Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI

KELOMPOK IV

VIVIN AMELIA AWANG 1220013


SASMITA HARUN 1220012

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI” Makalah ini
telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Makassar, 8 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI.............................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latarabelakang...............................................................................................
B. Rumusanmasalah............................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Konsep Asuahan Masa Nifas.........................................................................
B. Konsep Menyusui...........................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperineum) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Jadi, puerpurium
berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga
pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ
tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama kehidupan untuk
menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan bayi yang paling
penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Masa Nifas ?
2. Bagaiamana Konsep Menyusui ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Masa Nifas ?
2. Untuk Mengetahui Konsep Menyusui ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas


1. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperineum) dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Jadi,
puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24
jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi.
b. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas
Berdasarkan tanda pelayanan kebidanan, standard pelayanan
ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan
2 jam pertama setelah persalinan (standar 14), dan bagi ibu dan bayi
pada masa nifas (standar 15), dan bila merujuk pada kompetensi 5
(standar kompetensi bidan) maka prinsip asuhan kebidanan bagi ibu
masa nifas dan menyusui harus bermutu tinggi serta tanggap terhadap
budaya setempat, bila dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan
masa nifas meliputi :
1. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis
2. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik
maupun psikis
3. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik
4. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi
keluarga dan budaya khusus
5. Pencegahan, diagnose dini dan pengobatan komplikasi
6. Merujuk ibu ke asuhan tenaga kesehatan ahli bilamana perlu
7. Imunisasi ibu terhadap tetanus. ( Rini, Susilo, 2017, h.2-3)
c. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi
kemungkinan adanya perdarahan post partum, dan infeksi
penolong persalinan harus waspasa, sekurang-kurangnya satu
jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
komplikasi persalinan.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayi
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan,
mencuci tangan sebelum dan sesudahnya, bersihkan vulva dari
depan kebelakang dan baru ke anus, sarankan ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan
mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian, imunisasi, kepada
bayinya, dan perawatan bayi sehat.
5. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali
menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting
susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan ASI
6. Konseling tentang KB
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurang
nya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
persalinan.
3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan
efektivitasnya, kelebihan dan kekurangan dari
akseptor..
7. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan:
1) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan
2) Menghilangkan terjadinya anemia
3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan
kebersihan dan sterilisasi
4) Pergerakan otot yang cukup agar tuas otot menjadi
lebih baik, peredaran darah lebih lancar dengan
demikian otot akan mengadakan metabolism lebih
cepat.
d. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Maka itu peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa
kematian ini. Peran bidan antara lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas
2) Sebagai promotor hubungan ibu dan bayi serta keluarga
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman
4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu, anak, dan mampu melakukan kegiatan
administrasi
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan dan memberikan
konseling untuk ibu, kemudian melakukan manajemen asuhan
dengan cara mengumpulkan data
6) Memberikan asuhan secara profesional.
e. Tahapan Masa Nifas
1) Immediate Post Partum (24 Jam)
2) Early Postpartum (24 jam- 1 minggu).
Bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal
3) Late Postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Bidan tetap melakukan pemeriksaan sehari-hari dan konseling
KB.
f. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
menggangu kesehatan ibu nifas maupun bayinya. (Yanti, 2011;
h. 2-3)
g. Issu Terbaru Perawatan Masa Nifas
1) Mobilisasi Dini
Ibu nifas bisa melakukan gerakan/aktifitas sendiri
sedini mungkin (early ambulation/ ambulasi dini), jika segera
tidak diatasi maka ibu tersebut terancam mengalami bendungan
pembuluh darah vena (trombosis vena).
Gerakan awal : Yang bisa dilaksanakan adalah
melakukan menarik nafas yang dalam melalui hidung
(relaksasi) serta latihan tungkainya ditepi ranjang, menyusui
bayi.
Keuntungan ambulasi dini yaitu meningkatkan sirkulasi
dan mencegah resiko bendungan pembuluh darah. Ambulasi
dini tidak bisa dilakukan pada pasien yang mengalami penyulit
seperti anemia, penyakit paru-paru, penyakit jantung lain-lain.
a) Roaming In (perawatan ibu dan anak dalam 1 ruangan)
Penelitian lestari, 2010, menunjukan bahwa
antara rawat gabung dengan mobilisasi dini terdapat
hubungan, hal ini dikarenakan seorang ibu memiliki
keinginan untuk segera merawat bayinya sendiri serta
keinginan ibu untuk segera menyusui bayinya sehingga
memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini.
(Lestari, 2010).
b) Dukungan terhadap ibu nifas
Penelitian tersebut menunjukan bahwa sumber
dukungan sosial ada ibu nifas adalah dukungan saat
depresi postpartum.
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil,
serviks menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya
mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu dan
tubuh ibu kembali ke ukuran sebelum melahirkan.
1) Involusi rahim
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang
keras karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ±
3 jari bawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak
seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari, uterus akan mengecil
dengan cepat, pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 6 minggu ukurannya kembali ke keadaan sebelum
hamil.
2) Involusi tempat plasenta
Tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata dan kira - kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya
sebesar 3 - 4 cm dan pada akhir masa nifas 1 -2 cm.
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam
nifas.
4) Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium extemumdapat
dilalui oleh 2 jari, pinggir-piggirnya tidak rata tetapi retak-
retak karena robekan persalinan. Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian dari canalis cervikalis.
a) Lochea
Yaitu cairan/ secret berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa postpartum. (Siti Saleha, 2013).
Berikut ini beberapa jenis Lochia yakni :
b) Lochia Rubra (Cruenta)
Berwarna merah karena ini berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua (desidua,
yakni selaput lendir rahim dalam keadaan hamil).
c) Lochia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.
Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
d) Lochia Serosa
Berwarna kuning karena mengandung serum,
jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit, dan cairan ini
tidak berdarah lagi. Terjadi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
e) Lochia Alba
Berwana putih terdiri dari leukosit dan sel-sel
desidua yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
f) Lochia Purulenta
Lochea ini keluar karena terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk.
g) Lochiotosis : Lochia tidak lancar keluarnya.
h) Perineum
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus.
Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak
bengkak / edema dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk
memperluas pengeluaran bayi. (Anik Maryuyani; h.15)
i) Endometrium
Perubahan terjadi karena timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta.
Bekas implantasi desidua berlangsung 14 hari-
berikutnya.
j) Servik
Setelah persalinan servik membuka, setelah 7
hari dapat dilalui 1 jari, setelah 4 minggu rongga bagian
luar kembali normal.
k) Vagina
Vagina secara berangsur-angsur luasnya
berkurang tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
nullipara, hymen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecildan berubah menjadi karunkulla mitiformis.
l) Mamae/payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi terjadi secara alami. Ada 2 mekanisme :
Produksi susu, sekresi susu (letdown). Pada hari ketiga
setelah melahirkan efek prolaktin pada payudara mulai
dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, oksitosin
merangsang (mengalirkan) sehingga menyebabkan
ejeksi ASI.
b. Sistem Pencernaan
Konstipasi terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka
jahitan perineum. Ibu dapat mengalami obstipasi karena waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan, pengeluaran cairan yg
berlebih, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir,
pembengkakan perineal yg disebabkan episiotomi. Supaya buang air
besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil,
dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
c. Sistem Perkemihan
Kandung kemih dalam masa nifas kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 - 5
hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kemih penuh.
Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Lebih kurang 30 - 60 % wanita
mengalami inkontinensial urine selama periode post partum.
d. Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, diagframa pelvis meregang saat kehamilan
berangsurangsur mengecil seperti semula. Otot - otot uterus
berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh pembuluh darah yang
berada diantara anyaman-anyaman otototot uterus akan terjepit. Proses
ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta diberikan. Pada
wanita dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol
dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2
minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke
keadaan sebelum hamil.
e. Sistem Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari
ke- 3 post partum. Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing Hormone), meningkat pada
minggu ke- 3. Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen
yang bermakna sehingga aktifitas prolactin juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan
ASI.Hormon-hormon yang berperan :
1) Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah
perdarahan, membantu uterus kembali normal, isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI (Air Susu Ibu) dan sekresi
oksitosin
2) Prolaktin dikeluarkan oelh kelenjar dimana pituitrin
merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI (Air
Susu Ibu), jika ibu post partum tidak meyusui dalam 14-21 hr
timbul menstruasi
3) Estrogen dan progesteron, setelah melahirkan estrogen
menurun dan progesteron meningkat
f. Kardiovaskuler
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah
bergantung beberapa faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung
meningkat serta perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma
agak menurun dan Selama minggu-minggu kehamilan, kadar
fibrinogen dan plasma, leukositosis serta faktor-faktor pembekuan
darah meningkat.
g. Perubahan Tanda Tanda Vital
1) Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat
sedikit (37,5 – 380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih
cepat.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
h. Hematologi
Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih meningkat hingga 25.000
atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita mengalami proses
persalinan diperlama.
i. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Setelah persalinan ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri,
menjadi dirinya lagi, dan merasa terpisah dengan bayinya sebelum dpt
menyentuh bayinya. Perasaan ibu oleh bayinya bersifat komplek dan
kontradiktif. Periode ini dieskpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi
pada tiga tahap, berikut ini 3 tahapan periode:
1) Taking in Period (Masa ketergantungan)
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif
dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengala man
melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur
dan nafsu makan meningkat.
2) Taking hold
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3) Leting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu
mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai
“seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi
sangat bergantung pada dirinya.
3. Kebutuhan Dasar Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada
proses laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan
kalori 500-800 kal/hari. Makan dengan diet seimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum
sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk menambah zat
besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul vitamin A
(200.000 IU) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
b. Mobilisasi
Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari
tempat tidur, tergantung kepada keadaan klien, namun dianjurkan pada
persalinan normal klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam pp.
c. Eliminasi
Tidak BAK dalam 24 jam → kateterisasi (resiko ISK >>
Bakteriuri 40 %). BAB harus dilakukan 3-4 hari PP Jika tidak→laksan
atau parafin/suppositoria. Ambulasi dini dan diet dapat mencegah
konstipasi. Agar BAB teratur : diet teratur, pemberian cairan yang
banyak, latihan dan olahraga.
d. Personal Hygiene
Ibu nifas rentan terhadap infeksi, untuk itu personal hygiene
harus dijaga, yaitu dengan:
1) Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan tubuh,
pakaian, lingkungan, tempat tidur harus slalu dijaga.
2) Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih
3) Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehar
4) Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus
5) Tidak menyentuh luka perineum
e. Seksual
Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang
biasa pada 6 minggu PP, secara fisik, aman, setelah darah dan dapat
memasukkan 2-3 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. (Rogson dan
Kumar, 1981)
f. Senam Nifas
Tujuan dari senam nifas adalah Rehabilitasi jaringan yang
mengalami penguluran akibat kehamilan dan persalinan,
Mengembalikan ukuran rahim kebentuk semula, Melancarkan
peredaran darah, Melancarkan BAB dan BAK., Melancarkan produksi
ASI, Memperbaiki sikap baik.
4. Ruptur Perineum
a. Pengertian Perineum
Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal
diafragma pelvis. Perinium mengandung sejumlah otot superficial,
saat persalinan, otot ini sering kali mengalami kerusakan ketika janin
lahir. Perineum terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4
cm . (Rohani dkk, 2011)
b. Robekan Perineum
Robekan perineum adalah robekan obstetric yang terjadi pada
daerah perineum akibat ketidakmampuan otot dan jaringan lunak
pelvic untuk mengakomodasi kan lahirnya fetus. Pada dasarnya
robekan perineum dapat dikurangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggul dilewati kepala janin terlalu cepat. (Fatimah, Prasetya,
2019: hal 153)
c. Klasifikasi Derajat Laserasi Jalan Lahir
Menurut (Sulistyawati, 2012: 181) derajat laserasi jalan lahir
adalah sebagai berikut :
1) Derajat I
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum.Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarhan dan
posisi luka baik
2) Derajat II
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum. Jahit menggunakan teknik yang
sesuai kondisi pasien
3) Derajat III
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani.
4) Derajat IV
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, rektum
d. Factor Yang Mempengaruhi Ruptur Perinium
1) Faktor maternal
a) Partus presipitatus
Partus presipitatus merupakan partus yang
sudah selesai kurang dari tiga jam atau bisa disebut
persalinan yang berlangsung sangat cepat. Partus
precipitatus ditandai dengan adanya sifat his normal,
tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak
pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu
adalah terjadinya perlukaan jalan lahir, sedangkan
bahaya untuk bayi adalah mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan
kuat dalam waktu yang singkat.
b) Edema dan kerapuhan pada perineum
Pada proses persalinan jika terjadi oedem pada
perineum makaperlu dihindarkan persalinan
pervaginam karena dapat dipastikan terjadi laserasi
perineum.
c) Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan
lebih dari 500 gr yang pernah dilahirkan hidup maupun
mati bila berat badan tidak diketahui maka dipakai
umur kehamilan lebih dari 24 minggu. Klasifikasi
Paritas adalah :
1) Primipara
untuk hidup diluar adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak yang cukup besar
untuk hidup didunia luar
2) Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih
dari satu kali atau 2 anak atau lebih.
3) Grande Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami
penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
d) Cara Mengejan
Kekuatan kontraksi rahim dibantu tenaga ibu
yang kuat waktu mengejan, akan mendorong kepala
bayi berada pada dasar otot panggul.
e) Elastisitas Perinium
Perineum yang kaku dan tidak elastis akan
menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan
resiko terhadap janin. Juga menyebabkan robekan
perineum yang luas sampai tingkat 3.
Hal ini sering ditemui pada primigravida berumur
diatas 35.
f) Umur Ibu <20 Tahun dan > 35 Tahun
Remaja wanita merupakan populasi risiko tinggi
terhadap komplikasi kehamilan, penyulit ini terjadi
karena pada remaja biasanya masih tumbuh dan
berkembang sehingga memiliki kebutuhan kalori yang
lebih besar dari wanita yang lebih tua. Sedangkan pada
usia lebih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-otot
panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada
umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada
usia ini besar kemungkinan akan mengalami kelelahan.
g) Kesempitan panggul dan CPD (chepalo pelvic
disproportional)
Merupakan disproporsi (ketidak sesuaian)
antara ukuran janin dengan ukuran panggul,dan jika
dipaksakan akan terjadi trauma dan menyebabkan
laserasi perineum.
h) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum,
ekstraksiforseps)
Persalinan dengan tindakan
menggunakan forcep menambah peningkatan cedera
perineum ibu, trauma yang paling besar dengan
menggunakan forsep rotasional.
i) Jarak kelahiran
Sejumlah sumber mengatakan bahwa jarak ideal
kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak, karena menyebabkan
ibu mempunyai waktu yang singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa ke kondisi sebelumnya.
j) Lama Persalinan kala II
Lama persalinan kala II adalah rentang waktu
dari pembukaan lengkap sampai lahrnya bayi yang
berlangsung < 2jam pada primigravida dan < 1 jam
pada multigravida.
k) Faktor janin
1) Lingkar kepala janin
Kepala janin besar dan janin besar dapat
menyebabkan laserasi perineum.
2) Berat badan bayi
Berat badan janin dapat mempengaruhi proses
persalinan kala II. Jika berat badan janin >5000gr
maka akan menyebabkan terjadinya laserasi.
3) Presentasi defleksi
Presentasi defleksi dibagi menjadi 3 yaitu
defleksi ringan (presentasi puncak kepala),
defleksi sedang (presentasi dahi), dan defleksi
maksimal (presentasi muka). Pada sikap defleksi
sedang, janin dengan ukuran normal tidak
mungkin dapat dilahirkan secara pervaginam.
4) Letak sungsang dengan after coming head
Komplikasi dapat timbul pada janin dan ibu,
komplikasi pada janin adalah hematom pada
kepala, perdarahan dalam tengkorak (intracranial
hemorrhage), fraktur cranium, lukaluka lecet pada
kepala.
5) Distosia bahu
Distosia bahu merupakan penyulit yang berat
karena sering kali baru diketahui saat kepala
sudah lahir dan tali pusat sudah terjepit antara
panggul dan badan anak.
l) Faktor penolong persalinan
1) Cara berkomunikasi dengan ibu
Kerja sama sangat bermanfaat saat kepala bayi
pada diameter 5-6 cm membuka vulva (crowning)
karena pengendalian kecepatan danpengaturan
diameter kepala saat melewati introitus dan
perineum dapat mengurangi kemungkinan
robekan.
2) Cara memimpin mengejan dan dorongan pada
fundus uteri Jangan menganjurkan untuk meneran
berkepanjangan dan menahan nafas, anjurkan ibu
beristirahat diantara kontraksi. Penolong
persalinan hanya memberikan bimbingan tentang
cara meneran yang efektif dan benar jika ada his.
3) Anjuran posisi meneran
Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu
untuk
beristirahat diantara kontraksi jika ibu kelelahan
dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya
laserasi perineum.
4) Ketrampilan menahan perineum pada saat
ekspulsi kepala Saat kepala membuka vulva (5-6
cm), melindungi perineum dan mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-
hati dapat mengurangi regangan berlebihan
(robekan) pada vagina dan perineum.
5) Episiotomi
Episiotomi adalah bedah yang dibuat di
perineum untuk memudahkan proses kelahiran.
e. Tanda-Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir
Tanda dan gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah
perdarahan, darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal.
f. Ciri dan Khas Robekan Jalan Lahir
a. Kontraksi uterus kuat, keras, dan mengecil
b. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir
c. Bila perdarahan berlangsung meski kontraksi uterus baik dan
tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun sisa plasenta,
kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir.
g. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca
persalinan.
Beberapa bahaya ibu nifas dengan ruptur perineum meliputi :
1) Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karna perdarahan
pasca persalinan dalam waktu 1 jam setelah melahirkan.
Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan
jumlah perdarahan dan menilai tonus otot.
2) Fistula
Fistula adalah hubungan antara dua ruang rongga yang
disebabkan oleh infeksi atau peradangan. Fistula dapat
menekan kandung kemih atau rectum yang lama antara janin
dan panggul sehingga terjadi iskemia.
3) Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada
persalinan karna adanya penekanan kepala janin serta tindakan
persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan
vulva berwarna biru dan merah.
4) Infeksi
Infeksi masa nifas adalah peradangan disekitar alat
genetalia pada kala nifas. Perlukaan pada persalinan
merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh sehinnga
dapat menimbulkan infeksi. (Fatimah, prasetya, 2019 : hal
171-173)
5) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur.
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala
hebat atau peglihatan kabur.
6) Demam, Muntah, dan Nyeri Berkemih
7) Payudara bengkak
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat
dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa
sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara
bengkak. BH/ bra yang terlalu ketat mengakibatkan
engorgement secmental bila payudara ini tidak disusukan
dengan adekuat, dapat terjadi mastitis.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia
mudah mengalami infeksi. Gejala gangguan ini meliputi :
a) Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal.
b) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
c) Payudara keras dan berbenjol-benjol ( merongkol).
Panas badan dan rasa sakit umum.
Gangguan ini dapat diatasi dengan :
1) Menyusui tetap dilanjutkan.
2) Beri kompres panas.
3) Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu
4) Pakai BH longgar
5) Istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi.
6) Banyak minum (2 Liter/ hari).
7) Kehilangan nafsu makan yang lama
h. Patofisiologi
Patofisiologi ruptur perineum diawali dengan peregangan pada
bagian perineum, terutama pada saat melahirkan yang akhirnya
menyebabkan robekan pada dinding vagina yang dapat meluas hingga
mencapai anus.
i. Etiologi
Etiologi ruptur perineum secara umum terdiri dari kondisi-
kondisi yang dapat menyebabkan regangan pada perineum yang pada
akhirnya merobek perineum, antara lain adalah Persalinan kala II yang
panjang, Penggunaan instrumen persalinan, Dorongan fundus pada
persalinan, Episiotomi.
j. Faktor Risiko
Faktor risiko ruptur perineum terdiri dari faktor maternal
(paritas, etnis, riwayat persalinan, usia, panjang perineum), janin (berat
badan janin,distosia, posisi janin), dan intrapartum (metode persalinan,
jangka waktu persalinan, penggunaan obat-obatan intra partum,
episiotomi, posisi persalinan).
k. Epidemiologi
Epidemiologi ruptur perineum tergantung dari jumlah populasi
dengan risiko tinggi yang berbeda. Ruptur perineum juga terjadi paling
banyak pada persalinan pertama dan angkanya menurun pada
persalinan selanjutnya.
l. Diagnosis
Diagnosis ruptur perineum dilakukan dengan pemeriksaan
perineum dengan teliti setiap selesai persalinan dengan mencari
adanya robekan pada perineum.
1) Anamnesis
Anamnesis pada ibu biasanya tidak terlalu berguna
karena ibu pasti merasakan sakit pasca melahirkan dan tidak
dapat membedakan nyeri yang disebabkan oleh laserasi.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan teliti untuk
memastikan kondisi anus atau ada tidaknya perluasan robekan
hingga daerah anal, maka dilakukan pemeriksaan colok dubur.
3) Klasifikasi derajat ruptur perineum
4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ruptur perineum hingga
saat ini masih belum dijadikan pemeriksaan rutin, namun
berbagai literatur telah membuktikan efektivitas penggunaan
ultrasonografi endoanal dalam diagnosis ruptur perineum.
5. Perawatan Luka Perinium
a. Pengertian Perawatan Luka Perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat. Jadi penyembuhan luka adalah panjang waktu proses
pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau disintegritas
jaringan kulit. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut
bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan.
Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.
b. Fase - Fase Penyembuhan Luka
Fase - fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490)
adalah sebagai berikut:
1) Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
2) Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-
jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk
kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi
kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi
yang baru. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu
dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan
luka.
3) Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau
bahkan tahunan.
c. Bentuk-Bentuk Penyembuhan Luka
Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka
digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua,
atau ketiga.
1) Penyembuhan melalui Intensi Pertama (Penyatuan Primer).
Ketika luka sembuh melalui instensi pertama, jaringan
granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut
minimal.
2) Penyembuhan melalui Instensi Kedua (Granulasi). Pada luka
dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi
luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang
sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
3) Penyembuhan melalui Instensi Ketiga (Suture Sekunder). Jika
luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan
kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi
yang berlawanan disambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
d. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi, menjaga kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman
pada pasien. (Maryuni, 2011; h.696)
e. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan
infeksi organorgan reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka.
f. Tindakan perawatan Penjahitan Robekan Perinium
1) Pengertian
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk
mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh.
2) Tujuan
a) Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan
sehingga proses penyembuhan bisa terjadi, proses
penyembuhan itu bukanlah hasil dari penjahitan
tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan
b) Untuk menghentikan perdarahan
3) Prinsip Dasar Penjahitan Perinium
Harus bersih, gunakan teknik kesteriliannya untuk mencegah
infeksi
a) Ibu dalam posisi litotomi
b) Pengunaan cahaya yang cukup terang
c) Tindakan cepat
d) Teknik yang steril
e) Bekerja hati-hati kassa jangan sampai tertinggal di
vagina
4) Mempersiapkan Penjahitan
5) Berikan anastesi lokal
6) Langkah – Langkah Penjahitan Perinium
Siapkan jarum,benang cat gut,dan gunting. Lalu
lakukan penjahitan sesuai derajat. Terdapat 2 teknik dalam
penjahitan laserasi perineum
Metode Konvensional

Teknik Kontinu Non-Locking


Robekan perineum derajat III dan IV

Mukosa rektal dan Spincter Anus Eksternal


Teknik lain adalah sambungan secara tumpang tindih pada sfingter
anal eksternal. Teknik ini menjadikan lebih banyak lipatan pada
perineal dan fungsi spincter yang lebih baik.
Sambungan Spincter Anus Secara Overlapping
7) Waktu Perawatan
a) Saat mandi
Pada saat mandi untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
b) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air
kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
pada rektu akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
c) Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan
pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
d) Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari,
yaitu :
1) Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6
jam. Posisikan pembalut dengan baik sehinga
tidak bergeser.
2) Lepaskan pembalut dari depan
kebelakang sehingga menghindari
penyebaran infeks dari anus ke vagina.
3) Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan
antiseptik pada area perineum setelah defekasi.
Keringkan dengan air pembalut atau ditepuk-
tepuk, dari arah vagina ke anal.
4) Jangan dipegang samapi area tersebut pulih.
5) Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah
normal dan merupakan tanda penyembuhan.
Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman,
atasi dengan mandi berendam air hangat atau
kompres dingin dengan kain pembalut yang
telah diinginkan.
6) Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk
lama untuk mengurangi tekanan pada daerah
tersebut.
7) Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna
merangsang peredaran darah disekitar perinium.
Dengan demikian, akan mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-
otot.
e) Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1) Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan
luka pada perineum karena penggantian
jaringan sangat membutuhkan protein.
2) Obat-obatan
a) Steroid
Dapat menyamarkan adanya
infeksi dengan Menggangu respon
inflamasi normal.
b) Antikoagulan
Dapat menyebabkan hemoragi.
c) Keturunan
Salah satu sifat genetic yang
mempengaruhi adalah kemampuan dalam
sekresi insulin dapat di hambat, sehingga
dapat menyebabkan glukosa darah
meningkat. Dapat terjadi penipisan
protein-kalori.
d) Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam
menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat
mempengaruhi penyembuhan perineum.
e) Budaya dan Keyakinan
Misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan
daging ayam, akan mempengaruhi
asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah, 2010; h.361-
362)
f) Penghambat Keberhasilan Penyembuhan
Luka
1) Malnutrisi
Malnutrisi secara umum
dapat mengakibatkan berkurangnya
kekuatan luka, meningkatnya
dehisensi luka, meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi, dan
parut dengan kualitas yang buruk.
2) Merokok
Nikotin dan karbon
monoksida diketahui memiliki
pengaruh yang dapat merusak
penyembuhan luka
3) Kurang tidur
Gangguan tidur dapat
menghambat penyembuhan luka,
karena tidur meningkatkan
anabolisme (sintesis molekul
kompleks dari molekul sederhana),
dan penyembuhan luka termasuk
ke dalam proses anabolisme.
4) Stres
Diduga bahwa ansietas dan stres
dapat mempengaruhi sistim imun
sehingga menghambat
penyembuhan luka.
5) Kondisi medis dan terapi
Berbagai kondisi medis dapat
mempengaruhi kemampuan
penyembuhan luka pada wanita.
Tanggap imun yang lemah karena
sepsis atau malnutrisi, menurunnya
kemampuan untuk mengatur faktor
pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel
proliferatif untuk perbaikan luka.
6) Asuhan kurang optimal
B. KONSEP MENYUSUI
a. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya.
Organ tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama
kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan
bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan. Perkembangan zaman membawa perubahan bagi
kehidupan manusia, dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat membuat pengetahuan manusia
mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Menyusui
merupakan suatu pengetahuan yang sudah ada sejak lama yang
mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kehidupan
manusia (Astuti, 2013). Sedangkan menurut (Varney dkk, 2008)
menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan
psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun
berikutnya.
b. Manfaat menyusui
Manfaat menyusui ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Adapun manfaat yang diperoleh dengan
menyusui untuk ibu menurut Sri Astuti (2015) adalah :
1) Menyusui membantu mempercepat pengembalian rahim ke
bentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran.
Ini karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui
saraf ke kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan
saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang uterus
untuk berkontraksi sehingga mempercepat proses involusio
uteri.
2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses
pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan
lemak yang ditimbun selama kehamilan.
3) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam
keadaan segar dengan suhu selalu siap jika diperlukan pada
malam hari.
4) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
5) Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi juga akan merasa
aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar
detak jantung ibunya yang telah dikenal selama dalam
kandungan. Perasaan terlindung ini akan menjadi dasar
perkembangan emosi dan membentuk kepribadian yang
percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
6) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menunda proses
menstruasi dan ovulasi selama 20 sampai 30 minggu atau
lebih karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang
menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga
menunda kesuburan.
7) Menyusui menurunkan resiko kanker ovarium dan kanker
payudara
pramenopause, serta penyakit jantung pada ibu. Hasil
penelitia (The Lancet Medical Journal, 2012) menemukan
bahwa resiko kanker payudara turun 4,3% pada ibu yang
menyusui, menyusui juga dapat menurunkan osteoporosis.
8) Wanita menyusui yang tidak memiliki riwayat diabetes
gestasional akan kemungkinan yang lebih kecil untuk
mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari.
c. Mekanisme Menyusui
Reflek yang penting dalam mekanisme isapan bayi terbagi menjadi
tiga menurut Marliandiani (2015) yaitu:
1) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan bayi
akan menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan
puting susu, maka bayiakan membuka mulut dan berusaha
menangkap puting susu.
2) Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi
tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka
sebagian besar areola harus masuk kedalam mulut bayi.
Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah
areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI
keluar.
3) Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI,
maka bayi akan menelannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas (puerperineum) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Jadi, puerpurium
berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga
pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia,
dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
membuat pengetahuan manusia mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan
bayi. Menyusui merupakan suatu pengetahuan yang sudah ada sejak lama
yang mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kehidupan manusia

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masi banyak penulisan, penempatan
huruf, bahasa, letak titik koma yang kurang sempurna, oleh karena itu kami
sebagai penulis mengharapka kritik dan saran dari pembacah yang dapat
membangun agar penulisan makalah ini kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI . Pedoman Pengelolaan Air
Susu Ibu di Tempat Kerja. In. Jakarta; 2012.
Erfiana, Irma. 2012. Kajian Berbagai Faktor yang Berperan dalam Pemberian Susu
Formula Awal pada Bayi (6-8) di Kelurahan Tugu Jaya Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya. Jawa Brat, Univrsitas Siliwangi.
Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya?.Jogjakarta: flashbooks.
Praptiani, Wuri. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Puspitasari. 2011. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu
formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan Praktek Swasta Hj.
Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten
Banyumas. Stikes Harapan Bangsa.
Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri. 2011.Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Ambarwati, F.R.. 2012. Ilmu Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Cakrawala Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai