Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN, KEBUTUHAN ELIMINASI DAN


PERSONAL HIGYENE PADA PERSALINAN
Dosen Pembimbing: Wiwit Vitania,S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh :

1. Chrismasari Elxa Nirmala

2. Rosalia Hiplapoli

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) JAYAPURA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan nutrisi dan cairan

2.2 Kebutuhan eliminasi

2.3 Personal Higyene

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas segala berkat dan
Rahmat-nya yang telah memberikan kesehatan dan nikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Harapan kami semoga makalah kami
ini menambahkan referensi bagi para pembaca dan kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya kami dapat lebih baik.

Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah ini , namun kami telah berupaya
semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik. Dan kami akan sangat menghargai bila para
pembaca dapat memberi pendapat atau bahkan kritik terhadap makalah yang telah kami buat ini.

Jayapura, 1 Oktober 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir,
ataupun cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot
menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan.
Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat diandalkan
serta mampu memeberikan dukungan, bimbingan dan pertolongan persalinan.
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan.
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang
pendukung yang hadir dan memantu wanita yang sedang dalam persalinan. Dukungan dapat diberikan
oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kebutuhan nutrisi dan cairan pada ibu bersalin?
b. Bagaimana kebutuhan eliminasi dan personal higyene?
c.
1.3 Tujuan
a. Memahami kebutuhan nutrisi dan cairan pada ibu bersalin
b. Memahami kebutuhan eliminasi dan personal higyene
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan nutrisi dan cairan

Wanita bersalin membutuhkan makanan dan air guna mempertahankan fungsi yang efisien.
Pelarangan makan dan minum selama persalinan dimulai pada kurun tahun 1940 hingga 1950-an
ketika anestesi umum sering digunakan selama kala dua persalinan. Pada tahun 2949, suatu studi oleh
Mendelson mengungkapkan secara terperinci morbiditas dan mortalitas ibu akibat aspirasi isi
lambung, yang disebut sindrom Mendelson. Studi di rumah sakit bersalin tahun 1989 menunjukkan
11.814 wanita yang makan dan minum selama persalinan, tanpa insidensi aspirasi lambung meskipun
seksio sesaria darurat kadang kala dibutuhkan. O’Reilly et al mempelajari 106 wanita yang makan
dan minum selama persalinan tanpa morbiditas dan mortalitas. (Sinclair, 2009)

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energy setiap jam, dan jika tidak
terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak
tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Banyak wanita sehat jika diberi kebebasan untuk memilih, akan memilih untuk minum dan
makan ketika dalam persalinan. Banyaknya stress yang dialami wanita menyebabkan mereka
menolak makan dan minum. Stress menyebabkan pelepasan katekolamin sehingga memberi pengaruh
buruk terhadap kontraksi uterus dan sirkulasi darah pada uteroplasenta, memperpanjang persalinan,
dan turut berperan terhadap terjadinya gawat janin (Sinclair, 2009)

Ibu kerap ingin mekan awal persalinan (jarang diakhir). Tawarkan makanan yang kira-kira ibu
sukai, misalnya kudapan tinggi kalori, jus, buah, roti bakar, sereal, dan biscuit. Minum dalam jumlah
cukup dapat mencegah dehidrasi, diet ringan diperbolehkan, kecuali ibu baru saja mendapatkan
apioid atau beresiko tinggi mendapat anestetik umum. Pastikan orang yang mendapingi ibu juga
makan (Chapman, 2013: 9).

Sebagai peraturan khusus, makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan akut, karena
makanan padat lebih lama tinggal dilambung dari pada cairan, dan pencernaan menjadi sangat lambat
selama persalinan. Pada saat bersamaan, kombinasi dari stress persalinan, kontraksi, dan obat-obatan
tertentu mungkin akan menyebabkan mual. Bersamaan dengan factor ini factor ini, lambung yang
penuh dan mual dapat menyebabkan muntah sehingga berisiko aspirasi dari partikel-partikel makanan
ke dalam paru-paru. Dilain pihak cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Banyak dokter
menganjurkan pasien minum air putih sepanjang proses persalinan. Bila pasien mengalami mual,
maka larutan ringer laktar 5% secara intravena dianjurkan untuk diberikan. Berdasar hasil penelitian
terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui.
Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat
tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan
cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan
minum minuman yang manis dan berenergi seperti jus.

Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi memasuki fase
aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang
tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat
kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama
persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering
minum pada ibu selama persalinan. Namun ibu disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
bisa menimbulkan bau yang menyengat seperti jengkol dan petai.

Makanan yang dianjurkan:

a. Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu.
b. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
c. Nasi tim.
d. Biskuit.
e. Yogurt rendah lemak.
f. Buah segar atau buah kaleng.

Minuman yang dianjurkan:

a. Minuman yogurt rendah lemak.


b. Es blok.
c. Jus buah-buahan.
d. Kaldu jernih.
e. Diluted squash drinks.
f. Air mineral.
g. Cairan olahraga atau cairan isotonic
2.2 Kebutuhan eliminasi

a. BAK

Semakin turunnya bagian terbawah janin menyebabkan adanya tekanan pada pleksus sacrum,
sehingga kandung kemih menjadi tertekan dan menimbulkan retensi urine atau sering berkemih.
Retensi urine akan terjadi jika :

1) Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya inhibisi impuls sehingga vesica
uretra menjadi penuh tetapi tidak timbul rasa berkemih.
2) Dengan adanya distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica uretra.
3) Tekanan oleh bagian terendah janin pada vesica uretra dan uretra.
4) Tidak adanya keinginan berkemih.
5) Pengaruh obat seperti anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat
mempengaruhi saraf vesica uretra.

Bidan harus bisa memfasilitassi kebutuhan eliminasi selama persalinan, yaitu dengan
mengosongkan kandung kencing dengan menganjurkan ibu untuk bereliminasi secara spontan
setiap 2 jam atau jika kondisi tidak mengizinkan lakukan tindakan kateterisasi. Jika kandung
kemih dalam keadaan penuh dapat menghambat selama dalam proses persalinan. Selain itu, juga
akan meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien, karena bersamaan dengan
munculnya kontraksi uterus, seperti :

1) Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila berada di atas spina
isciadika.
2) Kontraksi uterus tidak efisien
3) Menimbulkan nyeri.
4) Urin menetes selama kontraksi yang kuat pada kala II.
5) Memperlambat kelahiran plasenta.
6) Dapat menimbulkan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat kontraksi uterus.
b. BAB
Saat bagian terbawah janin semakin mengalami penurunan ibu seringkali merasa ingin
BAB. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan pada otot sfinkter ani/ otot usus yang menimbulkan
adanya kontraksi otot sehingga timbul keinginan untuk BAB/mengedan. Pada awal-awal
persalinan tidak dianjurkan untuk melakukan huknah karena hal ini merupakan fisiologis. Rektum
yang penuh akan mengahambat penurunan bagian terbawah janin. Namun, bila pasien
mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk
pada kala II.

2.3 Personal higyene

Saat inpartu seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat
penting untuk mencegah infeksi saat inpartu maupun postpartum. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting dijaga. Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam
proses persalinan, hal ini yang akan menghindari ibu dari infeksi. Asuhan yang dapat diberikan
adalah:

a. Menjaga Kebersihan Diri

1) Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluan nya sesudah BAK/BAB dan menjaganya
agar tetap bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta
menurunkan resiko infeksi, karena adanya kombinasi antara bloody show, keringat, cairan
amnion, larutan untuk pemeriksaan vagina dan juga feses dapat membuat ibu bersalin
merasa tidak nyaman.

2) Mandi di bak/shower dapat menjadi sangat menyegarkan dan menimbulkan rasa santai dan
merasa sehat. Jika fasilitas tidak memungkinkan, Mandi ditempat tidur juga bisa
menimbulkan efek menyegarkan.

b. Berendam

Beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam hanya untuk berendam pada kala I
dan beberapa wanita memilih untuk melahirkan didalam air, dan yang lainnya telah
memberikan komentar tentang betapa rileksnya mereka selama di dalam air. Berendam dapat
menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling menyenangkan. Diperlukan bak
yang cukup dalam agar dapat menutup abdomen ibu. Hal ini merupakan suatu bentuk
hidroterapi dan kegembiraan yang akan meredakan dan membantu kontraksi pada ibu bersalin.

c. Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya nafasnya berbau, bibir kering dan
pecah-pecah, tenggorokan kering terutama jika dalam persalinan beberapa jam tanpa cairan
oral dan tanpa perawatan mulut. Perawatan mulut yang dapat diberikan adalah:
1) Menggosok gigi

Ibu bersalin harus diingatkan untuk membawa sikat dan pasta gigi ke rumah sakit
atau rmah bersalin untuk digunakan selama proses persalinan.

2) Mencuci mulut

Dengan pemberian produk pencuci mulut sebagai tindakan untuk menyegarkan


mulut.

3) Pemberian gliserin

Untuk menghindari terjadinya kekeringan pada bibir, dapat digunakan gliserin


dengan cara mengusapkannya.

4) Pemberian permen

Pemberian permen untuk melembabkan mulut dan tenggorokan, untuk mencegah


aspirasi sebaiknya anjurkan untuk mengonsumsi permen lollipop.

d. Pengisapan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak mengelurarkan keringat.
Tempat persalinan yang tidak menggunakan pendingin akan menyebabkan perasaan tidak
nyaman. Oleh karena itu gunakan kipas atau bisa juga dengan kertas atau lap yang dapat
digunakan sebagai pengganti kipas.

e. Pakaian

Pada ibu inpartu, sarankan ibu untuk menggunakan pakaian yang longgar, langsung dan
pakaian yang kancingnya di depan. Tujuannya yaitu agar tidak mengganggu saat proses
persalinan, baju yang pas akan menghambat pernapasan ibu saat persalinan, agar ibu dapat
bergerak dengan leluasa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan merupakan hal yang paling di tunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang
menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Asuhan yang mendukung
selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Selama proses persalinan, pasien sangat
membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar, yang dimaksud kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang
sangat penting dan mutlak untuk dipenuhi selama proses persalinan. Kebutuhan dasar selama
persalinan diantaranya adalah kebutuhan nutrisi, eliminasi, dan personal higyene.

Pada ibu bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energy setiap jam, dan jika tidak
terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Untuk kebutuhan
eliminasi pada ibu bersalin akan sering berkemih karena adanya bagian terbawah janin yang semakin
turun menyebabkan adanya tekanan pada pleksus sacrum. Dan pada saat inpartu seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi, oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi saat
inpartu maupun postpartum. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
dijaga.

3.2 Saran

Semoga tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan prosedur. Dan juga
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky dan Cathy Charles. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
EGC

Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. 2013. Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Salemba Medika, Jakarta.

Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin). Fitramaya, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai