Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA By. Ny.

D
UMUR 1 HARI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG
SERUNI RSUD AMBARAWA

OLEH :
CAROLINE AGUS SAPUTRI
161191003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAMPROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan terima kasih atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan pengelolaan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah di
Ruang Seruni RSUD Ambarawa” dengan baik. Meskipun dalam penulisan
laporan pengelolaan kasus ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dan arahan dari
semua pihak.
Laporan pengelolaan kasus ini membahas tentang asuhan kebidanan yang
diberikan pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing lahan dan pembimbing akademik yang telah membimbing dalam
penulisan laporan penulisan kasus ini. Semoga laporan pengelolaan kasus ini bisa
bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan mengenai bayi baru
lahir dengan berat badan rendah.

Ambarawa, 08 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 4

A. Bayi Baru Lahir (BBL) .......................................................................... 4


B. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) ....................................................... 6
C. Manajeman Kebidanan…………………………………………………10

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 24

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 37

A. Saran ...................................................................................................... 37
B. Kesimpulan ............................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AKB yang disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Jawa
Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21,184 meningkat banyak apabila 2
dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak 15.631. Adapun persentase BBLR
tahun 2011 sebesar 3,73%, meningkat bila dibandingkan tahun 2010 sebesar
2,69%. Persentase BBLR yang ditangani di Jawa Tengah tahun 2010 seluruh
Kabupaten/Kota sudah memenuhi target dalam Renstra Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah sebesar 70% (Dinkes, 2011).
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan.
Namun penyebab terbanyak bayi BBLR adalah kelahiraan premature
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
Dalam menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat
penting, terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah, kerena infeksi
dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi.
Disamping itu gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas (Manuaba, 2010).
Oleh karena itu, setiap bayi lahir dari kemungkinan tersebut perlu
mendapat antibiotika profilaksis sehingga memperkecil kemungkinan menjadi
sepsis atau meningitis. Disamping gejala umum seperti di atas, pada
meningitis dapat dijumpaai kejang, fontanela menonjol, kejang kaku, bahkan
terjadi ikhterus. (Manuaba, 2010).
Disusul penyebab urutan kedua karena asfiksia pada bayi baru lahir
(asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal atau tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur), sebesar 27%. Di Indonesia banyaknya bayi yang
meninggal di karenakan terserang asfiksia neonatorum sebesar 33%, ini di
karenakan ketidak mampuan anak untuk bernafas secara baik, Keadaan ini
juga di pengaruhi oleh posisi anak atau bayi yang tidak baik sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum. (WHO,2010).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologis Pada
By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah di Ruang
Seruni RSUD Ambarawa dengan menggunakan 7 langkah varney
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian lengkap Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir
Rendah di Ruang Seruni RSUD Ambarawa
b. Melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologis
Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah di
Ruang Seruni RSUD Ambarawa
c. Menentukan diagnosa potensial pada Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan
Lahir Rendah di Ruang Seruni RSUD Ambarawa
d. Melakukan tindakan segera berdasarkan diagnosa potensial pada
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologis Pada By. Ny. D Umur 1
Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Seruni RSUD
Ambarawa
e. Menyusun rencana tindakan pada Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir
Rendah di Ruang Seruni RSUD Ambarawa
f. Melakukan tindakan dari rencana yang sudah disusun Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari
dengan Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Seruni RSUD Ambarawa
g. Melakukan evaluasi setelah dilakukan rencana Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir Patologis Pada By. Ny. D Umur 1 Hari dengan Berat Badan
Lahir Rendah di Ruang Seruni RSUD Ambarawa

2
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang
penatalaksanaan asuhan kebidanan serta dapat menerapkan teori praktek
kebidanan pada berat badan lahir rendah.
2. Bagi instansi rumah sakit
Dapat menambah dan mengambangkan ilmu yang sudah ada serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan
kebidanan pada kasus berat badan lahir rendah.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah buku referensi dan sumber bacaan di perpustakaan,
untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada kasus berat
badan lahir rendah.
4. Pasien / Klien
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien / klien tentang Bayi Baru
lahir khusus nya mengenai pengetahuan dan penanganan Bayi Baru
Lahir Rendah.
5. Penulis

Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama bangku kuliah


mengenai manajemen asuhan kebidanan pada Bayi Baru lahir dengan
Bayi Baru Lahir Rendah sesuai dengan prosedur. Serta dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan,
wawasan dan pengalaman.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir


1. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
2. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000
gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak
aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat
bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
3. Klasifikasi bayi baru lahir
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), klasifikasi bayi baru lahir
menurut usia gestasi yaitu :
a. Premature : Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)
b. Matur : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259 hari sampai 293 hari)
c. Postmatur : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
4. Perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir
Menurut Wiknjosastro (2010), perubahan yang segera terjadi setelah
bayi lahir adalah :
a. Pernafasan Pertama
Derajat hipoksia ringan merangsang usaha bernafas pertama kali
pada neonatus setelah dilahirkan.
b. Perubahan Pola Sirkulasi Darah
Tekanan darah sistemik bayi sedikit meningkat mengakibatkan
pembalikan arah aliran sementara melalui duktus asteriosus.

4
c. Perubahan Fungsi Hati
Hati bayi dapat mengubah glukosa menjadi glikogen secara efisien
sebagaimana hati orang dewasa, tetapi beberapa enzimnya masih matur
yang mengakibatkan terjadinya ikterus fisiologik dalam 6 hari pertama
setelah lahir.
d. Pengaturan Suhu Tubuh
Permukaan tubuh bayi baru lahir relatif besar sehingga
pemeliharaan suhu tubuhnya relatif sulit. Suhu tubuh pada banyak bayi
baru lahir menurun 1,5 ºC segera setelah lahir, karena hilangnya panas
secara cepat dari kulit yang basah, tetapi kembali menjadi normal
dalam beberapa jam.
5. Penilaian bayi baru lahir
Tabel 2.1 Apgar Skor pada Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(Warna kulit) Ekstremitas Kemerah-
Biru merahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari Lebih dari
(Frekuensi nadi) 100/menit 100/menit
Grimace Tidak ada Gerakan Batuk atau
(Reaksi Sedikit Bersin
rangsangan)
Activity Tidak ada Ekstrimitas Gerakan aktif
(Tonus otot) fleksi sedikit
Respiration Tidak ada Lemah atau Menangis kuat
(Pernafasan) tidak teratur atau baik
Sumber : Wiknjosastro, 2010
Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui
penilaian menit pertama, kelima dan kesepuluh. Pada bayi BBLR terjadi
penurunan tonus otot dan reaksi pengisapan. Denyut jantung dan warna
kulit normal, kecuali jika ada penyulit dalam persalinan. Pernapasan
frekuensi antara 40-50 kali per menit, tapi sering tidak teratur dan timbul
apnea (Wiknjosastro, 2010).

5
B. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi dengan berat kurang dari 2500 gram terjadi karena umur
kehamilan kurang dari 37 minggu. Berat badan telah rendah dengan
semestinya sekalipun umur kehamilannya cukup/ karena keduanya
(Manuaba, 2010)
Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Tanpa
memandang masa kehamilan (Proverawati dan Ismawati, 2010)
2. BBLR dibagi menjadi 2 golongan :
a. Premature murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari
37 minggu dan berat badan sesuai untuk usia kehamilan (Surasmi,
2009).
b. Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
perubahan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK) (Proverawati dan Ismawati, 2010)

3. Klasifikasi BBLR
Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi menurut Surasmi (2010),
yaitu :
a. Bayi premature yaitu bayi baru lahir pada umur kehamilan tidak
mencapai 37 minggu.
b. Bayi cukup bulan yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan dari pada
37 – 42 minggu.
c. Bayi lebih bulan yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah
42 minggu.
4. Etiologi yang menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR menurut
Djitowiyono dan Kristiyanasari (2010) antara lain :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum

6
b) Perdarahan antepartum
c) Trauma fisik dan psikologi
d) Nefritis akut
e) Diabetes mellitus, dll.
2) Usia ibu
a) Usia < 16 tahun
b) Usia > 35 tahun
c) Multi garvida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
3) Keadaan sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak syah
4) Sebab lain
a) Ibu yang perokok
b) Ibu yang peminum alcohol
c) Ibu pencandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromoson, dll
c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun
4) Karakteristik (keadaan yang dijumpai)
5. Tanda dan gejala BBLR menurut Proverawati dan Ismawati (2010),
a. Umur kehamilan < 37 minggu, Berat badan < 2.500 gr, Panjang badan
< 46 cm, Lingkar kepala < 33 cm, dan Lingkar dada < 30 cm
b. Rambut lanugo masih banyak
c. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
d. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

7
e. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
f. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora
g. Tonus otot lemah,bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
h. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek
isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya
lemah
i. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
otot dan jaringan lemak masih kurang.
6. Komplikasi pada BBLR
Adapun masalah-masalah yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Hipotermia
Setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas bagi tubuh. (Surasmi, 2009).
b. Sindrom Gawat Nafas
Kesukaran pernapasan pada bayi BBLR dapat disebabkan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. (Surasmi, 2009).
c. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan
bahwa hipoglikemia sebanyak 50% pada bayi BBLR. Glukosa
merupakan sumber utama energi selama masa janin. (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
d. Perdarahan Intrakranial
Pada bayi BBLR pembuluh darah masih sangat rapuh hingga
mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma
lahir, diseminated (Surasmi, 2009).

8
e. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar,
kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi 20
bilirubin inderek menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan kadar
albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar kurang (Surasmi, 2009).
f. Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum
matang dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan
terjadinya integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan
dalam waktu lama (Surasmi, 2009).
7. Reflek BBLR
a. Reflek moro :
Reaksi kejutan dentan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi.
Pada bayi BBLR tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi (Matondang,
2010).
b. Reflek rooting :
Jika pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya ke sisi yang
disentuh itu untuk mencari puting susu (Farrer, 2009). Pada bayi
BBLR lemah, karena otot hipotonik, kepala biasanya mengarah ke satu
sisi, gerakan otot jarang (Wiknjosastro, 2010).
c. Reflek walking :
Jika bayi didirikan dengan memegang badannya maka ia akan
mengangkat mula-mula tungkai dan kemudian tungkai yang lainnya
(Farrer, 2009). Pada bayi BBLR otot masih hipotonik, sehingga sikap
selalu dalam 22 keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi
kaki dalam fleksi (Hassan, 2010).
d. Reflek plantar grasp :
Reflek ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak kaki
bayi, akan terjadi fleksi jari-jari kaki (Matondang, 2010). Refleks ini
lebih kuat pada bayi premature.

9
e. Reflek sucking :
Bayi normal yang matur akan berusaha menghisap setiap benda
yang menyentuh bibirnya. Juga terdapat reflek menelan (Farrer, 2009).
Pada bayi BBLR reflek lemah (Wiknjosastro, 2010)
f. Reflek tonic neck :
Bayi diletakkan pada posisi telentang, kepala digaris tengah, dan
anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke
kanan. Maka akan terjadi ekstensi anggota gerak sebelah kanan, dan
fleksi anggota gerak sebelah kiri (Matondang, 2010). Pada kasus bayi
prematur reflek tonik leher lemah (Wiknjosastro, 2010).
C. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Asrinah dkk, 2010).
2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan
Menurut Mufdlillah (2011) prinsip manajemen kebidanan sebagi berikut :
a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap
dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif
terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
intepretasi data dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat
keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya

10
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien. Secara
pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individu.
f. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
dengan kolaborsi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan
selanjutnya.
g. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
h. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney (2009)
terdiri dari 7 langkah yang secara periodik disaring ulang, proses
manajemen ini terdiri dari pengumpulan data, antisipasi atau tindakan
gawat daruratan, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap (Asrinah, 2010).
1) Data Subyektif
Merupakan Informasi yang dicatat dan diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien/klien atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2009).
a) Identitas pasien
Identitas ini untuk mengidentifikasi pasien dan menentukan
status sosial ekonominya yang harus kita ketahui seperti
anjuran apa yang akan diberikan (Hani, dkk.2010)
(1) Nama pasien
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan pasien yang lain (Wulandari, 2009).
(2) Umur

11
Umur penting untuk dikaji karena ikut menentukan
prognosis kehamilan. Jika umur terlalu tua atau terlalu
muda, maka persalinan lebih banyakBresikonya (Hani, dkk.
2010)
(3) Suku/Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang
menguntungkan dan merugikan bagi pasien (Wulandari,
2009).
(4) Agama
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan
di dalam melaksanakan asuhan kebidanan (Wulandari,
2009).
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang
(Wulandari, 2009).
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan pasien dan tanggung
jawabnya dalam rumah sehingga dapat mengidentifikasi
resiko yang yang berhubungan dengan pekerjaan pasien
(Varney, 2009).
(7) Alamat pasien
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat
tinggal pasien (Wulandari, 2009) .
b) Alasan masuk RB/RS :
Adalah alasan yang membuat pasien dating berhubungan
dengan kehamilannya (Saifudin, 2009).
c) Keluhan Utama :
Alasan pasien mengunjungi ke klinik dapat berhubungan
dengan sistem tubuh (Varney, 2009). Pasien mengeluhkan

12
mengeluarkan cairan dari jalan lahir, berbau khas, belum ada
kenceng-kenceng dan belum ada pengeluaran lendir darah
(Nugroho, 2012).
d) Riwayat Kesehatan :
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Adalah riwayat kesehatan yang diderita saat ini oleh pasien.
Penyakit menular seperti TBC, hepatitis, Malaria,
HIV/AIDS, Penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi,
DM, Asma, Alergi Obat (Janah, 2011).
(2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan riwayat penyulit yang dahulu pernah diderita
seperti Jantung, Hipertensi, DM, Asma, Hepar dan
HIV/AIDS (Kusmiyati, 2009).
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adalah riwayat kesehatan yang pernah diderita keluarga
seperti Jantung, Asma, Hipertensi, DM, Kembar, kanker,
penyakit ginjal, TB, epilepsy (Hani, 2011).
e) Riwayat Perkawinan
Penting untuk dikaji karena akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan. Nikah berapa kali,
status pernikahan syah/tidak, menikah pada umur berapa tahun,
dengan suami umur berapa tahun, lama pernikahan berapa
tahun (Sulistyawati, 2009).
f) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh sebagai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Menarche (pertama kali
haid), siklus (jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya), lamanya menstruasi, banyaknya
darah, bau, warna, konsistensi, ada dismenorhe dan flour

13
albus atau tidak, keluhan (keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi) (Sulistyawati, 2009).
(2) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tanggal kelahiran, usia kehamilan aterm atau tidak, bentuk
persalinan (spontan, SC, forcep atau vakum), penolong,
tempat, masalah obstetri dalam kehamilan (preeklamsi,
ketuban pecah dini, dll ), dalam persalinan (malpresentasi,
drip oksitosin, dll), dalam nifas (perdarahan, infeksi
kandungan, dll), jenis kelamin bayi (laki-laki/perempuan),
berat badan bayi, adakah kelainan kongenital, kondisi anak
sekarang (Hani, 2011).
(3) Riwayat Kehamilan Sekarang
(a) HPHT
Untuk mengetahui usia kehamilan (Hani, 2011)
(b) HPL
Untuk mengetahui perkiraan kelahiran (Nursalam,
2009).
(c) ANC (Antenatal Care)
Untuk mengetahui periksa teratur atau tidak, tempat
ANC dimana (Prawirohardjo, 2010). Pergerakan janin
dirasakan pertama kali pada usia kehamilan berapa
minggu, dalam 24 jam berapa kali, dalam 10 menit
berapa kali, TT berapa kali,Obat-obat yang di
konsumsi selama kehamilan, kebiasaan negatif ibu
terhadap kehamilannya (merokok, narkoba, alkohol,
minum jamu), keluhan (Janah, 2011).
(4) Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya pemakaian
kontrasepsi, alasan berhenti, rencana yang akan datang
(Janah, 2011).

14
g) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil (Sulistyawati, 2009).
Makanan : Frekuensi, banyaknya, jumlah, pantangan,
keluhan.
Minuman : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman,
keluhan.
(2) Pola Eliminasi
Untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga
(Sulistyawati, 2009). Dikaji BAB berapa kali/hari, BAK
berapa kali /hari, keluhan.
(3) Pola Istirahat
Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat (Sulistyawati, 2009). Dikaji tidur siang
dan tidur malam berapa jam, keluhan.
(4) Pola Aktivitas
Memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang dilakukan di rumah (Sulistyawati, 2009). Dikaji
pekerjaan dirumah atau pekerjaan yang dikerjakan sehari-
hari.
(5) Personal Hygiene
Data yang mempengaruhi kesehatan pasiendan bayinya
(Sulistyawati, 2009). Dikaji mandi berapa kali/hari,
keramas berapa kali/minggu, ganti baju berapa kali/hari,
ganti celana dalam berapa kali/hari, sikat gigi berapa
kali/hari, potong kuku berapa kali/minggu.

15
(6) Aktivitas Seksual
Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas seksual yang
mengganggu (Sulistyawati, 2009). Dikaji frekuensi,
keluhan.
(7) Psikososial Spiritual
Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologisM ibu
(Sulistyawati, 2009). Dikaji respon terhadap kehamilan ini
senang atau tidak, respon suami terhadap kehamilan ini
mendukung atau tidak, respon keluarga terhadap kehamilan
ini, adat istiadat.
2) Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah (Hidayat, 2009).
a) Pemeriksaan umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien, status gizi,
tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan
(Hidayat & Uliyah, 2009).
b) Kesadaran
Pemeriksaan yang bertujuan menilai status kesadaran pasien
(Hidayat & Uliyah, 2009).
c) Tanda vital sign
(1) Tekanan darah : Untuk menilai sistem
kardiovaskuler berkaitan dengan hipertensi (Kusmiyati,
2009). Hipertensi dalam kehamilan dengan kenaikan ≥
140/90 mmHg (Mitayani, 2009).
(2) Nadi : Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai
(Takikaedi) (Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-90X/
menit (Kusmiyati, 2009).
(3) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal atau
tidak (Kusmiyati, 2009). Peningkatan suhu menandakan

16
terjadi infeksi, Suhu normal adalah 36,5-37,6Oc (Mitayani,
2009).
(4) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan
(Kusmiyati, 2009). Frekuensi normal 16-24X/menit
(Mitayani, 2009).
(5) Berat Badan : Untuk mengetahui faktor obesitas, selama
kehamilan berat badan naik 9-12 kg (Mufdlilah, 2009).
(6) Tinggi Badan : Untuk menentukan kemungkinan adanya
panggul sempit (terutama pada yang pendek) tinggi badan
normal ≥ 145 cm (Mufdlilah, 2009).
(7) LILA : Untuk mengetahui adanya factor kurang gizi bila
kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009).
d) Pemeriksaan fisik
Merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien (Hidayat &
Uliyah, 2009). Berikut pemeriksaan head to toe menurut Janah,
2011).
(1) Kepala : Bagaimana bentuk kepala, warna rambut hitam
atau tidak, bersih atau tidak, adakah ketombe dan rambut
rontok.
(2) Muka : Pucat atau tidak.
(3) Mata : Adakah gangguan penglihatan, konjungtiva anemis
atau tidak, sclera ikterik atau tidak).
(4) Telinga : Bersih atau tidak, adakah gangguan pendengaran,
adakah masa didalam telinga.
(5) Hidung : Bersih atau tidak, adakah pernafasan cuping
hidung, adakah polip.
(6) Mulut dan gigi : Mulut, lidah dan gigi bersih atau tidak,
adakah caries gigi, adakah perdarahan gusi, bibir stomatitis
atau tidak.

17
(7) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid, adakah
pembesaran vena jugularis, adakah pembesaran getah
bening. (8) Dada : Adakah retraksi dada, denyut jantung
teratur atau tidak, adakah whezzing paru-paru.
(8) Ekstremitas atas : Ujung jari pucat atau tidak, turgor ikterik
atau tidak tangan dan kuku bersih atau tidak.
(9) Ekstremitas bawah :Turgor baik atau tidak, adakah oedem,
bagaimana reflek patella.
(10) Anus : Adakah varises, adakah tanda chadwick, adakah
hemoroid.
e) Pemeriksaan khusus
(1) Inspeksi
Proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi
masalah kesehatan pasien (Hidayat & Uliyah, 2009).
(a) Muka : Adakah oedem, kloasma gravidarum.
(b) Payudara : Bagaimana pembesaran payudara, puting
susu menonjol atau tidak, terjadi hiperpigmentasi aerola
atau tidak.
(c) Abdomen : Adakah bekas luka operasi, adakah striae
gravidarum, adakah linea nigra.
(d) Genetalia : Adakah pengeluaran per vagina lendir
darah, air ketuban, darah dll) (Janah, 2011). Pada kasus
cairan keluar dari jalan lahir (Nogroho, 2011).
(2) Palpasi
Digunakan untuk menentukan besarnya rahim, dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak janin
dalam rahim (Hidayat & Uliyah, 2009).
(a) Payudara : Adakah benjolan abnormal, adakah rasa
nyeri, adakah pengeluaran kolostrum (Janah, 2011).

18
(b) Abdomen :
Leopold I : Digunakan untuk menentukan usia
kehamilan dan bagian apa janin
yang ada dalam fundus.
Leopold II : Digunakan untuk menetukan letak
punggung anak dan letak bagian
kecil pada anak.
Leopold III : Digunakan untuk menentukan bagian apa
yang terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah masuk atau belum ke PAP.
Leopold IV : Digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam
rongga panggul (Hidayat & Uliyah, 2009).
(c) TFU (Tinggi Fundus Uteri)
(d) TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Jika belum masuk Panggul (TFU-12) X 155 Jika sudah
masuk Panggul (TFU-11) X 155 (Janah, 2011).
(3) Auskultasi
Digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung janin, bising
tali pusat, bising usus. Dalam keadaan sehat bunyi jantung
janin 120-140 X/menit (Hidayat & Uliyah, 2009).
(4) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui keadaan vagina, porsio (tebal atau tipis),
pembukaan, ketuban (utuh atau tidak), penurunan kepala
(bidang Hodge berapa), ubun-ubun kecil, dan untuk
mendeteksi kesan panggul (Nursalam, 2009). Pada kasus
selaput ketuban sudah tidak teraba, dinding vagina teraba
lebih hangat, adanya cairan di sarung tangan (Varney,
2009)

19
f) Pemeriksan Penunjang
(1) Pemeriksaan laboratorium
Uji Ferning : dengan hasil positif disebabkan karena pada
kaca objek mikroskop terdapat natrium klorida dan protein
dalam cairan amnion (Varney, 2009).
(2) tes Nitrazin (tes kertas lakmus) merah menjadi biru.
(3) Pemeriksaan USG
Dapat mengidentifikasi pada janin mengenai ukuran,
bentuk dan posisi. Pada kasus untuk pemeriksaan
oligohidramnion atau pengurangan cairan ketuban (Varney,
2009).
(4) Langkah II (Kedua) : Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
dinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik (Arsinah, 2010).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata
nama) diagnosa kebidanan (Purwandari, 2009).
Diagnosa : Ny X G...P...A... umur ... tahun, hamil ...
minggu, janin ... hidup intra uteri, letak ... puka/puki,
divergen/ konvergen dengan ketuban pecah dini.
Data subjektif
a) Ibu mnengatakan berusia berapa tahun
b) Ibu mengatakan hamil ke .. keguguran ...kali
c) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak
tanggal .. jam ...

20
d) d) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya
karena ibu
e) belum merasakan kenceng-kenceng
Data objektif
a) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB, LILA.
b) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII, LIV
c) Tampak cairan keluar dari jalan lahir
d) Pembukaan .... cm
e) Belum merasa kenceng-kenceng
f) Pemeriksaan tes Nitrazin (tes lakmus).
2) Masalah
Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau
kenyataan (Sari, 2012). Masalah yang dialami oleh
pasien dengan ketuban pecah dini adalah cemas dan
gelisah dalam menghadapi persalinan.
3) Kebutuhan.
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati,
2009).
Kebutuhan pasien bersalin dengan ketuban pecah dini
adalah pemberian dukungan moral dan informasi
berkaitan dengan persalinan dengan ketuban pecah dini.
(5) Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosis atau
Masalah Potensial. Pada langkah ini Kita mengidentifikasi
masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan (Arsinah dkk. 2010). Pada langkah
ini penting sekali untuk melakukan asuhan yang aman
(Sari, 2012).

21
(6) Langkah IV (Keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera Tahap ini
dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnose dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012).
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama perempuan tersebut
bersama bidan terusmenerus (Arsinah dkk. 2010).
Antisipasi ketuban pecah dini :
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan antibiotik
3) Oksitosin drip
4) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis
tinggi dan akhiri persalinan
(7) Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan yang
Menyeluruh Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan,
diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap
masalah dan diagnosa yang ada (Sari, 2012). Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk.
2010). Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak
dilakukan oleh klien (Sari, 2012).

22
(8) Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan Perencanan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan
secara efiensi dan aman (Arsinah dkk. 2010). Pelaksaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggunga
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Sari, 2012).
(9) Langkah VII (tujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan antuan telah apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan apa yang telah diidentifikasi dalam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut bisa dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif (Arsinah dkk.2010).
Data Perkembangan
Menurut Mufdlilah (2009) Metode SOAP merupakan
catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat.
Prinsisp dari metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
a. S (Data Subyektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Halen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesa.
Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandangan pasien. Data subyektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

23
b. O (Data Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
enurut Halen Varney pertama (pengkajian data),
terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang
jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
c. A (Assessment)
1. A (Analysis/Assessment)
Merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua,
ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal
berikut ini :diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis/masalah potensial dan
kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi
manurut kewenangan bidan meliputi : tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
d. P (Planning)
Planning/ perencanaan adalah membuat rencana
asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intepretasi data. Menurut Halen Varney langkah
kelima, keenam, dan ketujuh. Pendokumentasien P
dalam SOAP ini adalah pelaksanan asuhan sesuai
rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan
dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Dalam planning juga harus mencantumkan
evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan

24
yang telah diambil untuk menilai efektivitas
asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.
Mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan
sebuah catatan perkembangan, dengan tetap
mengacu pada metode SOAP.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 08 Oktober 2019


Tempat pengkajian : Ruang Seruni
Waktu pengkajian : 08.00 WIB
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama bayi : By.Ny. D
Umur bayi : 1 hari
Tgl/Jam Lahir : 07 Oktober 2019 / 11.15 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/PB : 2.300 gr /44 cm
Identitas ibu: Identitas ayah :
Nama Ibu : Ny. D Nama Ayah : Tn. D
Umur : 29 th Umur : 32 th
Suku Bangsa: Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Panjang Lor 5/2, Ambarawa
2. Keluhan Utama
Bayi Ny.D lahir pada tanggal 07 Oktober 2019 pukul 11.15 dengan
berat badan 2.300gr, saat lahir keadaan baik,menangis spontan, denyut
jantung 130x/m, dan warna kulit kemerahan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Maternal
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak menderita penyakit, seperti :
DM, Hipertensi, ASMA, Hepatitis, Jantung dan HIV / AIDS.

26
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan dahulu tidak pernah menderita penyakit apapun
seperti : DM, Hipertensi, ASMA, Hepatitis, Jantung dan HIV /
AIDS.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada keturunan kembar dan
TBC.
b. Riwayat Prenatal
1) HPHT : 28 Januari 2019
HPL : 04 Oktober 2019
Ibu melakukan ANC sebanyak 8 kali di bidan dan sudah
mendapatka imunisasi TT 3 kali. Ibu mendapatkan tablet Fe dan
Kalk.
2) Ibu tidak mengeluh pada saat hamil muda, setelah hamil tua ibu
mengeluh pegel-pegel pada punggung.
c. Riwayat Intranatal
1) Tanggal lahir : 07 Oktober 2019
2) Jenis Persalinan : Normal
3) Penolong : Bidan
4) Lama Persalinan : Kala 1 = 6 jam
Kala 2 = 30 menit
Kala 3 = 15 menit
Kala 4 = 2 jam
5) KK pecah : spontan, warnanya jernih, baunya khas,
volume ± 500 cc
6) Penyulit : Tidak ada
7) Penggunaan Obat : Tidak ada

27
d. Riwayat Postnatal
1) Usaha napas dengan bantuan : ya, suction / bersihkan jalan
napas.
2) Apgar Score
Yang dinilai Jumlah
1” 5” 10”
Denyut jantung 2 2 2
Pernafasan 1 1 2
Tonus otot 1 1 1
Peka rangsang 2 2 2
Warna kulit 1 2 2
Jumlah 7 8 9
3) Kebutuhan resusitasi : ada
4) Trauma lahir : tidak ada
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Bayi hanya minum ASI ± 30 ml
b. Eliminasi
Bayi BAB : Positif (+)
Bayi BAK : Positif (+)
c. Aktivitas
Bayi hanya menyusu, tidur dan menangis ketika merasa tidak
nyaman.
d. Pola istirahat
Bayi tidur dengan nyenyak setelah selesai diberi ASI.
e. Personal hygiene
Bayi hanya disibin, ganti baju, popok dan bedong ketika basah atau
kotor.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :N : 148 kali/mnt SpO2 : 98 %
R : 46 kali/mnt S : 36,8ºC

28
d. Pemeriksaan Antropometri
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 28 cm
Panjang badan : 44 cm
Berat badan : 2000 gr
Lila : 8 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada cepal hematom
b. Rambut : Tebal, warna hitam dan tidak mudah di cabut.
c. Muka : Bersih, warna merah muda
d. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih
e. Telinga : Simetris, tulang rawan sudah terbentuk sempurna
f. Hidung : Tidak ada cuping hidung, terpasang nasal kanul
g. Mulut : Bibir merah muda, mukosa basah
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
i. Dada : Simetris, ada retraksi dinding dada
j. Abdomen : Tidak kembung, tidak ada perdarahan tali pusat
k. Kulit : lanugo berlebih, tidak ada pengelupasan kulit
l. Genetalia : Labio mayora sudah menutupi labio minora
m. Ekstremitas : Ekstermitas lengkap, tidak ada fraktur dan di atas
terpasang selang infuse D10%
n. Anus : Bersih, (+) berlubang
o. Tulang punggung : Tidak ada pembengkaan atau cekungan
3. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek moro : Bayi masih lemah
b. Reflek rooting : Bayi masih lemah
c. Reflek suching : Bayi masih lemah
d. Reflek plantar : Bayi masih lemah
e. Reflek tonik neck : Bayi masih lemah
4. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 07 oktober 2019 Pukul : 19:55 WIB
Trombosit : 173 µL

29
HB : 20,4 g/dL
Hematokrit : 57,5%
Eritrosit : 5,36 juta/µL

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 08 Oktober 2019 Pukul : 08:00 WIB
a. Diagnosa kebidanan:
Bayi Ny. D umur 1 hari dengan Berat Badan Lahir Rendah.
1) Data Dasar :
Data Subyektif : Bayi Ny.D lahir pada tanggal 07 Oktober 2019 pukul
11.15 dengan berat badan 2.300gr, saat lahir keadaan baik,menangis
spontan, denyut jantung 130x/m, dan warna kulit kemerahan.
2) Data obyektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : N : 148 kali/mnt SpO2 : 98 %
R : 46 kali/mnt S : 36,8ºC
Pemeriksaan Antropometri
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 28 cm
Panjang badan : 44 cm
Berat badan : 2000 gr
Lila : 8 cm
f. Masalah :
Pemenuhan Nutrisi

5. DIAGNOSA POTENSIAL
Penurunan Berat Badan

6. ANTISIPASI SEGERA
Kolaborasikan dengan dokter spesialis anak

30
7. INTERVENSI
Pukul : 08:00 WIB ( 08 Oktober 2019)
1. Lakukan komunikasi teraupetik
2. Lakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign pada bayi
3. Jaga kehangatan bayi
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak mengenai tindakan
selanjutnnya
5. Berikan ASI / nutrisi bagi bayi
6. Lakukan personal Hygiene
7. Lakukan perawatan tali pusat

8. IMPLEMENTASI
Pukul : 08:10 WIB ( 08 Oktober 2019)
1. Melakukan komunikasi teraupetik agar respon bayi terhadap
rangsangan agar reflek bayi bisa muncul.
2. Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign bayi
a. Ku : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : N : 138 x / menit S : 36,8o C
RR : 42 x / menit SPO : 99 %
3. Menjaga kehangatan bayi dengan menempatkan bayi di incubator 35oC
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak :
a. memberikan infuse D10 % 7tpm
b. memberikan Injeksi Antibiotik Tranex 100 mg
5. Memberikan ASI kepada bayi ± 30 cc atau menganjurkan ibu untuk
menyusui
6. Melakukan personal hygiene dengan mengganti popok apabila BAK /
BAB agar tidak iritasi
7. Melakukan perawatan tali pusat tanpa menggunakan betadhine,
alcohol

31
9. EVALUASI
Pukul 09:00 WIB (08 Oktober 2019)
1. Sudah dilakukan komunikasi teraupetik dan reflek bayi muncul
2. Pemeriksaan telah dilakukan dengan hasil baik
3. Suhu incubator sudah disesuaikan dengan keadaan bayi
4. Sudah dilakukan kolaborasi
5. Bayi sudah diberi ASI
6. Popok pada bayi sudah diganti
7. Tali pusat bayi sudah dibiarkan tanpa diberi antiseptic

32
Tgl pengkajian : 10 – 10 - 2019 Nama Mahasiswa : Caroline Agus S Agama : Islam
Jam : 14.00 WIB Nama pasien : By. Ny. D Nama ayah : Tn. D
Tempat pengkajian : R. Seruni Umur : 2 hari Alamat : Panjang Lor
S O A Jam P
1. Perawat 1. Pemeriksaan Umum 1. Dx. Kebidanan 14.00 1. Melakukan evaluasi hasil
mengatakan b. KU : Baik Bayi Ny. D umur pemeriksaan yang telah dilakukan
bayi sudah b. Kesadaran : Composmentis 2 hari dengan ( Hasil pemeriksaan pada bayi baik
BAB dan c. TTV :N : 138 x/mnt Berat Badan Lahir dan bayi tidak rewel)
BAK. SpO2 : 96 % Rendah
RR : 42 x/mnt 2. Masalah 14.15 2. Menjaga kehangatan bayi dengan
2. Perawat S : 36,8ºC Tidak ada perawatan di inkubator suhu 35°C
mengatakan d. BB : 2175 mg agar bayi tidak kedinginan.
bayi mau 2. Pemeriksaan Fisik 3. Dx. Potensial (Bayi sudah dirawat di dalam
menetek Dalam batas normal (d.b.n) Tidak ada inkubator suhu 35°C dan bayi merasa
nyaman)
3. Pemeriksaan Refleks 4. Antisipasi segera
3. Perawat a. Reflek moro :+ Tidak ada 14.20 3. Mengolaborasikan dengan dokter
mengatakan b. Reflek rooting :+ spesialis anak (SpA)
menangis c. Reflek suching :+ a. memberikan infuse D10 % 7tpm
kuat. d. Reflek plantar :+ b. memberikan Injeksi Antibiotik
e. Reflek tonik neck :+ (tranex 100 mg)
(Pada bayi masih terpasang selang
infuse )

14.30 4. Merawat tali pusat tanpa memberi


apapun seperti, kassa, betadine,
alcohol, dll.

33
(tali pusat bersih & tidak infeksi)
14.50 5. Mengganti pakaian atau popok bila
basah/kotor dan bayi sudah BAK atau
BAB.
(pakaian bayi bersih dan kering)

34
Tgl pengkajian : 11-10-2019 Nama Mahasiswa : Caroline Agus S Agama : Islam
Jam : 20.00 WIB Nama pasien : By. Ny. D Nama ayah : Tn. D
Tempat pengkajian : R.Seruni Umur : 3 hari Alamat : Panjang Lor
S O A Jam P
1. Perawat 1. Pemeriksaan Umum 1. Dx. Kebidanan 20.00 1. Melakukan evaluasi hasil pemeriksaan yang
mengatakan a. KU : Baik Bayi Ny. D umur telah dilakukan
bayi sudah b. Kesadaran : Composmentis 3 hari dengan ( Hasil pemeriksaan pada bayi baik dan bayi
BAB dan c. TTV :N : 140 x/mnt Berat Badan tidak rewel)
BAK. SpO2 : 98 % Lahir Rendah.
R : 46 x/mnt 20.10 2. Menjaga kehangatan bayi dengan perawatan di
2. Perawat S : 36,8ºC 2. Masalah inkubator suhu 35°C. (Bayi sudah dirawat di
mengatakan d. BB : 2300mg Tidak ada dalam inkubator suhu 35°C)
bayi sudah 2. Pemeriksaan Fisik
mau Dalam batas normal (d.b.n) 3. Dx. Potensial 3. Mengolaborasikan dengan dokter spesialis
menetek. Tidak ada 20.15 anak (SpA) untuk :
3. Pemeriksaan Refleks a. Memberikan infude D10% 7 tpm
a. Reflek moro :+ 4. Antisipasi segera b. Memberikan Injeksi Antibiotik (tranex)
3. Peraawat b. Reflek rooting :+ Tidak ada 100 mg
mengatakan c. Reflek suching :+ c. melatih ibu cara menyusui
bayi d. Reflek plantar :+ (Bayi masih terpasang infuse dan ibu bersedia
menangis e. Reflek tonik neck : + menyusui)
kuat.
4. Menganjurkan ibu memberi ASI setiap 2 jam.
20.30 (Ibu bersedia untuk memberi ASI 2 jam sekali)

35
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
pendekatan manajemen 7 langkah menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai
evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktek yang dialami
penulis saat dilapangan.
1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Data
yang dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis.
Melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi.
Pada pengumpulan data subjektif By Ny.D mengatakan ini persalinan
yang kedua. Keluhan utama pada waktu bayi masuk ke ruangan, bayi berat
badan rendah, Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan praktek. (Mochtar,
2012)
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau
masalah adalah pengolahan data analisis dengan menggabungkan data satu
dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta. (Ismawati, 2010)
a. Diagnosa kebidanan
By. Ny.D umur 1 hari dengan berat badan lahir rendah.
b. Masalah
Masalah yang ada pada bayi adalah pemenuhan Nutrisi.

36
c. Kebutuhan
Kebutuhan pada bayi adalah kebutuhan asupan Nutrisi kedalam tubuh.
Pada langkah penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus yang ada dilahan praktek.
3. Diagnosa potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, apabila mungkin dilakukan pencegahan. Pada
kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada bayi, karena sudah
dilakukan penatalaksanaan yang benar. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan
praktek.
4. Antisipasi
Antisipasi adalah tindakan segera bidan atau untuk menyelamatkan
pasien, tetapi memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi
dokter, atau sesuai dengan kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lainnya. Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah
diagnosa potensial antara lain : pemberian antibiotik, istirahat. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antisipasi antara teori dengan
dilahan praktek karena sudah dilakukan dengan benar.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah,
antara lain :
a. Lakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign pada bayi
b. Jaga kehangatan bayi
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai tindakan
selanjutnya.
1) Memberian infuse D10% 7tpm
2) Injeksi Antibiotik tranex 100mg
d. Berikan ASI / nutrisi bagi bayi
e. Lakukan personal Hygiene

37
f. Lakukan perawatan tali pusat
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan adalah secara menyeluruh sesuai
perencanaan yaitu tindakan segera untuk mencegah terjadinya diagnose
potensial. Pelaksanaan asuhan pada By. Ny.D” adalah tentang perencanaan
pemberian kehangatan dan pemberian ASI,. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan
praktek.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang sudah diberikan
kepada pasien. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan. Evaluasi atau hasil dari asuhan
yang sudah diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Patologis By Ny.D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang
Seruni RSUD Ambarawa.
Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah penulis telah melakukan pengkajian dan hasil
pengkajian tersebut meliputi data subjektif dan data objektif
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir penulis dapat
mengidentifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan diagnosa yang
didapat yaitu By Ny.D Umur 1 Hari dengan Berat Badan Lahir Rendah.
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah penulis menemukan diagnosa potensial yaitu
Penurunan Berat Badan
4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah penulis bisa menemukan tindakan segera
5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah penulis membuat rencana sesuai kebutuhan pasien
6. Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir penulis melakukan
asuhan sesuai perencanaan
7. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir hasil evaluasi
berjalan dengan baik sesuai dari pencapaian maksimal dari
penatalaksanaan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan saran
sebagai berikut :

39
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis menyarankan sebaiknya institusi dapat memberikan
keterampilan yang lebih kepada mahasiswa agar dapat dengan mudah
dan bisa mandiri memberikan pelayanan dengan baik dan benar,
pembuatan presentasi kasus yang telah ada tetap dijadikan acuan dan
bahan perbandingan untuk pembuatan presentasi kasus yang lebih
baik.
2. Bagi bidan
Penulis mengharapkan agar bidan lebih mengetahui deteksi dini
pada masalah penanganannya khususnya pada BBLR.
3. Bagi klien
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada klien khususnya
pada ibu bersalin agar mengetahui penanganan pada bayi baru lahir
rendah untuk mencegah terjadinya masalah potensial selanjutnya.
2. Bagi penulis
Sebaiknya setiap mahasiswa (penulis) dapat terus menerapkan
manajemen dan asuhan kebidanan yang telah dimiliki serta terus
mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam dunia kesehatan
khusunya dalam dunia kebidanan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Dinkes.2011.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011.
Djitowiyono, Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak.Yogyakarta:Nuha Medika.
Freser.2009.Buku Ajar Bidan Myles.jakarta:EGC
Hassan R,2010,Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak: cetakan 11,Fakultas
Kedokteran UI,Jakarta.
Ismawati, Proverawati dan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir. jakarta:
Airlangga,2010.
Kepmenkes, RI.2010. Permenkes Indonesia tentang penyelenggaraan praktik
bidan .
Manuaba.I.B.G.2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk pendidikan Bidan,Jakarta:EGC
Motandang,S dkk.2010.Diagnosis Fisis pada Anak.Jakarta:EGC
Mochtar.Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir.Medan: Gramedia,2012
Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta:
Nuha Medika
Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN. 2009. Perawatan bayi risiko tinggi.
Jakarta: EGC
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2010.
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

41

Anda mungkin juga menyukai