melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan eksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Keterikatan (Bonding)
3. Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan yan lain.
b. Respon Ayah dan Keluarga
Respon Positif
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia.
2. Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi.
12
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi.
Respon Negatif
1. Kehamillan yang tidak diinginkan.
2. Kegagalan KB.
3. Ayah merasa kurang mendapat perhatian.
4. Faktor ekonomi.
c. Sibling Rivalry Anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki
atau perempuan (kamus kedokteran). Rivalry adalah keadaan kompetisi atau
antagonisme antara saudara kandung untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Pertengkaran atau kecemburuan terhadap saudara laki-laki atau perempuan
terjadi pada orang tua yang mempunyai 2 anak atau lebih.
E. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Gizi Kebutuhan gizi yang perlukan ibu menyusui adalah 2800 kal/hari dan
protein 64 gram/hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibu menyusi dapat
mengkonsumsi makanan tambahan pada bulan pertama dengan kebutuhan nutrisi
sebanyak 300 kal/hari, 6 bulan selanjutnya 500 kal/hari, tahun kedua 400
kal/hari. Selain itu juga mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU dan zat besi 1
tablet/hari selama 40 hari.
13
14