Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

PADA BY.NY. N UMUR 3 HARI

DI RSUD WONOSARI,GUNUNG KIDUL

Disusun oleh :

Nama : Arista Nur Anggraini

NIM : P27224019008

Kelas : D-III Reguler Semeter 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

PADA BY.NY.N UMUR 3 HARI

DI RSUD WONOSARI

Disusun oleh :

Nama : Arista Nur Anggraini

NIM : P27224019008

Kelas : D-III Reguler semester 4

Tanggal pemberian asuhan : 19 Mei 2021

Disetujui :

Pembimbing Lapangan

Tanggal :

Di : (Dwi Yuliati,S.Kep.)

NIP.19820710 200501 2 008

Dosen Pembimbing

Tanggal :

Di :
( Dr.Sri Wahyuni,M.Mid)
NIP. 19740827 199803 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan kasus “ Asuhan
Kebidanan Neonatus Pada By. Ny. N Umur 3 hari di RSUD Wonosari ”

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka dari itu, saya selaku penulis laporan ini mengucapkan
terimakasih kepada :

1. KH. Endah Widhi Astuti, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan motivasinya guna
terselesainya laporan kasus ini.
2. Anik Kurniawati, S.Si.T., M.Keb, selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Politekhnik
Kesehatan Kemenkes Surakarta.
3. Dr.Sri Wahyuni,M.Mid selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbing dan
memberikan arahan dalam tersusunnya laporan kasus ini.
4. Dwi Yuliati,S.Kep. selaku pembimbing lahan yang senantiasa membimbing dan
memberikan arahan pada saat pelaksanaan praktek lahan
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis secara
pribadi maupun kepada para pembaca pada umumnya.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian Neonatus
2. Bayi Baru Lahir
3. Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
4. Pemantauan tanda – tanda vital
5. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
B. Asuhan Bayi Baru Lahir
C. Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
D. Pertumbuhan dan Perkembangan
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Dan Manajemen Kebidanan Pada Neonatus

C. Standar Asuhan Kebidanan Dan Model Dokumentasi


1. Standar asuhan kebidanan
2. Model Dokumentasi
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Subjektif
B. Objektif
C. Analisa
D. Penatalaksanaan

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi di mana bayi baru lahir  (neonatus), lahir melalui
jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat,
nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL)
adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada
masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature
anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir
meliputi semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system
pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan
persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan.
Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang
kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan
mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas
maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan neonates By.N.y N

2. Tujuan Khusus

 Mampu melakukan pengkajian data subjektif

 Mampu melakukan pengkajian data objektif

 Melakukan interprestasi data / analisis


 Mampu membuat perencanaan

 Mampu melakukan penatalaksanaan

 Mampu melakukan evaluasi tindakan

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta
memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan
kepada bayi baru lahir normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan menambah
pembelajaran pendidikan.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien dan keluarga mengetahui dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi
setelah dilakukan asuhan neonatus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Neonatus
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui jalan
lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia Kehamilan 36 –
42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan, teratur dan tonus otot baik.
(Asuhan Persalinan Normal, 2003)
BBL Normal adalah Adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi bayi untuk
menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, artinya nantinya bayi harus dapat
melakukan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan hidupnya,(Perawatan
Ibu bersalin, Fitramaya 2000)
2. Bayi Baru Lahir
a. Ciri – ciri bayi lahir normal
1) Beratbadan 2500 - 4000 gram
2) Panjangbadan 48 - 52 cm
3) Lingkardada 30 - 38 cm
4) Lingkarkepala 33 - 35 cm
5) Frekuensijantung 120 - 160 kali/menit
6) Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit
7) Kulitkemerah-merahandanlicinkarenajaringan sub kutan terbentuk dan
diliputi verniks caeseosa
8) Rambut lanugo tidakterlihat, rambutkepalabiasanyatelahsempurna
9) Kuku agakpanjangdanlemas
10) Genitalia;
Perempuan labia mayorasudahmenutupi labia minora
Laki – laki testis sudahturun, skrotumsudahada
11) Refleks hisapdanmenelansudahterbentukdenganbaik
12) Refleks Moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk.
13) Graff reflek sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan
maka akan menggenggam.
14) Eliminasi, urin dan mekoneumakan keluar dalam 24 jam, pertama
mekonium berwarna kecoklatan
b. Masa adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin (Muslihatun,2010).

1. Sistem Pernapasan

a. Perkembangan Paru

Paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul dari faring
yang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkiolus dan alveolus sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan gerakan nafas sepanjang trimester ke-2 dan
3.

b. Proses Awal Bernapas


Empat faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi:
1. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotis.
2. Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir.
3. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang gerakan
pernapasan.
4. Refleks deflasi Hering Breur

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam
waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi saat bayi
melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya
80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang hilang ini diganti
dengan udara. Paru mengembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk
semula. Pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafragmatik dan
abdominal. Biasanya, frekuaensi dan kedalaman pernapasan masih belum
teratur.

2. Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan
oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta


Foramen Ovale adalah defek (katup) yang memisahkan antara
atrium kanan dan kiri yang akan memungkinkan darah dari atrium kanan
mengalir ke atrium kiri dan foramen ovale ini adalah anatomi jantung
pada janin, keadaan ini adalah normal. Karena janin masih menggunakan
sirkulasi dari ibunya. Pada saat bayi lahir maka seiring dipotongnya tali
pusat, foramen oval akan tertutup dengan sendirinya. Foramen tersebut
ditutup karena akibat dari pemotongan tali pusat yang akan
mempengaruhi suplai darah ke atrium kanan kemudian karena
penurunan tekanan atrium kanan otomatis tekanan atrium kiri lebih besar
dari atrium kanan yang akan menyebabkan penutupan foramen ovale.
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan
arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru) dengan
aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah keseluruh tubuh),
yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin.
Saat masih dalam kandungan, duktus arteriosus memungkinkan darah
untuk tidak melewati paru-paru. Pada janin, fungsi ini penting karena
janin tidak menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu beredar
melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin menerima
oksigen dan zat makanan dari plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir,
ketika bayi mulai bernapas, duktus arteriosus akan menutup karena darah
harus mengalir ke paru-paru agar bisa mendapatkan oksigen.
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam alveoli
meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut
mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru-paru,
sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah
dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh


sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh paada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :

1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik


meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume dan
tekanan pada atrium tersebut.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama
ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan
tekanan pada atrium kanan.
3. Termoregulasi
a) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan panas kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak
coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh
bayi dan akan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin.
b) Mekanisme Kehilangan
Panas Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui:
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti. 
2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin
ruangan).
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda -benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). (JNPK-KR, 2007)

Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat
cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari
kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan
memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan
panas inti ke kulit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan
darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan panas melalui
konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi
yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat ini
bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi
terdahadap kehidupan diluar rahim disebut “periode transisi”. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa.

4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup
akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi
mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glukosa
3) Melalui penggunaan glukosa dan sumberlain terutama lemak.
5. Sistem Ginjal
Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatannya
terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna kekuning-
kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat dapat disebabkan oleh lendir bebas
membrane mukosa dan udara asam dan akan hilang setelah bayi banyak
minum. Tingkat filtrasi glomerulus rendah dan kemampuan reabsorpsi tubular
terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat mendapat
asupan cairan, dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi
atau rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan kandung
kemih secara refleks. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam 24 jam, dan
akan semakin sering dengan banyaknya cairan yang masuk.
6. Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan ”gumoh” pada bayi baru
lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30
cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting.
Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya
sendiri sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat
berbahaya. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air
dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada
neonatus (PUSDIKNAKES, 2003).
7. Sistem Imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus
rentan mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang matur akan memberi
kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Beberapa contoh kekebalan alami meliputi:

1. Perlindungan oleh membran mukosa


2. Fungsi saringan saluran nafas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi
baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang
lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa
dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh
(PUSDIKNAKES, 2003, hal.11).

8. Sistem Muskuloskeletal
Otot bayi berkembang engan sempurna karena hipertropi, bukan
hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk
memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan esensi
osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses pembentukan
selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu beberapa hari setelah lahir.
Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap
terbuka hingga usia 18 bulan dan digunakan untuk memperkirakan tekanan
hidrasi dan intra cranium yang dilakukan dengan memalpasi tegangan
fontanel.
9. Sistem Neorologi
Sistem saraf bayi baru lahir masih sangat muda baik secara anatomi
maupun fisiologi ini menyebabkan kegiatan reflek spina dan batang otak
dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum pada beberapa bulan
pertama kehidupan, walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Bayi baru
lahir memperlihatkan sejumlah aktivitas reflek pada usia yang berbeda beda,
yang menunjukkan normalitas dan perpaduan antara sistem neuorogi dan
muskuluskletal.

Beberapa reflek tersebut:


1. Refleks moro, reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Reflek ini dapat di munculkan dengan cara
menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan kepalanya turun
sekitar 1-2 cm. Reflek ini simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir.
2. Refleks rooting, dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau
sisi mulut, bayi menoleh kearah sumber rangsangan dan membuka
mulutnya siap untuk mengisap.
3. Refleks mengedip atau reflexs mata, melindungi mata dari trauma.
4. Refleks menggenggam, reflek ini di munculkan dengan menempatkan
jari atau pensil atau pensil di dalam telapak tangan bayi, dan bayi akan
menggenggamnya dengan erat.
5. Refleks berjalan dan melangkah. Jika bayi di sangga pada posisi tegap
dan kakinya mennyentuh permukaan yang rata, bayi akan terangsang
untuk berjalan.
6. Refleks leher tonik asimetris. pada posisi terlentang, jika kepala bayi
menoleh ke satu arah, lengan di sisi tersebut akan ekstensi sedangkan
lengan sebelahnya fleksi.

3. Pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir


a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali yaitu pada saat
lahir, periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan pemeriksaan
pada waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin, tujuannya
adalah untuk menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterin yang memerlukan resusitasi dan untuk menemukan kelainan seperti
cacat bawaan yang perlu tindakan segera (misalnya atresia ani, atresia esophagus),
trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi telanjang akan tetapi
diletakkan dibawah lampu yang terang supaya tidak kehilangan panas serta
dilakukan 24 jam setelah lahir.

1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,


moulase, caput succedaneum, cephal
haetoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu
dan punggung.
2) Muka : Tanda-tanda paralisis
3) Mata : Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran
epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan
kornea, katarak kongenital, trauma, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
4) Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan
6) Mulut : Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis,
trush, sianosis.
7) Leher : Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom
8) Klavikula& : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
lengan atas
9) Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting
susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
10) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding
perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, kesimetrisan,
palpasi hati dan ginjal.
11) Genetalia : Kelamin laki-laki : panjang testis, testis
sudah turun berada dalam skrotum, orifisium
uretra di ujung penis, kelainan(fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan :
labia mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret,
dll.
12) Tungkai dan : Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
kaki pergerakan, pes equinovarus/pes
equinovalgus.
13) Anus : Berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter
ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
14) Punggung : Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina
bifida, meilomeningokel, lesung/bercak
rambut, dll.
15) Pemeriksaan : Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
kulit bercak, tanda lahir, memar.

b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan bayi
dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa
area tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian:
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah, maka
segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN, 2008)

c. Penilaian APGAR Score


Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2 dari hasil penilaian tersebut apakah
bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar
4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum
mencpai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena
bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-gejala
neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, menurut
apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit

Tabel 1. APGAR Score

APGAR 0 1 2

Apperance (Warna Kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse Rate (Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimance (Reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersih
Rangsangan) mimik (grimance)

Activity (Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam Garakan aktif


sedikit flexi

Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis

Jumlah

d. Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir


Refleks Primitif Pada Bayi
1) Refleks Moro (refleks peluk / terkejut.)
Refleks dapat dimunculkan dengan cara memukul tempat tidur bayi, suara
ribut, dsb. Tetapi paling baik dengan cara memegang dan meletakkan lengan
pemeriksa sepanjang punggung dan kepala bayi. Kemudian, jika tiba-tiba
kepala bayi dijatuhkan sesaat beberapa centimeter ke belakang. Respon bayi
baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut
fleksi dan lengan melakukan gerak fleksi seperti memeluk, bayi mungkin
menangis.
(Ladewidg, 2005)
2) Refleks Tonik neck
Refleks otot lahir posisi tertengkurap bayi akan menoleh kekanan/ kekiri.
Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada neonatus dalam
posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi
membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan
tangan yang berlawanan. Reflek yang terus menerus pada bayi yang melebihi
usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak. (Bobak and Jensen,
2000)
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan. Rooting reflex terjadi
ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya
dengan tangan atau puting. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya
ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang
dapat dihisap. (Ladewidg, 2005)
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh.
Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap
obyek. (Ladewidg, 2005)
5) Refleks Grasping/refleks genggam.
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek
atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat, dengan
genggaman tersebut bayi dapat diangkat, bahkan pada bayi kurang bulan
genggaman tersebut juga sudah cukup kuat. (Ladewidg, 2005)
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan ujung jari pada
telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Bayi normal akan
memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai, respon jempol kaki
akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka
7) Refleks Stapping (refleks melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/ orang tersebut akan melihat
refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan
4. Pemantauan tanda – tanda vital
1) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak
2) Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa
adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.
Gerak pernapasan 30-50 kali per menit.
3) Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer.
4) Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi.
Mencatat hasil pantauan merupakan satu cara kerjasama seluruh tim dalam membuat
progam perawatan.
5. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
A. Penatalaksanaan Awal
a. Persalinan Bersih dan Aman
Yaitu dengan menyediakan perlengkapan alat-alat di kamar bersalin
diantaranya  adalah :
1. Alat penghisap lendir (Mucus Extractor)
2. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen
3. Alat pemotong dan pengikat tali pusat
4. Tanda pengenal bayi
5. Tempat tidur bayi atau inkubator dengan keadaan hangat dan steril
6. Lain-lain : kain, kasa, baju steril serta obat antiseptik
7. Termometer dan stopwacth
8. Tempat atau ruang dalam keadaan hangat dan terang
b. Membersihkan Jalan Nafas (Inisiasi Pernafasan Spontan)
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara :
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tengah yang dibungkus kasa steril
4. Berikan rangsangan taktil dengan cara menepuk kedua telapak kaki bayi
sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar
(handuk). Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
c. Klem dan Potong Tali Pusat
1. Klemlah tali pusat dengan 2 buah klem, pada titik kira-kira 2 cm dan 3
cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm diantara klem-
klem tersebut).
2. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri anda.
3. Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, ganti sarung
tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan
pisau atau gunting yang steril dan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
4. Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi pendarahan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat (Bari Syaifuddin,Abdul :
2002).
d. Jagalah Bayi Agar Tetap Hangat
1. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibunya.
2. Gantikan handuk / kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi
dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
3. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15
menit
4. Apabila telapak bayi terasa dingin, pastikan suhu aksila bayi.
5. Apabila suhu bayi kurang 36,5 0C, segera hangatkan bayi tersebut.
5. Kontak Dini Dangan Ibu
1. Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan
bayi penting untuk :
1) Kehangatan : mempertahankan panas yang benar pada bayi baru
lahir.
2) Ikatan batin (bonding attachment) dan pemberian ASI.
2. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila telah siap (dengan
menunjukkan reflex rooting).
3. Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir, lamanya disusui
hanya untuk 1-2 menit pada setiap payudara Ibu.
4. Dengan menghisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap pembentukan
air susu Ibu dan secara tidak langsung rangsang isap membantu
mempercepat pengecilan uterus.
5. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada Ibu
dengan jarak waktu tiap 2-3 jam, namun jika diantara waktu tersebut
bayi menangis karena lapar, ASI boleh disusukan.
f. Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas secara spontan pernapasan bayi  sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut
a. Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
b. Gosoklah punggung bayi dengan lembut
3) Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulailah
resusitasi.
4) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi
pernapasan kurang 30 atau lebih dari 60 x / menit), berilah oksigen
kepada bayi dengan keteter nasal atau nasal frongs (Bari
Syaifuddin,Abdul : 2002)
g. Perawatan Mata
1. Obat mata entromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
2. Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan
setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat + diberi salep mata
sesudah 5 jam bayi lahir
3. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
h. Apgar skor
Penilaian bayi waktu Lahir (assesment at birth) 1 menit dan 5 menit
berikutnya:
1. Skor < 4             :  Tidak ada gawat nafas
2. Skor 4-7             :  Gawat nafas
3. Skor 7                :  Ancaman gagal nafas (pemeriksaan gas darah
harus dilakukan)

B. Asuhan Bayi Baru Lahir


Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan
berikut :
1. Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya
2. Pertahankan suhu tubuh bayi
a. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu, jika
tidak terdapat masalah medis dan jika suhunnya 36,5 0C atau lebih
b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup.
3. Pemeriksaan fisik bayi
Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara menyeluruh antara lain
a. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV)
1) Suhu normal rextal / aksila : 36,5 – 37,2 OC
2) Laju pernapasan normal : 40 -60 x / menit ≠ ada wheezing dan
ronchi
3) Detak jantung normal : 100 – 120 x / menit
4) Nadi normal : 120 – 150 x / menit, frekuensi nadi
perifer
5) Berat badan normal : 2500 – 4000 gram
6) Panjang badan normal : 48 – 53 cm
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala   :  simetris atau tidak, adanya kelainan-kelaian atau tidak seperti
(keadaan ubun-ubun, molase, caput succedanium, cepal hematoma,
hydrochephalus, anensefalus dan meningokel)
Ukuran normal lingkar kepala terdiri 3 bagian:
a) SOB (Sub Occipito Bregmatica)   :  32 cm
b) FO (Fronto Occipito)                    :  34 cm
c) MO (Mento Occipito)                    :  35 cm
2) Mata      :  simetris atu tidak, ada kelainan atau tidak, ada tanda infeksi
atau tidak (tanda-tanda infeksi antara lain):
a) Conjungtiva pucat, atau merah
b) Sclera kuning atau putih
c) Pupil waktu lahir reflex cahaya
d) Pupil hari I : myosis
e) Isokor atau anisokor
f) Nystagmus atau tidak (kelainan SSP)
g) Pada minggu pertama koordinasi gerakan bola mata belum
sempurna
3) Hidung  :  simetris atau tidak, ada secret atu tidak, pernapasan cuping
hidung atau tidak.
4) Telinga   :  periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala
simetris atau tidak ada sekret atau tidak.
5) Mulut     :  simetris atau tidak, stomatitis ada atau tidak, terdapat
labiopalatoskizis ada atau tidak.
6) Leher     :  terdapat pembesaran kelenjar tiroid atu tidak, pembekakan
ada atau tidak
7) Dada bentuk simetris atau tidak LIDA norma : 30,5 – 33 cm
8) Bahu, lengan dan tangan
a) Gerakan normal
b) Jumlah jari normal
c) LILA normal : 9,5 – 11 cm
9) Perut :
a) Adakah benjolan sekitar tali pusat, pendarahan tali pusat, lembek
pada saat bayi menangis, benjolan atau tidak.
b) Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama mulai
kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
10) Jenis Kelamin  :
 Laki-laki (♂)
a) Testis berada dalam skrotum atau tidak.
b) Penis berlubang atau tidak.
Perempuan (♀)
1. Vagina berlubang
2. Uretra berlubang
3. Labia mayor sudah menutupi labia minor
Pendarahan withdrawel : cairan darah yang keluar dari kemaluan bayi
yang diakibatkan penghentian hormone wanita yang tiba-tiba dari
ibunya
11) Tungkai dan kaki
a) Gerakan normal atau tidak
b) Tampak normal atau tidak
c) Apakah ada kelainan atau tidak
12) Punggung dan anus
Punggung : Periksa akan adanya pembengkakan atau cekungan
a) Lordosis    :  membengkok ke depan
b) Scoliosis    :  membengkok ke kanan dan ke kiri
c) Kifosis       :  membungkuk
d) Spinabifida: selaput sumsum belakang menyembul ke luar
pada suatu tempat pada tulang punggung di dalamnya terdapat
jaringan sumsum tulang belakang
Anus : Periksa meconium sudah keluar atau belum dalam 24 jam
post partum. Bila bayi sudah minum ASI maka feses akan
berubah hijau kekuningan. Kelainan seperti : ATRESIA ANI :
Lubang anus / dubur tidak ada
13) Kulit
Selama bayi dianggap normal beberapa kelainan kulit dianggap
normal, seperti :
a) Verniks kaseosa (lemak dalam tubuh)  tidak perlu
dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi.
b) Millia : titik putih yang khas pada hidung dahi, dan pipi.
c) Lanugo : rambut halus yang melapisi janin pada bahu,
bokong dan ekstrimitas lebih banyak pada bayi premature.
d) Deskuamasi : kulit bayi daerah tubuh, punggung, dan
abdomen yang terkelupas pada hari pertama / juga terjadi
selama 2-4 minggu pertama kehidupan masih dianggap
normal, paling sering pada BBLP.
e) Warna : Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterm karena kulit bayi aterm lebih tebal.
f) Iketerus : warna bayi kuning yang terlihat pada kulit atau
pada sclera mata bayi dengan iketerus hyperbillirubin, kuku
jari tangan dan telapak tangan juga berwarna kuning.
C. Refleks
1. Refleks moro : lengan terangkat ke atas dan ke bawah, terkejut
(memeluk).
2. Refleks rooting :menoleh kearah sentuhan, rangsangan pada pipi
dan bibir.
3. Refleks graphs/plantar :menelan, rangsangan pada vulva, bayi
akan menjulurkan lidah.
4. Refleks sucking :menhisap, rangsangan dengan menyentuh bibir.
5. Refleks tonic neck : kepala menengadah.
6. Refleks walking : reflex berjalan bila bayi diberdirikan.
7. Refleks placing :  berdiri tegak, dengan melalui / berpegangan
dangan benda keras.
8. Refleks crwling            :  merangkak.
9. Refleks babinski             :  reflex kaki menendang, bila telapak
kaki digesek dengan jari kita.
D. Antopometri
1. Lingkar kepala            :  SOB : 32 cm, FO : 34 cm, MO:35 cm
2. Lingkar dada               :  30 – 38 cm
3. Lingakar lengan atas   :  9,5 – 11 cm
Jadi nilai dari antopometri di atas merupakan nilai standart
E. Eliminasi.
1) Miksi               : sudah keluar /belum, jam berapa?
2) Meconium       : sudah keluar /belum, jam berapa?
F. Berikan Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya pendarahan karena difisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut:
1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin
K peroral 1 mg / hari selama tiga hari
2) Bayi dengan resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis
0,5-1 mg
a. Memberikan Konseling
1) Jaga kehangatan bayi
2) Pembenahan ASI, terutama selama 6 bulan (ASI Eksklusif)
3) Perawatan tali pusat, minimal 2 x sehari
4) Agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
b. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu
1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
2) Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat > 60 /menit atau
menggunakan otot napas tambahan
3) LETARGI = bayi terus-menerus tidur tanpa bangun untuk makan
4) Warna abnormal= kulit / bibir biru (sianosis) atau bayi sangat
kuning
5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi)(Bari
Syaifuddin,Abdul : 2002)
C. Bayi, Balita, dan Anak pra sekolah
1. Kebutuhan imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi/pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat seseorang
menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan/kumanmati/ zat yang bila
dimasukkan ketubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
b. MacamVaksin
1. Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang
digunakan oleh banyak Negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup
(yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. Kemasan sebanyak 1
cc / 2 cc dalam 1 ampul.
2. VaksinCampak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus.Vaksin
yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk
gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut.
Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut vaksin (aquabidest). Disebut beku kering oleh karena
pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut
kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya
cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri atau
vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk.
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis
(TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan,
ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin
harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%).
Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam.
Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat
penyuntikan adalah sepertiga bagian lengan kanan atas.
4. Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin
hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel
virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan
rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik
disimpan pada temperatur 2,8°C
5. Vaksin DPT, TT, dan DT
Terdiri toxoid difteri, baketipertusisdan tetanus toxoid, kadangdisebut
“triple vaksin”. Vaksin DPT disimpanpadasuhu 2,8°C kemasan yang
digunakan :

1) 5 cc untuk DPT
2) 5 cc untuk TT
3) 5 cc untuk DT
Pemberianimunisasi DPT, DT, TT dosisnyaadalah 0,5 cc.
6. Vaksin Toxoid Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri disebabkan
oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu
racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin difteriakan rusak jika
dibekukan dan juga akan rusak oleh panas.
7. Vaksin Pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis
adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan
mudah rusak, bilakena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin
DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
8. Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai
tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah
dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan akan rusak
bila kenapanas.
9. VaksinHaemophilusinfluenzatipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis dan
berbagai infeksi serius mengancam jiwa, seperti pneumonia,
epiglotitisdan sepsis pada bayi dan anak. Vaksin ini diberikan dengan
jadual tiga dosis pada bayi ( bersamadengan DPT), ditambah satu dosis
booster pada umur 12-18 bulan Sekarang tersedia pula vaksin konjugasi
kombinasi DPT-Hib
10. Imunisasi Tifoid
Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan
demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran
usus, dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan
mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

c. Jadwal imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
1. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
2. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-
HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status
imunisasi T2.

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun


Umur Jenis Imunisasi
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

d. Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapatbdiukur. Perkembangan adalah proses yang bersifat
kualitatif dan berhubungan dengan kematngan sesorang individu yang ditinjau dari
perubahan yang bersifat progresif seta sistematis di dalam diri manusia. Faktor yang
mempengauhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu Faktor hereditas dan
Faktor lingkungan. Faktor hereditas meliputi faktor bawaan , jenis kelamin. Faktor
lingkungan meliputi faktor perinatal dan postnatal. Lingkungan postnatal meliputi
budaya, sosial budaya, nutrisi, iklim/cuaca, olahrga atau latihan fisik, dan status
kesehatan.
Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah perwatakan pendek (short
stature), perwatakan tinggi (tall stature), yang diklasifikasi kan sebagai variasi normal
dan patologis, malnutrisi dan obesitas, apabila menjumpai kelainan pertumbuhan tersebut
diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri ebagai cara penilaiannya.

1. Pertumbuhan Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau


penurunan sema jaringan yang ada pada tubuh , misalnya otot, tulang, lemak, organ
tubuh dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh
kembang bayi dan balita. Selain itu, berat baan juga digunakan sebaga dasar
penghitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya
normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena
keluarnya mekonim dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang
mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali
pada hari kesepuluh.

Tahap pertumbuhan berat badan pada bayi dan balita

Berat (gram)
Umur
Standar 80% standar
Lahir 3.400 2700
1 bulan 4.300 3400
2 bulan 5000 4000
3 bulan 5700 4500
4 bulan 6300 5000
5 bulan 6900 5500
6 bulan 7400 5900
7 bulan 8000 6300
8 bulan 8400 6000
9 bulan 8900 7100
10 bulan 9300 7400
11 bulan 9600 7700
12 bulan 9900 7900
1 tahun 3 bulan 10600 8500
1 tahun 6 bulan 11300 9000
1 tahun 9 bulan 11900 9600

2 tahun 0 bulan 12400 9900


2 tahun 3 bulan 12900 10500
2 tahun 6 bulan 13500 10800
2 tahun 9 bulan 16000 11200
3 tahun 0 bulan 14500 11600
3 tahun 3 bulan 15000 12000
3 tahun 6 bulan 13500 12400
3 tahun 9 bulan 16000 12900
4 tahun 0 bulan 16500 13200
4 tahun 3 bulan 17000 13600
4 tahun 6 bulan 17400 14000
4 tahun 9 bulan 17900 14400
5 tahun 0 bulan 18400 14700
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

2. Pertumbuhan Tinggi Badan

Pengukran tinggi badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai
ganguan pertumbuhan da perkembangan bayi dan balita. Tinggi badan bayi baru lahir
normalnya adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh
National Center for health statistics (NCHS), bayi akan mengala,I penambahan panjang
badan sekitar lebih kurang 2,5 cm setiap bulannya.

Tujuan pemantauan pengukuran tinggi badan adalah untuk menilai status perbaikan
gizi disamping factor genetic dan merupakan indicator yang baik untuk pertumbhan
fisik.

Tinggi badan rata rata umur 0-5 tahun :

Tinggi Badan (cm)


Umur
Standar 80% standar
Lahir 50,5 40.5
1 Bulan 55.0 43.5
2 bulan 58.0 46.0
3 bulan 60.0 48.0
4 bulan 62.0 49.5
5 bulan 64.0 51.0
6 bulan 66.0 52.5
7 bulan 67.0 54.0
8 bulan 69.0 55.5
9 bulan 70.5 56.5
10 bulan 72.0 57.5
11 bulan 73.0 58.5
12 bulan 74.5 60.0
1 tahun 3 bulan 78.0 62.5
1 tahun 6 bulan 81.5 65.0
1 tahun 9 bulan 84.5 67.5

2 tahun 0 bulan 87.0 69.5


2 tahun 3 bulan 89.5 71.5
2 tahun 6 bulan 92.0 73.5
2 tahun 9 bulan 94.0 75.0

3 tahun 0 bulan 96.0 77.0


3 tahun 3 bulan 98.0 78.5
3 tahun 6 bulan 99.5 79.5
3 tahun 9 bulan 101.5 81.5

4 tahun 0 bulan 103.5 82.5


4 tahun 3 bulan 105.0 86.0
4 tahun 6 bulan 107.0
4 tahun 9 bulan 108.0

5 tahun 0 bulan 109.0 87.0


Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

b. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN


PADA NEONATUS

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu
pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan
sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan. Manajemen
kebidanan menurut Varney (1997) merupakan suatu proses pemecahan masalah,
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis, dan berfokus pada klien. Langkah-langkah dari asuhan
kebidanan yaitu :

Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:


a) Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati, 2010),
meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien
(anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
1. Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu dengan yang
lain. (Marmi, 2012)
2. Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi
tersebut normal sesuai dengan umurnya. (Matondang, 2013)
3. Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
4. Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan
mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat lebih
rendah dan untuk mengukur panjang badan bayi. Normal berat
badan bayi adalah 2500-4000 gram dan panjang badan bayi 48-
52 cm. (Putra, 2012)
5. Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai
baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks. (Matondang, 2013)
6. Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang lain.
(Matondang, 2013)
7. Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
8. Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut. (Ambarwati, 2010)
9. Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa. (Matondang, 2013)
10. Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
11. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu yang
dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta, komplikasi
selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a. Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama,
kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi :
Appearance (warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace
(reaksi rangsang), Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan).
(Kosim, 2005)
b. Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari
pasien (Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran
(sadar penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitarnya, gelisah yaitu tidak responsive terhadap
rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap
rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus atau rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu
menit, sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi
tersebut. Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi
dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti,
2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi
normalnya adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,
hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
2. Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
3. Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
4. Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis
dalam reaksi terhadap bunyi yang keras. (Varney, 2007)
5. Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-
palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah. (Sudarti,
2013).
6. Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada
clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang
simetris). (Varney,2007)
7. Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan.
(Sudarti, 2013)
8. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan
tali pusat, dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis,
omfalokel. (Sudarti, 2013)
9. Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian,
memar, dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
10. Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada
di ujung penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang,
labia mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
11. Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang
yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
12. Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau
tonjolan. (Varney, 2007)
13. Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan posisi 45
derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat,
normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
(Dewi, 2012)
b. Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
c. Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan
dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi. (Dewi, 2012)
d. Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan
jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat. (Dewi, 2012)
e. Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi
menyusu. (Dewi, 2012)
f. Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala
yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada
keadaan normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan
kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori. (Dewi,
2012)
e. Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar
pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah
rata-rata dari tiga kali pengukuran, normlanya pada bayi 32-37
cm. (Chapman, 2006)
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38 cm.
(Putra, 2012)
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui
pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya
pertumbuhannya. Berat badan normal bayi adalah 2500-4000
gram. (Putra, 2012)
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f. Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
g. Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati,
2009)

b) Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
(Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose yang
tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian
hanya pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda gejala
subjektif yang diperoleh dari bertanya dari pasien dan atau keluarga.
(Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian
hasil analisa dan fisik klien, yang dirumuskan dalam data focus.
(Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
c) Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan
kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu
pasien, bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007).
d) Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)

e) Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f) Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
g) Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)

c. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN DAN MODEL DOKUMENTASI

a. Standar asuhan kebidanan


Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian,
perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

1. STANDAR I: Pengkajian.
a. Pernyataan Standar.
mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian.
1) Data tepat, akurat dan lengkap.
2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan utama, riwayat
obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya).
A. Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari
keluarga (Hidayat, 2008).
a. Biodata Pasien :
1. Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu dengan yang
lain. (Marmi, 2012)
2. Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi
tersebut normal sesuai dengan umurnya. (Matondang, 2013)
3. Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
4. Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan
mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat lebih
rendah dan untuk mengukur panjang badan bayi. Normal berat
badan bayi adalah 2500-4000 gram dan panjang badan bayi 48-52
cm. (Putra, 2012)
5. Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku,
insiden seks, penyakit-penyakit seks. (Matondang, 2013)
6. Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang lain.
(Matondang, 2013)
a. Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
b. Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut. (Ambarwati, 2010)
c. Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui perilaku
seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa. (Matondang, 2013)
d. Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
e. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
a. Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu yang
dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta, komplikasi
selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
b. Keadaan BBL
B. Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
1. Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama, kelima,
dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi : Appearance
(warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang),
Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan). (Kosim, 2005)
2. Pemeriksaan Umum

3. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien
(Saifuddin, 2003).
c. Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar
penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya,
gelisah yaitu tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak
dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun) gerakan yang
ekstrem dan ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
d. Tanda-tanda Vital, meliputi :
1. Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit,
sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut.
Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
2. Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada dan
tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013)
3. Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi normalnya
adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,
hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
2. Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
3. Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
4. Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis
dalam reaksi terhadap bunyi yang keras. (Varney, 2007)
5. Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-palatoskisis,
trush, sianosis, mukosa kering/basah. (Sudarti, 2013).
6. Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada clavikula
(normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris).
(Varney,2007)
7. Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan.
(Sudarti, 2013)
8. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan tali
pusat, dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel.
(Sudarti, 2013)
9. Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar,
dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
10. Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada di
ujung penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia
mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
11. Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang
yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
12. Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau
tonjolan. (Varney, 2007)
13. Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
g. Pemeriksaan Reflek
1. Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan posisi 45
derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat,
normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
(Dewi, 2012)
2. Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
3. Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan
dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi. (Dewi, 2012)
4. Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan
jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat. (Dewi, 2012)
5. Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi
menyusu. (Dewi, 2012)
b. Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala
yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada
keadaan normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan
kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori. (Dewi,
2012)
h. Pemeriksaan Antropometri
1. Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar
pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah
rata-rata dari tiga kali pengukuran, normlanya pada bayi 32-37
cm. (Chapman, 2006)
2. Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38
cm. (Putra, 2012)
3. Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui
pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya
pertumbuhannya. Berat badan normal bayi adalah 2500-4000
gram. (Putra, 2012)
4. Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
i. Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
j. Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati,
2009)
2. STANDAR II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
a. Pernyataan Standar.
menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikan
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan
yang tepat.

b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.


1) Diagnoa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
3. STANDAR III: Perencanaan.
a. Pernyataan Standar.
merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan.
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber
daya serta fasilitas yang ada.
4. STANDAR IV: Implementasi.
a. Pernyataan Standar.
melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

b. Kriteria Implementasi.
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. STANDAR V: Evaluasi.
a. Pernyataan Standar.
melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi.
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien.
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

6. STANDAR VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan.


a. Pernyataan Standar.
melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan.


1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
6) Padalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
b. Model dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP. Semua
metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua
metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada
saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
a) Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat
bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data subjektif, data
objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b) Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan statistic,mortalitas
dan morbiditas
c) Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir pertemuan
data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan dokumentasi
asuhan.
d) Tahap-tahap SOAP
S : Subyektif data
Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
klien kepada bidan (ekspresi verbal dari pasien ).
O : Obyektif data
Adalah data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan (
pengamatan pada pasien meliputi tingkah laku dan hasil dari pemeriksaan
fisik dan penunjang ).
A : Analisa
Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang terjadi atas
dasar subyektif dan obyektif (kesimpulan yang di dapat dari kondisi pasien
meliputi data dasar obyektif dan subyektif yang selanjutnya ditulis dalam
format diagnosa kebidanan)

P : Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa (mengacu
kepada permasalahanya) dan evaluasi sesuai hasil yang telah dilakukan
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


PADA BAYI NY. N USIA 3 HARI
DI RSUD WONOSARI,GUNUNG KIDUL

Hari, tanggal : Rabu,19 Mei 2021


Jam : 00.42 WIB
Tempat : RSUD Wonosari
Pengkaji : Arista Nur Anggraini

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Bayi

Nama : Bayi Ny. N


Tanggal/Jam lahir : 16 Mei 2021, 01.30 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

Orang Tua
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. M
Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun
Suku/bangsa: Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Siyono B 029/011,Petir Rongkop,Gunung Kidul

B. Data Kebidanan

1. Riwayat Obstetrik : P1 Ab0 Ah1


2. UK : 38+4 minggu
3. Frekuensi ANC 3 kali di Puskesmas
4. Cek GDS 1 jam Post Partus 70 mg/gl
5. Obat-obatan/jamu yang diminum
Ibu mengatakan tidak minum jamu, hanya minum suplemen tablet
tambah darah, asam folat,vitamin
6. B dan kalsium laktat dari bidan.
7. Kenaikan berat badan : 11 kg
8. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
9. Komplikasi selama hamil : Tidak ada
10. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal/jam : 16 Mei 2021, pukul 01.30 WIB
Jenis persalinan : spontan
Penolong : Bidan
Tempat persalinan : RSUD Wonosari
Komplikasi : Tidak ada
11. Keadaan BBL
a. Antropometri
Berat badan lahir : 2330 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 29 cm
c. Keadaan Fisik : Baik
d. Penanganan awal bayi baru lahir
 Melakukan pembersihan yang dilakukan pada jalan nafas dengan cara
 membersihkan mulut dan hidung dengan kapas atau kassa steril
 Memotong dan mengikat tali pusat dengan penjepit tali pusat
 Melakukan penilaian selintas bayi baru lahir
 Mengeringkan bayi dengan menggunakan handuk kering yang bersih
 Menjaga kehangatan bayi

II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda vital

Suhu : 36,2 ºC
Pernapasan : 49 x/menit
Denyut jantung : 136 x/menit
c. Berat badan sekarang : 2340 gram

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut hitam; tidak ada caput succedaneum, tidak ada


cephal hematoma
b. Telinga :simetris, terdapat lubang dan daun telinga, tidak
ada kelainan

c. Mata : simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, sklera tidak


uning, konjungtiva tidak pucat, mata tidak juling
d. Hidung : simetris, terdapat dua lubang hidung dengan sekat,
tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada,
Lingkar dada 31 cm
f. Ekstremitas atas : simetris, jumlah jari tangan kanan 5 tangan kiri 5,
gerakan aktif, reflek genggam baik
g. Perut : tidak kembung, tidak ada benjolan, tidak ada
tanda-tanda infeksi
h. Genetalia, anus : terdapat labia mayora dan labia minora, terdapat
lubang uretra dan lubang vagina
terdapat lubang pada anus
i. Ekstremitas bawah: simetris, jumlah jari kaki kanan 5 jari kaki kiri 5,
tidak ada kelainan
j. Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada kelainan
k. Kulit : terdapat lanugo, sedikit verniks kaseosa, kulit
berwarna kemerahan, tidak ada kelainan
3. Bayi dirawat di Infart Warmer.
REFLEKS

a. Reflek Morro : positif, ada refleks ketika dikejutkan


b. Reflek Rooting : positif, ada respon mencari puting
c. Reflek Sucking : positif, ada respon ingin menghisap
d. Reflek Grasping : positif, ada respon ingin menggenggam
e. Reflek plantar : positif, ada respon ketika bagian bawah jari
kaki disentuh
4. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi : ASI dengan cara menyusui
b. Eliminasi : Sudah BAB dan BAK
c. Hygiene : Bayi dikeringkan
d. Perawatan tali pusat :Tali pusat dibiarkan agar kering
5. Terapi obat :-

III. ANALISA

a. Diagnosa

Bayi Ny.N lahir spontan,kecil masa kehamilan dengan berat badan lahir rendah dan
hipotermi

b. Kebutuhan

Termoregulasi

IV. PENATALAKSANAAN (tanggal 19 Mei 2021, 01.30 WIB)

1) Melakukan pemeriksaan sepintas pada bayi

Bayi menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan bayi aktif.

2) Menjaga kehangatan bayi dengan cara membedong bayi dan mengenakan topi bayi

Telah di lakukan bedong bayi untuk menjaga kehangatan bayi

3) Menganjurkan Ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan
pendamping ASI, pemberian ASI secara on demand

Ibu bersedia memberikan ASI Eksklusif dan menyusui secara on demand,


kapanpun bayi mau minimal setiap 2 jam.

4) Memberitahu Ibu tanda bahaya bayi baru lahir antara lain demam, tidak mau
menyusu, bayi kedinginan (hipotermi) atau lebih panas (hipertermi), lemas dan
mengantuk terus, tali pusat berdarah dan bau.
Ibu sudah mengerti apa saja tanda bahaya bayi baru lahir.
5) Memberikan edukasi PMK (Perawatan Metode Kangguru) Merupakan cara efektif
untuk memenuhi kebutuhan bayi yang mendasar yaitu kehangantan karna metode ini
terjadi kontak kulit ibu dengan kulit bayinya.

Ibu paham tentang metode KMK dan bersedia untuk melakukan PMK

6) Melatih Ibu untuk melakukan tindakan metode PMK


Ibu Mengerti dan mencobanya selama 30 Menit dan bayi merasa nyaman
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara praktek
dengan teori manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir yang diterapkan pada By. Ny.N
pada pemeriksaan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
Pada pemeriksaan keadaan bayi baru lahir meliputi Antropometri, APGAR Score,
dan penanganan awal bayi baru lahir. Pemeriksaan antopometri dilakukan untuk mengetahui
keadaan tumbuh kembang fisik pada bayi, untuk menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir
dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus, dan menenukan apakah bayi baru lahir dapat
dirawat bersama ibu atau tempat perawatan khusus. Antropometri pada bayi Ny. N meliputi
berat badan 2330 gram, panjang badan 44 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada29 cm. Bayi
Ny.N dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) yang
menyatakan bahwa ciri – ciri bayi baru lahir memiliki berat badan 2500-4000 gram, panjang
badan 48 - 52 cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 32- 35 cm..
Pada Bayi Ny.N sudah dilakukan perawatan tali pusat dengan ditutup/dibungkus
dengan kassa bersih dan kering. Hal ini sudah sesuai dengan teori APN (2008)yang
mengatakan bahwa cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu
dengan membersihkan luka hanya dengan air bersih selanjutnya dikeringkan dan ditutup
dengan kassa kering.
Injeksi vitamin K dan salep mata telah diberikan kepada bayi Ny. N satu jam setelah
kelahiran. Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 mg secara IM di paha kiri
anterolateral untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K.
Pemberian salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata bayi dan mencegah
infeksi pada mata bayi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam laporan kasus asuhan kebidanan bayi
baru lahir normal pada bayi Ny. N usia 3 hari di RSUD Wonosari yaitu pada tahap
pengkajian data yang terdiri atas data subjektif dan data objektif diperoleh data secara
lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai dasar dalam
menentukan diagnosa atau masalah yang mungkin terjadi. Bayi Ny. N tidak
mengalami keadaan gawat darurat, sehingga tidak ada masalah potensial maupun
tindakan segera.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh bayi dan kebutuhan bayi. Setelah rencana tindakan telah tersusun dengan
baik, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya. Evaluasi yang didapat berdasarkan asuhan kebidanan yang
diberikan, bayi mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya.

I. Saran
1. Bagi orang tua bayi
Diharapkan ibu dan bapak lebih mengetahui dan memperhatikan kondisi bayinya.
2. Bagi instansi kesehatan(Bidan)
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
3. Bagi instansi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan berkala kepada
mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan Edisi 3. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : YBP-SP.

Varney, H. Et, all. 2007. Buku Ajar Kebidanan Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai