Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


DI PMB RENI ANDRIANI

RENI ANDRIANI
H522240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan Kasus iini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik klinik
program studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan


Rajawali.
2. Erni Hernawati, S.S.T.,Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
3. Lia Kamila,S.S.T.,M.Keb selaku Penanggung Jawab
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
4. Maria Mayangsari,S.Keb pembimbing praktik di PMB Reni
Andriani yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan selama pelaksanaan praktik klinik.
5. Mira Miraturrofi’ah.,S.S.T.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan membantu dalam
penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menulis dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat. Amiin.

Sukabumi, Agustus 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiah & Yilianti, 2011).

Kurang baiknya asuhan pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kecacatan

seumur hidup bahkan kematian.

Tahun 2010, World Health Organization (WHO) menemukan

angka kematian bayi sebesar 560.000 yang disebabkan oleh infeksi tali

pusat. Di Asia Tenggara Angka kematian bayi karena infeksi tali pusat

sebesar 126.000. Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik

pada bayi baru lahir. Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi

tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali

pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan

bersih (Asiyah et al., 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Puspita,dkk (2018)

menunjukkan proses pelepasan tali pusat perlu difasilitasi oleh udara

terbuka. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun karena akan

membuatnya menjadi lembab, memperlambat puputnya tali pusat, dan

menimbulkan resiko infeksi (Reni et al., 2018). Menurut hasil penelitian


Ftri Yuliana , dkk (2017) bayi yang dilakukan perawatan tali pusat terbuka

memiliki rata-rata pelepasan tali pusat selama >7 hari 60% dan selama 5-7

hari 40%(Yuliana et al., 2017).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017 menunjukkan AKN (angka kematian neonatus) sebesar 15 per 1.000

kelahiran hidup, AKB (angka kematian bayi) 24 per 1.000 kelahiran hidup,

dan AKABA (angka kematian balita) 32 per 1.000 kelahiran hidup.

(Kemenkes RI, 2019).

Data profil kesehatan Kota Bengkulu tahun 2019 rincian kematian

usia 0-59 tahun yaitu neonatus (0-28 hari) 20 orang 2,9 per seribu

penduduk, kematian post natal atau bayi (29 hari-11 bulan) berjumlah 22

orang 3,2 per seribu penduduk dan kematian anak balita (12-59 bulan)

berjumlah 5 orang 0,7 per seribu penduduk (Dinkes Kota Bengkulu,2019).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di wilayah kerja

Puskesmas Padang Serai Kota Bengkulu bahwa di PMB “L” Kota

Bengkulu terdapat 40 bayi lahir hidup tanpa komplikasi, sedangkan di

PMB “YN” Kota Bengkulu terdapat 68 bayi lahir hidup tanpa komplikasi

dan angka kelahiran bayi tertinggi ditemukan PMB “Y” Kota Bengkulu

pada tahun 2020 terdapat 108 bayi yang dilahirkan secara normal di PMB

tersebut dan tanpa komplikasi.

Asuhan Kebidanan yang diberikan oleh bidan di PMB “Y” telah

memenuhi asuhan standar kebidanan pada bayi baru lahir, tetapi masih

belum maksimal dikarenakan tidak semua bayi baru lahir normal


mendapatkan perawatan tali pusat yang bersih dan kering, seperti masih

adanya perawatan tali pusat yang menggunakan kunyit, serta masih

kurangnya kemampuan para ibu untu menyerap ilmu-ilmu pengetahuan

terbaru mengenai tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu. Oleh karena itu,

penulis ingin membahas mengenai “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru

Lahir Normal di PMB “Y” Kota Bengkulu tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah yaitu penerapan asuhan pada bayi baru lahir normal

masih belum maksimal dikarenakan tidak semua bayi baru lahir normal

mendapatkan perawatan tali pusat yang bersih dan kering, seperti masih

adanya perawatan tali pusat yang menggunakan kunyit, serta masih

kurangnya kemampuan para ibu untu menyerap ilmu-ilmu pengetahuan

terbaru mengenai tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu. maka pertanyaan

pada penelitian ini adalah “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan

pada bayi lahir normal di PMB Reni Andriani.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal di

PMB Reni Andriani dengan menggunakan manajemen varney dan

catatan perkembangan SOAP.


2. Tujuan khusus

a. Diketahui data objektif dan subjektif pada bayi baru lahir normal

b. Diketahui interpretasi data (diagnosa, masalah, dan kebutuhan)

pada bayi baru lahir normal di PMB Reni Andriani

c. Diketahui diagnosa atau masalah potensial pada bayi baru lahir

normal di PMB Reni Andriani

d. Diketahui kebutuhan segera pada bayi baru lahir normal di

PMB Reni Andriani

e. Diketahui rencana tindakan kebidanan pada bayi baru lahir normal

di PMB Reni Andriani

f. Diketahui tindakan kebidanan pada bayi baru lahir normal di

PMB Reni Andriani

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Laporan ini bermanfaat memberikan pertimbangan masukan serta

menambah wawasan konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu

pengertahuan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.


2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Laporan ini sebagai alat bimbingan dalam memberikan

pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan asuhan

kebidanan, dan dapat mempercepat kerjasama dalam peng-

aplikasian teori dalam praktek dalam asuhan kepada ibu dan bayi

setelah lahir.

b. Bagi Institusi Pendidik

Laporan ini berguna sebagai acuan untuk bimbingan

mahasiswa yang terjun kedalam kelahan praktik dengan

menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dan

memantau kinerja mahasiswa dilahan praktek, melalui bimbingan

secara intensif.

c. Bagi Masyarakat

Masyarakat sebagai subjek penelitian ini diharapkan dapat

memperoleh pengalaman langsung mengenai asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir normal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan

2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiah &

Yilianti, 2011).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram

sampai dengan 4000 gram, menangis spontan kurang dari 30 detik

setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10 (Wagiyo & Putrono,

2016).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

4000 gram. Beberapa pengertian lain tentang bayi baru lahir :

a. Bayi baru lahir (newborn/neonatus) adalah bayi yang baru

dilahirkan sampai dengan usia empat minggu.

b. BBL normal adala bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan

cukup bulan (dari kehamilan 37-42 minggu) dan berat badan lahir

2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda-tanda

asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Wahyuni, 2011)


2. Ciri-Ciri Bayi Normal

a. Berat badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm

b. Lingar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm

c. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira180 denyut/menit

kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit

d. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,

kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit

e. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks kaseosa

f. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasa telah

sempurna

g. Kuku telah agak panjang dan lunak

h. Genetalia: labia mayora telah mennutupi labia minora (pada

perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)

i. Reflex hisap dan menelan sudah terbantuk dengan baik

j. Reflex moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan memperlihatkan

gerakan tangan seperti memeluk

k. Eliminasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam 48 jam

pertama, meconium berwarna hitan kecoklatan (Dewi, 2011)

3. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I terjadi segera setelah lahir selama menit-menit

pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring

apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan adanya perubahan perilaku.

c. Tahap III disebut tahap periodik, pemeriksaan pengkajian

dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi seluruh tubuh

(Dewi, 2011).

4. Reflex pada Bayi Baru Lahir

a. Reflex moro

Lengan ekstensi jari-jari mengembang, kepala terlempar ke

belakang, tungkai sedikit ekstensi, lengen kembali ke tengah

dengan tangan menggenggam tulang belakang dan ekstremitas

bawah ekstensi.

b. Reflex rooting

Bayi memutar ke arah pipi yang di yang digores, reflex ini

akan menghilang pada umur 3-4 bulan, tetapi bisa menetap

sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur.

c. Reflex sucking

Reflex ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap

putting susu dan menelan.

d. Reflex palmargraps

Jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang di letakkan di

telapak tangan bayi dari sisi ulnar.


e. Reflex tonicneck

Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala di putar ke suatu

sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan

fleksi pada posisi yang berlawanan.

f. Reflex babinsky

Reflex ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki

bayi. Ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya

membuka. Reflex ini biasanya menghilang setelah 1 tahun.

g. Reflex exgallant

Punggung bergerak ke samping bila distimulasi dijumpai pada

4-8 minggu pertama.

h. Reflex ekstrusi

Sentuh lidah dengan ujung spatel, lidah akan ekstensi kearah

luar bila disentuh.

i. Berkedip

Sorotkan cahaya ke mata bayi

j. Merangkak

Letakkan bayi tengkurap diatas permukaan yang rata, bayi akan

membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila

diletakkan pada abdomen.


k. Menari/melangkah

Pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan

yang keras, kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah sedikit

disentuhkan ke permukaan keras.

l. Reflex neck righting

Letakkan bayi dalam posisi terlentang, coba menarik perhatian

bayi dengan satu sisi.

m. Reflex startle (kaget)

Bertepuk tangan dengan keras, bayi mengekstensi dan

memfleksi lengan dalam berespons terhadap suara yang keras,

tangan tetap rapat.

5. Evaluasi Nilai APGAR

Evaluasi ini digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10 menit.

Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-

Tabel 2.1 : Tanda APGAR


Aspek Skor
pengamatan
0 1 3
BBL
Warna kulit
tubuh normal,
Seluruh tubuh Warna kulit
Appeareance/w tetapi tangan
bayi berwarna seluruh tubuh
arna kulit dan kaki
kebiruan normal
berwatna
kebiruan
Denut jantung Denut jantung Denyut jantung
Pulse/nadi
tidak ada <100x/menit >100x/menit
Meringis,
Tidak ada
Grimace/ Wajah meringis menarik, batuk
respons terhadap
respons reflex saat distimulasi atau bersin saat
stimulasi
Distimulasi
Activity/ Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif
Tonus otot ada gerakan dalam posisi dan spontan
fleksi dengan
sedikit gerakan
Tidak bernapas, Menangis Menangis kuat,
Repiratory/ pernapsan lemah, terdengar pernapasan baik
Pernapasan lambat dan tidak seperti merintih dan teratur
teratur
Sumber : (Walyani & Purwoastuti, 2016)

Apabila nilai APGAR :

7-10 : bayi mengalami asfiksia ringan atau dalam keadaan normal

4-6 : bayi mengalami asfiksia sedang

0-3 : bayi mengalami asfiksia berat

Apabila ditemukan skor APGAR dibawah 6, bayi membutuhkan

tindakan resusitasi.

6. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah kehidupan keluar Rahim.

Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah

kelahiran unutk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi paling nyata dan

cepat terjadi pada sistem pernapasan bayi dan sirkulasi, sistem

kemampuan mengatur suhu tubuh, dan dalam kemampuan mengambil

dan menggunakan glukosa (Noordiati, 2018).

a. Perubahan sistem pernapasan

Awal timbulnya pernapasan disebabkan dua factor yang

berperan pada rangsangan napas pertama bayi yaitu hipoksia dan

tekanan dalam dada. Hipoksia pada akhir persalinan dan

rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang menimbulkan

rangsangan pusat pernapsan di otak. Tekanan dalam dada yang


12

terjadi melalui pengempisan paru selama persalinan, merangsang

masuknya udara ke dalam paru secara mekanik, interaksi antara

sistem pernapsan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan

serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

Upaya napas pertama berfungsi untuk mengeluarkan cairan

dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru untuk

pertama kali. Untuk mendapat fungsi alveoli, harus terdapat

surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui paru. Produksi

surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya meningkat

sampai paru matang sekitar 30-34 minggu. Surfaktan mengurangi

tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding alveoli

sehingga tidak kolaps pada akhir persalinan. Tanpa surfaktan

alveoli akan kolaps setelah tiap kali pernapasan, yang

menyebabkan sulit bernapas.

b. Perubahan sistem sirkulasi

Selama kehidupan janian hanya 10% curah jantung

dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan

ekspansipatu dan penurunan resistensi vaskuler paru, hamper

semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi

oksigen menuju ke jantung dari paru meningkatkan tekanan di

dalam atrium kiri. Pada saat yang hampur bersamaan, tekanan di

atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati


tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale.

Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini bersifat

reversible pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi

vaskuler paru tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebabkan

serangan sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu

pada tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra

atrial, meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi yang

sempurna tidak pernah terjadi.

c. Sistem thermoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu, sehingga akan

mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Saat bayi

masuk ruang bersalin masuk lingkungan lebih dingin, suhu dingin

meyebabkan ait ketuban menguap lewat kulit, sehingga

mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, terjadi

pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan jalan

utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh.

Pembentukan suhu tanpa mekanisme mengigil merujuk pada

penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Bayi yang

kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan asidosis.

Pencegahan kehilangan panas menjadi prioritas utama.

d. Sistem gastrointestinal

Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan, reflek gumoh dan batuk yang matang sudah mulai


terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi cukup

bulan menerima dan menelan makanan terbatas, hubungan

esophagus bawah dan lambung belum sempurna sehingga mudah

gumoh terutama bayi baru lahir dan bayi mudah. Kapasitas

lambung terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan.

Kapasitas lambung akan bertambah bersamaan dengan tambah

umur. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu

melindungi diri dari zat berbahaya, kolon bayi baru lahir kurang

efsisien dalam mempertahankan air disbanding dewasa sehingga

bahaya diare menjadi serius pada bayi baru lahir.

e. Sistem imunologi

Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum atang

sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang menyebabkan kekebalan alama dan buatan.

Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah dan

meminimalkan infeksi, beberapa contoh kekebalan alami :

1) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa

2) Fungsi saringan saluran napas

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

4) Perlindungan kimia oleh asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel drah merah

yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.


15

Tetapi sel darah masih belum matang sehingga bayi belum mampu

melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

f. Perubahan sistem ginjal

Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya

kecil hingga setelah lahir. Urine bayi encer, berwarna kekuning-

kuningan dan tidak berbau. Warna coklat dapat disebabkan oleh

lender bebas membrane mukosa dan udara asam akan hilang

setelah bayi banyak minum. Garam asam urat dapat menimbulkan

warna merah jambu pada urin, namun hal ini tidak penting.

Tingkat filtrasi glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi

tubular terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urin dengan

baik saat mendapat asupan cairan, juga tidak dapat mengantisipasi

tingkat larutan tinggi rendah dalam darah.

Urin dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih

secara reflek. Urin pertama dibuang saat lahir dan dalam 24 jam,

dan akan semakin sering dengan banyak cairan. Berkemih 6-10x

dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang

cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari.

g. Sistem integument

Struktur kulit bayi sudah terbentuk sejak lahir, tetapi masih

belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan

sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan

pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan
mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit

kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam

setelah kelahiran.

h. Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan

klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan

kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,

glukosa darah akan turun dalam waktu yang cepat (1-2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan

dengan 3 cara : melalui penggunaan ASI, melalui penggunaan

cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber

lain terutama lemak. BBL yang tidak mampu mencerna makanan

dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen

(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai

persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan

menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,

selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

i. BAB

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama

minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari

ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat

sampai hijau karena adanya meconium). Dikeluarkan sejak hari


17

ketiga sampai keenam. Normal bagi bayi untuk defekasi setelah

diberi makan. Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5

atau 6 kali defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi

makan) menjadi 1-2 kali sehari .

7. Konsep Pencegahan Infeksi

Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang

disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama

proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.

Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai karena dpat ditularkan

lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis

B dan Hepatitis C. sebelum menangani BBL, pastikan penolong

persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

Prinsip mencegah penyebaran infeksi :

a. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir

b. Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi

menularkan infeksi

c. Cuci tangan dan gunakan pembersih tangan

d. Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan

e. Gunakan teknik aseptic

f. Pegang instrument tajam dengan hati-hati dan bersihkan jika perlu

sterilkan atau desinfeksi instrument dan peralatan

g. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan

buang sampah
18

h. Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi

bosokomial

Tindakan pencegahkan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :

a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi

b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

c. Memastikan semus peralatan, termasuk kelm gunting dan benang

tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika

menggunakan bola laret penghisap, pakai yang bersih dan baru.

Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebiih

dari satu bayi.

d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain

yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih

e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,

stetoskop, dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan

bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali

setelah digunakan)

f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya

dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun)

g. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan

air bersih, hangat dan sabun setiap hari


19

h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan

memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan

sebelumnya

8. Konsep Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu perawatan dimana ibu dan bayi yang

baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam

sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam

penuh seharinya, hal ini merupakan waktu yang baik bagi ibu dan byai

saling berhubungan dan dpat memeberikan kesempatan bagi keduanya

untuk pemberian ASI. Jenis rawat gabung terbagi menjadi 2 yaitu :

rawat gabung continue dimana bayi tetap berada disamping ibu

selama 24 jam dan rawat gabung parsial dimana ibu dan bayi bersama-

sama hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya pagi bersama ibu

sementara malam hari dirawat di kamar bayi.

Tujuan rawat gabung :

a. Memberikan bantuan emosional, agar ibu dapat memeberikan

kasih saying sepenuhnya pada bayi dan memberikan kesempatan

pada ibu dan keluarga untuk mrndapatkan pengalaman dalam

merawat bayi

b. Penggunaan ASI, agar bayi dapat sesegera mungkin mendapat

kolostrum atau ASI dan produksi ASI akan semakin banyak jika

diberikan sesering mungkin

c. Mencegah terjadinya infeksi silang


20

d. Dapat dimanfaat untuk pendidikan kesehatan pada ibu

e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

Manfaat rawat gabung :

a. Ibu

Secara psikologis antara ibu dan bayi akan sesegera mungkin

terjadi proses lekat (early infant mother bonding) dan lebih akrab

akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi, ibu mendapatkan

kesempatan untuk belajar merawat bayinya.

b. Bayi

Sentuhan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap

perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan

tubuh ibu merupakan stimulasi mental mutlak yang dibutuhkan

oleh bayi dan bayi mendapatkan rasa aman dan terlindungi.

c. Keluarga

Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk

memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi

dan lama waktu perawatan menjadi lebih pendek karena ibu cepat

pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya

perawatan menjadi lebih sedikit.

d. Petugas

Karena bayi dirawat bersama ibu maka bayi menjadi jarang

menangis dan petugas dapat melaksanakan tugas lainnya di ruang

perawatan tanpa repot menyediakan dan memberikan susu buatan.


9. Kebutuhan Bayi Baru Lahir/Neonatus

a. Perawatan neonatal esesnsial pada saat lahir

1) Kewaspadaan umum (Universal precaution)

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang

disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme

selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat

setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai

Karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh

misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.

2) Penilaian awal

Untuk semua BBL, dilakukan penilaian awal dengan

menjawab empat pertanyaan :

Sebelum lahir :

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur

meconium?

Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi diatas

kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah

ibu, segera lakukan penilaian berikut :

a) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidaj megap-

megap?

b) Apakah tonus oto bayi baik/bayi bergerak aktif?


22

Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang

langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif

cukup dilakukan manajemen BBL normal.

Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi

lebih bulan (>42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban

bercampur meconium dan atau tidak bernapas atau megap-

megap atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL

dengan asfiksia.

3) Pencegahan kehilangan panas

a) Mekanisme kehilangan panas :

BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara

berikut :

(1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi

kehilangan panas. Kehilangan juag terjadi jika saat

bayi lahir tubuh tidak segera dikeringkan atau terlalu

cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera

dikeringkan dan diselimuti.

(2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui

kontak langsung antara tubuh dengan permukaan yang

dingin.
23

(3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi

saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

(4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena

bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang

mempunyai suhu tubuh lebih rendah daru suhu tubuh

bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini

karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas

tubuh bayi (walaupu tidak bersentuhan secara

langsung).

b) Mencegah kehilangan panas

(1) Ruang bersalin yang hangat, suhu ruangan minimal

25oC

(2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

Keringkan dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.

Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain

yang kering.

(3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak

kullit ibu ke kulit bayi. Setelah tali pusat dipotong,

letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi sedikit rendah dari putting payudara ibu.


24

(4) Inisiasi menyusu dini (IMD)

(5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah

kehilangan panas, selimuti tubuh ibu dan bayi dengan

kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi.

Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif

luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika

bagian tersebut tidak tertutup.

(6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir. Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak

kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu, karena

BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,

sebelum melakukan penimbangan terlebih dulu

selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan

kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat

pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan

berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan

pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam

jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.

Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah

lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat

membahayakan kesehatan BBL.

(7) Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24

jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang


25

sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling

mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

mendorong ibu segera menyusui bayinya dan

mencegah paparan infeksi pada bayi.

4) Pemotongan Tali Pusat

a) Memotong dan mengikat tali pusat

(1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi

lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan

sebelum tali pusat dipotong.

(2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam

DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari

titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian

dorong isi tali pusat kea rah ibu (agar darah tidak

terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).

Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat

jepitan ke-1 ke arah ibu.

(3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu

tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi

bayi, tangan yanga lain memotong tali pusat di antara

kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting

DTT atau steril.

(4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut


26

dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi

lainnya.

(5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan

ke dalam larutan klorin 0,5%. Letakkan bayi tengkurap

di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini

5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin,

ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun dengan

makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI

juga meningkatkan ikatan kasih saying (asih), memberikan

nutrisi terbaik (asuh) dan melatih reflex dan motoric bayi

(asah). Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam asuhan

bayi baru lahir :

Langkah I : lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, dan

keringkan

a) Saaat bayi lahir, catat waktu kelahiran

b) Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan

penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak

c) Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan

tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks.


27

d) Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan

amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari putting

ibunya yang berbau sama.

e) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI

intramuscular pada ibu.

Langkah 2 : lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama

paling sedikit satu jam

a) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi tengkurap di

dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu

tetapi lebih rendah dari putting.

b) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

di kepala bayi.

c) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling

sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan

membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal dibawah

kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu

dan bayi.

d) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan

manajemen aktif kala 3 persalinan.


28

Langkah 3 : biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu

dan mulai menyusu

a) Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai

menyusu

b) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak mengintrupsi

menyusu, misalnya memindahkan bayi dari satu payudara

ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari

satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil

menemukan putting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi

tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam

walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1

jam.

c) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya

hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih

bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam.

d) Bila bayi harus pindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam

atau sebelum bayi menyusu, usahkan ibu dan bayi dipindah

bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan

bayi.

e) Jika bayi menemukan puting ibu (IMD dalam waktu 1 jam)

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

kontak ku;it dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.


29

f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2

jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap

di dada ibu. Lanjutkan asuhan neonatal esensial lainnya

(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan

kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk

menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan

topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki

bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakainnya kemudian

telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya

sampai bayi hangat kembali

h) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus

selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga

bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

6) Pemberian vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 0,5

ml intramuskuler pada antero lateral paha kiri setelah 1 jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mecegah

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang

dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

7) Pencegahan infeksi mata

Salep mata atau tets mata untuk mencegah infeksi mata

diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu,


30

sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata

dianjurkan menggunakan salep mata antibiotic tetrasiklin 1%.

8) Pemberian imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi

Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

b. Perawatan tali pusat

Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan

plasenta dengan janin. Fungsinya untuk viabilitas (kelangsungan

hidup) dan memfasilitasi pertumbuhan embrio dan janin. Panjang

tali pusat sekitar 50-55 cm, lebarnya sebesar jari. Tali pusat atau

umibical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam

kandungan karena melalui tali pusat inilah semua kebutuhan untuk

hidup janin dipenuhi (Pratiwi & Nawangsari, 2020).

Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau

memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau

sebelum puput. Ajarkan pada ibu/keluarga untuk tidak

membungkus puting tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan

apapun ke puting tali pusat. Tali pusat akan puput atau terlepas

sendiri dalam waktu 10-21 hari, berbeda pada setiap bayi.

Menurut WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup

membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya,


31

dibersihkan menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan

hingga benar-benar kering. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya

2x sehari selama balutan atau kain yang bersentuhan dengan tali

pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah.

Tali pusat tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan

apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Dampak

positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan

kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat

pupus lebih cepat yaitu antara hari 5-7 tanpa ada komplikasi.

Dampak apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik,

kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang

mengakibatkan penyakit tetanus neonatorum. Penyakit ini adalah

salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara

dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab banyak masyarakat

yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik

dan benar (Pratiwi & Nawangsari, 2020).

1) Tanda bahaya tali pusat

a) Daerah/bagian perut di pangkal tali pusat berwarna merah

b) Berbau

c) Mengeluarkan cairan dan berbau

d) Bayi demam tanpa sebab yang jelas

e) Ada darah yang keluar terus-menerus


32

2) Tujuan perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah

terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat

bayi tetap bersih , kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak

terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini

disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui tali pusat,

karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih.

Perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali

pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru

lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering

dan lepas (Pratiwi & Nawangsari, 2020).

3) Alat dan bahan

a) 1 air DTT hangat (1 untuk membasahi dan menyabuni, 1

untuk membilas)

b) Waslap yang kering dan basah

c) Sabun bayi

d) Satu set pakaian bayi

4) Prosedur

a) Cuci tangan

b) Dekatkan alat

c) Siapkan satu set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu :

celana, baju, bedong yang sudah digelar.


33

d) Buka bedong bayi serta pakaian bayi

e) Bersihkan dengan waslap 2-3 kali dari bagian muka sampai

kaki/atas ke bawah

f) Bersihkan tali pusat dengan cara :

(1) Pegang bagian ujung

(2) Basahi dengan waslap dari ujung melingkar ke batang

(3) Disabuni pada bagian batang dan pangkal

(4) Bersihkan sampai sisa sabun hilang

(5) Keringksan sisa air dengan kassa steril

(6) Tali pusat tidak dibungkus.

c. Asuhan neonatus di rumah

Pemberian asuhan neonatus di rumah dilakukan melalui

kunjungan bersama dengan kunjungan ibu. Kunjungan neonetus

(KN) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari,

kunjungan pertama (KN 1) dilakukan pada hari pertama hingga ke-

7 setelah bayi di lahirkan, sedangkan kunjungan kedua (KN 2)

dilakukan pada hari ke 8 sampai hari ke 28. Adapun tujuan dari

kunjungan nenatus, yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi

baru lahir.
34

B. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

a. Langkah I : pengumpulan data dasar

1) Data subjektif

Bayi baru lahir normal langsung menangis kuat, kuli

kemerahan bergerak aktif.

2) Data Objektif

Bayi lahir spontan langsung menangis kuat, warna kulit

kemerahan, gerakan aktif, reflex morro (+), reflex menelan (+),

reflex sucking (+), reflex rooting (+).

b. Langkah II : interpretasi data dasar

Diagnosa : bayi baru lahir normal, umur……jam

Data subjektif : bayi lahir tanggal …. Jam….. dengan normal

Data objektif : Bayi terlihat bugar, menangis kuat, warna kulit

kemerahan, bergerak aktif (APGAR score : 7/10), TTV : nadi 120-

160 x/menit, suhu 36,5-37,5oC, pernapasan : 30-60 x/menit.

Antropometri : berat badan : 2500-4000 gram, panjang badan 45-

55 cm, lingkar kepala : 33-35 cm, lingkar dada : 30-33 cm, lingkar

abdomen 30-33 cm, lila : 10-12 cm.

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Menjaga kehangatan bayi agar tidak terjadi

hipotermi, melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir sesuai

standar, memberikan asuhan mengenai perawatan tali pusat dengan

metode perawatan tali pusat terbuka yang bersih dan kering.


35

c. Langkah III : identifikasi diagnosis/masalah potensial

Hipotermi : bayi baru lahir dengan suhu tubuh

sampai dibawah 36,5-37.5ᵒC

Infeksi : penyakit yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur atau parasite

Asfiksia : kegagalan untuk memulai dan

melanjutkan pernapasan secara spontan

dan teratur saat bayi baru lahir atau

beberapa saat sesudah lahir

Ikterus : diskolorisasi kuning penumpukan pada

kulit/organ lain akibat penumpukan

bilirubin dalam darah

d. Langkah IV : identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

1) Memperhatahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan

bayi setidakknya 6 jam dan membungkus bayi dengan kain

kering, bersih, dan hangat agar tidak infeksi dan hipotermia

2) Mengajurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan

metode kangguru

3) Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI


36

e. Langkah V : Intervensi
f. Langkah VI : Implementasi

Sesuai dengan intervensi

g. Langkah VII : evaluasi

Pada langka terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah :

1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah

sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan

diagnosis.

2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.


1. Catatan perkembangan dengan dokumentasi SOAP

Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan

melaluo proses berpikir sistematis, didokumntasikan dalam bentuk

SOAP, yaitu :

a. S : subjektif

1) Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis

2) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien

(ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya)

3) Pada orang yabg bisu, di belakang data diberi tanda “O” atau

“X”

b. O : Objektif

1) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien

2) Hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain

3) Informasi dari keluarga atau orang lain

c. A : Assessment

1) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)

data subjektif dan objektif

2) Diagnosis/masalah

3) Antisipasi diagnosis/masalah potensial/tindakan segera


38

d. Planning

Pendokumentasien tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi : asuhan

mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, dan

tindakan lanjut (follow u


39
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BAYI Ny. N UMUR 1 JAM
DI PMB RENI ANDRIANI

Tanggal : 13 Agustus 2023

Jam : 00.55 WIB

Tempat : PMB Reni Andriani

1. Pengakajian Data

a. Data Subjektif

1) Identitas Bayi

Nama bayi : By. Ny. N

Tanggal lahir : 12 Agustus 2023

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 1 jam

2) Identitas Orang Tua

Nama : Ny. N Tn. H


Umur : 30 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Sunda Sunda
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Gol. Darah : A O
Alamat : Kp. Pasirmuncang Rt 02/04
3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan baru saja melahirkan bayinya pada tanggal 16

Desember 2016 pukul 10.00 WIB langsung menagis kuat, Ibu

mengatakan bahwa ini anaknya yang kedua, ibu dan keluarga merasa

sangat bahagia dengan kelahiran anaknya.

4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a) Riwayat Prenatal

(1) Umur Kehamilan : 37 Minggu

(2) HPHT : 17 Desember 2022

(3) HPL : 24 September 2023

(4) ANC : 6x selama hamil

(5) Imunisasi TT : TT2

(6) Kenaikan BB selama Hamil : 10 kg

(7) Keluhan selama hamil

TM I : Mual, Muntah

TM II : Sering BAK, Susah Tidur

TM III : Sakit perut bagian bawah, sakit punggung

(8) Riwayat Komplikasi Kehamilan : Tidak ada

(9) Kebiasaan Ibu Waktu Hamil

(a) Makanan : Tidak ada

(b) Merokok : Tidak ada

(c) Obat-obatan/ Jamu : Tidak ada

(d) Lain-lain : Tidak ada


b) Riwayat Natal

(1) Tanggal Lahir : 12 Agustus 2023

(2) Tempar : PMB Reni Andriani

(3) Lama persalinan

(a) Kala I : 12 Jam

Fase laten : 7 Jam

Fase aktif : 5 Jam

(b) Kala II : 2 jam

(4) Penolong persalinan : Bidan

(5) Jenis persalinan : Spontan Pervaginam

(6) Komplikasi persalinan : Tidak ada

(7) Kondisi Ketuban : Jernih

(8) Keadaan bayi saat lahi r : Segera Menangis

c) Riwayat Postnatal

(1) Keadaan Tali Pusat

Baru dipotong, masih basah dan normal tidak ada

perdarahan pada tali pusat.

(2) Injeksi vitamin K : Sudah diberikan

(3) Injeksi HB 0 : Sudah diberikan

(4) Pemberian Salap Mata : Sudah diberikan

(5) IMD : Sudah dilakukan


5) Kebutuhan Dasar

a) Pola Nutrisi : Setelah bayi lahir, bayi segera disusukan pada

ibunya, ASI keluarnya masih sedikit.

b) Pola Eliminasi : Mekonium belum keluar pada 1 jam pertama

dan belum BAK pada 1 jam kelahiran

c) Pola Aktivitas : Bayi menangis kuat, gerakan tangan dan kaki

aktif , refleks-refleks pada bayi normal, dan bayi aktif merespon

reflek rooting

d) Riwayat Psikososial : Ibu, suami dan keluarga sangat senang

dengan kelahiran bayinya.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan fisik umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Apgar skor 10

Tanda Nilai
Appearance (warna kulit) 2
Pulse rate (frekuensi nadi) 2
Grimace (reaksi rangsangan) 2
Activity (tonus otot) 2
Respiration (pernapasan) 2
Total 10
Tanda-Tanda Vital

Suhu : 36,6ᵒC

Penapasan : 44 kali/menit

Frekuensi Jantung : 146 kali/menit

Antropometri

Berat Badan : 2700 gram

Panjang Badan : 48 cm

Lingkar Kepala : 33 cm

Lingkar Dada : 32 cm

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Keadaan ubun-ubun tertutup, tidak terdapat

molase, tidak terdapat caput succedaneum, dan

terdapat lanugo disekitar rambut bayi

Muka : Simetris, tidak ada oedema, warna kulit merah

Mata : Simetris, kelopak mata sudah membuka, reflek

pupil normal, sklera an ikterik, tidak ada tanda

infeksi pada bayi

Hidung : Simetris, kondisi bersih, tidak ada pengeluaran

sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut : Simetris, bibir dan langit-langit tidak terbelah/

palatoskisis, refleks rooting (+), Refeks sucking

(+)

Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran abnormal, fungsi


pendengaran baik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

pembesaran vena jugularis dan pembesaran

kelenjar getah bening, refleks tonic neck (+),

pergerakan aktif.

Dada : Simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi

dada.

Abdomen : Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada

massa, tali pusat bersih, tidak ada perdarahan,

tidak terbungkus kasa.

Genetalia : Testis berada dalam skrotum, penis berlubang

Anus : keadaan simetris, lubung pada anus (+)

Ektremitas : Keadaan simetris, jumlah jari-jari lengkap,

pergerakan tangan dan tangan aktif, warna ujung-

ujung jari kemerahan

3) Pemeriksaan Refleks

Refleks morro : (+) saat bayi dikagetkan, reaksi bayi seperti

ingin memeluk/tidak

Refleks menelan : (+) saat dimana ASI di mulut bayi mendesak

otot di daerah mulut dan faring sehingga

menaktifkan refleks menelan dan mendorong

ASI kedalam lambung.

Refleks sucking : (+) saat bayi disusui maka ia akan menghisap


Kuat

Refleks rooting : (+) saat pipi bayi disentuh dengan jari, maka

ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu

4) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2. Interpretasi Masalah

a. Diagnosa

Bayi Ny. “N” umur 1 jam

b. Data Subjektif

Bayi lahir tanggal 12 Agustus jam 23.55 WIB secara spontan, jenis

kelamin laki-laki, bayi menangis kuat.

c. Data Objektif

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Apgar Score 10

Frekuensi Jantung : 149x/menit

Suhu : 36,6oC

Pernapasan : 47x/menit

Berat Badan : 2.700 gram

Panjang Badan : 48 cm

Lingkar Kepala : 32 cm

Lingkar Dada : 33 cm
d. Masalah

Tidak ada

e. Kebutuhan

1) Menjaga kehangatan bayi agar tidak terjadi hipotermi

2) Melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir sesuai standar

3) Memberikan asuhan mengenai perawatan tali pusat dengan

metode perawatan tali pusat terbuka yang bersih dan kering

3. Diagnosa Potensial

Tidak ada

4. Kebutuhan Segera

Membersihkan jalan napas, menjaga kehangatan tubu bayi agar

tidak hipotermi, menjepit dan memotong tali pusat, memberikan vitamin K

secara IM pada paha kiri, melakukan pemeriksaan fisik, memberikan salap

mata.

5. Implementasi

a. Setelah bayi lahir menangis kuat segera bersihkan jalan napas dan

hanagtkan bayi

b. Klem tali pusat kemudian potong tali tali pusat

c. Keringkan tubuh bayi dan jaga kehangatan tubuh bayi

d. Melakukan pemeriksaan fisik

Kepala : Keadaan ubun-ubun tertutup, tidak terdapat molase,

tidak terdapat caput succedaneum, dan terdapat

lanugo disekitar rambut bayi

Muka : Simetris, tidak ada oedema, warna kulit merah


Mata : Simetris, kelopak mata sudah membuka, reflek pupil

normal, sklera an ikterik, tidak ada tanda infeksi

pada bayi

Hidung : Simetris, kondisi bersih, tidak ada pengeluaran

sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut : Simetris, bibir dan langit-langit tidak terbelah/

palatoskisis, refleks rooting (+), Refeks sucking (+)

Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran abnormal, fungsi

pendengaran baik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran

vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah

bening, refleks tonic neck (+), pergerakan aktif.

Dada : Simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi dada.

Abdomen : Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa,

tali pusat bersih, tidak ada perdarahan, tidak

terbungkus kasa.

Genetalia : Testis berada dalam skrotum, penis berlubang

Anus : keadaan simetris, lubung pada anus (+)

Ektremitas : Keadaan simetris, jumlah jari-jari lengkap,

pergerakan tangan dan tangan aktif, warna ujung-

ujung jari kemerahan


e. Memberikan injeksi Vit K 0,5 cc secara IM

f. Memberikan salap mata eritromicin 0,5%

g. Berikan imunisasi Hb 0 dosisi 0,5 cc, dipaha kanan bagian luar secara

IM

h. Rawat tali pusat dengan prinsip yang bersih dan kering tanpa

dibungkus kassa

i. Mandikan bayi setelah 6 jam

j. Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah BAK/BAB

k. Anjurkan ibu untuk memberi ASI ekslusif

6. EVALUASI

a. Bayi menangis kuat, kulit kemerahan dan tonus otot aktif

b. Tali pusat telah dipotong dan diikat tidak terjadi perdarahan dan

infeksi
c. Suhu tubuh bayi terjaga dan tiddak mengalami hipotermi

d. Tatnda-tanda vital bayi dalam batas normal dengan pernapasan

47x/menit, suhu tubuh 36,6oC, frekuensi jantung 149x/menit

e. Bayi telah diberikan suntikan vitamin K dipaha kiri secara IM

f. Bayi telah diberikan salap mata gentamicin 0,5%

g. Imunisasi HB 0 dosis 0,5 cc telah diberikan di paha kanan bayi secara

IM

h. Tali pusat dalam keaadn bersih, tidak lembab, dan tidak terbungkus

kassa

i. Bayi dimandikan pada pukul 09.00 WIB, dan segera dikeringkan

kemudian dipakaikan pakaian bayi, bedong bayi, dan topi bayi yang

bersih

j. Bayi mendapatkan ASI ekslusif


52

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. N dengan bayi baru lahir normal

dilakukan dengan menggunakan 7 langka varney dan membentuk

pendokumentasian SOAP.

Berdasarkan data subjektif didapatkan bahwa bayi baru lahir ditolong

oleh bidan langsung menangis kuat berjenis kelamin laki-laki. Tidak ada

kelainan pada riwayat prenatal, ibu mengatakan melakukan kunjungan

ANC sebnayak 6 kali dan medapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali hasil

pengkajian data objektif didapatkan keadaan umum bayi baik, warna

kulit kemerahan, tonus otot aktif, kesadaran composmentis, apgar

scrore10, frekuensi jantung 149 kali/menit, pernapasan 47x/menit.

Pengukuranantropometri di dapatkan hasil berat badan bayi 2700 gram,

panjangbadan bayi 48 cm, lingkar kepala bayi 32 cm, dan lingkar dada

bayi 33 cm.
53

Sehingga sesuai dengan teori ciri-ciri bayi baru lahir menurut Dewi

(2011), yaitu: Berat badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm,

Lingar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, Bunyi jantung dalam

menit pertama kira-kira 180 denyut/menit kemudian menurun sampai 120-

140 denyut/menit, Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80

kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit, Kulit

kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan

diliputi verniks kaseosa.

Diagnosa kebidanan yang didapatkan dari hasil pengkajian data

objektif dan subjektif diperolah bayi Ny. N umur 1 jam baru saja lahir,

tidak ada masalah. Kebutuhan bayi adalah Menjaga kehangatan bayi agar

tidak terjadi hipotermi, memberikan asuhan mengenai perawatan tali pusat

dengan metode perawatan tali pusat terbuka yang bersih dan kering.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada kunjungan hari pertama sampai

hari ketujuh yaitu dimulai saat bayi lahir langsung menangis kuat segera

bersihkan jalan napas, keringkan bayi, klem dan potong tali pusat

kemudian ikat tali pusat, berikan suntikan vitamin K 0,5 ml secara IM

pada paha bayi ganti kain bayi dengan kain kering, lakukan pemeriksaan

fisik.

Pada kunjungan selanjutnya di rumah pasien memberitahu ibu untuk

melakukan perawatan tali pusat terbuka yaitu dengan membiarkan tali

pusat tetap terbuka tidak tertutup kassa, bersih, kering, dan tidak dibubui

apapun, memberikan KIE mengenai tanda infeksi tali pusat seperti berbau
54

tidak sedap, berwarna kemerahan, keluar cairan ataupun perdarahan pada

tali pusat.

Perawatan tali pusat yang didapatkan bayi sesuai dengan teori

perawatan tali pusat menurut Pratiwi & Nawangsari (2020), Tali pusat

tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan

membuatnya menjadi lembab. Dampak positif dari perawatan tali pusat

adalah bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi

infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari 5-7 tanpa ada

komplikasi.

Hasil implementasi pada hari pertama bayi Ny.”N” tali pusat terikat,

keadaan masih basah, bersih dan tanpa tanda infeksi. Hari kedua dan

ketiga tali pusat mulai mengering dan menghitam. Hari keempat dan

kelima tali pusat sudah kering dan menghitam. Tali pusat puput pada hari

keenam dengan keadaan kering, puput sendiri, dan tanpa tanda-tanda

infeksi. Hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fitri Yuliana, dkk (2017) bayi yang dilakukan perawatan

tali pusat terbuka memiliki rata-rata pelepasan tali pusat selama >7 hari

60% dan selama 5-7 hari 40%.

Dari pembahasan diatas yang telah dilakukan dengan menggunakan

pendekatan menejemen 7 langkah varney, dapat disimpulkan bahwa

ditemukan kesenjangan teori dan praktik dimana bersadarkan praktik di

lapangan masih digunakan gurita pada bayi baru lahir. Menurut teori yang

dikemukakan oleh Dr. Fransisca Handy, S.PA penggunaan gurita pada


bayi mengganggu gerakan napas bayi yang masih dominan menggunakan

otot perut serta mengganggu kenyamanan bayi karena menghalangi kulit

bayi bersentuhan dengan kulit ibu. Bila khawatir bayi kedinginan,

hangatkan bayi dengan sentuhan kulit ibu atau dengan diselimuti dan

diberi topi (dr. Fransisca Handy, 2015).


BABA V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan laporan studi kasus Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Normal di PMB Reni Andriani Kabupaten Sukabumi Tahun 2023 dengan

menggunakan manajemen varney dan catatan perkembangan SOAP dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan asuhan selama 1 minggu, di peroleh data subjektif bayi

dalam keadaan sehat dan bugar, berdasarkan data objektif tanda-tanda

vital dalam batas normal, Pernapasan 46x/menit, frekuensi jantung

120x/menit, suhu 36,7oC, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kelainan atau tanda bahaya pada bayi, abdomen bayi tidak kembung dan

tali pusat puput pada hari keenam dengan keadaan kering tanpa tanda-

tanda infeksi.

2. Berdasarkan data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan diagnose

Bayi Ny.N umur 1 jam keadaan umum baik dengan tali pusat telah

dipotong masih dalam keadaan basah pada hari pertama dan asuhan pada

bayi baru lahir normal yaitu mnjaga kehangatan tubuh bayi, melakukan

pemeriksaan fisik bayi, memberikan injeksi vitamin k, imunisasi Hb-0,

melakukan perawatan tali pusat terbuka dengan prinsip yang bersih dan

kering, semua normal dan tidak terdapat kelainan pada hari keenam tali

pusat telah puput dengan keadaan kering tanpa tanda-tanda infeksi.

3. Tidak ditemukan masalah potensial pada bayi Ny.N umur 1 jam


4. Kebutuhan segera pada bayi baru lahir normal tidak dilakukan karena

tidak terdapat data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan

kebutuhan segera pada bayi Ny. N

5. Asuhan kebidanan yang akan diberikan pada bayi Ny. N yakni asuhan

yang dilakukan selama 1 hari. Asuhan yang diberikan selama 1 hari

dengan manajemen varney dan catatan perkembangan SOAP. Perawatan

tali pusat dilakukan dengan perawatan tali pusat terbuka dengan prinsip

yang bersih dan kering.

6. Implementasi yang dilakukan pada bayi Ny. N dengan bayi baru lahir

normal adalah setelah bayi lahir menangis kuat bersihkan jalan napas dan

hangatkan bayi, memberikan injeksi vitamin K, klem tali pusat dan

memotong tali pusat kemudian diikat, mengeringkan tubuh bayi dan

menjaga kehangatan tubuh bayi, melakukan pemeriksaan fisik,

memberikan salap mata eritromicin 0,5% , merawat talu pusat dengan

prinsip yang bersih dan kering tanpa dibungkus kassa, memandikan bayi

setelah 6 jam, membrikan imunisasi HB-0 dipaha kanan bagian luar

secara IM, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif,

menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayi, jelaskan kepada

ibu mengenai perawatan tali pusat terbuka.

7. Setelah dilakukan implementasi, dilanjutkan dengan melakukan evaluasi

yang didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 7 hari adalah keadaan

umum bayi baik dengan tanda-tanda vital dalam batas normal Pernapasan
59

46x/menit, frekuensi jantung 120x/menit, suhu 36,7oC, pada pemeriksaan

fisik tidak ditemukan kelainan atau tanda bahaya pada bayi, abdomen bayi

tidak kembung dan tali pusat puput pada hari keenam dengan keadaan

kering tanpa tanda-tanda infeksi.

8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktik yaitu berdasarkan teori terbaru tidak dianjurkannya lagi

penggunaan gurita bayi karena dapat mengganggu pernapasan bayi yang

masih dominan menggunakan otot perut tetapi pada praktiknya masih

menggunaan gurita pada bayi.

B. SARAN

1. Bagi institusi pendidik

Diharapkan institusi pendidik dapat melaksanakan program

meningkatkan mutu dan kualitas serta perkembangan sesuai prosedur

dalam memberikan asuhan dan pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan dalam memecahkan suatu masalah kebidanan, seperti

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal

dengan perawatan tali pusat terbuka.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Untuk tenaga kesehatan yang bekerja didalam lingkungan

kebidanan diharapkan tetap dapat meningkatkan sarana dan prasarana

dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih professional,

meningkatkan komunikasi dengan masyarakat sehingga dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal kepada masyarakat.


3. Bagi Masyarakat

Diharapkan ibu dan keluarga lainnya dapat menerapkan asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat terbuka yang

bersih dan kering guna menghindari bayi dari resiko infeksi dan

mempercepat puputnya tali pusat.


DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, N., Islami, I., & Mustagfiroh, L. (2017). Perawatan Tali Pusat Terbuka
Sebagai Upaya Mempercepat Pelepasan Tali Pusat. Indonesia Jurnal
Kebidanan, 1(1), 29. https://doi.org/10.26751/ijb.v1i1.112
Dewi, V. N. L. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika.
dr. Fransisca Handy, S. (2015). A-Z Perawatan Bayi. Redaksi Pustaka Bunda.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf
Noordiati. (2018). Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Wineka Media.
Pratiwi, L., & Nawangsari, H. (2020). Modul Ajar dan Pratikum Keperawatan
Maternitas. CV Jejak.
Reni, D. P., Nur, F. Ti., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018). Perbedaan
Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan
Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan
Dan Aplikasinya, 6(2), 7. https://doi.org/10.20961/placentum.v6i2.22772
Rukiah, ai yeye, & Yilianti, L. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta Trans Info Media.
Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranal & Bayi
Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. CV. ANDI OFFSET.
Wahyuni, S. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita Penuntun Belajar Praktik
Klinik. EGC.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2016). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. PUSTAKABARUPRESS.
Yuliana, F., Mahpolah, & Rosyana, D. (2017). Metode Perawatan Tali Pusat
Terbuka pada Bayi di Ruang Bayi RSUD Ulin Bajarmasin. Dinamika
Kesehatan, 8(1), 19–24.

Anda mungkin juga menyukai