PENDAHULUAN
Masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari. Periode pasca persalinan meliputi masa transisi
kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial.
Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya
justru merupakan kebalikannya. Oleh karena itu kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih
sering terjadi pada masa pasca persalinan. Semakin meningkat kematian ibu di Indonesia pada
saat nifas ( sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru
mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa
nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Berdasarkan profil cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%, tahun
2011 adalah 77.65%. walaupun cakupan pelayanan ibu nifas mengalami peningkatan, namun
masih jauh dari target standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa nifas. Seperti
melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data , menetapkan diagnosa dan
rencan tindakan serta melaksnakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama masa nifas dengan memberikan
asuhan secara profesional (Yetti Anggraini, 2010:3).
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan managemen kebidanan
yang tepat pada ibu Nifas.
2. Tujuan khusus
1
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
kebidanan serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan
penulis diharapkan :
a. Mampu menguraikan konsep dasar dan asuhan kebidanan pada ibu Nifas.
b. Mampu mengidentifikasikan dan melakukan analisa data yang terkumpul pada ibu
Nifas.
c. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul, baik dalam bentuk diagnosa,
masalah maupun mapun kebutuhan pada ibu Nifas.
d. Mampu mengidentifikasikan dan mengantisipasi diagnosa masalah potensial pada
ibu Nifas.
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan intervensi dan kolaborasi
segera pada ibu Nifas.
f. Mampu membuat rencana tindakan pada ibu Nifas.
g. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada ibu Nifas.
h. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan management yang telah
dicapai pada ibu Nifas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Menurut Bennet V.R dan Brown L.K (1996) perperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
2) Menurut Williams puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera
setelah melahirkan, meliputi minggu –minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi
kembali keadaan tidak hamil atau kembali normal.
3) Menurut The Midwife’s Rule (1993)
3
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 28 hari
setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan
kepada ibu dan bayi sedang diperlukan.
4) Menurut Christina S Ibrahim (1998)
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.
5) Menurut JNPK-KR (2002), masa nifas secara harfiah didefinisikan sebagai masa
persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu alat-alat reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
6) Sedangkan Depkes (2002), menuliskan bahwa puerperium adalah waktu mengenai
perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari punca pengalaman melahirkan
untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.
7) Vervney , H (2007), juga mengatakan bahwa periode pasca persalinan (post partum) ialah
masa waktu antara kelahiran plasenta dan membrane yang menandai berakhirnya periode
intrapartum sampai waktu menuju kembalinya system reproduksi wanita tersebut ke
kondisi tidak hamil.
8) Menurut Sarwono (2005), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira
setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali sebelum waktu 3
bulan.
9) Masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
10) Periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak
hamil, yang membutuhkan waktu selama 6 minggu (Farrer, 2001)
11) Saifuddin (2002), mengatakan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, yang berlangsung 6
minggu.
12) Pusdiknakes (2003), mengatakan bahwa masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
13) Abdul bari (2000), mengatakan masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu.
4
14) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. (F.Gary Cunningham, Mac Donal, 1995)
5
5) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai
orang tua
6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan
anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10) Memebrikan konseling untuk ibu da keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman
11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data menetapkan
diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untu mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas
12) Memberikan asuhan secara professional
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungknan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
6
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul atau menggangu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.
7
persal 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
inan perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada
bagian payudara ibu
4. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada abyi tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
8
Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh ibu dari kondisi hamil kembali ke
kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara bertahap. Perubahan ini juga terjadi untuk dapat
mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena kehamilan, salah satunya adalah
proses laktasi, agar bayinya dapat ternutrisi dengan nutrisi yang paling tepat yaitu ASI.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini, misalnya tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, tenaga kesehatan dan asuhan yang diberikan, maupun
suami dan keluarga disekitar ibu nifas. Adapun perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi
pada masa nifas antara lain perubahan yang terjadi pada organ reproduksi, system pencernaan,
system perkemihan, system musculoskeletal, system endokrin dan lain sebagainya yang akan
dijelaskan berikut ini.
9
dan beberapa hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2 jari. Pada
akhir minggu pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks menebal dan kanalis
servikalis kembali terbentuk.
c. Perubahan pada Uterus
Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses involusio uteri yaitu
kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil baik ukuran, tonus dan posisinya. Proses
involusio juga dijelaskan sebagai proses pengecilan ukuran uterus untuk kembali ke
rongga pelvis, sebagai tahapan berikutnya dari proses recovery pada masa nifas. Namun
demikian ukuran tersebut tidak akan pernah kembali seperti keadaan nullipara. Hal ini
disebabkan karena proses pagositosis biasanya tidak sempurna, sehingga masih tertinggal
sedikit jaringan elastis. Akibatnya ketika seorang perempuan pernah hamil, uterusnya
tidak akan kembali menjadi uterus pada keadaan nullipara.
Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang bergeser ke atas atau ke
kanan karena kandung kemih. Kandung kemih harus dikosongkan sebelum mengkaji
tinggi fundus uteri (TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri, agar dapat
memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat.
Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran
normal pada minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera
setelah persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini perlu
dikaji labih jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai perdarahan atau
retensi bekual darah dan darah, serta distensi kandung kemih, tidak bisa berkemih.
Ukuran uterus dapat dievaluasi melalui pengukuran TFU yang dapat dilihat pada table
dan gambar berikut ini.
Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1 cm per hari, yang dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
10
Gambar 1. Proses Involusio Uteri Pasca Persalinan.
11
masa kehamilan yang menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum kemudian keluar
kembali bersama urine. Dilatasi pada saluran perkemihan terjadi karena peningkatan
volume vascular menghilang, dan organ ginjal secara bertahap kembali ke keadaan
pregravida.
Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi
pengosongan yang tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya
pembengkakan kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada
24 jam pertama postpartum. Jika Keadaan ini masih menetap maka dapat dicurigai
adanya gangguan saluran kemih.
g. Perubahan sistem muskuloskeletal/ diastasis recti abdominis
Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil
dalam periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan. Kembalinya tonus otot dasar
panggung dan abdomen pulih secara bersamaan. Pemulihan ini dapat dipercepat dengan
latihan atau senam nifas. Otot rectus abdominismungkin tetap terpisah (>2,5 cm) di garis
tengah/umbilikus, kondisi yang dikenal sebagai Diastasis Recti Abdominis (DRA),
sebagai akibat linea alba dan peregangan mekanis pada dinding abdomen yang
berlebihan, juga karena pengaruh hormone ibu.
h. Perubahan sistem endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar
hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu nifas
adalah hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin. Hormon
estrogen dan progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar
hormone prolactin dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan
ASI, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI. Keadaan ini
membuat proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya
dapat menjalani proses laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone plasenta. Hormone
plasenta menurun segera setelah plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
12
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh
postpartum.
i. Perubahan tanda-tanda vital
Terjadi perubahan tanda-tanda vital ibu nifas yakni:
- Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena kelelahan
dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan suhu tubuh hingga 38°C
harus merupakan tanda adanya komplikasi pada masa nifas seperti infeksi/sepsis
puerperalis.
- Nadi: normal 65-80 dpm, peningkatan nadi menandakan adanya infeksi
- Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi meningkat, maka
akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika respirasi meningkat hingga
30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.
- Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama postpartum
(<140/90 mmHg). Jika terus meningkat, merupakan tanda adanya preeklampsia.
Monitor tekanan darah secara teratur perlu dilakukan jika tekanan darah masih terus
tinggi.
j. Perubahan sistem kardiovaskuler
Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses persalinan normal,
sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa mencapai 700-1000 cc, dan histerektomi
1000-1500 cc (a/i atonia uteri) . Kehilangan darah ini menyebabkan perubahan pada kerja
jantung. Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga disebabkan oleh autotransfusi dari
uteroplacenter. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat karena hilangnya proses
uteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi diuresis
secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan)
yang menyebabkan volume plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali
normal pada minggu kedua postpartum.
13
pada awal postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada masa
hamil berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada hari ketiga – tujuh postpartum.
Pada minggu keempat – lima postpartum akan kembali normal. Lekosit meningkat
hingga 15.000 selama beberapa hari postpartum (25.000-30.000) tanpa menjadi abnormal
meski persalinan lama. Namun demikian perlu diobservai dan dilihat juga tanda dan
gejala lainnya yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa nifas.
Ibu pada masa nifas, seperti halnya ibu pada masa hamil juga memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi agar kesehatan fisik dan psikisnya dapat terjaga, demikian juga kesehatan bayi yang
dilahirkannya.
14
Tidak kalah penting adalah mikronutrien. Kasus yang paling banyak ditemukan karena
kekurangan mikronutrien adalah (1) gangguan defisiensi iodium, (2) defisiensi vitamin A
dan (3) anemia defisiensi besi. Penyebab terbanyak asalah ketersediaan makanan yang
mengandung mikronutrien di atas dan gangguan absorsbsi mikronutrien tersebut.
2. Defisiensi Iodine
Defisiensi iodine adalah risiko mayor pada perkembangan fisik maupun mental dan terdapat
kira-kira 1600 juta populasi yang mengalami kekurangan iodine. Kekurangan iodine
bertanggung jawab terhadap kerusakan otak janin, pada masa anak-anak menyebabkan
retardasi mental dan gangguan neurologis. Akibat paling parah adalah kretinisme, suatu
kombinasi dengan gangguan pertumbuhan.
3. Defisiensi Vitamin A
Tindakan pencegahan terhadap kekurangan vitamin A adalah seara teratur mengkonsumsi
buah dan sayuran berwarna orange dan sayuran hijau tua. Upaya lain adalah dengan
konsumsi fortifikasi seperti produk susu, margarin dan produk lemak lainnya. Di Amerika
Tengah, gula berhasil digunakan untuk fortifikasi; di Indonesia dan Filipina monosodium
glutamat (MSG) telah digunakan. Penggunaan empat hingga enam dosis oral bulanan dari
200.000 IU vitamin A yang mengandung minyak telah diadopsi di sejumlah negara
berkembang.6
4. Anemia Defisiensi Besi dan Asam Folat
Pencegahan dan treatment yang diberikan terhadap anemia defisiensi besi dan asam folat
adalah diet tinggi zat besi (hati, sayuran hijau tua) dan makanan yang membantu penyerapan
zat besi (makanan yang beasal dari hewan, sayuran dan buah kaya akan vitamin C).
Makanan yang mengambat penyerapan zat besi adalah kopi, suplemen kalsium, harus
dihindari atau di konsumsi 2 jam setelah makan.Pencegahan pada basis populasi
dimungkinkan oleh fortifikasi dengan zat besi dan produk makanan lainnya (roti, bubuk kari
atau gula, tergantung pada pola konsumsi). Pendekatan lain adalah suplementasi dengan zat
besi dan folat dari kelompok berisiko tinggi seperti wanita hamil dan menyusui, bayi dan
anak-anak pra-sekolah. Di daerah prevalensi tinggi anemia defisiensi besi, 400 mg sulfat
besi (2 tablet) per hari atau seminggu sekali, dengan folat 250 μg selama 4 bulan dianjurkan
untuk wanita hamil dan menyusui. Di daerah prevalensi rendah 1 tablet sulfat besi setiap
hari mungkin cukup, tetapi di daerah-daerah ini pendekatan lain adalah memberikan terapi
15
besi hanya jika anemia didiagnosis atau dicurigai.6Konsumsi asam folat dan tablet menurut
rekomendasi WHO adalah minimal selama 3 bulan postpartum. Studi sistematik review di
Brazil, Canada, Czech Republic, Gambia, Switzerland, dan USA melaporkan bahwa
kelompok ibu yang mendapat suplemen asam folat 300Mcg atau 1 mg asam folat, zat besi
(ferro fumarate) 18 mg, zinc 15 mg, copper 2 mg, calcium 162 mg, serta mineral dan
vitamin memiliki kadar Hb yang lebih tinggi dibandngkan kelompok kontrol. Asam folat
berhubungan dengan tingginya kadar hb pada ibu yang mengkonsumsi supplement dalam 3
dan 6 bulan pertama postpartum.
5. Ambulansi
Ambulasi adalah kebijakan untuk membimbing ibu nifas secepat mungkin melakukan
mobilisasi, bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan serta melakukan aktivitas
lainnya.15Ambulasi dini dilakukan secara bertahap, dimulai setalah 2 jam postpartum pada
ibu yang mengalami persalinan normal tanpa komplikasi. Tindakan yang dilakukan yakni
miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah tromboembolik.
6. Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK)
Ibu nifas akan merasa sulit BAK selama 1-2 hari, terutama pada primipara dan mengalami
episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih dalam 6-8 jam pertama postpartum. Setiap kali
berkemih urin yang dikeluarkan sebanyak 150 ml. Kesulitan BAK ini dapat disebabkan
karena trauma kandung kemih karena penekanan kepala saat kelahiran bayi dan nyeri serta
pembengkakan pada perineum yang mengakibatkan kejang pada saluran kemih. Jika tidak
terjadi BAK secara spontan dapat dilakukan:
- Dirangsang dengar mengalirkan keran air di dekat pasien
- Kompres hangat di atas simpisis
- Berendam air hangat setelah itu pasien diminta untuk BAK
- Hal lain yang menyebabkan kesulitan berkemih pascasalin adalah menurunnya tonus otot
kandung kemih akibat proses persalinan dan.
16
dalam rectum, maka akan berpotensi Ibu mengalami febris. Kesulitan BAB dapat terjadi
karena trauma pada usus akibat keluarnya kepala bayi/proses persalinan Faktor-faktor
psikologi juga turut berperan terhadap konstipasi karena rasa takut luka jahitan perineum
terlepas.15Jika terjadi konstipasi, ibu dianjurkan untuk banyak minum dan diet makanan
yang tinggi serat, dan pemberian obat laksansia.
7. Kebersihan diri/perineum
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa infeksi merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu nifas. Oleh karena itu kebersihan diri terutama pada daerah
perineum perlu diperhatikan dengan serius. Kebersihan merupakan salah satu tanda hygiene
yang baik. Karena kita hidup di daerah tropis, ibu nifas juga perlu mandi 2 kali sehari agar
bersih dan segar.
8. Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu nifas perlu dipenuhi terutama beberapa jam setelah melahirkan
bayinya. Hal ini dapat membantu mencegah ibu mengalami komplikasi psikologis
seperti baby bluedan komplikasi lainnya. Masa nifas erat kaitannya dengan gangguan pola
tidur, tidak hanya pada ibu, tetapi juga pada pasangannya atau keluarga yang membantu
merawat bayinya.
9. Seksual
Dinding vagina akan kembali pulih dalam waktu 6-8 minggu. Pada saat lokia sudah berhenti
keluar, ibu sudah aman untuk melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya kembali. Ibu
juga dapat memeriksa apakah terasa nyeri atau tidak saat berhubungan, dengan memasukan
satu jari ke liang sanggama. Jika tidak terasa nyeri, maka biasanya tidak terjadi dyspareunia
saat berhubungan seks.
10. Manajemen laktasi
Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI.
Kolostrum adalah cairan yang keluar dari payudara ibu pada hari pertama sampai hari
keempat atau ketujuh setelah melahirkan dan berfungsi sebagai pelindung yang kaya akan
protein dan zat anti infeksi. Kolostrum juga dikatakan sebagai ASI stadium pertama dari hari
17
pertama sampai hari keempat, berwarna kuning keemasan karena kaya akan sel-sel hidup dan
lemak. Setelah persalinan komposisi kolostrum mengalami perubahan warna lebih muda dan
komposisinya.
D. Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
1. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan
yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan
terhadap pasien.
2. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik ibu nifas, adalah:
18
daerah yang mengalami kelainan (abnormal) Ke daerah yang tidak mengalami kelainan
(normal).
6) Pada saat pemeriksaan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien.
7) Perhatikan pencahayaan yang tepat, suhu dan suasana ruangan yang nyaman, bagian
tubuh yang sedang diperiksa tidak tertutup baju dan selimut, serta jaga privacy klien.
8) Lakukan dokumentasi yang tepat setelah melakukan pemeriksaan.
1) Persiapan ruangan
Ruangan disiapkan sebaik mungkin misal dengan memasang penyekal, mengatur
pencahayaan.
2) Persiapan peralatan
Baki 1 buah, Tensi Meter dan Stetoskop, Termometer, Kapas + air DTT, Sarung
tangan/hand schoen 1 pasang Pincet. Tempat sampah Kuning (Infeksius), Cairan Klorin
0.5 %, Sente, Bengkok
3) Persiapan pasien Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan, atur posisi untuk mempermudah pemriksaan. atur waktu seefisien
mungkin sehingga pasien dan bidan tidak kecapaian.
19
anamnesa Adapun pengkajian mental dan penampilan meliputi sikap kecernasan air muka
(untuk identifikasi post partum blues atau depresi post partum) dikaji sampai 2 minggu)
b. Cara kerja
Inspeksi raut muka pasien terutama saat berkomunikasi dan menggali data (sedih,
murung, gelisah takut)
b. Cara Kerja
Lakukan secara sistematis, efektif. Pasang tensimeter dan termometer kemudian nilai
tekanan darah dan suhu, bereskan alat lalu hitung nadi kemudian pernafasan.
3) Pemeriksaan Wajah
a. Tujuan Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis, eklampsi post partum biasa terjadi
b. 1-2 hari post partum
c. Cara Kerja
- Inspeksi muka : simetris, warna kulit muka, ekspresi wajdh dan pembengkakan daerah
wajah dan kelopak mata.
- Inspeksi konjungtiva, dengan cara :
(1)Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
(2)Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari
(3)Amati konjungtiva, untuk mengetahui ada idaknya kemerahan/ atau keadaan
vaskularisasinya
4) Pemeriksaan Leher
a. Tujuan
Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan, jikafada panas sebagai diagnosa
banding.
20
b. Cara kerja
- Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan leher serta pergerakannya.
- Palpasi pada nodus limfe dengan cara:
(a) Duduk dihadapan pasien
(b) Anjurkan pasien untuk menengadah kesamping menjauhi pemeriksa sehingga
jaringan lunak dan otot otot akan relaks
(c) Lakukan palpasi secara sistematis dan deferminasikan menurut lokasi, batas-batas
dan ukuran, berftuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe :
Submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibular) dan sub mental
(pada garis tengah beberapa cm dibelakang ujung mandibula)
5) pemeriksaan payudara
a. Tujuan: Sebagai pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaan payudara prenelal dan
segera setelah melahirkan apakah ada komplikasi post partum misalnya bendungan pada
payudara (3-5 hari post partum), abses payudara, mastitis (3-4 minggu post partum).
b. Cara pemeriksaan
- Inspeksi payudara :
(a) kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pas dan tepat dalam
menyangga payudara
(b) Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan
kedua tangan rileks di sisi tubuh
(c) Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan udema
(d) Inspeksi Epitelium puting : karakteristik ukuran (kecil, besar), bentuk (menonjol,
datar, mendelep), pengeluaran cairan dan banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah) dan
luka/lecet pada puting susu.
21
(a) Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran. Bila
adanya keluaran maka identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,
konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan
(b) Angkat dan lipat tangan pasien Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area
limfe nodi
(c) Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual terutama untuk payudara
yang berukuran besar dengan cara pertama tekankan telapak tangan tiga jari tengah ka
permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan
memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju areola dan memutar searah jarum jam
6) Pemeriksaan Abdominal
a. Tujuan
(1) Untuk menieriksa kandung kemih (adanya distensi dikarenakan retensi urine) biasa
terjadi setelah lahir
(2) Memeriksa involusi uterus (lokasi fundus, ukur dengan jari tangan dan konsistensi
(keras atau lunak)
(3) Menentukan ukuran diastasis rektus abdominalis (derajat pemisahan otot rektus
abdominis) sebagai evaluasi denyut otot abdominal dengan menentukan derajat
diastasis
(4) Memeriksa CVA (costovertebral angle) rasa sakit pada CVA/ letak pertemuan dari
iga ke 12 atau yang terbawah dfari otot paravertebral sejajar dengan kedua sisi tulang
punggung dan disana terdapat ginjal di posterioar dekat dengan padmukaan kulit ,
rasa sakit di transmisikan melalui saraf ke 10, 11dan 12 dari rongga dada sebagai
identifikasi adanya penyakit ginjal atau ISK.
(5) Dengan teknik auskultasi untuk mendengarkan bigng usus (deteksi dari mendetaksi
adanya parametritis)
(6) Dengan palpasi dan tekanan pada perut bagian bawah untuk mendeteksi adanya abses
pelvik dll.
22
b. Cara pemeriksaan
(1) Pemeriksaan kandung kemih
Pemeriksaan dilakukan dengan palpasi menggunakan 1 atau 2 tangan, akan teraba apabila
ada distensi, jika da distensi maka lakukan perkusi untuk mengetahui suara/tingkatan
redupnya
23
(j) Pemeriksaan kehalusan CVA
Metode A
7) Pemeriksaan Genetalia
a. Tujuan pemeriksaan
(1) Untuk memeriksa perinium terhadap penyembuhan luka meliput (edema, inflamasi,
hematoma, supurasi, dehiscence, echymosis/memar)
(2) Memeriksa pengeluaran lochea meliputi Warna disesuiakan dengan berjalannya waktu :
a) Rubra hari ke 2 warna merah,
b) Sanguilenta hari ke 3-7 warna merah kuning ,
c) Serosa hari ke 7-14 warna kuning,
d) Alba setelah 2 minggu warna putih,
24
e) Purulenta cairan seperti nanah berbau busuk bila terjadi infeksi.
f) Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata kira-kira 240-270 ml .
g) Bau amis atau khas darah, bau busuk tanda infeksi)
b. Cara pemeriksaan
(1) Bantu pasien untuk mengatur posisi dorsal rekumben tutup bagian tubuh yang tidak
diperiksa
(2) Lakukan inspeksi untuk :
- Menilai lochea (warna, bau dan jumlah, untuk jumlah sambil menanyakan kepada ibu
berapa pada pada hari itu)
- Menilai kondisi perinium (edema, inflamasi, he atoma, supurasi, dehiscence,
echymosis/memar)
- Menilai anus adakah terlihat haemorhoid (menilai besar adanya lesi atau perdarahan)
- Gunakan sarung tangan yang bersih
- Memeriksa perineum untuk menilai penyemb an luka tanda abnormal
- Berikan pelumas pada jari telunjuk dan masu « pelan-pelan
- Lakukan palpasi pada dinding rektum dan sakan ada tidaknya nodul, masa serta nyeri
tekan, bil ditenukan adanya masa catat lokasi, misalnya teraba benjolan pada dinding
anterior 2 cm proksimal terhadap springhter ani eksternal.
- Dengan telunjuk tangan masih di dalam anus anjurkan ibu untuk mengetatkan otot
vagian dan anus (kegel) catat berapa lama kemampuan mengetatkan minimal 10 detik
8) Pemeriksaan ekstrimitas
a. Tujuan pemeriksaan
25
Untuk memeriksa adanya tromboplebitis, edema, menilai pembesaran varises, dan
mengukur refleks patela (jika ada komplikasi menuju eklampsi post partum)
b. Cara pemeriksaan
- Bebaskan daerah yang akan diperiksa (buka kain kira-kira sampai lutut)
- Dengan posisi kaki lurus lakukan inspeksi adakah terlihat edema, varises, warna
kemerahan, tegang
- Palpasi kaki, nilai suhu kaki apakah panas, tekan tulang kering adakah udema dan
nilai derajat edema
- Nilai tanda homan dengan menekuk kedua kaki jika terasa nyeri pada betis maka
homan positif.
26
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL PADA
NY. R DI PMB Kiswari,Amd.Keb
HADIMILYO TIMUR METRO PUSAT
TAHUN 2021
A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. M
27
Lama persalinan :
Kala I :± 8 jam
Kala II :± 30 menit
Kala III :± 15 menit
Kala IV :± 2 jam
c. Riwayat Kehamilan
Trimester I :2x kunjungan ANC
Keluhan : tidak ada keluhan
Trimester II : 1x kunjungan ANC
Keluhan : tidak ada keluhan
Trimester III : 2x kunjungan ANC
Keluhan : tidak ada keluhan
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri, posisi setengah duduk
e. Keadaan Psikososial
Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran bayinya
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak memiliki riwayat penyakit
menular, keturunan.
g. Pola Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Eliminasi :BAB : ibu belum BAB
BAK :ibu sudah BAK
Nutrisi : makan dengan nasi, sayur, lauk, minum air putih dan susu
Istirahat :Ibu mengatakan masih tidur 10 menit
Aktifitas :Ibu mengatakan sudah bisa duduk,berdiri,berjalan
Personal Hygiene : Ibu sudah ganti dengan pakaian yang bersih, dan
memakaipembalut.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaanumum : Baik
28
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan wajah
Simetris, kelopak mata tidak ada pembengkakan, konjungtiva merah muda, sklera
putih, cloasma gravidarum tidak ada.
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Payudara
Simetris, bersih, putting menonjol,dan ASI sudah keluar
d. Abdomen
Kontraksi uterus baik,TFU 2 jari dibawah pusat
e. Genetalia
Pengeluaran lokhea rubra, tidak ada laserasi
f. Ekstremintas
Tidak ada oedema, tidak ada varises reflek patella positif.
29
C. Assesment
Ny. R P2A0 2 jam post partum
D. Planning
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene
c. Beritahu ibu umtuk mobilisasi dini
d. Anjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi
e. Ajarkan perawatan payudara
f. Ajarkan cara menyusui yang benar
g. Beri vit A dan Tablet Fe
LEMBAR IMPLEMENTASI
30
kanan-kiri, duduk serta berdiri. bantuan suami
21.30 4. Memberitahu ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi 4. Ibu mau
selama masa nifas yaitu memakan
karbohidrat, protein, mineral, air makanan
dan vitamin seperti memakan ikan bergizi
gabus, putih telur, sayuran hijau
dll
21.35 5. Mengajarkan ibu untuk
melakukan perawatan payudara 5. Ibu mau
untung mencegah lecet pada melalukan
payudara, memperlancar ASI dan perawatan
mencegah bengkak pada payudara di
payudara, yaitu kompres puting rumah
menggunakan beby oil beberapa
menit, lalu tuangkan beby oil di
telapak tangan dan ratakan ke
payudara lalu tangan kiri
menyanggah payudara tangan
kananan letakakn di bayudara
arahkan ke atas,bawah, samping
lalu menggenggam, memutar
mutar menggunakan 3 jari ketas
kesamping dan ebawah lakukan
bergantian lalu kompres payudara.
21.40 6. Memberitahu ibu untuk
memberikan ASI eksklusif kepada 6. Ibu mengerti
bayi selama 6 bulan penuh tanpa dan mau
tambahan makanan lain. memberika
21.45 7. Memberitahu ibu bahwa teknik ASi eksklusif
menyusui yang benar yaitu 7. Ibu mengerti
31
dengan menempelkan perut bayi teknik
pada perut ibu,kepala bayi sejajar menyusui yang
dengan bahu, dan tangan satunya bener
berada di belakang, muka bayi
menghadap ke putting ibu,
keluarkan sedikit ASI dan ratakan
di putting agar tidak lecet lalu
rangsang bayi dengan menyentuh
samping bibir bayi, pastikan
putting dan aerola masuk semua
ke mulut bayi dan tidak ada suara
mengecap, setelah sudah terasa
kosong pada payudara ganti di
sebelahnya, dan jangan lupa
menyendawakan bayi yaitu
dengan menepuk nepuk pundak
bayi.
21.48 8. Memberikan vitamin A 200.000
IU dan tablet Fe pada ibu pasca 8. Sudah
persalinan diberikan vit A
dan tablet Fe
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian terhadap Ny. R P2A0 post partum telah melahirkan bayinya dan masih
merasa mulas pada perutnya, riwayat kehamilan, riwayat persalinan normal, anak hidup, rawat
gabung. Riwayat kesehatan di dalam keluarga tidak ada yang menderita apapun, kebiasaan
sehari-hari dalam batas normal, ibu dan keluarga sangat senang atas kelahiran bayinya, Data
obyektif dalam batas normal, masalah perut ibu masih terasa mulas, tindakan segera tidak ada,
intervensi observasi KU ibu baik, kontraksi baik.
Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu nifas bidan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi, menyusui, memberikan imunisasi pada bayinya,
perawatan bayi sehat dan pelayanan kbyang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik
dan psikologis pada ibu dan bayi.
Dengan menerapkan menejemen kebidanan penulis pada kasusu ini mulai dari pengkajian
ssmpai evaluasi, tidak disapatkan masalah yang sepesifik, karenan ibu nifas dalam batas normal,
yang didukung dengan data penunjang, sehingga penulis dapat menganalisa/ menegakkan
diagnosa serta melaksanakan asuhan kebidanan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasi teori dengan sungguh-sungguh dalam
memberikan asuahan di lahan praktik sesuai dengan standard kebidanan sehingga dapat menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas.
33