DI RUMAH SAKIT
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia Nya sehingga tersusunnya Standar Pelayanan Keperawatan Kamar
Bedah di rumah sakit. Standar ini disusun bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan Kamar Bedah di rumah sakit.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah meluangkan waktu dan fikirannya untuk mendukung dan berperan
serta dalam penyusunan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah dari
awal sampai terbitnya buku ini. Semoga semua kerja keras yang telah kita
lakukan menjadi amal dan kebaikan bagi kita semua.
Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar standar ini dapat
dijadikan acuan nasional dalam keperawatan kamar bedah di rumah sakit.
Suhartati,S.Kp.,M.Kes
NIP. 196007271985012001
ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
TIM PENYUSUN..................................................................................................v
KONTRIBUTOR...................................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Dasar Hukum...................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup Pelayanan................................................................ 3
BAB II KEBIJAKAN STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN
A. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah........................ 5
B. Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan Kamar Bedah.............................................................. 5
C. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan Kamar Bedah.............................................................. 6
D. Sasaran................................................................................................ 6
BAB III KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR
Standar I Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
A. Ketenagaan.................................................................................... 7
B. Sarana, Prasarana dan Peralatan............................................... 9
Standar II Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah 10
Standar III Pelaksanaan PelayananKeperawatan Kamar Bedah 11
iii
Standar IV Asuhan Keperawatan Kamar Bedah
... A. Pengkajian Keperawatan 12
... B. Diagnosa Keperawatan 14
iv
TIM PENYUSUN
Suhartati, S.Kp.,M.Kes
Saida Simanjuntak, S.Kp., MARS
Prayetni S.Kp., M.Kes
Tutty Aprianti, S.Kp.,M.Kes
Wahyu Wulandari, S.Kp
Wiwi Triani, S.Kp
Prof. Dr. Basrul Hanafi
Dr. Hardjanto, Sp.B
Suyatno, SKM
I Nyoman Seriadi
Linggar Listyowati
Lili Komariah, SKM
Heriyanti, S.Kp., M.Kes
Anthoneta Palima, S.Kp
Nina Karina Putri, S.Kep
v
KONTRIBUTOR
vi
DAFTAR ISTILAH
vii
9 Kateter Uretra : Selang untuk mengeluarkan urin
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa
penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi perlindungan terhadap keselamatan
pasien (Patient Safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit. Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Perawatan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di seluruh dunia
dengan perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap tahunnya. Pembedahan dilakukan di
setiap komunitas masyarakat yang kaya maupun yang miskin, masyarakat perkotaan
maupun pedesaan. Kejadian yang membahayakan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan diantaranya adalah prosedur pembedahan. Resiko komplikasi
setelah pembedahan dikarakteristikkan diberbagai belahan dunia dan sebuah penelitian
menunjukkan bahwa negara industri memiliki angka kematian 0,4 – 0,8 % yang
diakibatkan karena pembedahan dan komplikasi setelah pembedahan sebesar 3 – 17,5
% dan angka ini jauh lebih tinggi pada negara berkembang termasuk Indonesia (Haynes
et al, 2009). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1 dari setiap 150 pasien yang
dirawat di rumah sakit meninggal akibat peristiwa yang merugikan pasien dan hampir
dua pertiga dari kejadian tersebut terkait dengan pembedahan (Vries et al, 2010).
Kesalahan – kesalahan selama pembedahan antara lain kesalahan insisi pada posisi
yang akan dilakukan pembedahan, kesalahan dalam pemberian label pada spesimen
patologi, kesalahan transfusi dan obat – obatan sehingga pasien sangat rentan terhadap
bahaya yang disebabkan oleh kesalahan – kesalahan tersebut saat menjalani
pembedahan sedangkan pasien dan keluarga menempatkan memberikan kepercayaan
kepada perawat kamar bedah (perioperatif) dan tim bedah lainnya untuk meyakinkan
bahwa pasien menerima pelayanan yang efektif dan mengutamakan keselamatan.
1
Perkembangan peralatan dan teknologi di rumah sakit juga memiliki dampak dalam
meningkatkan resiko terhadap pasien dan petugas di kamar bedah yang merupakan
salah satu unit khusus di rumah sakit. Teknologi canggih meningkatkan kebutuhan
pasien untuk mengukur keselamatan sebagai peralatan dan instrumen yang dapat
berdampak negative pada outcome pasien apabila tidak digunakan secara tepat guna
dan perawat kamar bedah harus tahu menggunakan berbagai peralatan peralatan dan
instrumen bedah secara cepat dan tepat.
Bahaya yang dapat dihadapi perawat kamar bedah dan tim bedah lainnya antara lain
terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau bedah, terpapar gas anastesi,
obat – obatan dan radiasi, penggunaan cairan pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi
dapat merusak kulit, lapisan membran dan sistem pernafasan, kontak dengan pemukaan
panas, peralatan listrik dapat menyebabkan kulit terbakar, masalah otot dan tulang serta
nyeri punggung akibat posisi yang salah dalam memindahkan pasien, stres dan jenuh
yang disebabkan oleh jadwal dinas, kerja malam dan faktor psikologis lainnya, waktu
kerja yang melebihi batas waktu kerja yang telah ditentukan karena kekurangan tenaga
perawat kamar bedah sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kesalahan serta
kecelakaan kerja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa waktu kerja perawat tidak
boleh melebihi 12 jam dalam setiap jadwal dinas atau 40 jam dalam satu minggu (ANA,
2011).
Meningkatkan keselamatan dan hasil / outcome yang optimal pada pasien yang
menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan kesempatan
dalam pengembangan perawat kamar bedah secara professional dengan melakukan
tindakan yang nyata dan salah satunya adalah penyusunan standar pelayanan
keperawatan kamar bedah untuk mencegah terjadinya bahaya yang dihadapi perawat
kamar bedah dan pasien yang menjalani pembedahan. Standar pelayanan keperawatan
kamar bedah diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu acuan atau tolak ukur bagi
perawat kamar bedah dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah
untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang menjalani
pembedahan. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah meliputi perencanaan
pelayanan keperawatan kamar bedah, pengorganisasian, pelaksanaan pelayanan
keperawatan kamar bedah, asuhan keperawatan keperawatan kamar bedah, pembinaan
dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah.
2
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437),
4. Undang-Undang Republik Indonesia No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen,
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota,
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Keperawatan,
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1045/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi struktur
organisasi , tata hubungan kerja di kamar bedah, uraian tugas, tanggung jawab dan
kewenangan perawat pengelola dan pelaksana secara jelas,
3. Pelaksanaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi standar asuhan
keperawatan dan standar prosedur operasional baik standar prosedur operasional
klinis maupun manajerial,
4. Pemberian asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan kepada pasien baik sebelum (pre), selama
(intra) dan setelah (post) operasi,
5. Pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi bimbingan teknis
terhadap pelayanan keperawatan kamar bedah dan sistem peningkatan jenjang karir
perawat kamar bedah,
6. Pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi program
keselamatan pasien dan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan
kamar bedah.
4
BAB II
KEBIJAKAN, STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN
5
3. Pelayanan Keperawatan Setelah (Post) Pembedahan
Merupakan pelayanan keperawatan selama periode setelah penutupan luka dan
pindah ke ruang pemulihan. Kegiatan berfokus pada memeriksa bagaimana pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan, mengobservasi jalan nafas dan pernafasan pasien
dengan memeriksa warna bibir dan kuku,memeriksa tingkat kesadaran pasien,
memeriksa tanda – tanda vital pasien, memeriksa balutan luka bekas operasi,
mengukur keseimbangan cairan, memerikda cairan intravena setiap jam dan mengisi
grafik / Chart berdasarkan pengkajian yang dilakukan kepada pasien.
Khusus :
D. SASARAN
1. Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/ Kota,
2. Direktur rumah sakit,
3. Kepala bidang keperawatan rumah sakit,
4. Kepala instalasi Kamar Operasi di rumah sakit,
5. Departemen terkait di rumah sakit,
6. Organisasi profesi terkait.
6
BAB III
KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR
Rasional:
Tenaga perawat yang sesuai kualifikasi, mendukung terwujudnya fungsi pelayanan
keperawatan kamar bedah yang berkualitas, efisien dan efektif
Kriteria Struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan yang mengatur kualifikasi perawat yang
bertugas di unit pelayanan kamar bedah:
a. Kualifikasi Scrub Nurse :
1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS)
dengan pengalaman kerja di kamar bedah minimal pengalaman 6 bulan,
2) D3 keperawatan, memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life
Support (BLS) dengan pengalaman kerja di kamar bedah minimal 1
tahun,
3) Dalam masa transisi sampai dengan tahun 2015, untuk yang berpendidikan
SPK dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun memiliki sertifikat kamar
bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS),
4) Semua perawat yang memberikan pelayanan / asuhan keperawatan di kamar
bedah harus mempunyai SIP dan SIK,
5) Fungsi dan peran scrub nurse ( lihat lampiran 1),
6) Kompetensi scrub nurse (lihat lampiran 4).
7
6) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan
7) Fungsi dan peran perawat sirkuler (lihat lampiran 2),
8) Kompetensi perawat sirkuler (lihat lampiran 4).
1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar, sertifikat kamar bedah lanjut/khusus
BLS dan pengalaman 5 tahun menjadi perawat scrub nurse di kamar bedah,
2) D3 keperawatan memiliki sertifikat kamar bedah dasar, sertifikat kamar bedah
lanjut/khusus BLS dan pengalaman menjadi perawat scrub nurse di kamar
bedah minimal 5 tahun,
3) Dalam masa transisi sampai dengan tahun 2015, untuk yang berpendidikan
SPK dengan pengalaman menjadi scrub nurse minimal 15 tahun memiliki
sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support ( BLS) serta memiliki
sertifikat kamar bedah lanjut/khusus,
4) Fungsi dan peran perawat asisten II ( lihat lampiran 3),
5) Kompetensi perawat asisten II (lihat lampiran 4). d.
2. Adanya kebijakan pimpinan tentang kebutuhan perawat di kamar bedah dengan dasar
perhitungan kebutuhan tenaga dengan memperhatikan jumlah dan jenis operasi,
jumlah kamar bedah, pemakaian kamar bedah, tugas perawat di kamar bedah (scrub
nurse, sirkuler) dan ketergantungan pasien (lihat lampiran 12),
3. Adanya kebijakan pimpinan tentang keselamatan kerja perawat dengan memperhatikan
waktu istirahat setiap tindakan pembedahan maksimal 4 jam kemudian diberikan
istirahat.
8
Kriteria Proses :
1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kualifikasi pendidikan,
kompetensi dan pengalaman kerja yang dipersyaratkan pada pelayanan keperawatan
kamar bedah,
2. Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, program pengembangan profesi,
3. Menjadi anggota tim rekruitmen tenaga perawat yang memberikan pelayanan kamar
bedah,
4. Melakukan monitoring keselamatan kerja perawat,
5. Menyusun rencana program orientasi pengawai baru,
6. Melakukan monitoring keselamatan pasien.
Kriteria Hasil :
1. Tersedia tenaga keperawatan di kamar bedah sesuai kualifikasi perawat yang
ditetapkan,
2. Adanya dokumen perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan pengembangannya,
3. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tim rekruitmen tenaga perawat di
pelayanan keperawatan kamar bedah,
4. Ada dokumen evaluasi keselamatan kerja
Rasional:
Kesesuaian sarana dan prasarana, peralatan dan logistik kamar bedah, mendukung
pelayanan keperawatan kamar bedah yang berkualitas, efisien dan efektif.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
dan logistik dalam pelayanan kamar bedah,
2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik (lihat lampiran
6 dan 7),
3. Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan
logistik,
9
4. Adanya perencanaan sarana dan prasarana yang melibatkan tenaga perawat,
5. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan sarana kesehatan dan logistik (lihat
lampiran 6),
6. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya jadwal
pemeliharaan secara berkala (harian, mingguan).
Kriteria Proses :
1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik
berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan keperawatan kamar bedah,
2. Menjadi anggota tim dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di unit pelayanan kamar bedah,
3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara teratur dan berkala.
Kriteria Hasil :
1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
kebutuhan,
2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik,
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian,pemeliharaan dan uji fungsi peralatan
kesehatan secara periodik/berkala.
Rasional :
Pengorganisasian yang benar dikamar bedah dan tim yang solid menjamin kesinambungan
pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang pelayanan keperawatan kamar bedah,
2. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja di kamar bedah,
3. Adanya kebijakan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan perawat pengelola
dan pelaksana (scrub nurse, sirkuler dan atau perawat asisten II) di kamar bedah.
10
Kriteria Proses :
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat kamar bedah,
2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim operator dan tim anestesi,
3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan di kamar bedah.
Kriteria Hasil :
1. Setiap perawat yang memberikan pelayanan keperawatan kamar bedah sesuai uraian
tugas, tanggung jawab dan kewenangan,
2. Terlaksananya rapat koordinasi dengan unit terkait,
3. Terlaksananya koordinasi internal di kamar bedah.
Rasional :
Pelaksanaan pelayanan keperawatan di kamar bedah sesuai tindakan pembedahan yang
aman dan berkualitas.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan,
2. Adanya kebijakan pimpinan tentang penerapan kesiapan perioperatif yang
mengutamakan keselamatan pasien baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post)
pembedahan sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan di kamar bedah,
3. Adanya standar asuhan keperawatan perioperatif di kamar bedah meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi,
4. Adanya standar asuhan keperawatan khusus kasus terbanyak di kamar bedah,
5. Adanya Standar Prosedur Operasional klinis yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit,
6. Adanya Standar Prosedur Operasional manajerial yang ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit.
11
Kriteria Proses :
1. Melaksanakan pemantauan kesiapan perioperatif baik sebelum (pre), selama (intra) dan
setelah (post) pembedahan,
2. Menyusun standar asuhan keperawatan baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah
(post) pembedahan di kamar bedah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, intervensi dan evaluasi,
3. Melaksanakan standar asuhan keperawatan sesuai kebutuhan di kamar bedah,
4. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan Standar Asuhan
Keperawatan, Standar Prosedur Operasional klinis dan Standar Prosedur Operasional
manajerial yang berpedoman kode etik profesi.
Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumen kesiapan perioperatif,
2. Tersedianya dokumen tindakan keperawatan sesuai Standar Prosedur
Operasional,
3. Tersedianya Standar Asuhan Keperawatan sesuai kebutuhan di kamar bedah.
A. Pengkajian Keperawatan
Pernyataan :
Pengkajian keperawatan di kamar bedah merupakan proses pengumpulan data tentang
status kesehatan pasien baik baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post)
pembedahan secara sistematik, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.
Rasional :
Dengan melakukan pengkajian yang sistematis perawat dapat merumuskan masalah
keperawatan pasien dan menentukan rencana tindakan.
Kriteria Struktur :
1. Adanya format pengkajian yang baku baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah
(post) pembedahan untuk asuhan keperawatan di kamar bedah,
2. Adanya petunjuk teknis pengisian format pengkajian,
3. Adanya alat dan sarana untuk melakukan pengkajian di kamar bedah.
12
Kriteria Proses :
1. Melakukan pengumpulan data baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post)
pembedahan meliputi :
a. Pengkajian Sebelum (pre) Pembedahan
Keadaan umum, tanda vital, status emosi pasien, formulir persetujuan (informed
consent), protesa, kateter uretra, persiapan kulit, huknah, puasa, hasil pemeriksaan
penunjang, obat-obat yang telah diberikan, riwayat alergi, premedikasi, penggunaan
gelang identitas, persiapan darah, riwayat penyakit.
b. Pengkajian Selama (intra) Pembedahan
Jenis pembiusan, posisi operasi, jenis operasi, posisi lengan, kateter uretra,
desinfeksi kulit, area insisi kulit, pemasangan diatermi, lokasi diatermi, pemeriksaan
sebelum operasi dan setelah operasi, penggunaan monitor anestesi, penggunaan
mesin anestesi, menggunaan unit pemanas dan tourniquet, pemakaian inplant,
dilakukan irigasi luka, penggunaan tampon, jumlah kassa, roll kassa dan jarum yang
digunakan sebelum dan sesudah operasi, jumlah dan nomor bisturi yang digunakan
sebelum dan sesudah operasi, jumlah cairan masuk dan keluar,
c. Pengkajian Setelah (post) pembedahan
Tanda - tanda vital, keadaan umum, kesadaran, pernafasan, penggunaan oksigen,
sirkulasi, turgor kulit, mukosa mulut, ekstremitas, posisi pasien, perdarahan, cairan
drain yang keluar, keadaan emosi, skala nyeri, jaringan patologi anatomi dan
patologi klinik, keseimbangan cairan, jam pasien pindah ke ruangan.
Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumen pengkajian keperawatan kamar bedah,
2. Ditemukannya data-data patologis yang telah dikelompokkan,
3. Adanya rumusan masalah keperawatan kamar bedah.
13
B. Diagnosa Keperawatan
Pernyataan :
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien dianalisis
dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dapat bersifat aktual maupun
resiko.
Rasional :
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan merupakan dasar penyusunan rencana
keperawatan dalam mencapai peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.
Kriteria Struktur :
Adanya daftar masalah keperawatan / daftar diagnosa keperawatan sesuai dengan data
dari pengkajian yang dilakukan baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post)
pembedahan.
Kriteria Proses :
1. Membuat analisa data berdasarkan pengkajian kepada pasien baik sebelum (pre),
selama (intra) dan setelah (post) pembedahan,
2. Membuat rumusan diagnosa keperawatan yang mencakup masalah, penyebab, tanda
dan gejala (PES/PE).
Kriteria Hasil :
1. Menegakkan diagnosa keperawatan baik aktual, resiko maupun potensial baik pada
saat sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan,
2. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan kamar bedah pada format catatan
keperawatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Pernyataan:
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah keperawatan
secara terstruktur dan terorganisir dengan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional:
Rencana tindakan keperawatan kamar bedah digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif baik sebelum (pre), selama
(intra) dan setelah (post) pembedahan.
14
Kriteria Struktur :
1. Adanya format rencana keperawatan sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan
baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan,
2. Adanya rumusan tujuan dari rencana keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan,
3. Adanya rumusan kriteria hasil dalam keberhasilan pencapaian tujuan rencana
keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Membuat tujuan dan kriteria hasil pada setiap diagnosa keperawatan,
2. Mengidentifikasi tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan,
3. Menetapkan prioritas rencana keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien,
4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dengan melibatkan anggota keluarga
dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan,
5. Mengkomunikasikan rencana tindakan keperawatan dengan tim kesehatan lainnya
6. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan perawat dan tim kesehatan lainnya,
7. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil :
1. Tersusunnya tindakan keperawatan kamar bedah untuk mencapai tujuan yang
memenuhi kriteria SMART (Spesific, Measureable,Achievable, Reliable, Time),
2. Adanya rencana tindakan keperawatan kamar bedah bersifat mandiri dan kolaboratif,
3. Adanya rencana tindakan keperawatan yang didokumentasikan pada catatan
keperawatan.
15
Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mempercepat kesembuhan,
mencegah komplikasi serta mempertahankan status kesehatan pasien.
Kriteria Struktur :
1. Adanya format tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan keperawatan pada
setiap diagnosa keperawatan yang mencakup yang mencakup pelaksanaan tindakan
keperawatan sebelum (pre), selama ( intra) dan setelah ( post) pembedahan,
2. Adanya Standar Asuhan Keperawatan pada kamar bedah,
3. Adanya Standar Prosedur Operasional klinis (SPO klinis) (lihat lampiran 9),
4. Adanya informed consent.
Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu rencana tindakan sesuai Standar
Operasional Prosedur (SPO) meliputi sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post)
pembedahan
2. Melakukan monitoring respon klien terhadap tindakan keperawatan,
3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan respon klien,
4. Mengutamakan prinsip keselamatan klien (patient safety), privacy,
5. Menerapkan prinsip kewaspadaan baku (standar precaution),
6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan dengan mencantumkan nama jelas,
tanda tangan dan waktu pelaksanaan.
E. Evaluasi Keperawatan
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan di kamar
bedah.
Kriteria Struktur :
1. Adanya tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2. Adanya catatan perkembangan pasien.
16
Kriteria Proses :
1. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan
(evaluasi proses),
2. Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil).
3. Menggunakan peralatan yang tepat dalam melakukan evaluasi,
4. Melakukan revisi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan, jika tidak ada
perbaikan pada pasien,
5. Mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan (evaluasi hasil).
Kriteria Hasil :
Ada dokumen evaluasi formatif dalam tindakan keperawatan pre, intra dan paska operasi.
Rasional :
Pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah dapat meningkatkan
profesionalisme perawat sehingga tercapainya pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang pelaksanaan pembinaan pelayanan
keperawatan di kamar bedah (Pre-Intra-Post pembedahan),
2. Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan kamar bedah Pre-Intra-Post pembedahan),
3. Adanya kebijakan tentang peningkatan kemampuan klinik perawat kamar bedah,
4. Adanya sistem peningkatan jenjang karir perawat kamar bedah.
17
Kriteria Proses :
1. Merencanakan program pembinaan keperawatan di kamar bedah (Pre-Intra-Post
pembedahan),
2. Memberikan umpan balik hasil pembinaan keperawatan,
3. Merencanakan program peningkatan kemampuan perawat kamar bedah
(magang/apprentice, pelatihan terstruktur) dan pendidikan berkelanjutan,
4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai dengan ketentuan,
5. Melaksanakan pembinaan terhadap kelalaian/kesalahan perawat kamar bedah,
6. Melaksanakan evaluasi kinerja perawat kamar bedah secara periodik.
Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumen hasil pembinaan keperawatan dikamar bedah,
2. Adanya dokumen tentang rencana program peningkatan kemampuan perawat kamar
bedah,
3. Adanya dokumen prestasi untuk peningkatan jenjang karir,
4. Adanya dokumen evaluasi kinerja perawat kamar bedah,
5. Ada dokumen penghargaan (reward) dan pembinaan (punishment) perawat kamar
bedah.
Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan dan keamanan pasien
pada pre, intra dan paska operasi untuk menghindari terjadinya Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) dan atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan sentinel.
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang program keselamatan pasien (patient
safety),
2. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan kamar bedah,
3. Adanya indikator pelayanan kamar bedah meliputi : angka kematian pasien di kamar
bedah, angka komplikasi paska operasi, angka kejadian operasi salah sisi, angka
kejadian operasi salah pasien, angka kejadian salah tindakan pada operasi, angka
kejadian tertinggal benda asing pada tubuh pasien paska operasi, angka komplikasi
paska operasi, waktu tunggu operasi elektif dan infeksi luka operasi (bersih, bersih
terkontaminasi).
18
4. Adanya perawat yang terlibat dalam program pengendalian mutu pelayanan kamar bedah
Kriteria Proses :
1. Membuat rencana program pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah,
2. Membuat instrumen pemantauan dan penilaian indikator pelayanan keperawatan kamar
bedah,
3. Melaksanakan upaya keselamatan pasien dengan menggunakan check list : pre, intra
dan post pembedahan,
4. Menganalisis dan menginterprestasikan data untuk peningkatan mutu pelayanan
keperawatan kamar bedah sebagai bukti baru (evidence),
5. Menyusun program perbaikan dan tindak lanjut pelayanan keperawatan kamar bedah.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada kejadian :
a. Operasi salah sisi,
b. Operasi salah pasien,
c. Salah tindakan pada operasi
d. Tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien paska operasi
2. Meminimalkan insiden keselamatan pasien meliputi dan situasi yang mengancam
kehidupan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan atau Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
sentinel
a. Presentase angka kulit terbakar karena diatermi, pasien jatuh,
b. Presentase angka kematian pasien di meja operasi.
3. Meminimalkan waktu tunggu dikamar bedah.
19
BAB IV
PENUTUP
Dalam penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit perlu
dilengkapi Standar Prosedur Operasional (SPO) baik klinis maupun manajerial yang dikuti
dengan pemantauan dan evaluasi dan dilakukan secara berkesinambungan.
20