Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI

DI SUSUN

OLEH:

HASMAWATI

NIM. P00312018112
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PRODI D-IV KEBIDANAN

KENDARI

2019

KONSEP DASAR MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Pengertian Masa Nifas


1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan

(Pusdiknakes, 2003:003).

2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu

saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang

umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari.


4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5. Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan

post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara

lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama

masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang

aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,


mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama

kurang lebih enam minggu.

3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam

keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat

kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :


1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifasmaupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan Waktu Asuhan

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia

uteri.

6-8 jam Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan

I post serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

partum

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang

cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia

uteri.
Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan

hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka

bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi

baru lahir dalam keadaan baik.

Memastikan involusi uterus barjalan dengan

normal, uterusberkontraksi dengan baik, tinggi fundus

6 hari uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

II post abnormal.

partum

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan

cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru

lahir.

2
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
minggu
III asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post
post
partum.
partum

6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

minggu masa nifas.


IV
post

partum Memberikan konseling KB secara dini.

Pengeluaran lochea terdiri dari :


1) Lochea rubra : hari ke 1 – 2.

Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-

sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan

mekonium.

2) Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7

Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

3) Lochea serosa : hari ke 7 – 14.

Berwarna kekuningan.

4) Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas

Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk

dan terinfeksi disebut lochea purulent.

MANAJEMEN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI

1. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney adalah sebagai berikut :

Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu : Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau

data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi


Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan

data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu

dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan

melakukan konsultsi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah

pertama akan overlap dengan 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-

langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain.

Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk

mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang sfesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosa

tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam

sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang di identifikasi oleh bidan. Masalah ini sering

menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan

wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini

adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.


Contoh lain yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap

proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar

diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang

membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu

perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah

Potensial

Pada langkah ini kita mngisentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memunkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh

seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus

mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang

berlebihan tersebut (misalnya pelihidramnion, besar dari masa kehamilan,

ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian ia

harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan

bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post

partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang

berlebiahan. Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga


mengantisipasi dan beriap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia

bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada

terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang

menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus

prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalahdengan

bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,

pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan

segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan

yang Memerlukan Penanganan Segera

Menidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter fan atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanyaselama asuhan primer periodic

atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.

Beberapa data mungkin mengidikasikan situasi yan gawat dimana bidan

harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak

(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,

distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan

segera sementara yan lain harus menunggu intervensi dari seorang

dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak

merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia,

kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medic

yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan

lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis bayi

bru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap

klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang

paling tepat dalam manajemen asuhan klien

Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap


wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya

apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk

klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,

kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhannya

terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan

dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui

oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan k lien, agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagia dari

pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, langkah ini tugas bidan

adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan

rencana bersama klien, kehidupan membuat kesepakatan bersama

sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yan up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang atau tidak

akan dilakukan oleh klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadan

klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan

suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga

menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

KOMUNIKASI DALAM MASA NIFAS


Bantuan konseling pada ibu nifas dalam hal adaptasi pada masa

nifas, teknik menyusui dan perawatan payudara atau manajemen laktasi.

Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu memperoleh bantuan,

hal tersebut karena klien masih dalam kondisi lemah, lelah akibat

persalinan, adanya perasaan nyeri setelah melahirkan, proses invulasi,

proses lochea.

a. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

 Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan

emosi belum pulih seperti semula.

 Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi

serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas

b. Prinsip Komunikasi pada Ibu Nifas

Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa

nifas seperti cara menjaga kebersihan, perawatan bagi dan juga

kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-organ reproduksi.

Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan

yang memerlukan suatu tindakan khususnya dana. Dalam

menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan

dipahami oleh penerima.

Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang

benar, maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui alat

media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut.


Evidence Based Practice dalam Asuhan Kebidanan

pada Ibu Nifas

1. Pengertian Evidence Based

Pengertian evidence Base jika ditinjau dari

pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base dapat

diartikan sebagai berikut Evidence adalah Bukti atau fakta

dan Based adalah Dasar. Jadi evidence base adalah:

praktik berdasarkan bukti.

2. Manfaat Evidence Based

a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan

berdasarkan bukti ilmiah.

b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional

dalam memberikan asuhan yang bermutu

d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan

kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar,

seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

c. Perkembangan Evidence Based dalam Kebidanan Postnatal

Care

NO Tindakan yang Sebelum EBM Setelah EBM

dilakukan
1. Pemakaian Tampon Tampon menyerap Tampon dapat

Vagina pendarahan tapi tidak menyebabkan

mengehentikan infeksi.

pendarahan.

2. Perawatan Terpisah Bayi benar-benar Untuk mempererat

(ibu dan bayi) siaga selama 2 jam bounding

pertama. attachment.

3. Pemakaian Gurita Gurita untuk Gurita

atau sejenisnya memperbaiki bentuk mempersulit

tubuh ibu pemantauan

involusio rahim

dan dapat

menyebabkan

infeksi.

4. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat Perawatan tali

dikasih alkohol dan pusat sekarang

betadine. hanya

menggunakan

kasa steril.

ETIKA PELAYANAN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan merupakan hal yang memiliki keterkaitan oleh

sebab itu seluruh rangkaian kegiatan harus terdokumentasi dengan baik,


sebagai aspek legal dan informasi dalam asuhan kebidanan. Dokumentasi

yang telah dibuat juga memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung

ilmu pengetahuan

2. Merupakan alat untuk membuat keputusan, perencanaan, dan

sebagai control terhadap suatu masalah

3. Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan

terpelihara dengan baik.

Dokumentasi bersifat tertutup dan terbuka. Tertutup apabila di

dalamnya terdapat rahasia yang tidak boleh diperlihatkan,

diungkapkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Bersifat

terbuka artinya dokumentasi selalu berinteraksi dengan lingkungan

untuk menerima dan menyimpan informasi . Format dokumentasi

kebidanan telah dirancang sesuai dengan jenis pelayanan yang

diberikan oleh bidan di semua tempat pelayanan kebidanan baik

rumah sakit, puskesmas, maupun bidan praktik swasta.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan tingkat kepuasan rata rata penduduk dan diselenggarakan

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah

ditetapkan.

Dimensi kepuasan klien dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


1. Kepuasan yang mengacu kepada penerapan kode etik dan

standar pelayanan profesi, kepuasan ini mencangkup penilaian :

2. Hubungan yang baik antara bidan dan klien yang memungkinkan

bidan memberikan informasi yang diperlukan .

a. Kenyamanan pelayanan

b. Kebebasan melakukan pilihan

c. Pengetahuan dan kompetensi bidan

d. Efektifitas pelayanan

3. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan

pelayanan yang bermutu dengan ukuran pelayanan sebagai

berikut :

a. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)\

b. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)

c. Kesinambungan pelayanan kebidanan ( continue)

d. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan ( acceptable )

e. Ketercapaian pelayanan kebidanan ( accessible)

f. Keterjangkauan pelayanan kebidanan ( affordable)

g. Efesiensi pelayanan kebidanan ( efficient)

h. Mutu pelayanan kebidanan ( quality)

Implementasi hak hak untuk ibu postnatal dan bayi, bisa diartikan

dengan gerakan sayang ibu. Gerakan sayang ibu merupakan

suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah

satu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup


perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap

upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan

dan nifas. Program ini bertujuan memberikan stimulant dalam

memperhatikan gizi keluarga terutama ibu hamil, dan ibu

menyusui.

Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan

kepahaman pada keluarga dengan pendampingan dan

penyuluhan, pembentukan komunitas (kelompok masyarakat)

yang terdiri dari masyarakat sasaran dan stakeholders.

Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakan

sayang ibu, implementasi hak ibu post natal juga dapat berupa

hak ibu dalam menyusui bayi. Kita tidak dapat memaksa ibu

untuk menyusui kalau tidak ingin. Karena menyusui itu juga

melibatkan keikhlasan ibu, bukan hanya sekedar memberikan

ASI kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun yang

boleh menghalangi seorang ibu memenuhi haknya untuk

menyusui bayinya.

Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI ibu adalah hak

bayi. Hal ini juga diatur dalam konvensi Hk anak pasal 24 yang

menyatakan bahwa anak (atau bayi) berhak atas standar

kesehatan tertinggi yang dapat diadakan. Yang paling essensial

dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia berhak mendapatkan

kehidupan yang layak di muka bumi ini.


BERFIKIR KRITIS DALAM ASUHAN NIFAS DAN

MENYUSUI

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan

keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan

yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-

ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak

terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Berfikir kritis dalam

kebidanan adalah komersial untuk kebidanan professional karena cara

berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holisik untuk pemecahan masalah.

1.1.1. Metode Berfikir Kritis

Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking:

1) Debate : Metode yang digunaka untuk mencari,

membantu dan merupakan keputusan yang beralasan

bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses

terjadi perdebatan atau argumentasi.

Contoh  debat antara bidan A dan bidan B mengenai

aborsi

2) Individual decision : Individu dapat berdebat dengan

dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan.


Contoh  berdebat dalam hati

3) Group discussion : Sekelompok orang

memperbincangkan suatu masalah.

Contoh  diskusi para bidan mengenai kesehatan

reproduksi remaja Indonesia

4) Persuasi : Komunikasi yeng berhubungan dengan

mempengaruhi perbuatan, sikap dan nilai-nilai orang lain

melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan

Contoh  Iklan yang mengajak masyarakat untuk

mengikuti program KB

5) Propaganda : Komunikasi dengan menggunakan

berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk

mempengaruhi massa pendengar.

Contoh  ceramah bidan mengenai imunisasi melalui

radio

6) Coercion : Mengancam atau menggunakan kekuatan

dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu

kehendak.

Contoh  Bidan yang menjual produk susu untuk BBL

7) Kombinasi beberapa metode

Merupakan metode berfikir kritis dengan menggabungkan

beberapa metode lainnya.

Contoh  propaganda dan coercion


1.1.2. Karakteristik Berfikir Kritis

Karakteristik berfikir kritis adalah :

1) Konseptualisasi

Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk

suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau

pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran

tentang kejadian, objek, atribut dan sejenisnya. Dengan

demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak

yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-

simbol dan disimpan dalam otak.

2) Rasional dan beralasan

Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan

analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena

nyata.

3) Reflektif

Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan

asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil

keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk

mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan

disiplin ilmu, fakta dan kejadian.

4) Bagian dari suatu sikap

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil

pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu


menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau

lebih buruk disbanding yang lain.

5) Kemandirian berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak

pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain

menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan

dapat dipercaya.

6) Berpikir adil dan terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah

dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih

baik.

7) Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan

Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu

argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran

baru dan alternative solusi tindakan yang akan diambil.

1.1.3. Proses Berfikir Kritis

Mengenali masalah (defining and clarifying problem),

meliputi mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok,

membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan,

memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.

Menilai informasi yang relevan yang meliputi

menyeleksi fakta maupun opini, mengecek konsistensi,

mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi


maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkinan

perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang

meliputi mengenali data-data yang diperlukan dan

meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari

keputusan/pemecahan maslah/ kesimpulan yang diambil.

Proses berfikir kritis tidak jauh berbeda dengan 7

langkah manajemen Varney:

1) Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu :

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan

sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan

membandingkan dengan hasil studi.

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Bidan

mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.


Bila klien mengalami komplikasi yang perlu

dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen

kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

2) Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang

benar terhadap diagnosa atau masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering

berkaitan dengan pengalaman wanita yang

diidentifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering

menyertai diagnose. Sebagai contoh yaitu pada

trimester ke 3 merasa takut terhadap proses

persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat

ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam

kategori “nomenklatur standar diagnose” tetapi

tentu akan menciptakan suatu masalah yang

membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan

memerlukan suatu perencanaan untuk

mengurangi rasa sakit.


3) Mengidentifikasikan diagnose atau masalah

potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah

atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau

masalah potensial benar-benar terjadi.

4) Mengiidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan / atau untuk di

konsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi

klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan

dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer

periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus


menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut

dalam persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mungkin

mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan

harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan ibu atau anak (misalnya, pendarahan

kala 3 atau perdarahan segera setelah lahir,

distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan

satu situasi yang memerlukan tindakan segera

sementara yang lain harus menunggu intervensi

dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat.

Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter.

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang

menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya. Loangkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnose, atau masalah

yang telah di identifikasi atau diantisipasi, pada


langkah ini informasi / data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah di identifikasikan dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa

yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah

diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah

merujuk klien bila ada masalah-masalah yang

berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau

masalah psikologis.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-

banar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi

tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan

oleh klien.

6) Melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah ke 5 dilaksanakan secara efesien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan


atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,

atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan

tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya. Manajemen yang efesien akan

menyikat waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dari asuhan klien.

7) Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah

dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan

sebagian belum efektif.

1.1.4. Berfikir Kritis Dalam Kebidanan

Berfikir meliputi proses yang tidak statis , berubah

setiap saat. Berfikir kritis dalam kebidanan adalah komponen

dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas


asuhan kebidanan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang

terbaik bagi bidan mencapai sukses dalam berbagai aktivitas

dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta

pengetahuan teknis atau keterampilan teknis dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Proses berpikir kritis meliputi memahami,

mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab,

membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses

berkelanjutan untuk mencari jawaban dengan kemungkinan

ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

Bidan setiap hari mengambil keputusan. Bidan

menggunakan keterampilan berpikirin kritis dalam berbagai

cara:

a. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai

subjek dari lingkungannya.

b. Bidan menangani perubahan yang berasal dari

stressor lingkungan.

c. Bidan penting membuat keputusan.

Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir

kritis dalam kebidanan diperlukan untuk mengeksplorasi.

Berpikir kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar

dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas

asuhan kebidanan. Pemikir kritis dalam kebidanan


menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual

perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi,

keterbukaan, tekun, refleksi.

1.1.5. Manfaat Berfikir Kritis Dalam Kebidanan

Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam

kebidanan adlah sebagai berikut:

1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas

kebidanan sehari-hari

2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu

dalam kebidanan

3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

kebidanan

4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-

masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat

hubungan

5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam

kesimpulan dan tindakan yang dilakukan

6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam

kebidanan

7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat

dalam kebidanan

8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi

data kebidanan
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang

aktivitas kebidanan

10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap

keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan

11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan

dalam kebidanan

12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip

aktivitas nilai-nilai keputusan

13) Mengevaluasi penampilan kinerja bidan dan

kesimpulan asuhan kebidanan

1.1.6. Model Berfikir Kritis Dalam Kebidanan

Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di

pendidikan kebidanan, dapat digunakan tiga model, yaitu

sebagai berikut :

1. Feeling model

Model ini menekankan pada rasa, kesan dan data

atau fakta yang ditemukan. Pemikiran kritis

mencoba mengedepankan perasaan dalam

melakukan pengalaman, kepekaan dan melakukan

aktivitas kebidanan dan perhatian. Misalnya

terhadap aktivitas dalam pemeriksaan tanda vital,


bidan merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian

kepada pernyataan serta pikiran klien.

2. Vision model

Model ini digunakan untuk membangkitkan pola

pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan

perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis,

dugaan, dan ide tentang permasalahan bidanan

kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk

mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran

sebagai pedoman yang tepa untuk merespon

ekspresi.

3. Examine model

Model ini digunakan untuk merefleksi ide,

pengertian, dan visi. Bidan menguji ide dengan

bantuan criteria yang relevan. Model ini digunakan

untuk mencari peran yang tepat untuk analisis,

mencari, menguji, menlihat, konfrimasi, kolaborasi,

menjelaskan, dan menentukan, sesuatu yang

berkaitan dengan ide.

1.1.7. Penerapan Berfikir Kritis dalam Asuhan Nifas

Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar

bidan dalam memberikan asuhaan kebidanan, dalam bingkai


manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan

memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan

menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan

sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah

menerapkan proses berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan

kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal

care sesuai dengan program maka bidan telah menerapkan

proses berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan

ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care

sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya

pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan

kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat

kehamilan, dengan proses kehamilan dapat berjalan dengan

baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan

selamat.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam

kebidanan yaitu :

1) Penggunaan bahasa dalam kebidanan

Berpikir kritis adalah kemampuan

menggunakan bahasa secara reflektif. Bidan

menggunakan bahasa verbal dan nonverbal

dalam mengekspresikan idea, pikiran, info,

fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya


terhadap klien sesame bidan, profesi. Secara

nonverbal saat melakukan pendokumentasian

kebidanan. Dalam hal ini berpikir kritis adalah

kemampuan menggunakan bahasa secara

reflektif. Lima macam penggunaan bahasa

dalam konteks berfikir kritis :

a. Memberikan informasi yang dapat

diklarifikasi

b. Mengekspresikan perasaan dan sikap

c. Melaksanakan perencanaan kebidanan

atau ide-ide dalam tindakan kebidanan

d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka

mencari informasi, mengekspresikan

keraguan dan keheranan

e. Mengekspreiskan pengandaian

2) Argumentasi dalam kebidanan

Sehari-hari bidan dihadapkan pada situasi

harus berargumentasi untuk menemukan,

menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,

memberikan penjelasan, mempertahankan

terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman

(1988) argumentasi terkait dengan konsep


berfikir dalam kebidanan berhubungan dengan

situasi perdebatan, upaya untuk

mempengaruhi individu ataupun kelompok.

3) Pengambilan keputusan

Dalam praktik kebidanan, sehari-hari, bidan

selalu dihadapkan pada situasi dimana harus

mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini

dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat

profesi lain dan terutama dalam penyelesai

masalah manajemen di ruangan.

4) Penerapan dalam proses kebidanan

a. Pengkajian : Mengumpulkan data,

melakukan observasi dalam pengumpulan

data berpikir kritis, mengelola dan

mengkatagorikan data menggunakan ilmu-

ilmu lain.

b. Perumusan diagnose kebidanan : Tahap

pengambilan keputusan yang paling kritis,

menentukan masalah dan dengan

argument yang secara rasional

c. Perencanaan kebidanan : Menggunakan

pengetahuan untuk mengembangkan hasil

yang diharapkan, keterampilan guna


mensitesa ilmu yang dimiliki untuk memilih

tindakan

d. Pelaksanaan kebidanan : Pelaksanaan

tindakan kebidanan adalah keterampilan

dalam menguji hipotesa, tindakan nyata

yang menentukan tingkat keberhasilan.

e. Evaluasi kebidanan : Mengkaji efektifitas

tindakan bidan harus dapat mengambil

keputusan tentang pemenuhan kebutuhan

dasar klien

Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

1. Kondisi fisik

Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi

fisik adalah kebutuhan fisiologis yang paling dasar bagi

manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik

siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi

yang menuntut pemikiran yang matang untuk

memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini

sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat

berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak

memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang

ada.

2. Keyakinan/motivasi
Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil

faktor internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk

menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun

pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu

atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah

direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang sangat

baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai

tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau

kapasitas atau daya serap dalam belajar, mengambil

resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang

tidak mau berubah kearah yang lebih baik,

mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar,

semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan,

memperlihatkan tekad diri, sikap kotruktif,

memperlihatkan hasrat keingintahuan, serta kesediaan

untuk menyetujui hasil perilaku.

3. Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan emosional yang ditandai

dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap

kemungkinan bahaya/kemalangan/nasib buruk. Jika

terjadi ketegangan hipotalamus dirangsang dan mengirim

implus untuk menggiatkan tubuh untuk bertindak.


Kelelahan terjadi apabila penyebab ketegangan keras

sehingga pertahanan tubuh menurun.

Tingkat kecemasan terdiri dari :

a. Cemas ringan : yang ditandai dengan meningkatnya

kesadaran, terangsang untuk melakukan tindakan,

termotivasi secara positif, sedikit mengalami peningkatan

tanda vital.

b. Cemas sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang,

menurunnya konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya

sempit, sedikit mengalami peningkatan tanda vital, gejala

fisik berkembang seperti sakit kepala, sering berkemih, mual,

papitasi (jantung berdebar) dan letih.

c. Cemas berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu,

perasaan tentang terancam ketakutan meningkat,

komunikasi menjadi terganggu, mengalami peningkatan

tanda vital lebih dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada dan

muntah.

d. Panik : ditandai dengan perasaan terancam, gangguan

realitas, dapat membahayakan diri sendiri/orang lain,

kombinasi dari gejala fisik bisa lebih buruk jika tidak segera

diatasi.

Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :


a. Konstruktif : memotivasi individu untuk belajar, mengadakan

perubahan terutama perubahan pada perasaan yang tidak

nyaman, berfokus pada kelangsungan hidup.

b. Destruktif : menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive,

disfungsi yang menyangkut kecemasan berat/panic

c. Perkembangan intelektual.

Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan kontinu

dari bagan / struktur inteligensi sebagai hasil interaksi antara

kematangan dan pengaruh luar berbentuk pengalaman dan

integrasi dari setiap bahan baru dan lama. Seseorang yang

semakin cemas akan semakin cakap dalam membuat tujuan,

berinisyatif, tidak hanya menunggu perintah saja, tetap pada

tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau suasana lain,

dan semakin kritis.

CLINICAL JUGDEMENT DALAM ASUHAN

NIFAS DAN MENYUSUI

Kata penilaian sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk membuat keputusan logis/ rasional dan menentukan apakah suatu

tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Sedangkan kata klinis,

berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan; didasarkan pada

observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, yang dibedakan antara


konsep teori dan eksperimental; dan terdiri atas tanda-tanda klinis dari

suatu masalah kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas, diuraikan bahwa penilaian klinis

merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan aktual pada

klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif yang

mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat diartikan juga

sebagai suatu proses dimana bidan menetapkan data-data mengenai

keadaan klien yang akan dikumpulkan, kemudian membuat interpretasi

data, dan diakhiri dengan penetapan diagnosis kebidanan, kemudian

mengidentifikasi tindakan kebidanan yang tepat. Hal ini termasuk proses

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berfikir kritis. Maka,

disimpulkan bahwa penilaian klinis merupakan bagian dari proses berfikir

kritis.

PROBLEM SOLVING DALAM ASUHAN NIFAS DAN


MENYUSUI

Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi

mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan

kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,

merumuskan masalah.

Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta

maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali


kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali

kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi

mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang

mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan maslah/ kesimpulan yang

diambil.

Problem solving tidak jauh berbeda dengan 7 langkah manajemen

Varney:

1) Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu :

e. Riwayat kesehatan

f. Pemeriksaan fisik pada kesehatan

g. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

h. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan

hasil studi.

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien

mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter

dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.


1) Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

Masalah ini sering menyertai diagnose. Sebagai contoh yaitu

pada trimester ke 3 merasa takut terhadap proses persalinan

dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur

standar diagnose” tetapi tentu akan menciptakan suatu

masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan

memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa

sakit.

2) Mengidentifikasikan diagnose atau masalah potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan


dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial

benar-benar terjadi.

3) Mengiidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan / atau untuk di konsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

kondisi klien.

4) Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus.

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang

menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.

Loangkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnose, atau masalah yang telah di identifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah di identifikasikan dari kondisi klien atau dari

setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka


pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa

yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan

penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,

kultur atau masalah psikologis.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini harus rasional dan benar-banar valid

berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta

sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak

akan dilakukan oleh klien.

6) Melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan

secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan

oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau

anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen yang

efesien akan menyikat waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dari asuhan klien.


7) Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi

sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam

masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah

efektif sedangkan sebagian belum efektif

Anda mungkin juga menyukai