Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATUS

BENDUNGAN ASI

Kelompok 6 Di susun oleh : 1. Alhidayati 2. Cristi handayani 3. Herwina febrianti 4. Indah kurnia winanda G 5. Suhesti martikasari 6. Pitri lestari

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PRODI KEBIDANAN CURUP TA 2013/2014

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang senangtiasa telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kelompok VI dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul Bendungan payudara. Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan karna tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu jika ada kritik dan saran yang membangun saangat diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bagi penyusun pada khususnya dan para pembaca pada umum nya. Terimakasih. Curup, Februari 2014

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik. Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.

B. Rumusan Masalah 1) Apa pengertian dari bendungan ASI? 2) Apa penyebab dari bendungan ASI? 3) Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI? 4) Bagaimana pencegahan bendungan ASI? 5) Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?

C. Tujuan 1) Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI 2) Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI 3) Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI 4) Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI 5) Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005). Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar. Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

B. Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. 2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI. 3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI. 4. Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. 5. Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI. Gambar Payudara

C. Gejala Bendungan ASI

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah : 1. Bengkak pada payudara 2. Payudara terasa keras 3. Payudara terasa panas dan nyeri Gambar payudara Bengkak

D. Pencegahan

1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan 2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand) 3. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi 4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169) 5. Menyusui yang sering 6. Memakai kantong yang memadai 7. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)

E. Penatalaksanaan

1. Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek 2. Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi 3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI 4. Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin 5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus Gambar 3.

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan Bendungan ASI adalah pembendungan air susu yang disebabkan oleh penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar karena asi tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu maupun faktor dari bayi.bendungan asi dapat dicegah dengan Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan, Susui bayi tanpa dijadwal (on demand), Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi, Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169), Menyusui yang sering, Memakai kantong yang memadai, Hindari tekanan local pada payudara .

Saran 1. Tenaga Kesehatan a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif. b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah memenuhi standard. 2. Pasien a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan. b. Hendaknya pasien secara rutin control ke petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna, S.SiT, M.Kes dan Diah Wulandari , SST, M.Keb. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika. Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta, Salemba Medika. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Mansjuer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculap FKUI. Manuaba. Ida Bagus Gdc. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.A dengan Bendungan ASI

Tanggal pengkaji : 11 Februari 2014 Tempat pengkaji : BPS Nama pengkaji : Bidan p

1. Subjektif

Ibu mengatakan : Nama Ny.A umur 24 tahun Ibu nifas hari ke-2 melahirkan anak pertama Ibu mengeluh payudaranya terasa panas, bengkak, dan nyeri serta ASI belum keluar sejak bayi dilahirkan Riwayat kehamilan ibu rajin ANC di bidan sebanyak 1x Tm1,1x Tm2, dan 3x Tm3. Persalinan dibantu oleh bidan,secara normal, kelamin laki-laki berat 3500gr panjang 52 cm. Bayinya rewel, BAK jarang kira-kira < 8x. menstruasi : menarche 11 tahun, 30 hari, 2-3x ganti pembalut/hari, kadang-kadang merasa disminore, tidak teratur, lamanya 5 hari, sifat darah flek hitam kecoklatan, bau khas dan menggumpal. Perkawinan sah 1 kali, umur 19 tahun saat menikah dengan suami berumur 20 tahun, lamanya menikah sudah 5 tahun dan sudah dikaruniai 1 orang anak, keadaannya hidup, sehat. Pervaginam, bayi bugar jenis

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menyertai dan penyakit apapun pada keluarga.

Riwayat social : ibu makan 2-3 kali dalam sehari dengan porsi yang bervariasi, dan minum 8 gelas/ hari atau 300cc.

2. Objektif

: : baik : composmentis : 37,8 C TD R Nadi : 120/70 mmHg : 28x/menit : 89x/menit

Keadaan umum Kesadaran Suhu

Pemeriksaan fisik :
Kepala : rambut hitam, bersih, sedikit rontok dan tidak berketombe. Muka : tidak ada oedem. conjungtiva merah muda, sklera anikterik. Hidung : bersih, tidak ada polip. Mulut dan gigi : mulut dan lidah bersih tidak ada scorbut, gigi bersih tidak ada caries. Telinga : simetris, bersih. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid. Dada dan payudara : simetris kanan kiri, payudara kanan membesar,

bengkak dan merah mengkilap. Papilla mammae terbenam. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, adanya striae dan linea. Kandung kemih kosong dan tidak adanya mules. TFU pertengahan simpisi dan umbilikus, tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah.

genitalia : Adanya bekas luka parut, tidak ada tumor, tidak adanya benjolan dan tumor, tidak adanya varises. Adanya lendir keluar dari vagina (Lokia sanguelenta).

ekstermitas : Tungkai simetris, reflex patella (+). Tidak oedema.

3. Assessment

: Ny A Umur 24 P1A0 postpartum 7 hari dengan bendungan ASI.

4. Planning

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan,yaitu: keadaan ibu sedikit lemah, payudara terlihat bengkak dan merah mengkilap, terasa keras, panas dan terdapat nyeri tekan pada payudara, tanda vital: TD 120/70 mmHg, nadi 89 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,80C, TFU pertengahan simpisis dan umbilikus, kontraksi baik, jumlah lochea rubra normal ( 50 cc), dan dari hasil pemeriksaan, ibu mengalami bendungan ASI. Hasil pemeriksaan sudah diberitahukan kepada ibu dan ibu sudah mengetahui keadaannya. 2. Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar. Penjelasan sudah disampaikan dan ibu sudah mengerti. 3. Beritahu ibu terjadinya bendungan ASI. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan. Penjelasan sudah diberikan dan ibu sudah mengerti. 4. Berkolaborasi dalam pemberian obat, yaitu:

a.

Paracetamol 500 mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 x sehari untuk

mengurangi keluhan demam dan nyeri pada payudara ibu b. Amoxicilin 500 mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 x sehari untuk

mencegah infeksi lebih lanjut (mastitis dan abses) pada payudara ibu c. d. Vit C 3x1 untuk menjaga dan memperbaiki daya tahan tubuh ibu Laktavit 500 mg sebanyak 6 tablet dengan dosis 2 x sehari untuk

memperlancar produksi ASI. Obat-obatan telah diberikan dan ibu sudah mengerti cara minum obat dan kegunaannya. 5. Beritahu ibu cara mengatasi keluhannya. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu: a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian

perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai

menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu

e. f.

Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Pakai bra yang dapat menyangga payudara.

Anda mungkin juga menyukai