DISUSUN
O
L
E
H
1. DINDA SINDU UTAMI NIM : 204210405
2. TARMELIA AFIFA NIM : 204210432
3. YOSI MAI ELSA PUTRI NIM : 204210438
TINGAT 2A
D3 KEBIDANAN BUKITTINGGI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita.
halaman
A. Kesimpulan …………………………………………………. 8
B. Saran………………………………………………………… 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat
kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu
untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).
Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu
timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi
terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang
kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak
bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan atau minuman. Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk
memenuhi asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan
karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung zat-zat
penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
B. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah
yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat- alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
1. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung kirakira 6
minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
2. Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. selama masa ini,
fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal (Cunningham, 2007).
3. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).
4. Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).
5. Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004).
Dari berbagai uraian yang menjelaskan tentang pengertian masa nifas, dapat disimpulkan
bahwa masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis dimana dalam asuhan
pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan sikologi
maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian,
interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga
dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara dini penyulit
maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.
3. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit atau komplikasi pada
ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih
enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna
terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Kunjunga
Waktu Asuhan
n
Kebijakan program nasional pada masa nifas dan menyusui sebagai berikut.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.
Beberapa komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas
(Kemenkes RI, 2013), adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali, yaitu:
a. 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
b. 6 hari setelah persalinan
c. 2 minggu setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan
2. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi, kontraksi
uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin.
3. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah dan nyeri
punggung.
4. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya dari
keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya.
Evidence Based Midwifery Practice dalam asuhan ibu nifas dapat disimpulkan
sebagai asuhan kebidanan pada ibu nifas berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji
menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Peraturan moral yang paling utama adalah jujur sehingga bidan harus menjelaskan
kondisi kliennya saat ini dan komplikasi yang dapat terjadi padanya. Kejujuran ini penting
agar dapat membangun rasa saling percaya dan hubungan yang baik antara mereka. Bidan
perlu menjelaskan plus minus dari tindakan berbasis EBP yang diberikan pada ibu nifas. Hal
lain yang harus diperhatikan bidan adalah prinsip otonomi. Otonomi bersifat umum, tetapi
berlaku juga dalam asuhan kebidanan, dimana bidan harus dapat menghargai pilihan
kliennya.
5. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based Practice
Prinsip-prinsip dalam asuhan nifas yang mendasari untuk EBM terbaik dan untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayinya:
a. Woman centered: memungkinkan ibu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
mengenai perawatan mereka sendiri dan bayinya.
b. Perawatan nifas dilakukan dengan team
c. Pelayanan kesehatan akan memfasilitasi akses yang tepat dan adil sehingga ibu dapat
mengakses layanan yang terdekat
d. Perawatan nifas akan sesuai dengan budaya yang aman
e. Perawatan nifas bersifat holistik terhadap: masalah, kebutuhan beragam, latar belakang
budaya dan bahasa
f. Kolaboratif dan terkoordinasi dalam pelayanan kesehatan dan untuk mengoptimalkan
asuhan dan outcomes.
g. Memastikan perempuan memiliki akses yang tepat dan konsisten untuk layanan di seluruh
tatanan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
h. Pelayanan kesehatan akan meningkatkan hasil yang aman dan berkualitas tinggi bagi
perempuan dan keluarga
i. Pencatatan dan pelaporan data yang akurat tentang akses perempuan terhadap perawatan
postnatal.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN