Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN

PADA By. Ny. V USIA 3 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM


DI RUANG BAYI RS MUHAMMADIYAH
SURABAYA

Disusun Oleh :
Sumliyawati
NPM: 03021005

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN JALUR A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN UNGGUL
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2009/2010
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada
By. Ny. M Usia 3 Hari Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis Di Ruang Bayi
Muhammadiyah Surabaya”. Periode 01 Januari 2010 sampai dengan 12 Februari 2010.

Surabaya, 11 Februari
Mahasiswa STIKES Insan Unggul
Surabaya

Sumliyawati

Disetujui oleh:

Pembimbing Praktek Pembimbing Akademik

Suciwati, Amd.Keb Faridah, SST, M.Mkes

Mengetahui :

Ketua Program Studi D IV Kebidanan


STIKES Insan Unggul Surabaya

Endang Sri Resmiati, S.H, SST, M.Mkes


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-


Nya, sehingga tersusun laporan proses belajar tentang penerapan asuhan kebidanan yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan pada By. Ny. M Usia 3 Hari Dengan Ikterus
Neonatorum Fisiologis Di Ruang Bayi Muhammadiyah Surabaya “, Asuhan
kebidanan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tuigas di lapangan atau lahan praktek.
Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :.

1. Ibu Endang Sri Resmiati, S.H, S. ST selaku Plh. Ketua program studi D-IV
Kebidanan STIKES Insan Unggul Surabaya.
2. Ibu Faridah, SST, M.Mkes selaku pembimbing akademik STIKES Insan Unggul
Surabaya.
3. Suciwati, Amd.Keb selaku pembimbing praktek di RS Muhammadiyah Surabaya.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan materi maupun spiritual.
5. Rekan- rekan mahasisiwa STIKES INSAN UNGGUL yang telah banyak memberikan
dukungan, masukan pada penulisan Asuhan Kebidanan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan laporan ini dan juga laporan selanjutnya. Penulis berharap semoga
laporan ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.

Surabaya,11 Februari 2010

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya kehadiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang
dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada
persalinan normal. Maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya
perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu memberikan pertolongan
pertama seperti, memberikan oksigen dan melakukan pernapasan buatan sampai ibu
atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke rumah sakit yang
mempunyai perlengkapan serta perawatan yang baik, sehingga pengawasan dan
pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, sebagian besar bayi
baru lahir mengalami ikterus neonatorum sampai tingkat yang bisa dilihat mata.
Ikterus yang tampak mata memperlihatkan kadar bilirubin paling tidak 5 – 7 mg/dl.
Terdapat banyak sebab fisiologis timbulnya ikterus selama minggu pertama setelah
lahir.
Tatalaksana ikterus bergantung pada apakah ikterus bersifat fisiologis atau
patologis. Bidan harus belajar membedakan dua proses ini dan harus didorong
dalam penerapan perawatan bayi yang meningkatkan hilangnya ikterus.
Ikterus fisiologi lebih lazim dijumpai pada beberapa keadaan. Bayi-bayi
Asia mempunyai insidensikterus yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menyusu badan
mempunyai insidens ikterus fisiologis yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang
mendapat makanan lewat botol.
Seluruh orang tua harus mendapatkan informasi mengenai tingginya
frekuensi ikterus pada bayi baru lahir. Mereka dapat dinasehati untuk memberi
makan bayi sesering mungkin selama hari-hari pertama kehidupan agar merangsang
pengeluaran mekoneum. Mekoneum mempunyai kandungan tinggi bilirubin dan
pengeluarannya yang lambat meningkatkan penyerapanulang bilirubin sebagai
bagian dari proses pintas enterohepatik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah
dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan
pengetahuan dalam memecahkan masalah khusunya pada “Asuhan
Kebidanan Pada By. Ny. V Usia 3 Hari Dengan Ikterus Neonatorum
Fisiologis” Di BPRSD Dr. Mochamad Swandhie Surabaya.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1. Pengkajian dan menganalisa data pada bayi
dengan ikterus neonatorum.
2. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menetukan
prioritas masalah pada bayi dengan ikterus neonatorum.
3. Menyusun rencana kebidanan.
4. Melaksanakan tindakan kebidanan.
5. Evaluasi asuhan kebidanan.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya
mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.
2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustakaan.
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga
dan petugas kesehatan.
1.4 Lokasi Dan Waktu

1.4.1 Lokasi
Asuhan kebidanan ini disusun saat penulis melaksanakan praktek lapangan
di rRuang Bayi BPRSD Dr. Mochamad Swandhie Surabaya..

1.4.2 Waktu
Penyusunan asuhan kebidanan ini dilakukan pada saat jam kerja pagi ruang
bersalin yaitu pukul 07.00 s/d 14.00 WIB.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terbagi
dalam tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan, lokasi
dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar teori, dan manajemen asuhan
kebidanan.
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data yang terdiri dari
identitas/biodata, data subyektif, data obyektif, dan uji diagnostik.
Interpretasi data yang terdiri dari diagnosa, masalah, dan
kebutuhan. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial,
identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi,
merencanakan asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan, serta
evaluasi.
BAB IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Teori Ikterus Neonatorum


2.2.1.Definisi
Ikterus adalah warna kuning yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam
batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari
kesepuluh (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998: 325).

2.2.3.Klasifikasi
Jenis-jenis ikterus neonatorum:
1. Ikterus fisiologik
Terutama dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus ini
biasanya timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada
akhir minggu kedua.

2. Ikterus patologik
Ikterus yang patologik timbul segera dalam 24 jam pertama, dengan bilirubin
serum meningkat lebih dari 5 mg% perhari, kadarnya diatas 10 mg% pada bayi
matur atau 15 mg% pada bayi premature, dan menetap setelah minggu pertama
kelahiran. Selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung diatas 1 mg% setiap
waktu. Ikterus seperti ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan
sepsis. Ikterus patologik memerlukan penanganan dan perawatan khusus.

3. Kern ikterus
Adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan bilirubin pada ganglia basalis.
Kernikterus biasanya disertai naiknya kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada
neonatus cukup bulan kadar bilirubin diatas 20 mg% sering berkembang menjadi
kern ikterus, sedangkan pada bayi premature bila melebihi 18 mg%.
Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati dan ini sangat berbahaya bagi
bayi. Untuk terjadinya kern ikterus tergantung pula pada keadaan umum bayi. Bila
bayi menderita hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern ikterus dapat timbul
walaupun kadar bilirubin di bawah 16 mg%. Pengobatannya adalah dengan
transfuse tukar darah.

4. Ikterus hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO,
golongan darah lain, kelainan eritrosit congenital, atau defisiensi enzim G-6-PD.

5. Ikterus obstruktif
Terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun diluar hati.
Akibatnya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Bila kadar bilirubin direk
diatas 1 mg% kita harus curiga akan adanya obstruksi penyaluran empedu.
Penanganannya adalah dengan tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.

2.2.4.Patogenesis
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi
darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah
janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2
melalui paru-paru. Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadi
ikterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar
billirubin indirek bayi cukup bulan sekitar 15 mg%. Diatas angka tersebut dianggap
hiperbilirubinemia, yang dapat menimbulkan kern ikterus.
Kern ikterus adalah tertimbunnya bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat
mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai tempat timbunan itu.
Gambaran kliniknya sebagai berikut:
• Mata berputar
• Tertidur-kesadaran turun
• Sukar mengisap
• Tonus otot meninggi
• Leher kaku
• Akhirnya kaku seluruhnya
• Pada kehidupan lebih lanjut ada kemungkinan terjadi spasme otot dan
kekakuan otot seluruhnya
• Kejang-kejang
• Tuli
• Kemunduran mental.

2.2.5.Penanganan Ikterus Neonatorum


• Biarkan bayi sering menyusu. Ini mungkin membantu mengeluarkan cairan
kimia kuning dari tubuh bayi.
• Minta pertolongan dokter segera jika bayi tampak mengantuk atau tidak
menyusu dengan baik atau jika bayi terasa dingin ketika disentuh (atau sehu
badannya turun dibawah 36º C atau 97º F).

2.2. Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
2.3.1.Pengertian
Manajemen kebidanan adalah: Proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Menurut Hellen
Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Setiap langkah berisi tugas-
tugas tertentu dan bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Secara berurutan langkah-
langkah tersebut adalah:

2.3.2.Langkah pertama (Pengumpulan Data)


Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang
dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif.
2.3.2.1.Data subjektif terdiri dari:
1. Biodata
Berisikan identitas bayi dan orang tua meliputi nama, umur, jenis kelamin,
tanggal lahir, jenis persalinan, nama orang tua (ayah dan ibu), umur ibu, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, tujuannya untuk
mengetahui secara lengkap dan luas sasaran asuhan kebidanan.

2. Riwayat Ante Natal


Kemungkinan gravida empat atau lebih.
HPHT tidak sesuai dengan umur kehamilan saat persalinan. Tidak pernah periksa
kehamilan atau periksa tidak teratur serta periksa pada petugas yang tidak
berwenang, tidak pernah mendapat imunisasi. Sewaktu hamil menderita penyakit
pembuluh darah misalnya hipertensi, hipotensi, menderita penyakit jantung, paru-
paru, diabetes serta pengobatan yang didapat.

3. Riwayat Neonatus
Meliputi beberapa APGAR score pada 1 menit dan 5 menit pertama. Bagaimana
ketubannya keruh atau jernih, dengan cara apa bayi dilahirkan: SC, VE, FE, spontan
dan lain-lain. Berapa usia kehamilan, adanya bayi kembar.

4. Riwayat Maternal dan Perinatal


Berapa usia ibu saat hamil ini, taksiran persalinan kapan. Bagaimana kondisi dan
kebiasaan selama hamil. Berapa kali memeriksakan kehamilannya, adakah penyakit
yang diderita selama hamil.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
asma, DM, penyakit menular dan penyakit lainnya selain itu juga perlu ditanyakan
apa ada keturunan kembar.
6. Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologi dan emosional ibu pada kehamilan,
persalinan, bagaimana hubungan suami istri serta keluarga, harapan kehamilan serta
kepercayaan yang dianut juga perlu ditanyakan bagaimana status ekonominya.
Kebiasaan merokok, alkoholik, pemberian ASI.

7. Nutrisi
Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segera
setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Bayi aspiksia sedang yang mengalami
gangguan pernapasan ASI dapat diberikan personde dengan memperhatikan jumlah
kebutuhan dan retensinya. Kebutuhan cairan neonatus yaitu:
Hari I : 60cc/kgBB/hari
Hari II : 90cc/kgBB/hari
Hari III : 120cc/kgBB/hari
Hari IV : 150cc/kgBB/hari
Selanjutnya ditambah sedikit-sedikit sampai hari ke 14 mencapai 200 cc/kgBB/hari.
Jumlah cairan ini dikonsumsi dari ASI atau PASI, juga cairan perinfus sesuai
kondisi bayi. Frekuensi pemberiannya tergantung dari berat badannya, yaitu:
BB < 1250 gr : 24 x/hari tiap jam
BB 1250-<2000 gr : 12 x/hari tiap jam
BB >2000 gr : 8 x/hari tiap jam

8. Pola Eliminasi
Neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar
pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan
kemungkinan mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran
pencernaan.

9. Hubungan Psikologi
Bayi baru lahir bila kondisi memungkinkan di rawat gabung dengan ibunya
dengan tujuan bayi mendapat kasih sayang, perhatian, mempererat hubungan
psikologis ibu dan bayi. Bayi aspiksia memerlukan perawatan intensif sehingga
harus berpisah dengan ibunya.

2.3.2.2.Data objektif
Yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
menggunakan standar yang diakui atau berlaku (Effendy Nasrul, 1995:20).
Pada bayi premature aspiksia sedang didapatkan data objektif sebagai berikut:
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
1. Posisi:
2. Kulit:
3. Kepala:
4. Mata:
5. Hidung:
6. Mulut:
7. Telinga:
8. Leher:
9.Thoraq:
10.Paru-paru:
11.Jantung:
12. Abdomen:
13. Umbilikus:
14. Genetalia:
15. Anus:
16. Kstremiras :
17. Refleks
18. Pemeriksaan penunjang
19.Gas darah Arteri
20. Darah Lengkap
“Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dngan criteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila criteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke
dalam siklus apabila criteria hasil belum dicapai” (Allen Carol Vestal, 1998: 123).
Dalam melakukan evaluasi, sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah
ditetapkan dalam pernyataan tujuan. Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan
pasien menunjukkan perilaku sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan rencana
keperawatan.
Ada tiga alternative yang dapat dipakai oleh bidan dalam memutuskan atau
menilai, sejauh mana tujuan yang tekah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan
tercapai, tujuan sebagian tercapai, tujuan tidak tercapai. Tujuan tercapai jika pasien
mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan,
sesuai dengan pernyataan tujuan. Tujuan sebagian tercapai jika pasien mampu
menunjukkan perilaku tapi tidak seluruhnya sesuai pernyataan tujuan yang telah
ditentukan. Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau tidak mau sama
sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Secara umum evaluasi dikatakan berhasil, bila:
1. Aspiksia tidak terjadi lagi
2. Tidak terjadi hipotermi
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. Tidak terjadi infeksi
5. Tidak terjadi hypoglikemia.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN
Tanggal : 9 Januari 2010
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Bayi Muhammadiyah Surabaya

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Bayi : By. Ny. V
Tgl. Lahir : 6 Januari 2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 hari
Alamat : Tambak Sari

Nama Ibu : Ny. V Nama Ayah : Tn. K


Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Madura Jawa : Madura
Pendidikan : SMP Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :Sawah Pulo Alamat : Sawah Pulo

2. Alasan MRS
Kiriman dari BPS Tambak sari.

3. Keluhan Utama
Bayi kuning pada muka, leher, dada dan abdomen sejak tgl 6 Januari 2010.
4. Riwayat Natal
Ibu melahirkan bayi laki-laki secara normal 3 hari yang lalu yaitu tanggal 6
januari 2010 jam 19.00 WIB dengan BB: 3400 gr PB: 50 cm AS: 6-7, KPP
2 jam, ketuban hijau keruh, tangisan tak adekuat, lingkar dada: 31 cm,
lingkar kepala: 31 cm, lingkar lengan atas: 10 cm. Usia bayi saat ini 3 hari.

5. Riwayat Post Natal


K/U Bayi lemah
TTV: RR: 50 x/menit S: 36,8ºC N: 134 x/menit
Bayi belum mendapatkan imunisasi, tali pusat terbungkus kasa steril dengan
alcohol 70%. Muka, leher, dada dan abdomen ikterus sejak tgl 6 Januari
2010. BB mengalami penurunan dari BBL : 3400 gr menjadi 3000 gr.

6. Kebutuhan Dasar
a. Pola nutrisi
Setelah bayi lahir tidak langsung disusukan karena keadaan bayi kurang
baik, bayi dipuasakan sampai dengan tanggal 6 Januari 20101 dan mulai
diberikan PASI (Pendamping Air Susu Ibu) yaitu D5% pada pukul 23.00
WIB sebanyak 8 x 10 cc.
b. Pola eliminasi
Sampai saat ini tgl 6 Januari 2010 bayi sering BAK warna kuning bau
khas, ± 30-40 cc setiap kali kencing. BAB sering warna kuning,
konsistensi agak padat.
c. Pola istirahat
Bayi lebih banyak tidur, bangun ketika BAB atau BAK dan saat merasa
kurang nyaman.
d. Pola aktivitas
Bayi merintih, tangisan tak adekuat, jarang menggerakkan
ekstremitasnya.

7. Terapi yang sudah diberikan


Tgl 6 Januari 2010, Jam 17.00 WIB
1. Bayi dipuasakan
2. Injeksi viccilin 2 x 175 mg
3. Pasang O2 masker 5 L/menit.

Tgl 11Januari 2010, Jam 08.00 WIB


1. D5% 8 x 10 cc
2. O2 nasal 2 L/menit
3. Cek laboratorium DL dan CRP, hasil:
- Lekosit : 19.000 N: 4.000-10.000/mm³
- Hemoglobin : 11,9 N: L: 13,0-17 g%
P: 11,5-16 g%
- Thrombosit : 202.000 N: 150-400 ribu/mm³
- Gol Darah :A Rh +
- Eosinofil :- N: 1-3 %
- Basofil :- N: 0-1 %
- STAB :3 N: 2-6 %
- Segmen : 70 N: 50-70 %
- Limposit : 20 N: 20-40 %
- Monosit :7 N: 2-8 %

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Kemampuan menghisap: Lambat
Warna Kulit : Muka dan tubuh ikterus
Gerak : Pasif (ekstremitas jarang gerak dan sedikit fleksi)

2. Tanda-tanda vital
S : 36,8ºC RR: 50 x/menit N: 134 x/menit

3. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : Rambut hitam tipis, tidak terlihat adanya caput
suksedaneum maupun cepal hematoma.
Muka : Simetris, kulit ikterus.
Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sclera ikterus, tidak
ada hematoma.
Hidung : Simetris, tidak terlihat adanya polip, tidak terlihat adanya
pernapasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan.
Mulut : Bibir tidak sumbing, simetris, refleks menghisap lambat,
belum tumbuh gigi, lidah bersih, tidak terlihat adanya
cyanosis.
Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar thyroid
maupun vena jugularis, terlihat ikterus.
Dada : Simetris, tidak terlihat adanya retraksi intercostae, terlihat
ikterus.
Abdomen : Tidak terlihat adanya pembesaran hepar, tali pusat basah,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, terlihat
ikterus.
Punggung : Simetris, tidak terlihat adanya spina bifida.
Genetalia : Testis sudah masuk dalam scrotum, terlihat adanya penis.
Anus : Terlihat adanya lubang anus.
Ekstremitas : Simetris, jumlah jari kaki dan tangan lengkap, tidak ada
polidaktil/sindaktil, tidak terjadi cyanosis.

Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
pembesaran vena jugularis.
Dada : tidak teraba retraksi.
Abdomen : Tidak teraba pembesaran kelenjar lien, tidak teraba
pembesaran hepar.
Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada bekas tekanan pada daerah tibia
(tidak ada oedema).

Auskultasi
Dada : Tidak terdengar wheezing, tidak terdengar ronchi.

Perkusi
Perut : Tidak kembung

4. Pemeriksaan Neurologis
1. Reflek moro : ketika bayi diberi sentuhan mendadak khususnya
denga jari tangan menimbulkan gerak terkejut pada bayi.
2. Reflek menggenggam: ketika telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemeriksa, bayi lambat/tidak langsung menggenggam jari pemeriksa.
3. Reflek rotting : ketika pipi bayi disentuh dengan jari pemeriksa,
bayi menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu.
4. Reflek menghisap : saat diberi susu dengan menggunakan sendok/dot,
bayi tidak langsung berusaha menghisap.
5. Glabella reflek : saat daerah os glabella atau pangkal hidung
disentuh dengan jari tangan, bayi mengerutkan keningnya dan
mengedipkan matanya.
6. Gland reflek : saat disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri
dengan jari tangan, bayi mengangkat kedua pahanya.
7. Conjungtiva mandibularis reflek: saat diberi rangsangan dari pangkal
kelopak mata keatas dan membentuk garis lurus menuju mandibularis.
Bayi menutup mata kemudian membuka dan disertai reflek mengangkat
pipi.

5. Pemeriksaan Penunjang
- Cek laboratorium DL/CRP ulang tgl 19 Oktober 2005, hasilnya CRP :
34 mg/L.
6. Pemeriksaan Antropometri
BB : 3400 gr
PB : 50 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar lengan atas: 10 cm
Lingkar dada : 31 cm

3.2. INTERPRETASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN

Tgl Diagnosa/Masalah Data Dasar


11 Bayi umur 3 hari dengan ikterus DS : -
Januari neonatorum. DO :
2010 • K/U: lemah
Jam Masalah : • Bayi lahir tgl 6 Januari 2010, pkl.
07.30 Tidak ada 19.00 WIB
WIB • S: 36,8ºC N: 134 x/menit
RR: 50 x/menit
• PB/BB: 50 cm/3400 gr, lingkar dada:
31 cm, lingkar kepala: 31 cm, LILA:
10 cm
• Ikterus pada muka, leher, dada dan
abdomen

3.3. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


1. Potensial terjadi infeksi
DS :-
DO : - Tali pusat masih basah
- KPP 2 jam
- Ketuban hijau keruh
- KU lemah
- Bayi ikterus
2. Potensial terjadi ikterus patologis
DS :-
DO : - KU lemah
- Bayi ikterus

3.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


1. Pasang infuse D10%
2. Photo terapi 1 x 24 jam
3. Perawatan Bayi agar tidak terjadi infeksi

3.5. PERENCANAAN

Tgl Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi Jam Implementasi Evaluasi


Kebidanan (WIB)
11 Januari Bayi umur 3 Jangka 1.Lakukan 1.Dengan 07.45 1.Melakukan Tgl 11 Oktober
2010 hari dengan Pendek: pendekatan melakukan pendekatan 2010
Jam 07.45 ikterus Setelah terapeutik pendekatan terapeutik Jam 09.30 WIB
WIB neonatorum. dilakukan terapeutik akan pada bayi S:-
asuhan menciptakan dengan cara: O:
kebidanan hubungan • Memberikan • Keadaan
selama ± 7 kerjasama yang kasih umum lemah
hari baik dan bayi sayang, • TTV:
diharapkan akan lebih pelukan, S: 38,8º C
ikterus kooperatif dalam sentuhan N: 136 x/menit
hilang setiap tindakan lembut pada RR: 46 x/menit
dengan yang dilakukan bayi. • BAK:2x
criteria: petugas. BAB: 1x
• Warna • Cek
kulit 2.Kolaborasi 2.Dengan asuhan 08.00 2.Melakukan laboratorium
kemerah dengan kolaborasi akan kolaborasi DL/CRP
an dokter mempercepat dengan dokter ulang, hasilnya
• Tanda- penyembuhan dengan cara: CRP : 34
tanda dan dapat • Konsultasi mg/L.
vital diberikan terapi kepada • Bayi masih
dalam sebagai dokter anak terlihat ikterus
batas penunjang. A: Bayi Ny. M
normal Usia 3 hari
• Semua 3.Observasi 3.Untuk 08.45 3.Melakukan dengan ikterus
refleks TTV, BAK, mengantisipasi observasi neonatorum.
normal BAB kegawatdaruratan TTV, BAK, P:
dan komplikasi BAB. • Lanjutkan
Jangka • S: 36,8ºC tindakan
Panjang: N:134 • Observasi
Bayi dapat x/menit TTV, BAK,
sembuh RR: 50 BAB
tanpa x/menit • Membersihkan
komplikasi BAK: + dan merapikan
dengan BAB: + bayi
criteria:
• KU baik 4.Berikan 4.Asupan nutrisi 09.00 4.Memberikan
• Tidak PASI pada yang cukup akan PASI pada
terjadi bayi memperlancar bayi
ikterus proses D5% 10 cc
patologis metabolisme.

5.Perawatan 5.Agar tidak 09.30 5.Merawat tali


tali pusat terjadi infeksi. pusat.
Membungkus
tali pusat
dengan kasa
steril.
CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl Diagnosa Catatan Perkembangan


11 Januari Bayi umur 3 hari S: -
2010 dengan ikterus O:
Jam 12.00 neonatorum. • Keadaan umum lemah
WIB • TTV:
S: 38,8º C
N: 136 x/menit
RR: 46 x/menit
• BAK:2x BAB: 1x
• Visite dr. Erny a/p:
1. Infuse D5% 220cc/24 jam
2. PASI 12 x 10 cc
3. Injeksi viccilin 2 x 175 mg
4. Photo Terapi 1 x 24 jam
5. O2 aff
• Bayi masih terlihat ikterus
A: Bayi Ny. V Usia 3 hari dengan ikterus
neonatorum.
P:
- Lanjutkan rencana sebelumnya
- Laksanakan terapi dari dokter

11 Januari Bayi umur 3 hari


S: -
2010 dengan ikterus
O:
Jam 12.20 neonatorum.
• Keadaan umum lemah
WIB
• TTV:
S: 36,6º C
N: 135 x/menit
RR: 46 x/menit
• BAK:1x
BAB: -
• Bayi masih terlihat ikterus
• Terpasang infuse D5%
• Injeksi viccilin 175 mg (I)
• Bayi di photo terapi 1 x 24 jam
A: Bayi Ny. M Usia 3 hari dengan ikterus
neonatorum.
P: Lanjutkan rencana.

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada By. Ny. V, dapat ditarik
beberapa kesimpulan :

1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan


peranan dari pasien sehingga diperoleh data yang menunjang untuk mengangkat
diagnosa kebidanan.

2. Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan pada dasarnya mengacu
pada tinjauan pustaka dan adanya perubahan serta keseimbangan dengan tinjauan
pustaka tergantung pada kondisi pasien.

3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya
dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam perencanaan
disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah yang ada
pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada tinjauan kasus
nyata.

4. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dari perencanaan akan tetapi


tidak dilaksanakan seperti perawatan payudara dalam kasus nyata hanya
dilakukan penyuluhan saja sehingga klaien melakukan sendiri dirumah sesuai
petunjuk.

5. Setelah penulis mengadakan evaluasi pada By. Ny. V, maka sebagian dari semua
masalah dapat diatasi. Keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien didukung
oleh beberapa faktor diantaranya sarana yang memadai, adanya tindakan yang
yang komprehensif serta adanya kesadaran pasien dan keluarga.

4.2. SARAN
Bagi petugas

Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan


kemampuan, ketrampilan dan kepribadian yang baik sehingga dapat bekerja sama
yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, pasien dan keluarga.

Bagi pasien

Pasien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar
keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien
dapat diatasi.

Bagi pendidikan.

Tenaga kesehatan yang berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih


memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada
umumnya serta supaya melengkapi buku- buku yang ada di perpustakaan yang
merupakan gudang ilmu bagi para anak didik.

Bagi Rumah Sakit.

Rumah sakit harus berusaha untuk memperthankan pelayanan yang sudah ada dan
selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1987 “ Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana”, EGC, Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. “Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid I”, EGC,
Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.1997. “Ilmu Kebidanan”. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.2002. “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal”. Jakarta. NBP-SP

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. “Obstetri Fisiologi” Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran. Bandung

Anda mungkin juga menyukai