Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat
mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan
tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari
(Dewi maritalia,2012).
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis,yaitu: Perubahan fisik, Involusi uterus dan
pengeluaran lochia. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil.
Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit
involusi.
Meninjau kematian para ibu melahirkan, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika
para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas ini.
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga pada kesejatraan bayi
yang dilahirkan karena ibu yang sakit tentu saja tidaka dapat merawat dan
menyusui bayinya dangan baik. Dengan demikian, angka morbiditas dan
mortalitas bayi pun meningkat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Kelompok dapat pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas normal melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Helen Varney.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian masa nifas
b. Menjelaskan tujuan masa nifas

1
c. Menjelaskan tahapan masa nifas
d. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan yang diperlukan pada masa
nifas
e. Membuat manajemen asuhan kebidanan pada pasien ibu masa nifas

3. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, tujuan penulisan yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori yang membahas tentang definisi masa
nifas, tujuan, tahapan nifas, peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
nifas dan materi lain yang membahas masa nifas.
BAB III TINJAUAN KHUSUS
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus asuhan kebidanan ibu pada masa
nifas normal secara nyata sesuai dengan manajemen kebidanan menurut 7
langkah varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi kesenjangan antara teori dan kasus serta kesulitan yang
dialami penulis selama proses pengkajian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari
tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus asuhan kebidanan ibu
pada masa nifas normal. Sedangkan saran merupakan alternatif
pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti semula sebelum hamil,
yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Fitri, 2017).
B. Teori khusus
1. Definisi masa nifas
Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentan
waktu kira – kira selam 6 minggu. Masa nifas (Puerperium) dimulai
setelah plasenta keluar sampai alat–alat kandungan kembali normal
sebelum hamil (Dewi Maritalia, 2012). Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya sebagian besar
fisiologis, namaun jika tidak dilalukakn pendampingan melalui asuhan
kebidanan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi keaadan patologis.
Tenaga kesehatan sudah seharusnya melaksanakan pemamtauan dengan
maksimal agar tidak timbul berbagai masalah, yang mungkin saja akan
berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Meninjau kematian para ibu melahirkan, infeksi merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga
sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi
pada masa nifas ini (Risa Fitriyani, 2014). Adanya permasalahan pada ibu
akan berimbas juga pada kesejatraan bayi yang dilahirkan karena ibu yang
sakit tentu saja tidaka dapat merawat dan menyusui bayinya dangan baik.
Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun meningkat.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Rika Andiriyani s.st,M.kes 2015
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan Psikologis Ibu dan Bayi

3
Pemberian asuhan, pertama bertujuan untuk member fasilitas dan
dukungan bagi Ibu yang baru saja melahirkan anak pertama untuk
dapat menyesuakian diri dengan kondisi dan peran barunya sebagai
seorang Ibu. Kedua, member pendampingan dan dukungan bagi ibu
yang melahirkan anak ke dua dan seterusnya untuk membetuk pola
baru dalam keluarga sehingga perannnya sebagai ibu teteap
terlaksanakan dangan baik. Jika ibu dapat melewati masaini maka
kesejahteraan fisisk dan psikologis bayi pun akan meningkat.
b. Pencegahan, Diagnosa dini, pengobatan Komplikasi
Dengan pemberian asuhan pada ibu nifas diharapkan permasalahan
dan komplikasi yang terjadi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal
c. Dapat Segera Merujuk Ibu ke Asuhan Tenaga Ahli Bilamana Perlu
Pendamping bagi ibu pada masa nifas bertujuan agar keputusan
tepat dapat segera diambil sesuai dengan kondisi pasien sehinggga
kejadian mortalita dapat dicegah. Hal ini mengingat sering kali Ibu
yang baru saja melahirkan mengalami masalah namun keluarga tidak
membawanya ke pusat pelayanan kesehatan dangan berbagai alasan.
d. Mendukung dan Mendampingi ibu dalam menjalakn peran barunya
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak
yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, maka
tidak perlu lagi dilakukan pendampingan bagi ibu. Pada hal bagi para
ibu terutama ibu baru, beradaptasi dengan peran barunya sangatlah
berat dan membutuhkan suatu kondisi mental yang maksimal.
e. Mencegah ibu terkena tetanus
Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas,
diharapkan tetanus pada ibu melahirkan dapat dihindari.
f. Memberi bimbingan dan dorongan tentang pemberian makan anak
secara sehat serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak dan keluarga (Prawiroharjo, 2015).

4
3. Tahapan Nifas
Menurut Dr. Taufan Nugroho, 2014:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pilih kembali
dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-
minggu , berbulan-bulan atau tahunan.
4. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi
perawatan dan dukungan sesuai dengan kebutuhan ibu, yaitu melalui
kemitraan (patnership dengan ibu. Selain itu, menurut (Bahiyatun, 2011)
dengan cara:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa
nifas.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
5. Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dii, puerpetium
intermedial, dan remote purperium (Bahiyatum, 2013).
a. Puerperium Dini
Puerperium dini merupsksn masa kepulihan. Pada saat ini ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial
Puerperium dini intermedial merupakam masa kepulihan alat – alat
genetalia secara menyeluruh yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

5
c. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurnah, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurnah
dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.

6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Menurut Pitriani. Risa 2914

Parameter Penemuan Waktu Penemuan


normal pemerik abnormal
saan
Kesehatan Letih Setiap Terlalu letih, lemah
umum melaku
kan
pemerik
saan
Tekanan TD<140/90 Setiap 2 TD > 140 /90mmhg
Darah mmhg jam
Pulse/ 60 -100 x/menit Setiap 2 Jika < 60 atau >
nadi jam 100 x/menit
Suhu < 38⸰C Suatu Jika < 38⸰C
waktu
Fundus 1) Kuat, Setiap jam 1) Lembek
berkontraksi 2) Berada diatas
baik pusat
2) Berada
dibawah
umbilicus

6
Lochea/ 3) Lochea Setiap jam 3) Merah terang
perdar rubra 4) Bau busuk
ahan 4) Bau biasa 5) Mengeluarkan
5) Tidak ada gumpalan darah
gumpalan 6) Perdarahan
darah atau berat
butir – butir
darah beku
6) Jumlah
perdarahan
yang ringan
atau sedikit
Kandung 1) Bisa Setiap jam 1) Tak bisa
kemih berkemih berkemih
2) Kandung 2) Jika vesika
kemih tidak urinaria dapat
dapat diraba diraba
Menyusui 1) Terbina Dimulai 1) Bayi tidak dapat
hubungan sejak baru menyususi
yang baik lahir setiap dengan efektif
antara ibu jam 2) Ibu dan bayi
dan bayi menyusui dalam keadaan
2) Bayi dapat yang tidak benr
menyususi dalam myusui
dengan
benar
3) Ibu dan
bayi dalam
keadaa atau
posisi yang
benar

7
Kunjungan pertama, waktu 6 – 8 jam setelah persalinan. Tujuannya
Menurut Pitriani, Risa 2014:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau sala satu anggota keluarga
mengenai bagaiman cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat danagn cara mencegah hypothermi.
g. Jika petugas kesahatan menolong persalinan, ia harus tinggal dangan
ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan normal. Semua ibu memerlukan pengalaman
yang cermat dan penilaian dalam masa pasca salin. Sebelum ibu
dipulangkan dari klinik atau sebelum bidan meninggalkan rumah ibu,
proses penatalaksanaan kebidanan selalu dipakai untuk :
a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya perujukan.
b. Memberikan konseling unuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan , mengenali tanda – tanda bahaya, manjaga gizi
yang baik serta mempraktekan kebersihan yang aman.
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antar ibu – bayi.
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI.

Kunjungan ke 2, waktu 6 hari setelah persalinan. Tujuannya:


a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.

8
b. Menilai adannya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda – tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari – hari
Kunjungan ke 3, waktu dua minggu setelah persalinan. Tujuan sama
dengan kunjungan ke 2
Kunjungan ke 4, waktu 6 mminggu setelah persalinan. Tujuan:
a. Menayakan pada ibu tentang kesulitan – kesulitan yang ia atau
bayinya alami.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6 – 8 jam a. Mencegah perdarahan karena
setelah atonia uteri
perslina b. Mendeteksi dan mengatasi
n perdarahan Karena penyebab
lain: rujuk perdarahan berlanjut
c. Memberi konseling pada ibu
atau salasatu anggota keluarga
bagaiman cara mencegah nifas
karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melalukan hubungan antara ibu
dan bayi batu lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat
dangan cara mencegah
hipotermia
g. Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi

9
baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran bayi dalam
keadaan tabil.
2 6 hari a. Memastikan involusi uterus
setelah berjalan normal
persalin b. Menilai adanya tanda – tanda
an demam
c. Memastika ibu cukup mendapat
makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyususi
dangan baik
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah
melahir
kan
4 6 minggu a. Menayakan pada ibu tentang
setelah penyulit – penyulit yang ia
persalin alami atau bayi alami
an b. Memberikan konseling KB

Tanda – tanda bahaya masa nifas menurut Dewi, 2014 yaitu :


a. Perdarahan yang hebat atau peningkatn perdarahan secara tiba – tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membsahi lebih dari
2 pembalut saniter dalam wakti setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastiric, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan demam, muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan

10
f. Payudara yang memerah, panas, dan / atau sakit
g. Kehilangan seleara makan untuk waktu yang berkepenjangan
h. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan / atau pembengkakan pada
kaki
i. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
j. Merasa sangat letih atau bernafas terengah – engah

7. Perubahan Psikologis pada Masa nifas


Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini
terjadi secara berangsur- angsur, dan berlangsung selama kurang lebih 3
bulan. Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi
selama masa nifas akan dibahas berikut ini (Renata Komalasari 2010)
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan
berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikt gepeng dan
berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7 – 8 cm, lebar
sekitar 5 – 55 cm dan tebal sekytar 2, 5 cm, letak uterus secara
fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu:
fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Dinding uterus terdiri dari
otot polos dan tersusun atas 3 lapis yaitu:
1) Perimetrium, yaitu lapisan terluar yang berfungsi sebagai
pelindung uterus
2) Myometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi
untuk kontraksi dan relaksasi dengan melebar dan kembali
kebentuk semula setiap bulan.

Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya akan sel


darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka dinding
endometrium akan meluruh bersama dengan sel ovum matang.

Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbunya dan


berkembangnya hasil konsepsi. Pada akhir kehamilan berat uterus
dapat mencapai 1000 gram. Berat uterus wanita dalam keadaan tidak

11
hamil hanya sekitar 30 gram. Perubahan berat ini karena pengaruh
perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone selama hamil
yang menyebabkan hipertropi otot polos uterus.

Satu minggu setelah persalinan berat uterus manjadi sekitar 500


gram, 2 minggu setelah persalinan manjadi sekitar 300 gram dan
menjadi 40 – 60 gram setelah 6 minggu persalinan. Perubahan ini
terjadi karena segera setela persalinan kadar hormone estrogen dan
progesterone akan menurun dan mengakibatkan proteolis pada
dinding uterus.

Perubahan yang terjadi pada dinding uterus adalah timbulnya


trombisi digenerasi dan nekrosis ditempat implementasi plasenta.
Jaringan – jaringan ditempat implementasi plasenta akan mengalami
degenarasi dan kemudian terlepas. Tidak ada pembentukan jaringan
perut pada bekas tempat implementasi plasenta karena pelepasan
jaringan ini berlangsung lengkap.

Dalam keadaan fisiologi, pada pemeriksaan fisik yang dilakukan


secara palpasi didapat tinggi fundus uteri akan berada setinggi pusat
segera setelah janin lahir, sekitar 2 jari dibawa pusat setelah plasenta
lahir pertengahan antara pusat dan simpisis pada hari ke 5 pospartum
dan setelah 12 hari postpartum tidak dapat diraba lagi.

b. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada serviks post partun adalam bentuk
serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah olah pada perbatasan
anatara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna
serviks sendiri merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh
darah.

12
Beberapa hari setelah perselinan, ostium externum dapat dilaluai 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tapi retak-retak karena robekan
dalam persalinan.
Pada akhir minggu pertama, hanya dapa dilalui oleh 1 jari saja dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis
cervikalis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan
serviks memanjang seperti celah. Karena hiper palpasi ini
dikarenakan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Walaupun begitu setelah infolusi selesai, ostium ekternum tidak
serupa dangan keadaan sebelum hamil, pada umumnya ostium akan
lebih besar dan retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,
terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan kesamping ini
terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks.

Waktu Bobot uterus Diameter Palpasi serviks


uterus
Pada akhir 9000 gram 12,5 cm Lembut / lunak
persalinan
Akhir minggu ke 1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke 2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke 6 60 gram 2,5 cm menyempit

c. Lochia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara dara
dan desidua tersebut dinamakan lochia yang biasanya berwarnah
merah mudah atau putih pucat.
Lochia adalah eksresi cairan Rahim selama masa nifas yang
mempunyai reaksi basa / alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak

13
terlalua menyengat dan volumenya berbeda beda pada setiap wanita.
Secret mikroskopik lochia terdiri dari ertitrosit, peluruhan desisua, sel
epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses
involusi. Penegluaran lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya diantaranya seperti pada table berikut:

Lochia Waktu Warna Ciri – ciri


Rubra 1 – 3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman desidua verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
meconium dan
sisa darah
sanginolenta 3 – 7 hari Sisa daeah
putih bercampur lendir
bercampur
merah
Serosa 7 – 14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit
kesoklatan darah dan lebih
banyak serum,
juga terdiri dari
lekosit dan
robekan laserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit selaput
lender serviks,
dan serabut mati.

Bila pangeluaran lochia tidak lancarmaka disebut lochiastatis.


Kalau lochia tetap berwarnah merah setelah 2 minggu ada

14
kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang
kurang sempurnah yang sering disebabkan retroflexio uteri.

Lochia mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan


secret menstrual. Bau paling kuat pada serosa dan harus dibedakan
dengan bau yang menandakan infeksi.

Lochia disekresikan dengan jumlha banyak pada awal jam


postpartum yang selanjutnya akan berkurang sebagai lochia serosa dan
jumlah yang lebih sedikit lagi lochia alba.

Total jumlah rata –rata pembuangan lochia kira –kira 8 hingga 9


oz atau sekitar 240 hingga 270 ml.

d. Perubahan system pencernaan


Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi
progesterone, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati dan
kontipasi terutama dala beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena
inaktivitas mobilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan
selama persalinan dan adanya reflex hambatan defekasi karena
adanya rasa nyeri perenium akibat luka episiotomy.
e. Perubahan system perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2 – 3 jam postpartum. Diuresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada kala 2 persalinan dan pengeluaran
urine yang tertahan selama persalinan berlangsung trauma inidapat
berkurang setelah 24 jam postpartum.
f. Perubahan system endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kada HCG dan HPL
secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum.
HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL
tidak lagi terdapat dalam plasenta.

15
g. Perubahan system kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala 3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali
normal pada akhir minggu ke 3 postpartum.
h. Perubahan system Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah
berkisar 15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih
berkisar antara 25.000 – 30.000 yang merupakan manifestasi adanya
infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal
masa nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah
serta volume plasma darah dan volume sel darah merah. Pada 2 – 3
hari postpartum, konsentrasi hematrokit menurun sekitar 2 persen
atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira
– kira 700 – 1500 ml (200 – 200 ml) hilang pada saat persalinan, 500
– 800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang
pada saat masa nifas)
i. Perubahan Tanda – tanda Vital
Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara
perlahan, dan stabil pada 24 jam postpaertum. Nadi menjadi normal
setelah persalinan.

8. Anatomi dan Fisiologi Payudara


Dalam istikah medic, payudara disebut galandulla mamamae yang
berasal dari bahasa latin payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang
terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Terletak sekitar iga kedua atau
ketinggian sampai iga keenam atau ketujuh. Ukuran normal 10 – 20 cm
dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram. Pada wanita hamil
atrm mencapai 400 – 600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600 – 800
gram. Payudara menjadi besar sat hamil dan menyusui dan biasannya
akan mengecil saat menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

16
Besarnya payudara tidak menjamin banyaknya jumlah air susu yang
dihasilkan (Risa Pitriani, 2014)

Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan


lemak. Dilihat dari luar, payudara terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu:

a. Korpus (badan), yaitu bagian yang besar


b. Aerola, yaitu bagian tengah yang berwarnah kehitaman
c. Papilla atau putting, yaitu bgian yang menonjol di puncak payudara
Secara mikroskrospis payudara perempuan memiliki 3 unsur, yakni
kelenjar susu ( alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu (duktus
laktiferus) dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar – kelenjar
susu.
1) Korpus Mamae
Payudara terdiri dari 15 – 25 lobus. Masing – masin lobus terdiri
dari 20 -40 lobulus, selanjutnya masing –masing dihubungkan
dengan saluran air susu atau system duktus sehingga merupakan
suatu pohon.
Jaringan penyangga pada korpus mamae tersusun atas bagian –
bagian :
a) Jaringan ikat
b) Jaringan lemak
c) Pembuluh darah
d) Syaraf
e) Pembuluh limfe
2) Areola
Putting susu dan areola adalah gudang susu yang
mempunya pengaruh terhadap keberhasilan menyususi. Pada
putting dan arola terdapat ujung – ujung saraf peraba yang penting
pada proses reflex saat menyusui, dan daerah yang mengalami
hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah yang berwarnah
kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh penipisan atau
penimbunan pigmen pada kulit, dengan lias 1/3 atau 12 dari

17
payudara. Putting susu mengandung otot polos yang dapat
berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu.
3) Papilla mamae
Saluran susu bermuara ke putting susu, putting susu terletak
setinggi kosta IV, tetapi berhubungan adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknya bervariasi pula.
Selama kehamilan hormone yang dihasilkan placenta yaitu
laktogen, koriogonadotrin, estrogen dan progeteron menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara.
Hormone laktogen dari placenta dan hormone prolactin dari
hipofisis (glandula pituitary) anterior merangsang produksi
kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berkelangsungan samapai
sesudah kelahiran bayi meskipun kadar prolactin cukup tinggi
karena dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan, kadar estrogen
dan progesterone menurun dengan lepasnya placenta, sedangkan
prolactin tetap tinggi hingga tidak ada lagi hambatan terhadap
prolactin oleh estrogen, maka produksi ASI pun dimulai.
9. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Menurut Risa Pitriani, 2014

Peran awal bidan didalam mendukung pemberian ASI adalah:

a. Menyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari


payudara ibunya.

b. Membantu ibunya agar mampu menyususi bayinya sendiri

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI dengan:

a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah beberapa jam


pertama.
b. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut insisi
menyusui dini
c. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul. Tujuannya untuk

18
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu, sehingga pengeluaran ASI lancer. Perawatan payudara sedini
mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan pereawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
d. Membantu ibu pada waktu pemberian ASI
Posisi yang benar saat menyusu adalah :
1) Berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI pertama kalai atau bila
ibu merasakan lelah atau nyeri.
2) Duduk
Posisi ini penting untuk pemberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu dalam posisi tegak lurus terhadap pangkuannya. Hal
ini dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur,
lantai ,kursi.
3) Tidur terlentang
Seperti halnya pada saat dilakukan insisi menyusu dini (IMD),
maka posisi jg dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di dada
ibu, yaitu diantara payudara ibu.
Tanda – tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada
payudara antara lain:
a) Seluruh tubuhnys berdekatan dan terarah pada ibu
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara
c) Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam serta
menelan ASI nya.
e) Bayi terlihat tenang dan senang.
f) Ibu akan merasa nyeri pada daerah payudaranya
g) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama atau
rawat gabung
4) Menempatkan ibu dikamar yang sama (rawat gabung / roming in)
Rawat gabung merupakan sala satu cara perawatan dimana
ibu ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.

19
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari
aspek fisik, fisiologi, psikologi, edukasi,ekonomi maupun medis.
5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin dan tampa
dijadwalkan.
6) Memberikan kolostrum dan ASI saja serta menghindari susu botol
dan dot empeng.
7) Manfaat Pemberian ASI
a) Bagi ibu
i. Aspek Kontrasepsi
Hisapan bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf
sensorik sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan
prolactin. Prolactin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen, akibatnya tidak ada ovulasi
ii. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusu ekslusif ternyata lebih mudah dan
lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti
sebelum hamil. Pada saat hamil bertambah berat, selain
karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak
itu sebetulnya disisapkan sebagai sumber tenaga dalam
proses produksi ASI.
iii. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan meransang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu
infolusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan
pasca persalinan dan mengurangi prevalensi anemia
defisiensi zat besi.
iv. Aspek Psikologis
Pemberian ASI dapat mempererat hubungan ibu dan
bayinya, karena hal ini merupakan satu bentuk curahan
kasih saying ibu pada bayinya
b) Bagi bayi

20
i. Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik
ii. Mengandung antibody
iii. ASI mengandung komposisi yang tepat , berbagai bahan
makan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang
diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
iv. Mengandung karies dentis. Insiden karies denris pada
bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi
dibandingkan dengan yang mendapatka ASI, karena
menyususi dengan botol waktu akan tidur menyebabkan
gigi akan lebih lama kontak dengan formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk merusak gigi.
v. Memberikan rasa nyaman pada bayi
vi. Terhindar dari alergi
vii. ASI meningkatkan kecerdasan pada bayi
c) Bagi Keluarga
i. Aspek ekonomi . Asi tidak perlu dibeli sehingga dana
yang digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain.
ii. Aspek psikologis.
iii. Aspek kemudahan
d) Bagi Negara
i. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pamakaian
obat-obatan
ii. Penghemat devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyususi
iii. Mengurangi polusi
iv. Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas

21
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY “R” UMUR 25 TAHUN

P1AO POST PARTUM HARI KE 1

DI PUSKESMAS SENTANI

Tanggal Pengkajian : Jumat, 24-01-2020 Tempat : Puskesmas Sentani

Jam Pengkajian : 12:00 Wit No Rm :

Dikaji Oleh : Mahasiswi

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Identitas

Nama : Ny. R Nama Suami : Tn K

Umur : 25 Tahun Umur : 27 Tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonnesia

Agama : Katolik Agama : Katolik

Pendidikan : Sma Pendidikan : Sma

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat : Dunlop Alamat : Dunlop

2. Keluhan Utama: ibu mengatakan masih merasa nyeri pada perut bagian
bawah.

22
3. Riwayat Persalinan
a. Tempat Melahirkan : Puskesmas Sentani
b. Ditolong Oleh : Bidan
c. Jenis Persalinan : Spontan
d. Lama Persalinan :10 jam 45 menit
1) Kala I :10 jam - menit
2) Kala II : - jam 20 menit
Dipimpin Meneran : - jam 15 menit
3) Kala III : - jam 10 menit
e. Amniotomi : Tidak
f. Banyak Air Ketuban : 1. 200 ml
g. Komplikasi Dalam Persalinan : Tidak ada
h. Plasenta :
1) Lahir Spontan : Spontan
2) Dilahirkan dengan indikasi : Tidak
3) lengkap, ukuran :Lengkap, diameter 20 cm, ketebalan
3 cm berat : 500 gr
4) Kelainan : Tidak ada
5) Panjang tali pusat : 56 cm
6) Sisa plasenta : Tidak ada
i. Perineum
1) Utuh : Tidak
2) Robekan : Ya , derajat 2
3) Episiotomi : Ya
4) Anastesi : Tidak
5) Jahitan Dengan : Benang cut gut

i. Perdarahan
i. Kala I : 20 cc
ii. Kala II : 120 cc
iii. Kala III : 120 cc
iv. Kala IV : 90 cc
v. Selama Operasi :-
j. Tindakan Lain : Tidak ada
k. Bayi
1) Lahir Pukul : 23: 03 wit
2) Bb : 2.740 gr
3) Pb : 48 cm
4) Nilai Apgar : 7/8
5) Cacat Bawaan : Tidak ada
6) Masa Gestasi : 40 mgg
7) Komplikasi : Tidak ada
Kala I : Tidak ada
Kala II : Tidak ada

23
B. Data Objektif

1. Keadaan Umum : Baik


2. Keadaan Emosional : Composmentis
3. Tanda – Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 72 x/m
c. Suhu Tubuh : 37,5 Oc
d. Pernapasan : 23 x/m
4. Kepala
a. Rambut : lurus
b. Warna : hitam
c. Kebersihan : bersih
5. Mata
a. Bentuk : simetris
b. Konjungtiva : merah muda
c. Sklera : ikterik
d. Penglihatan : jelas
e. Kebersihan : bersih
6. Hidung
a. Kebersihan : bersih
b. Pengeluaran : tidak ada
c. Nyeri tekan : tidak ada
7. Mulut
a. Kebersihan : bersih
b. Stomatitis : tidak ada
c. Mukosa mulut : lembab
8. Leher
a. Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
b. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
c. Vena jugolaris : tidak ada pembesaran
9. Gigi
a. Kebersihan : bersih
b. Caries : tidak ada
c. Kebersihan : bersih
10. Dada
a. Bentuk : simetris
b. Pergerakan dada : teratur
c. Frekuensi pernapasan : normal
11. Payudara
a. Pengeluaran : tidak ada
b. Putting Susu : menonjol
c. Benjolan : tidak ada
d. Konsistensi : lunak
12. Abdomen
a. Tfu : 2 jari di bawah pusat

24
b. Konsistensi uterus : keras
c. Kontraksi uterus : baik
d. Posisi uterus : anteversi
13. Kandung Kemih : kosong
14. Genetalia :
a. Pengeluaran Lochea
1) Warna : merah segar (rubra)
2) Bau : amis
3) Jumlah : ± 4 pembalut/hari
4) Konsistensi : cair
15. Perineum : jahitan belum kering, keadaan baik (luka
perenium derajat II)
16. Anus : tidak ada hemoroid
17. Ekstremitas
a. Atas
1) Kesimetrisan : simetris
2) Oedema : tidak ada -/-
3) Kelengkapan jari-jari: lengkap
4) Pergerakan : aktif
b. Bawah
1) Oedema : tidak ada -/-
2) Varises : tidak ada -/-
3) Kelengkapan jari-jari: lengkap
4) Pergerakan : aktif
5) Reflek patella : +/+
18. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : tidak dilakukan
b. Protein Urin : negatif
c. Glukosa Urin : negatif
d. Golongan Darah :O

i. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


a. Diagnosa : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. “R” P1A0
Post Partum Hari Ke 1
b. DS : Keadaan Umum : Baik
1) Keadaan Emosional : Composmentis
2) Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b) Nadi : 72 x/m
c) Suhu Tubuh : 37,5 Oc
d) Pernapasan : 23 x/m

Masalah: asi tidak keluar

25
Kebutuhan: perawatan payudara

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tidak Ada

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI/RUJUK


Tidak Ada

V. PERENCANAAN Jam :10:39 Wit Oleh Bidan


a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
Rasional : agar ibu mengetahui kondisinya
b. Ajarkan kepada ibu cara perawatan luka perineum
Rasional : agar mencegah terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman,dan
mempercepat penyembuhan

c. Ajarkan ibu perawatan payudara


Rasional : agar dapat memperlancar ASI ibu
d. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar
Rasional : agar puting susu tidak lecet, dan perlekatan menyusu pada bayi
kuat

e. Ajarkan ibu cara memandikan bayi yang benar


Rasional : agar ibu mengetahui cara memandikan bayi yang benar
f. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
Rasional : agar ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan,
seperti bidan, dokter atau langsung ke rumah sakit jika sedang
mengalami tanda-tanda bahaya nifas
g. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari ke depan
Rasional : agar ibu mengetahui untuk kontrol 2 hari ke depan
h. Anjurkan ibu untuk selalu istirahat
Rasional :agar ibu tidak lelah

VI. PELAKSANAAN Jam :11:00 Wit Oleh :Bidan


1. Memberitahu Ibu Hasil Pemeriksaan
a. Keadaan Umum : Baik
b. Keadaan Emosional : Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 120/80 Mmhg
2) Nadi : 72 X/I
3) Suhu Tubuh : 37,5 Oc
4) Pernapasan : 23 x/m
5) Kontraksi uterus baik, tfu : 3 jari di bawah pusat, perdarahan
±150 cc
2. Mengajarkan ibu cara perawatan luka perinuem, dengan cara merebus air
hingga mendidih lalu tunggu hingga dingin dan basuh alat kelamin dari
festibulum sampai ke anus, lalu keringkan dengan handuk bersih atau tissu

26
3. Mengajarkan ibu cara perwatan payudara
a. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak baby oil selama 3-4 menit,
kemudian putting susu dibersihkan
b. Putting susu di pegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar ke
dalam 20 kali keluar 20 kali.
c. Puting susu cukup di tarik sebanyak 20 kali
d. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
e. Peganglah payudara lalu diurut sebanyak 30 kali
1) Pengurutan buah dada dari tengah kesamping. Pengurutan buah
dada berputar dari tengah ke samping kemudian kebawah lepaskan
2) Pengurutan buah dada dari pangkal keputting, tangan kiri
membentuk huruf c menyangga payudara, tangan kanan melakukan
pengurutan dengan cara penyisiran dan dengan 2 atau 3 jari dan di
akhiri dengan cara yang sama
3) Pengurutan pada payudara dengan tangan kiri menyangga payudara
kemudian tangan kanan mengurut menggunakan sisi kelingking
bawah tangan dari pangkal ke putting susu, begitupun sebaliknya
pada payudara kanan
4) Selanjutnya tangan kanan dikepal dan tangan kiri menyangga
payudara dan lakukan gerakan massase begitupun sebaliknya
dengan gerakan yang sama
f. Pijatlah putting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan
colostrum.
4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar
a. Ibu duduk santai dengan nyaman. Mengoleskan asi sedikit pada
putting dan areola sekitarnya (bagian kehitaman pada payudara)
b. Bayi diletakkan menghadap ke perut ibu/payudara. Bayi dipegang
dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan, satu tangan bayi diletakkan
dibelakang bada ibu dan yang satu di depan.
c. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara,
telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja. Bayi diberi
rangsangan untuk membuka mulut. Menyentuh pipi dengan putting
susu atau menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
kepayudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan kemulut bayi.
f. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi
g. Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau
dijangga lagi
h. Jika bayi sudah menyusu selama kurang lebih 10 menit lepaskan
isapan dengan ujung jari.
5. Ajarkan ibu cara memandikan bayi yang benar
a. Cuci tangan
b. Letakkan bayi diatas meja yang telah diberi alas handuk
c. Lepaskan baju, popok dan selimuti tubuh bayi dengan handuk agar
tidak kedinginan

27
d.
Bersihkan mata hidung dan telinga bayi dengan kapas
e.
Bersihkan wajah dan kepala bayi dengan waslap
f.
Cuci muka dan kepala bayi
g.
Bersihkan dengan sabun bagian depan (dada, abdomen) dan
punggung, kemudian seluruh bagian tubuh
h. Bersihkan lipatan kulit
i. Bilas menggunakan air dengan cara masukkan kedalam bak mandi,
topang punggung dan kepala dengan lengan perawat dan lengan yang
lain menahan bokong bayi
j. Bilas sampai benar-benar bersih
k. Setelah selesai, angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan seluruh
tubuh dengan handuk
l. Beri bedak pada area leher, ketiak, paha
m. Beri salep pada sleangkangan paha
6. Menganjurkan ibu untuk kontrol 2 hari ke depan, yaitu tanggal 26 januari
2020
7. Menganjurkan ibu untuk selalu istirahat pada saat bayi tidur

VII. Evaluasi jam :11:35 wit


1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Ibu sudah mengetahui cara perawatan luka perineum
3. Ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang benar
4. Ibu sudah mengetahui cara memandikan bayi yang benar
5. Ibu bersedia untuk selalu memberikan asi kepada bayinya
6. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas
7. Ibu bersedia untuk kontrol bulan depan, yaitu tanggal 26 januari 2020
8. Ibu bersedia untuk selalu istirahat.

Mengetahui

Tanda Tangan Ci Lahan

(SANTA PRISDAWATI) (SITI AISYAH PELU, S.Tr.Keb)

Ci Akademik

(WIWIT VITANIA S.ST.,M.Keb)

BAB IV

28
PEMBAHASAN

A. Kesenjangan antara teori dan kasus


Tidak ada kesenjangan dengan antara teori dan kasus

B. Kesulitan yang dialami penulis selama proses pengkajian


Tidak ada kesulitan yang dialami penulis

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Fitri,
2017).
Tujuan masa nifas yaitu: Meningkatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis ibu dan bayi, pencegahan, diagnosa dini, pengobatan
komplikasi, dapat segera merujuk Ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana
perlu, mendukung dan mendampingi ibu dalam menjalakan peran barunya,
mencegah ibu terkena tetanus, memberi bimbingan dan dorongan tentang
pemberian makan anak secara sehat serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak dan keluarga (Prawiroharjo,
2015).

B. Saran
1. Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan masa nifas yang
diperlukan ialah kerja sama yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan.
2. Bagi petugas kesehatan/bidan
Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan
meningkatkan peran penolong/bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana
pelayanan pada asuhan masa nifas.

30
DAFTAR PUSTAKA

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:

PUSTAKA BELAJAR

Pitriani, Risa & Andriani Rika. 2012. Asuhan kebidanan ibu nifas normal.
Yogyakarta: DEEPUBLISH

Sujiyatini, dkk. 2010. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Cyrillus
Publisher

Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Risa, Pitriani. 2014. Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas normal
(askeb III). Yogyakarta: DEEPUBLISH

Renata, Komalasari. 2010. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai