ANALISIS MOTIVASI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) DALAM
MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
DI KOTA SEMARANG
1. Identifikasi masalah manajerial di BPM
a. Pengelolaan SDM Motivasi yang dimiliki BPM dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas sudah baik. Akan tetapi ketika menemui kendala dalam memberikan pelayanan maka motivasinya akan turun. Berikut ini akan dijabarkan beberapa point mengenai pengelolaan SDM : 1) Perencanaan Bidan Praktek Mandiri (BPM) beranggapan bahwa dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu nifas sebaik mungkin yaitu dengan mematuhi standar asuhan nifas dan memantau kondisi ibu nifas hingga KF3, maka mereka akan memperoleh tingkat kinerja yang maksimal. Demi mewujudkan harapan-harapan tersebut berbagai strategi telah dipersiapkan oleh BPM untuk mempermudah mencapai tujuan. Strategi tersebut antara lain dengan memberikan edukasi nifas semenjak pasien melakukan pemeriksaan kehamilan, memberikan edukasi terkait masa nifas saat ada acara perkumpulan di tempat tinggalnya, memberikan penanganan yang tepat pada setiap kasus ibu nifas, jika BPM merasa memang harus merujuk pasien maka bidan akan segera merujuk pasien, melibatkan keluarga pasien agar ada dukungan yang diperoleh ibu nifas, memotivasi pasiendan memberitahukan tanda bahaya nifas, bidan selalu siap kapanpun pasien membutuhkan dan melakukan kunjungan rumah, jika tidak bisa bidan tetap memantau kondisi pasien melaui sms atau telefon. 2) Pengorganisasian Dalam pelayanan, BPM hanya terdiri dari Pemilik BPM (bidan) dan satu atau beberapa asisten bidan. 3) Pelaksanaan Bidan Praktek Mandiri (BPM) akan meluangkan waktunya sekitar 15 menit hingga 1 jam dalam memberikan pelayanan. Ketika BPM dihadapkan pada situasi pasien yang jumlahnya banyak, maka BPM terdorong untuk mempersingkat waktu pelayanannya. Banyaknya indikator yang harus dilaksanakan BPM dengan keterbatasan waktu, membuat BPM hanya melakukan pemeriksaan yang dirasa penting saja. Selain itu BPM selalu berusaha untuk memantau hingga KF3, walaupun pada prakteknya kondisi ibu nifas kurang terpantau karena BPM pasif menunggu kedatangan ibu nifas. 4) Pengawasan Dari BPM sendiri untuk pengawasan pada ibu nifas di wilayahnya kurang optimal karena BPM hanya menunggu ibu nifas untuk berkunjung dan bila ibu nifas tidak datang berkunjung BPM menganggap itu adalah hak pasien. Sedangkan dari Pemerintah khusunya Dinas Kesehatan sepertinya kurang menyoroti BPM sehingga BPM beranggapan bahwa kunjungan masa nifas dianggap tidak perlu. 5) Pengendalian Upaya pengendalian yang dilakukan BPM guna memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah dengan meningkatkan kinerja BPM nya semaksimal mungkin sesuai SOP. 6) Penilaian Output pelayanan yang didapatkan sudah sesuai dengan harapan BPM yaitu ibu nifas lebih terpantau, sehat, terhindar dari bahaya nifas dan pengetahuan meningkat, namun BPM belum bisa merubah pola pikir ibu nifas mengenai mitos serta standar kunjungan pelayanan nifas belum terpenuhi.
2. Prioritas masalah Dalam kasus ini ditemukan beberapa masalah, diantaranya : No Masalah 1 Manajemen waktu saat pelayanan dimana jika BPM ramai maka waktu pelayanan per pasien dipersingkat
2 Tidak melakukan kunjungan rumah
3 BPM hanya melakukan pemeriksaan yang dianggap penting saja atas keluhan pasien
Kemudian dibuat penentuan masalah prioritas berdasarkan hasil skoring 0-3
(metode Delphi) terkait dengan keberhasilan pelayanan masa nifas di BPM : No Masalah Skor Total I II 1 Manajemen waktu saat pelayanan dimana 2 2 4 jika BPM ramai maka waktu pelayanan per pasien dipersingkat 2 Tidak melakukan kunjungan rumah 2 1 3 3 BPM hanya melakukan pemeriksaan yang 3 2 5 dianggap penting saja atas keluhan pasien Maka dari hasil skoring diatas, ditentukan bahwa prioritas masalah dalam ketidak berhasilannya pelayanan masa nifas di BPM adalah BPM hanya melakukan pemeriksaan yang dianggap penting saja berdasarkan keluhan pasien.
3. Analisis penyebab prioritas masalah
Berdasarkan prioritas masalah di BPM yaitu BPM hanya melakukan pemeriksaan yang dianggap penting saja berdasarkan keluhan pasien. Ada beberapa faktor penyebab hal ini terjadi diantaranya adalah : a. Bidan dalam pelaksanaan BPM tidak memiliki asisten sehingga hanya melakukan pemeriksaan yang dianggap penting saja dalam masa nifas. b. Bidan beranggapan jika ibu nifas tidak mengeluhkan suatu keadaan pada dirinya di masa nifas, maka dianggap bahwa ibu nifas tersebut dalam keadaan fisiologis sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan mendetail. c. BPM dengan banyak klien beranggapan jika memeriksa ibu nifas secara mendetail cukup menyita banyak waktu, sedangkan masih banyak klien yang harus dilayani.
4. Analisis penyebab utama prioritas masalah
Berdasarkan beberapa penyebab prioritas masalah yang telah disebutkan, maka setelah dianalisa didapatkan hasil bahwa penyebab utama prioritas masalah adalah Bidan beranggapan jika ibu nifas tidak mengeluhkan suatu keadaan pada dirinya di masa nifas, maka dianggap bahwa ibu nifas tersebut dalam keadaan fisiologis sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan mendetail. Seperti contohnya jika ibu nifas tidak mengeluhkan perihal payudaranya selama masa nifas maka bidan beranggapan bahwa payudara klien dalam keadaan fisiologis sehingga bidan tidak mengkaji lebih dalam perihal payudara klien baik itu seputar menyusui ataupun personal hygiene. Sangat disayangkan jika bidan tidak mengkaji hal itu, bisa saja klien sebenarnya keliru dalam teknik menyusui yang nantinya akan menimbulkan masalah dikemudian hari namun tidak terdeteksi dini oleh bidan. Hal ini merupakan salah satu contoh tidak tercapainya pelayanan bidan di BPM dalam pelayanan masa nifas. Bidan dianggap kurang termotivasi dalam melakukan pelayanan.