Dosen Pembimbing
Dwi Retna P, S.Si.T, M.Si, M.Med
Disusun Oleh :
Alfitamara Muafatika
P27224019062
DIV Reguler Sarjana Terapan dan Profesi Semester IV
Disusun Oleh :
Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten
Dosen Pembimbing
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir”. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Laporan ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang bagaimana memberikan asuhan
pada kehamilan. Laporan ini bukan hanya memuat tataran konseptual atau teoritis dari eksistensi
sebuah pendampingan asuhan, tetapi juga sebagai pedoman dalam mengimplementasikan praktik
pendampingan pelayanan kehamilan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi
risiko-risiko yang mungkin terjadi didalam masa kehamilan. Penulis berharap laporan ini dapat
memberi kontribusi dan manfaat bagi kalangan akademis maupun praktisi dalam
mengimplementasikan pendampingan pelayanan kehamilan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almamater Poltekkes Kemenkes
Surakarta Jurusan Sarjana Terapan dan Profesi Kebidanan, dosen pembimbing yaitu Dwi Retna
P, S.Si.T,M.Si, Med. serta teman-teman yang telah mendukung penuh dalam proses penyusunan
laporan ini dan awal sampai akhir penyelesaian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup
bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat,
sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara
perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia terus menurun setiap tahun.
Namun, jalan memerangi AKB masih panjang. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari tahun ke tahun AKB mengalami
penurunan signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga
24 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Persalinan prematur
merupakan penyebab utama kematian neonatal dini dan memberikan kontribusi lebih
dari 70% penyebab kematian perinatal pada bayi tanpa kelainan bawaan. Pada bayi
kurang bulan (prematur) sering timbul penyulit yang berhubungan dengan kekurang-
matangan organ kematian bayi baru lahir sampai umur 7 hari lebih merupakan 50%
dari kematian bayi. BBLR preterm berisiko kematian neonatal dini 52,1 kali lebih
besar dan BBLR term mempunyai risiko kematian 4,2 kali dibandingkan bayi berat
badan normal. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan (Kemenkes, 2017)
Data yang dipaparkan oleh kemenkes terbaca angka kematian neonatal
(AKN) 15 per 1000 KH menurut SDKI tahun 2017. Kematian neonatal di
desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447, di Puskesmas kematian neonatal 7-8
per tahun sebanyak 9.825, dan angka kematian neonatal di rumah sakit 18 per tahun
sebanayak 2.868. Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh
komplikasi kejadian intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan
kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat
tetanus neonatorum 1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%. (Kemenkes, 2017)
Penyebab utama kematian bayi pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat
lahir rendah. Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi baru Lahir gagal
bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir. Penyebabnya adalah hipoksia janin
dalam Rahim yang berhubungan dengan berbagai faktor selama kehamilan,
persalinan, dan segera setelah lahir. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
memengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. (Andi Zulkifli, dkk : 2012)
.
Dari hasil presentasi tersebut kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur
hidup, bahkan kematian. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan
dalam penangan neonatal sehingga neonatus sebagai individu yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine dapat bertahan
dengan baik karena periode neonatal adalah periode paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Vivian, Nanny. 2010 : 12).
Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya dalam penurunan AKB
adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik dan
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan
informasi kepada ibu maupun keluarga mengenai pentingnya melakukan perawatan
pada bayi baru lahir agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh karena itu
untuk mewujudkan pelayanan asuhan neonatus yang berkualitas maka tenaga
kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan asuhan neonatus.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan neonatus, balita, dan anak
pra sekolah
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap pasien sesuai dengan hasil
pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan
asuhan kebidanan.
2. Bagi Bidan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
serta memberikan manfaat bagi bidan dalam penanganan kepada bayi baru lahir
normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan
menambah pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan batasan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph,2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama
(Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki
berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter &
Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi
yang lahir 28 hari pertama.
Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang diusia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau masa keemasan.
Anak usia prasekolah adalah fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,
ketika anak memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang
dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2011).
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut:
1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan) Masa
prenatal terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu
b) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu
c) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Pada masa janin ada 2 periode :
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke 2 kehamilan,
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
2. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan) Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini (perinatal) : 0-7
hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
b) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
3. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun Masa balita dan prasekolah terbagi
menjadi:
a) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan
b) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun
c. Adaptasi Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam
rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%.Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang
akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan
panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL. Beberapa mekanisme
kehilangan panas tubuh pada BBL (Wahyuni, 2012) :
1) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur, timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
d. Adaptasi Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di
hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan.
Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena
simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir). Gejala
hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi : kejang-kejang
halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak
makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.
e. Adaptasi Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas
lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh
bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
f. Adaptasi Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanantubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami: perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi jaringan saluran
napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan
pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing.
g. Adaptasi Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama
hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai
rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal
orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –
7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai
55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
h. Adaptasi Sistem Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera
setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
i. Adaptasi Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi
misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid
perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan
mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
j. Adaptasi Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
k. Adaptasi Sistem Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka
dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan.
Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan.
Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat
hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya.
l. Adaptasi Sistem Immunoglobulin
1) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang belakang
dan lamina propia ilium dan apendiks.
2) Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
3) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari
ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma,
herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibodi gama A, G dan M (Indrayani & Moudy, 2013).
m. Adaptasi Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit
bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang
cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi
normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan
dan kaki sedikit sianotik (akrosianotik). Ini disebabkan oleh
ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang
tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10
hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
n. Adaptasi Traktus Digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus
bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga
terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani & Moudy, 2013).
o. Adaptasi Sistem Skeletal
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh
secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat
panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah
relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar
dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat
molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan
tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat
baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
p. Adaptasi Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal : Dengan menyorotkan cahaya ke
mata bayi. Dapat dijumpai pada tahun pertama.
b) Reflek Pupil
c) Mata Boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap : Memberi bayi botol/dot kemudian bayi menghisap
dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
b) Muntah
c) Rooting : Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi
mulut akan menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi
tersebut dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia
3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi : Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
e) Menguap, batuk
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
Meletakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jari–
jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di
telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan
pada usia 3 - 4 bulan.
b) Babinski
Kaki bayi akan menendang, bila telapak kaki digesek
dengan jari kita.
c) Klonus, Pergelangan Kaki
Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut
pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh
ada denyut yang teraba.
d) Refleks pada Massa/Moro
Mengubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat
tidur, lengan bayi ekstensi, jari–jari mengembang, kepala
mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan
kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang
belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi
lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4
bulan.
e) Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan
f) Fleksi Siku
Tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
g) Menari/Melangkah
Pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh
permukaan yang keras, maka kaki bayi akan bergerak ke atas
dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di
jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
3. Perubahan fisiologi bayi baru lahir
a. Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor
pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan
menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk
mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru
kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan diafragma dan
abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat setelah kelahiran yaitu 30-60
x/menit.
b. Sistem Cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-
sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan
sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian
seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian foramen ovale,duktus
arterious dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis,
dan arteri hepatika menjadi ligamen.
c. Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55%
pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
d. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Absorpsi
air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum
air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna
hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya
dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
e. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera
setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan
enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
f. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan
pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100
ml.
g. Sistem Termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis)
yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan
lebih banyak energi daripada lemak biasa. Cara penghilangan panas tubuh
dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara
sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan
tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung.
Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air
keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan
panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin dengan
kontak secara langsung.
h. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu
bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan.Kelenjar
tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan sebelum lahir.
i. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow
(aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
j. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot
menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitif terhadap cahaya.
k. Sistem Imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan
2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.
Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat
alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap
dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi
yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
l. Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi
sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup
bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal
beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki
sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan
vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini
normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika
terpajan pada udara dingin.
m. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir
tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris,
terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah
terlihat pada bayi cukup bulan.
n. Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal
b) Reflek Pupil
c) Mata boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua
alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai
menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat
menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya
keluar : harus menghilang pada usia 4 bulan.
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
b) Babinski
c) Refleks pada Massa/Moro
d) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4
bulan.
dan untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan
segera (misalnya atresia ani, atresia esophagus), trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi telanjang akan tetapi
diletakkan dibawah lampu yang terang supaya tidak kehilangan panas serta
dilakukan 24 jam setelah lahir.
b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan
pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan bayi dekat ibu
(diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area
tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian :
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah, maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir (APN, 2008).
APGAR 0 1 2
Asuhan Bayi Baru LahirMenurut Saifuddin (2002) Asuhan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.
b. Pemeriksaaan fisik bayi.
c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 – 1 mgI.M.d.
d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.
e. Lakukan perawatan tali pusat.
f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan
imunisasi.
g. mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak
teratur,bayi berwanna pucat, suhu meningkat, dll.
h. Mengajarkan kepada orang tua cara merawat bayi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahirmenurut
APN (2008) :
a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk
meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia,
perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atauinfeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari
pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan
puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebihsedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi
bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.
d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.
7) Vaksin Pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis
adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan
mudah rusak, bila kena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin
DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
8) Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai
tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah dilemahkan, tetanus
toxoid akan rusak bila dibekukan dan akan rusak bila kena panas.
9) Vaksin Haemophilus influenza tipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis dan
berbagai infeksi serius mengancam jiwa, seperti pneumonia,
epiglotitisdan sepsis pada bayi dan anak. Vaksin ini diberikan dengan
jadual tiga dosis pada bayi ( bersama dengan DPT), ditambah satu dosis
booster pada umur 12-18 bulan Sekarang tersedia pula vaksin konjugasi
kombinasi DPT-Hib
10) Imunisasi Tifoid
Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan
demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran
usus, dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan
mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
STANDAR IV : Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan petencanaan
STANDAR V : Evaluasi
2. Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari
semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan
pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
a. Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang secara singkat, lengkap dan bermanfaat bagi
bidan atau pemberi asuhan yang lain ulai dari data
dari data subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b. Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir pertemuan
data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan dokumentasi
asuhan.
c. Tahap-tahap SOAP
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan
tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif
dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan assesmen.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
– langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harusrasional dan benar – benar valid berdasarkan pengetahuan
dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa nyang dibutuhkan dan baik
untuk pasien.
E. Asuhan komplementer
Sesuai dengan Peraturan Menteri dan alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan kualitas, keamanan
dan No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan
kebidanan komplementer adalah pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat
hamil dan melahirkan, dan berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu.
Namun, sebagian besar terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan
konvensional. (Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam hal
bukti klinis dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan efektivitas pelayanan
kebidanan komplementer pada kehamilan, persalinan dan nifas. Meskipun
demikian, seperti yang telah disebutkan dalam paragraf pertama bahwa telah terjadi
peningkatan tajam dalam jumlah dan berbagai informasi mengenai terapi
komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir. (Ernst&Watson, 2012)
Beberapa terapi komplementer yang digunakan untuk mencegah komplikasi dan
merangsang pertumbuhan serta perkembangan BBLR adalah dengan pijat bayi, terapi
musik dan perawatan metode kanguru Terapi sentuhan dianggap sebagai pengobatan
yang komplementer bagi BBL untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian
pada BBL. Sentuhan sebagai terapi komplementer memberikan berkesempatan
untuk lebih dekat dengan pasien khususnya ketika mereka memberikan perawatan
kepada neonatus. Selain itu sentuhan yang terapeutik adalah tehnik pengobatan non-
invasif yang tidak memerlukan peralatan khusus dan teknologi. perkembangan
normal BBLR. (zakiah, dkk : 2013)
F. Clinical Pathway
Terjadi perubahan
Port de Pada neonates Diafragm Resistensi Keseimbangan Perubahan Spingter Metaboli Hepar Struktur
entry hanya terdapat a dan otot vaskuler kimia dari temperature kardia dan sm KH dalam kulit
imunoglobuin pulmonalispada keamanan lingkungan control keadaan belum
bakteri, abdomen (Asam
alirandarah paru minim
kuman, G intra dan sakit perut Lemak) imatur matur
menurun
ekstra uterin belum
virus matur
Ketidak Kelemahan Tekanan Rearbsorbsi Suhu tubuh kekenyang Cadangan Enzim Ekresi,
adekuatan otot arteri tubuh perifer sangat an KH pada hepar belum iritasi
imun yang pernafasan pulmonalis rendah dan mudah Pemotonga bayi rendah aktif kimia atau
di dapat menurun kadar terpengaruh n tali pusat bahan
hormone suhu popok,
anti diuretic regurgitasi
lingkungan fahior
rendah mekanis
Hipoglike Sintesis
Resiko Tekanan mi bilirubin
tinggi dalam atrium menurun
kanan muntah
Resiko pertukaran
berkurang Resiko tinggi Resiko
Tinggi gas Ekskresi
elektrolit ketidak tinggi
lambat efektifan terhadap
thermoregulasi Ikterik kerusakan
fisiologis integritas
kulit
Aliran darah Akumulasi ion Resiko tinggi Peningkatan
pulmonalis meningkat hydrogen dan nutrisi bilirubin
kembali kebagian kiri kalsium kurang dari berkurang
jantung
kebutuhan
tubuh
Kerusakan
sel-sel saraf
Tekanan pada
dehidrasi
atrium kiri
meningkat
Resiko tinggi
cidera SSP
Kurang
Sekat atrium foramen vol.
ovale tertutup cairan
Pemotonga
n tali pusat
Pemotonga
sianosis n tali pusat
Sumber :
- jumiarni (1995 : 53)
-Tucker et all (1998 : 886)
-Doenges (2001 : 578)
-Bobak (2000:573)
-Carpenito (2000:1056)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal : 25 Februari 2021
Jam : 10.30 WIB
Tempat : Puskesmas Gantiwarno Klaten / Ruang Persalinan
2. Data Ibu
a. Riwayat obstetrik :
b. Frekuensi ANC :
Trimester I : 1x ANC Terpadu
Trimester II : 4x ANC
Trimester III : 2x ANC
c. Imunisasi TT
Imunisasi pertama : 25 mei 2017
Imunisasi kedua : 20 Juni 2017
Imunisasi ketiga : 17 Desember 2017
Imunisasi keempat :
Imunisasi kelima :
d. Obat-obatan/jamu yang diminum : ibu mengkonsumsi obat dari
bidan yaitu tambah darah (FE), Kalk, Vitamin C
e. Kenaikan BB :
a) Sebelum hamil : 55 kg
b) Selama hamil : 65 kg
f. Riwayat Penyakit penyerta : ibu berkata tidak memiliki penyakit
penyerta diabetes, riwayat hipertensi, ambien, jantung
g. Riwayat persalinan terakhir
Jenis Persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Tempat Persalinan : PMB Pancoran Depok
Lama persalinan : Kala I: 8 jam, II : 55 menit, III : 15 menit, IV :
Komplikasi : Ibu berkata tidak ada komplikasi pada saat
persalinan pertama
h. Riwayat Pemeriksaan Penunjang (tanggal)
B. Data Objektif
Bayi tidak menangis setelah lahir karena posisinya telentang, dan bati
sudah mengeluarkan mekonium saat masih ada didalam kandungan ibu.
Warna kulit putih tidak kemerah-merahan.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Pernapasan : 48x/menit
c. Suhu : 36,2◦C
d. Berat Badan : 3000 gram
e. Panjang Badan : 50 cm
2. Pemeriksan Fisik
a. Kepala : ada caput succedenum, lingkar kepala : 33 cm
b. Wajah : Tidak ada oedem, bentuk wajah non mongoloid
c. Mata : mata simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran,
sklera putih dan konjungtiva merah muda, refleks kedip positif.
d. Hidung : pernafasan cuping hidung
e. Mulut : bersih, refleks rooting (+)
f. Telinga : simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran.
g. Leher : tidak kaku
h. Dada : dada simetris, lingkar dada 32 cm
i. Abdomen : normal, tidak ada pembesaran hepar
j. Tali pusat : dalam keadaan dibungkus dengan kain kassa steril dan
tidak ada perdarahan
k. Kulit : kemerahan dan turgor baik
l. Punggung : tidak ada spinabifida
m. Kulit : Kulit berwarna merah tidak transparan, turgor kulit
baik, masih terdapat lanugo halus di sekitar kulit wajah.
n. Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, skrotum belum turun, anus
ada, terdapat pengeluaran berupa meconium dari anus.
o. Ekstermitas :
Atas : simetris, oedema tidak ada, tangan fleksi, jumlah jari
tangan kanan 5, jumlah jari tangan kiri 5, tidak ada kekakuan
sendi.
Bawah : simetris, oedema tidak ada, tangan fleksi, jumlah jari
tangan kanan 5, jumlah jari tangan kiri 5, tidak ada kekakuan
sendi.
p. Reflek bayi : Jelaskan hasil pemeriksaan reflex primitive pada pada
bayi
Morro : (+)
Grasping : (+)
Rooting : (+)
Sucking : (+)
Babinsky : (+)
Tonic neck : (+)
VII. EVALUASI
Kamis, 25 Februari 2021 11.30
a. Telah dilaksanakan rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-
tanda vital dan tangisan bayi stiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit
bayi. Tanda-tanda vital bayi normal dan baik, tangisan bayi normal dan
baik, warna kulit bayi normal tidak kuning.
b. Telah dilaksanakan pemeriksaan antropometri bayi, laki-laki, BB 3200
gram, PB 50 cm, anus ada
c. Telah diberikan injeksi Vit K 1 jam setelah bayi lahir melalui
intramuskuler.
d. Telah diberikan salep mata gentamisin kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir.
e. Telah diberikan pakaian bersih untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap
hangat.
Jumat, 26 Februari 2021
08.30
a. Telah dilakukan rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda
vital
b. Telah dilakukan pemeriksaan masalah pemberian ASI/minum
c. Telah dilakukan injeksi imunisasi HB-0
CATATAN PERKEMBANGAN I
Jumat 26 Februari 2021 12.30
A. Data Subyektif
Bayi Ny A usia 0 bulan lahir normal dengan bantuan pelebaran jalan lahir
(episiotomi) dan bantuan infus. Lahir dengan asfiksia neonatrum ringan
karena mekonium keluar di dalam kandungan ibu.
B. Data Obyektif
a. Berat badan : 3200 kg
b. Panjang badan : 50 cm
c. Suhu badan : 36
d. Frekuensi nafas : 50x/m
e. Frekuensi denyut jantung : 145x/m
f. Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri :
ya, tidak ada infeksi bakteri
g. Memeriksa ikterus : ya, bayi tidak mengalami ikterus
h. Memeriksa diare : ya, bayi tidak mengalami diare
i. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian
ASI/minum : ya, bayi tidak mengalami masalah dalam ASI ibu
j. Memeriksa status vitamin K : bayi telah diberikan vitamin K
k. Memeriksa status imunisasi HB-0, BCG, Polio
C. Analisis
Neonatus 1 hari keadaan baik
D. Penatalaksanaan
a. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara memberikan
pakaian yang hangat dan bersih.
b. Bonding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi
mau menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong.
c. Melakukan perawatan tali pusat saat atau setelah bayi dimandikan atau
bila diperlu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada
bayi Ny. A usia 6 jam bayi baru lahir normal yaitu pada tahap pengkajian data
yang terdiri atas data subyektif diperoleh data secara Iengkap. Data yang
didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan
identifikasi diagnosa atau masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi.
Pasien tidak mengalami keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan
identifikasi kebutuhan segera tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah rencana
tindakan telah tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuahan kebidanan yang diberikan, bayi
mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya, terutama dalam hal berat
badannya.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan untuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin kerjasama
antara petugas dengan klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain
itu dalam melakukan semua tindakan petugas kesehatan harus benar-benar
memperhatikan kebersihan dan kesterilitasan. Memberi waktu kepada klien
dan keluarga untuk bertanya serta memberikan keterangan dan informasi yang
jelas dan tepat.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan kontinyu
kepada mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada ibu hamil
secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan
berlangsung untuk menerapkan deteksi terhadap kehamilan.
4. Bagi Masyarakat
a) Keluarga diharapakan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam
proses pelayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik
b) Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas kesehatan
c) Segera datang/ Memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika
mengalami suatu kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiana & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta : Trans Medika
Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan
gizi masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.
Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisisus.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Jakarta : Salemba Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Medan: Dinkes Prov. SU.
Goi Misrawatie. 2013. Gizi Bayi. Jurnal Kesehatan Jurusan Gizi Poltekes
Kemenkes Gorontalo.
Hani, Ummi; Jiarti K; Marjati; dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.
Johariyah & Ema Wahyu N. 2012.Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir.Jakarta : Trans Info Media
Kemenkes (a).2015.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI 2015.
_________(b). 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development
Goals (SDGs). Jakarta: Kemenkes RI 2015.
_________(c). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Pusdiklatnakes Kemenkes RI.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Lisnawati, L., 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info
Media.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Marmi,dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka belajar.