Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY.A USIA 6 JAM
DI PUSKESMAS GANTIWARNO KLATEN
TANGGAL 25 FEBRUARI 2021

Dosen Pembimbing
Dwi Retna P, S.Si.T, M.Si, M.Med

Disusun Oleh :
Alfitamara Muafatika
P27224019062
DIV Reguler Sarjana Terapan dan Profesi Semester IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPRUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY.A USIA 6 JAM
DI PUSKESMAS GANTIWARNO KLATEN
TANGGAL 25 FEBRUARI 2021

Disusun Oleh :

Nama : Alfitamara Muafatika


NIM : P27224019062
Kelas : Sarjana Terapan dan Profesi Bidan Semester IV

Disetujui :

Pembimbing Lapangan
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten

(Nurwidhi Jasmaraningsih, S. Tr. Keb)


NIP. 19710307 1993 2 001

Dosen Pembimbing
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten

(Dwi Retno P, S.Si.T.,M.Si.Med)


NIP. 19810307 200604 2 002
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir”. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Laporan ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang bagaimana memberikan asuhan
pada kehamilan. Laporan ini bukan hanya memuat tataran konseptual atau teoritis dari eksistensi
sebuah pendampingan asuhan, tetapi juga sebagai pedoman dalam mengimplementasikan praktik
pendampingan pelayanan kehamilan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi
risiko-risiko yang mungkin terjadi didalam masa kehamilan. Penulis berharap laporan ini dapat
memberi kontribusi dan manfaat bagi kalangan akademis maupun praktisi dalam
mengimplementasikan pendampingan pelayanan kehamilan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almamater Poltekkes Kemenkes
Surakarta Jurusan Sarjana Terapan dan Profesi Kebidanan, dosen pembimbing yaitu Dwi Retna
P, S.Si.T,M.Si, Med. serta teman-teman yang telah mendukung penuh dalam proses penyusunan
laporan ini dan awal sampai akhir penyelesaian.

Klaten , Maret 2021

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup
bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat,
sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara
perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia terus menurun setiap tahun.
Namun, jalan memerangi AKB masih panjang. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari tahun ke tahun AKB mengalami
penurunan signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga
24 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Persalinan prematur
merupakan penyebab utama kematian neonatal dini dan memberikan kontribusi lebih
dari 70% penyebab kematian perinatal pada bayi tanpa kelainan bawaan. Pada bayi
kurang bulan (prematur) sering timbul penyulit yang berhubungan dengan kekurang-
matangan organ kematian bayi baru lahir sampai umur 7 hari lebih merupakan 50%
dari kematian bayi. BBLR preterm berisiko kematian neonatal dini 52,1 kali lebih
besar dan BBLR term mempunyai risiko kematian 4,2 kali dibandingkan bayi berat
badan normal. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan (Kemenkes, 2017)
Data yang dipaparkan oleh kemenkes terbaca angka kematian neonatal
(AKN) 15 per 1000 KH menurut SDKI tahun 2017. Kematian neonatal di
desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447, di Puskesmas kematian neonatal 7-8
per tahun sebanyak 9.825, dan angka kematian neonatal di rumah sakit 18 per tahun
sebanayak 2.868. Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh
komplikasi kejadian intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan
kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat
tetanus neonatorum 1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%. (Kemenkes, 2017)
Penyebab utama kematian bayi pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat
lahir rendah. Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi baru Lahir gagal
bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir. Penyebabnya adalah hipoksia janin
dalam Rahim yang berhubungan dengan berbagai faktor selama kehamilan,
persalinan, dan segera setelah lahir. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
memengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. (Andi Zulkifli, dkk : 2012)
.
Dari hasil presentasi tersebut kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur
hidup, bahkan kematian. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan
dalam penangan neonatal sehingga neonatus sebagai individu yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine dapat bertahan
dengan baik karena periode neonatal adalah periode paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Vivian, Nanny. 2010 : 12).
Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya dalam penurunan AKB
adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik dan
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan
informasi kepada ibu maupun keluarga mengenai pentingnya melakukan perawatan
pada bayi baru lahir agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh karena itu
untuk mewujudkan pelayanan asuhan neonatus yang berkualitas maka tenaga
kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan asuhan neonatus.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan neonatus, balita, dan anak
pra sekolah

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap pasien sesuai dengan hasil
pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.

C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan
asuhan kebidanan.
2. Bagi Bidan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
serta memberikan manfaat bagi bidan dalam penanganan kepada bayi baru lahir
normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan
menambah pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan batasan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph,2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama
(Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki
berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter &
Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi
yang lahir 28 hari pertama.
Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang diusia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau masa keemasan.
Anak usia prasekolah adalah fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,
ketika anak memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang
dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2011).
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut:
1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan) Masa
prenatal terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu
b) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu
c) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Pada masa janin ada 2 periode :
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke 2 kehamilan,
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
2. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan) Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini (perinatal) : 0-7
hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
b) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
3. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun Masa balita dan prasekolah terbagi
menjadi:
a) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan
b) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun

B. Bayi Baru Lahir


1. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
a) Menurut Dwienda, dkk (2014), selain
b) memiliki berat badan 2500-4000 gram,
c) panjang badan 48-52 cm,
d) lingkar dada 30-38 cm,
e) lingkar kepala 33-35 cm,
f) frekuensi jantung 120-160x/menit,
g) pernapasan 40-60x/menit,
h) kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup,
i) rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna,
j) kuku agak panjang dan lemas,
k) genetalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
l) laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Kemudian refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, refleks
morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, refleks graps atau
menggenggam sudah baik, refleks rooting mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik, eliminasi
baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam
kecoklatan.
2. Masa adaptasi bayi baru lahir
Setelah bayi lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (palsenta) menjadi mandiri secara fisiologis. Setelah lahir,
bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit/infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi yaitu dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlangsung sampai 1 bulan
atau lebih.
a. Adaptasi Sistem Pernapasan / Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru –
paru.
1) Perkembangan Paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnya akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler
paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2) Awal Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru-paru secara mekanis.
c) Penimbunan Karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan Suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3) Surfaktan dan Upaya Respirasi untuk Bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan Cairan dalam Paru-Paru
b) Mengembangkan Jaringan Alveolus Paru-Paru untuk Pertama Kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan g\lukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan
stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
4) Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
5) Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya dengan Fungsi
Kardiovaskuler
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru
dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim.
b. Adaptasi Sistem Peredaran Darah
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi
2 perubahan besar :
1) Penutupan Foramen Ovale pada Atrium Jantung
2) Perubahan Duktus Arteriousus Antara Paru-Paru dan Aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah
tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah. Peristiwa yang merubah tekanan dalam system
pembuluh darah :
a) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen
pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium
kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
c) Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
(Tando, dkk : 2013).

c. Adaptasi Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam
rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%.Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang
akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan
panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL. Beberapa mekanisme
kehilangan panas tubuh pada BBL (Wahyuni, 2012) :
1) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur, timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
d. Adaptasi Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di
hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan.
Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena
simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir). Gejala
hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi : kejang-kejang
halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak
makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.
e. Adaptasi Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas
lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh
bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
f. Adaptasi Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanantubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami: perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi jaringan saluran
napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan
pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing.
g. Adaptasi Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama
hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai
rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal
orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –
7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai
55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
h. Adaptasi Sistem Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera
setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
i. Adaptasi Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi
misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid
perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan
mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
j. Adaptasi Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
k. Adaptasi Sistem Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka
dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan.
Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan.
Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat
hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya.
l. Adaptasi Sistem Immunoglobulin
1) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang belakang
dan lamina propia ilium dan apendiks.
2) Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
3) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari
ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma,
herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibodi gama A, G dan M (Indrayani & Moudy, 2013).
m. Adaptasi Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit
bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang
cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi
normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan
dan kaki sedikit sianotik (akrosianotik). Ini disebabkan oleh
ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang
tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10
hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
n. Adaptasi Traktus Digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus
bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga
terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani & Moudy, 2013).
o. Adaptasi Sistem Skeletal
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh
secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat
panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah
relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar
dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat
molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan
tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat
baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
p. Adaptasi Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal : Dengan menyorotkan cahaya ke
mata bayi. Dapat dijumpai pada tahun pertama.
b) Reflek Pupil
c) Mata Boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap : Memberi bayi botol/dot kemudian bayi menghisap
dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
b) Muntah
c) Rooting : Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi
mulut akan menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi
tersebut dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia
3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi : Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
e) Menguap, batuk
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
Meletakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jari–
jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di
telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan
pada usia 3 - 4 bulan.
b) Babinski
Kaki bayi akan menendang, bila telapak kaki digesek
dengan jari kita.
c) Klonus, Pergelangan Kaki
Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut
pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh
ada denyut yang teraba.
d) Refleks pada Massa/Moro
Mengubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat
tidur, lengan bayi ekstensi, jari–jari mengembang, kepala
mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan
kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang
belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi
lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4
bulan.
e) Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan
f) Fleksi Siku
Tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
g) Menari/Melangkah
Pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh
permukaan yang keras, maka kaki bayi akan bergerak ke atas
dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di
jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
3. Perubahan fisiologi bayi baru lahir
a. Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor
pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan
menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk
mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru
kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan diafragma dan
abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat setelah kelahiran yaitu 30-60
x/menit.
b. Sistem Cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-
sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan
sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian
seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian foramen ovale,duktus
arterious dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis,
dan arteri hepatika menjadi ligamen.
c. Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55%
pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
d. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Absorpsi
air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum
air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna
hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya
dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
e. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera
setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
f. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan
pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100
ml.
g. Sistem Termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis)
yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan
lebih banyak energi daripada lemak biasa. Cara penghilangan panas tubuh
dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara
sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan
tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung.
Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air
keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan
panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin dengan
kontak secara langsung.
h. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu
bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan.Kelenjar
tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan sebelum lahir.
i. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow
(aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
j. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot
menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitif terhadap cahaya.
k. Sistem Imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan
2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.
Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat
alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap
dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi
yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
l. Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi
sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup
bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal
beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki
sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan
vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini
normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika
terpajan pada udara dingin.
m. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir
tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris,
terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah
terlihat pada bayi cukup bulan.
n. Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal
b) Reflek Pupil
c) Mata boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua
alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai
menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat
menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya
keluar : harus menghilang pada usia 4 bulan.
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
b) Babinski
c) Refleks pada Massa/Moro
d) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4
bulan.

4. Pemeriksaan pada bayi baru lahir


a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali yaitu pada
saat lahir, periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan
pemeriksaan pada waktu pulang. Pemeriksaan pertama pada BBL harus
dilakukan di kamar bersalin, tujuannya adalah untuk menilai gangguan adaptasi
BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang memerlukan resusitasi
1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,
moulase, caput succedaneum, cephal
haetoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu
dan punggung.
2) Muka : Tanda-tanda paralisis

3) Mata : Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran


epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan
kornea, katarak kongenital, trauma, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
4) Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan
6) Mulut : Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis,
trush, sianosis.
7) Leher : Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom
8) Klavikula dan : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
Lengan Atas

9) Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting


susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
10) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding
perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, kesimetrisan,
palpasi hati dan ginjal.
11) Genetalia : Kelamin laki-laki : panjang testis, testis
sudah turun berada dalam skrotum, orifisium
uretra di ujung penis, kelainan(fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan :
labia mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret,
dll.
12) Tungkai dan : Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
Kaki pergerakan, pes equinovarus/pes
equinovalgus.
13) Anus : Berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter
ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
14) Punggung : Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina
bifida, meilomeningokel, lesung/bercak
rambut, dll.
15) Pemeriksaan : Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
Kulit bercak, tanda lahir, memar.

dan untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan
segera (misalnya atresia ani, atresia esophagus), trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi telanjang akan tetapi
diletakkan dibawah lampu yang terang supaya tidak kehilangan panas serta
dilakukan 24 jam setelah lahir.

b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan
pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan bayi dekat ibu
(diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area
tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian :
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah, maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir (APN, 2008).

c. Penilaian APGAR Score


Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2 dari hasil penilaian tersebut
apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan
(nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2
menit belum mencpai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih
lanjut. Oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit,
kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih
besar. Berhubungan dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1
menit juga pada umur 5 menit.

Tabel Apgar Score

APGAR 0 1 2

Apperance (Warna Kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse Rate (Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
d. P
Grimance (Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersih
e
mimik (grimance)
m
Activity e(Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam Garakan aktif
r sedikit flexi
i
Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
k
Jumlah s
a
an Refleks pada Bayi Baru Lahir
Refleks Primitif Pada Bayi
1) Refleks Moro (Refleks Peluk / Terkejut)
Refleks dapat dimunculkan dengan cara memukul tempat tidur bayi, suara
ribut, dsb. Tetapi paling baik dengan cara memegang dan meletakkan lengan
pemeriksa sepanjang punggung dan kepala bayi. Kemudian, jika tiba-tiba
kepala bayi dijatuhkan sesaat beberapa centimeter ke belakang. Respon bayi
baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut
fleksi dan lengan melakukan gerak fleksi seperti memeluk, bayi mungkin
menangis (Ladewidg, 2005).
2) Refleks Tonik Neck
Refleks otot lahir posisi tertengkurap bayi akan menoleh kekanan/ kekiri.
Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada neonatus dalam
posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi
membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan
tangan yang berlawanan. Reflek yang terus menerus pada bayi yang
melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak (Bobak
and Jensen, 2000).
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan. Rooting reflex
terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir
mulutnya dengan tangan atau puting. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya
menemukan sesuatu yang dapat dihisap (Ladewidg, 2005).
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu
disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk
menghisap obyek (Ladewidg, 2005).
5) Refleks Grasping/Refleks Genggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek
atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat, dengan
genggaman tersebut bayi dapat diangkat, bahkan pada bayi kurang bulan
genggaman tersebut juga sudah cukup kuat (Ladewidg, 2005).
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan ujung jari pada
telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Bayi normal
akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai, respon
jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau
membuka.
7) Refleks Stapping (Refleks Melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/ orang tersebut akan melihat
refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan.

5. Pemantauan Tanda-Tanda Vital


a. Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak.
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi normalnya adalah
36,5-37,7⁰C (Sudarti, 2013).
b. Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi (Sudarti, 2013).
c. Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer.
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit, sehingga
diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut. Normalnya yaitu 120-160
kali/menit (Putra, 2012).
d. Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi.
e. Mencatat hasil pantauan merupakan satu cara kerjasama seluruh tim dalam
membuat progam perawatan.
6. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
Asuhan Segera Bayi Baru LahirBidan harus mengetahui kebutuhan
transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia
dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun
asuhannyasebagai berikut (Fraser Diane, 2011) :
a. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru
lahir,melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke
bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.
b. Membersihkan jalan nafas.
c. Memotong tali pusat.
d. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama
maupun kartu identitas.
e. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir,
pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukandengan menggunakan nilai
Apgar.

Asuhan Bayi Baru LahirMenurut Saifuddin (2002) Asuhan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.
b. Pemeriksaaan fisik bayi.
c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 – 1 mgI.M.d.
d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.
e. Lakukan perawatan tali pusat.
f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan
imunisasi.
g. mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak
teratur,bayi berwanna pucat, suhu meningkat, dll.
h. Mengajarkan kepada orang tua cara merawat bayi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahirmenurut
APN (2008) :

a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk
meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia,
perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atauinfeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari
pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan
puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebihsedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi
bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.
d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.

Penanganan Bayi Baru LahirMenurut Prawirohardjo (2009) menyebutkan


bahwa penanganan bayi barulahir seperti dibawah ini :
a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi.
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi dan
memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara klem.
e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala.
f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI.

C. Bayi, balita dan anak pra sekolah


1. Kebutuhan imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi/pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat seseorang
menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan/kuman mati/ zat yang
bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit
tertentu.
b. Macam Vaksin
1) Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang
digunakan oleh banyak Negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup
(yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. Kemasan sebanyak 1
cc / 2 cc dalam 1 ampul.
2) Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin
yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk
gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut.
Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena
pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut
kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya
cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
3) Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri atau
vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG
melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit
penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan
4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar
matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertiga bagian lengan
kanan atas.
4) Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin
hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel
virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan
rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik
disimpan pada temperatur 2,8°C
5) Vaksin DPT, TT, dan DT
Terdiri toxoid difteri, baketi pertusis dan tetanus toxoid, kadang
disebut “triple vaksin”. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C kemasan
yang digunakan :
a) 5 cc untuk DPT
b) 5 cc untuk TT
c) 5 cc untuk DT
d) Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc.
6) Vaksin Toxoid Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri disebabkan
oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu
racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin difteri akan rusak jika
dibekukan dan juga akan rusak oleh panas.

7) Vaksin Pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis
adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan
mudah rusak, bila kena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin
DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
8) Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai
tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah dilemahkan, tetanus
toxoid akan rusak bila dibekukan dan akan rusak bila kena panas.
9) Vaksin Haemophilus influenza tipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis dan
berbagai infeksi serius mengancam jiwa, seperti pneumonia,
epiglotitisdan sepsis pada bayi dan anak. Vaksin ini diberikan dengan
jadual tiga dosis pada bayi ( bersama dengan DPT), ditambah satu dosis
booster pada umur 12-18 bulan Sekarang tersedia pula vaksin konjugasi
kombinasi DPT-Hib
10) Imunisasi Tifoid
Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan
demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran
usus, dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan
mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

Jadwal pemberian imunisasi dasar


Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
1. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
2. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-
Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun


Umur Jenis Imunisasi
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

D. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi dan balita / Penatalaksanaan (termasuk


evidence based)
1. Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau
dari keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu dengan
yang lain. (Marmi, 2012)
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi
tersebut normal sesuai dengan umurnya. (Matondang, 2013)
(3) Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan
mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat
lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan bayi.
Normal berat badan bayi adalah 2500-4000 gram dan panjang
badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai
baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks. (Matondang,
2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang lain.
(Matondang, 2013)
(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
(Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu yang
dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta, komplikasi
selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama,
kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi :
Appearance (warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi
rangsang), Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan). (Kosim,
2005)
b) Pemeriksaan Umum
(1)Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien
(Saifuddin, 2003).
(2)Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar
penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap stimulus
yang diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya, gelisah yaitu tidak responsive terhadap rangsangan
ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang
kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan ketegangan otot.
(Hidayat, 2009)
(3)Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit,
sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut.
Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada
dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi
normalnya adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1)Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,
hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
(2)Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
(3)Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4)Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis
dalam reaksi terhadap bunyi yang keras. (Varney, 2007)
(5)Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-
palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah. (Sudarti,
2013).
(6)Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada
clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang
simetris). (Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan.
(Sudarti, 2013)
(8)Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan
tali pusat, dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel.
(Sudarti, 2013)
(9)Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar,
dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada di
ujung penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia
mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang
yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau
tonjolan. (Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan
posisi 45 derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10
derajat, normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi
lengan. (Dewi, 2012)
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi. (Dewi,
2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat.
(Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu
bayi menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu
sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala
yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada keadaan
normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika
diputar ke sisi pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1)Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada
lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah rata-rata
dari tiga kali pengukuran, normlanya pada bayi 32-37 cm.
(Chapman, 2006)
(2)Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38 cm.
(Putra, 2012)
(3)Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui pertumbuhan
bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya.
Berat badan normal bayi adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4)Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati,
2009)

b. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose
yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari bertanya dari
pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang dirumuskan
dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani
dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)

c. Langkah III : Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan
kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu
pasien, bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007).

d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)

e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).

g. Langkah VII : Evaluasi


Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)
2. Model Dokumentasi
a) Catatan Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat
bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data subjektif, data
objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b) Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan statistic,mortalitas
dan morbiditas
c) Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir
pertemuan data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan
dokumentasi asuhan.
d) Tahap-tahap SOAP
S : Subyektif data
Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
klien kepada bidan (ekspresi verbal dari pasien ).
O : Obyektif data
Adalah data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan ( pengamatan
pada pasien meliputi tingkah laku dan hasil dari pemeriksaan fisik dan
penunjang ).
A : Analisa
Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang terjadi atas dasar
subyektif dan obyektif (kesimpulan yang di dapat dari kondisi pasien
meliputi data dasar obyektif dan subyektif yang selanjutnya ditulis dalam
format diagnosa kebidanan)
P : Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa (mengacu kepada
permasalahanya) dan evaluasi sesuai hasil yang telah dilakukan

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN DAN MODEL DOKUMENTASI

1. Standar Asuhan Kebidanan


STANDAR I : Pengkajian
A. Data subjektif
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Riwayat kehamilan dan persalinan : riwayat prenatal, riwayat natal
4) Kebutuhan dasar : pola nutrisi, pola eliminasi, polla aktivitas
B. Data objektif
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan fisik ( kepala dan muka, telinga, mata, hidung dan mulut, leher,
dada, ekstermitas perut, genetalia, punggung dan anus, kulit)
3) Pemeriksaan reflek
4) Pemeriksaan penunjang
STANDAR II : Perumusan diagnosis dan masalah kebidanan
1) Diagnosis
Bayi baru lahir normal, umur…jam…
2) Data Objektif
Nadi, pernapasan, tangisan kuat, warna kulit merah, tonus otot, berat
badan, panjang badan.
3) Masalah
Masalah potensial yang mungkin terjadi
Contohnya : hipotermi, infeksi, asfiksia, dan ikterus
4) Kebutuhan
Berdasarkan dari masalah
Contoh : jaga kehangatan, segera beri asi

STANDAR III : Perencanaan


Waktu ( tanggal dan tempat)
1) Lakukan informed consent
2) Buci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Berikan identitas bayi
4) Bungkus bayi dengan kain kering lllyang lembut
5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasaa
6) Timbang berat badan setiap hari
7) Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah bak/bab
8) Anjurkan ibu untuk member asi
9) Anjurkan ibu untuk menyusui yang benar

STANDAR IV : Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan petencanaan

STANDAR V : Evaluasi

STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan

2. Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari
semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan
pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
a. Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang secara singkat, lengkap dan bermanfaat bagi
bidan atau pemberi asuhan yang lain ulai dari data
dari data subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b. Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir pertemuan
data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan dokumentasi
asuhan.
c. Tahap-tahap SOAP
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan
tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif
dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan assesmen.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
– langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harusrasional dan benar – benar valid berdasarkan pengetahuan
dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa nyang dibutuhkan dan baik
untuk pasien.
E. Asuhan komplementer
Sesuai dengan Peraturan Menteri dan alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan kualitas, keamanan
dan No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan
kebidanan komplementer adalah pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat
hamil dan melahirkan, dan berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu.
Namun, sebagian besar terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan
konvensional. (Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam hal
bukti klinis dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan efektivitas pelayanan
kebidanan komplementer pada kehamilan, persalinan dan nifas. Meskipun
demikian, seperti yang telah disebutkan dalam paragraf pertama bahwa telah terjadi
peningkatan tajam dalam jumlah dan berbagai informasi mengenai terapi
komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir. (Ernst&Watson, 2012)
Beberapa terapi komplementer yang digunakan untuk mencegah komplikasi dan
merangsang pertumbuhan serta perkembangan BBLR adalah dengan pijat bayi, terapi
musik dan perawatan metode kanguru Terapi sentuhan dianggap sebagai pengobatan
yang komplementer bagi BBL untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian
pada BBL. Sentuhan sebagai terapi komplementer memberikan berkesempatan
untuk lebih dekat dengan pasien khususnya ketika mereka memberikan perawatan
kepada neonatus. Selain itu sentuhan yang terapeutik adalah tehnik pengobatan non-
invasif yang tidak memerlukan peralatan khusus dan teknologi. perkembangan
normal BBLR. (zakiah, dkk : 2013)
F. Clinical Pathway

Bayi baru lahir

Terjadi perubahan

Pemotongan System pernafasa sirkulasi Fungsi Pengaturan gastrointesti Fungsi integumen


tali pusat imun ginjal panas nal hepar
n

Port de Pada neonates Diafragm Resistensi Keseimbangan Perubahan Spingter Metaboli Hepar Struktur
entry hanya terdapat a dan otot vaskuler kimia dari temperature kardia dan sm KH dalam kulit
imunoglobuin pulmonalispada keamanan lingkungan control keadaan belum
bakteri, abdomen (Asam
alirandarah paru minim
kuman, G intra dan sakit perut Lemak) imatur matur
menurun
ekstra uterin belum
virus matur

Ketidak Kelemahan Tekanan Rearbsorbsi Suhu tubuh kekenyang Cadangan Enzim Ekresi,
adekuatan otot arteri tubuh perifer sangat an KH pada hepar belum iritasi
imun yang pernafasan pulmonalis rendah dan mudah Pemotonga bayi rendah aktif kimia atau
di dapat menurun kadar terpengaruh n tali pusat bahan
hormone suhu popok,
anti diuretic regurgitasi
lingkungan fahior
rendah mekanis
Hipoglike Sintesis
Resiko Tekanan mi bilirubin
tinggi dalam atrium menurun
kanan muntah
Resiko pertukaran
berkurang Resiko tinggi Resiko
Tinggi gas Ekskresi
elektrolit ketidak tinggi
lambat efektifan terhadap
thermoregulasi Ikterik kerusakan
fisiologis integritas
kulit
Aliran darah Akumulasi ion Resiko tinggi Peningkatan
pulmonalis meningkat hydrogen dan nutrisi bilirubin
kembali kebagian kiri kalsium kurang dari berkurang
jantung
kebutuhan
tubuh
Kerusakan
sel-sel saraf
Tekanan pada
dehidrasi
atrium kiri
meningkat
Resiko tinggi
cidera SSP
Kurang
Sekat atrium foramen vol.
ovale tertutup cairan
Pemotonga
n tali pusat

Pemotonga
sianosis n tali pusat

Sumber :
- jumiarni (1995 : 53)
-Tucker et all (1998 : 886)
-Doenges (2001 : 578)
-Bobak (2000:573)
-Carpenito (2000:1056)
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY.A USIA 6 JAM
DI PUSKESMAS GANTIWARNO KLATEN
TANGGAL 25 FEBRUARI 2021

PENGKAJIAN
Tanggal : 25 Februari 2021
Jam : 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Gantiwarno Klaten / Ruang Persalinan

I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subyektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : bayi Ny A
b. Tanggal, jam lahir : 25 Februari 2021
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua (Ayah dan Ibu)
a. Nama ibu : Ny. A a. Nama ayah : Tn.
b. Umur : 30 tahun b. Umur : 33 tahun
c. Agama : Islam c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : karyawan Swasta d. Pekerjaan : Perawat
e. Alamat : Pancoran Depok e. Alamat : Pancoran, Depok

2. Data Ibu
a. Riwayat obstetrik :
b. Frekuensi ANC :
 Trimester I : 1x ANC Terpadu
 Trimester II : 4x ANC
 Trimester III : 2x ANC
c. Imunisasi TT
 Imunisasi pertama : 25 mei 2017
 Imunisasi kedua : 20 Juni 2017
 Imunisasi ketiga : 17 Desember 2017
 Imunisasi keempat :
 Imunisasi kelima :
d. Obat-obatan/jamu yang diminum : ibu mengkonsumsi obat dari
bidan yaitu tambah darah (FE), Kalk, Vitamin C
e. Kenaikan BB :
a) Sebelum hamil : 55 kg
b) Selama hamil : 65 kg
f. Riwayat Penyakit penyerta : ibu berkata tidak memiliki penyakit
penyerta diabetes, riwayat hipertensi, ambien, jantung
g. Riwayat persalinan terakhir
Jenis Persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Tempat Persalinan : PMB Pancoran Depok
Lama persalinan : Kala I: 8 jam, II : 55 menit, III : 15 menit, IV :
Komplikasi : Ibu berkata tidak ada komplikasi pada saat
persalinan pertama
h. Riwayat Pemeriksaan Penunjang (tanggal)

B. Data Objektif
Bayi tidak menangis setelah lahir karena posisinya telentang, dan bati
sudah mengeluarkan mekonium saat masih ada didalam kandungan ibu.
Warna kulit putih tidak kemerah-merahan.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Pernapasan : 48x/menit
c. Suhu : 36,2◦C
d. Berat Badan : 3000 gram
e. Panjang Badan : 50 cm

2. Pemeriksan Fisik
a. Kepala : ada caput succedenum, lingkar kepala : 33 cm
b. Wajah : Tidak ada oedem, bentuk wajah non mongoloid
c. Mata : mata simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran,
sklera putih dan konjungtiva merah muda, refleks kedip positif.
d. Hidung : pernafasan cuping hidung
e. Mulut : bersih, refleks rooting (+)
f. Telinga : simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran.
g. Leher : tidak kaku
h. Dada : dada simetris, lingkar dada 32 cm
i. Abdomen : normal, tidak ada pembesaran hepar
j. Tali pusat : dalam keadaan dibungkus dengan kain kassa steril dan
tidak ada perdarahan
k. Kulit : kemerahan dan turgor baik
l. Punggung : tidak ada spinabifida
m. Kulit : Kulit berwarna merah tidak transparan, turgor kulit
baik, masih terdapat lanugo halus di sekitar kulit wajah.
n. Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, skrotum belum turun, anus
ada, terdapat pengeluaran berupa meconium dari anus.
o. Ekstermitas :
 Atas : simetris, oedema tidak ada, tangan fleksi, jumlah jari
tangan kanan 5, jumlah jari tangan kiri 5, tidak ada kekakuan
sendi.
 Bawah : simetris, oedema tidak ada, tangan fleksi, jumlah jari
tangan kanan 5, jumlah jari tangan kiri 5, tidak ada kekakuan
sendi.
p. Reflek bayi : Jelaskan hasil pemeriksaan reflex primitive pada pada
bayi
Morro : (+)
Grasping : (+)
Rooting : (+)
Sucking : (+)
Babinsky : (+)
Tonic neck : (+)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa : asfiksia neonatrum ringan
B. Masalah : bayi menegluarkan mekonium saat masih didalam kandungan
ibu
C. Kebutuhan :memberikan pertolongan awal bayi baru lahir diantaranya
adalah membuka jalan nafas dengan menggunakan kassa steril, penghisapan
mulut dan faring,
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Bayi Nn. A G2 P2 A0 H1 usia 30 tahun usia kehamilan 39 minggu + 1 hari
mengalami asfiksia nenonatrum ringan karena mekonium keluar didalam
kandungan ibu.
IV. TINDAKAN SEGERA
a. Membuka jalan nafas menggunakan kassa steril
b. Penghisapan lendir dibagian mulut dan faring
c. Mengeringkan dan memberikan rangsangan taktil bayi
d. Memposisikan bayi pada posisi semula menghidu (setengah ekstensi)
e. Memberikan bantuan oksigen kepada bayi
V. PERENCANAAN
Kamis, 25 Februari 2021 10.30
a. Rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda vital dan
tangisan bayi stiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit bayi.
b. Mengukur antropometri bayi, laki-laki, BB 3200 gram, PB 50 cm, anus ada
c. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara memberikan
pakaian yang hangat dan bersih.
d. Bonding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi mau
menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong.
e. Memberikan injeksi Vit K 1 jam setelah bayi lahir melalui intramuskuler
f. Memberikan injeksi HB 0 sebanyak 0,5 cc secara im.
g. Melakukan perawatan tali pusat saat atau setelah bayi dimandikan atau bila
diperlu
h. Memberikan salep mata gentamisin kepada bayi 1jam setelah bayi lahir
VI. PENATALAKSANAAN
Kamis, 25 Februari 2021 11.00
a. Rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda vital dan
tangisan bayi setiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit bayi.
b. Mengukur antropometri bayi, laki-laki, BB 3200 gram, PB 50 cm, anus ada
c. Memeriksa masalah pemberian ASI/minum
d. Memberikan injeksi Vit K 1 jam setelah bayi lahir melalui intramuskuler.
e. Memberikan salep mata gentamisin kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir.
f. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara memberikan
pakaian yang hangat dan bersih.
Jumat, 26 Februari 2021 08.30
a. Rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengukur antropometri bayi, perempuan, BB 3200 gram, PB 50 cm, anus
ada
c. Memberikan injeksi HB 0 sebanyak 0,5 cc secara IM.

VII. EVALUASI
Kamis, 25 Februari 2021 11.30
a. Telah dilaksanakan rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-
tanda vital dan tangisan bayi stiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit
bayi. Tanda-tanda vital bayi normal dan baik, tangisan bayi normal dan
baik, warna kulit bayi normal tidak kuning.
b. Telah dilaksanakan pemeriksaan antropometri bayi, laki-laki, BB 3200
gram, PB 50 cm, anus ada
c. Telah diberikan injeksi Vit K 1 jam setelah bayi lahir melalui
intramuskuler.
d. Telah diberikan salep mata gentamisin kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir.
e. Telah diberikan pakaian bersih untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap
hangat.
Jumat, 26 Februari 2021
08.30
a. Telah dilakukan rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda
vital
b. Telah dilakukan pemeriksaan masalah pemberian ASI/minum
c. Telah dilakukan injeksi imunisasi HB-0
CATATAN PERKEMBANGAN I
Jumat 26 Februari 2021 12.30
A. Data Subyektif
Bayi Ny A usia 0 bulan lahir normal dengan bantuan pelebaran jalan lahir
(episiotomi) dan bantuan infus. Lahir dengan asfiksia neonatrum ringan
karena mekonium keluar di dalam kandungan ibu.
B. Data Obyektif
a. Berat badan : 3200 kg
b. Panjang badan : 50 cm
c. Suhu badan : 36
d. Frekuensi nafas : 50x/m
e. Frekuensi denyut jantung : 145x/m
f. Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri :
ya, tidak ada infeksi bakteri
g. Memeriksa ikterus : ya, bayi tidak mengalami ikterus
h. Memeriksa diare : ya, bayi tidak mengalami diare
i. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian
ASI/minum : ya, bayi tidak mengalami masalah dalam ASI ibu
j. Memeriksa status vitamin K : bayi telah diberikan vitamin K
k. Memeriksa status imunisasi HB-0, BCG, Polio
C. Analisis
Neonatus 1 hari keadaan baik
D. Penatalaksanaan
a. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara memberikan
pakaian yang hangat dan bersih.
b. Bonding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi
mau menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong.
c. Melakukan perawatan tali pusat saat atau setelah bayi dimandikan atau
bila diperlu.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada
bayi Ny. A usia 6 jam bayi baru lahir normal yaitu pada tahap pengkajian data
yang terdiri atas data subyektif diperoleh data secara Iengkap. Data yang
didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan
identifikasi diagnosa atau masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi.
Pasien tidak mengalami keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan
identifikasi kebutuhan segera tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah rencana
tindakan telah tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuahan kebidanan yang diberikan, bayi
mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya, terutama dalam hal berat
badannya.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan untuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin kerjasama
antara petugas dengan klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain
itu dalam melakukan semua tindakan petugas kesehatan harus benar-benar
memperhatikan kebersihan dan kesterilitasan. Memberi waktu kepada klien
dan keluarga untuk bertanya serta memberikan keterangan dan informasi yang
jelas dan tepat.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan kontinyu
kepada mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada ibu hamil
secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan
berlangsung untuk menerapkan deteksi terhadap kehamilan.
4. Bagi Masyarakat
a) Keluarga diharapakan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam
proses pelayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik
b) Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas kesehatan
c) Segera datang/ Memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika
mengalami suatu kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta : Trans Medika
Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan
gizi masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.
Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisisus.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Jakarta : Salemba Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Medan: Dinkes Prov. SU.
Goi Misrawatie. 2013. Gizi Bayi. Jurnal Kesehatan Jurusan Gizi Poltekes
Kemenkes Gorontalo.
Hani, Ummi; Jiarti K; Marjati; dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.
Johariyah & Ema Wahyu N. 2012.Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir.Jakarta : Trans Info Media
Kemenkes (a).2015.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI 2015.
_________(b). 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development
Goals (SDGs). Jakarta: Kemenkes RI 2015.
_________(c). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Pusdiklatnakes Kemenkes RI.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Lisnawati, L., 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info
Media.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Marmi,dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka belajar.

Anda mungkin juga menyukai