PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian
mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Yulianti L, 2010).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan
ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi pada mereka yang
status perekonomiannya cukup, hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan morbilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa depan (bblr. co. id, online diakses 04
Juni 2011 ).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran didunia dengan
batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegara- Negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih
tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram ( depkes. go. Id, online diakses 04 Juni 2011).
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995 hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu
berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibanding Negara-negara ASEAN
lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa
membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41 bayi per 100.000 kelahiran hidup, Thailand
sebanyak 44 lahir mati per 100.000 kelahiran hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
(Diakses tanggal 4 juni 2011 )
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar
antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan
analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih
lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR
di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di
seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi
baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2005).
Berdasarkan data di Sumatera Barat angka BBLR pada tahun 2007. 1,483 bayi (1,44%) dan bayi BBLR yang
ditangani 1.126 bayi (75,93%). 2008, 1.573 bayi ( 1,44 % ) dari bayi BBLR yang ditangani 1.307 bayi (83%) (profil
kesehatan sumbar).
Di RSUD. Dr. Rasidin Padang angka kejadian BBLR pada tanggal 7 Januari 2012 hingga tanggal 1
November 2012 mencapai 13 bayi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian
tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi NyS dengan berat badan lahir rendah(BBLR).
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, penulis mambatasi dalam hal penerapan Manajemen Asuhan Kesehatan Pada Bayi
NyS Dengan BBLR(Berat Badan Lahir Rendah) di Ruangan Perinatologi RSUD Dr. Rasidin Padang, Tanggal 11
November 2012.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Selesai melakukan pembinaan penulis berharap mendapatkan gambara umum, menerapkan asuhan dan mampu
melakukan penatalaksanaan terahadap masalah yang mungkin terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
Dalam melaksanakan pembinaan terhadap BBLR, penulis diharapkan dapat menggunakan manajemen kebidanan 7
langkah Varney yaitu:
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan pengumpulan semua data untuk mengevaluasi keadaan pasien.
b. Mampu mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
tersebut.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang akan terjadi.
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera baik secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional sebagai dasar pengambilan keputusan.
f. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan.
h. Dapat mendokumentasikan asuhan pada BBLR dengan asuhan manajemen 7 langkah varney.
D. Manfaat penulisan
Berdasarkan penerapan manajemen asuhan kebidanan yang telah penulis lakukan terhadap bayi NyS dengan
BBLR maka penulis mengharapkan mendapatkan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR.
2. Mampu memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi klien dengan BBLR.
3. Memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR
dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di
daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di
daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).
b) Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O 2 sehingga dapat menyebabkan ibu
menderita anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai
berkurang, akibatnya pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)
c) Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan kandungan. Sekitar 6% kehamilan
mengalami komplikasi karena trauma.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis
dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan
darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau
tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau
merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu
hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin
sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa
perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena
itu, ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
d) Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang
diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber
energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia
sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
2) Usia ibu
a) Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran, semakin muda usia ibu dalam perkawinan
semakin besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu maupun anak disebabkan belum matangnya rahim wanita
usia muda untuk memproduksi anak. Ibu cenderung menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah hamil dan tidak
menarik lagi, sehingga ibu merasa takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan berakibat terhadap
perkembangan janin yang sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi fisik dan psikologis sangat perlu disiapkan.
b) Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi
miokardium. Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan oksigen dari darah di paru-paru yang mengalami penurunan
curah jantung ditambah lagi dengan tekanan darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan melemahkan
kondisi ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat mengakibatkan BBLR.
(Lukman, 1996)
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu belum pulih betul dari masalah gizi,
kehilangan darah serta kerusakan system reproduksi akibat kelahiran yang sebelumnya, sehingga calon bayi
mungkin tidak akan mendapatkan makan yang dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir rendah dan sistem
tubuhnya sangat rendah. (Depkes RI, 2000)
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3 tahun karena alat reproduksi sudah
siap dan juga rahim serta kondisi ibu sudah pulih dengan baik. (Depkes RI, 2000
3) Keadaan sosial
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan.
Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).
Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga. Penghasilan yang
terbatas membuat kelangsungan kehamilanya membuat berbagai masalah kebidanan. Ketergantungan sosial
ekonomi pada keluarga menimbulkan stress dan nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan sehingga memudahkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Manuaba, 2010).
4) Sebab lain
Kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti merokok, minum-minuman beralkohol, dan
obat-obatan berbahaya.
2. Faktor janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus
yang besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin tunggal yang tampak pada
ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan (Klaus,
1998). Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata
dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh
prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaru terhadap
peregangan uteerusyang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus prematurus.(Oxorn, 2003)
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. (Manuaba, 1998)
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang membawa kelainan kromosom, bisa
juga terjadi secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu
faktor penyebab kelainan kromosom. resiko terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika
ibu berusia 35 tahun atau lebih
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita
hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR,
defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada
saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental,
BBLR dan sindrom alkohol janin.
g. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relative
belum sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
h. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan syndrome gangguan
pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah
keotak bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral
pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia
dilapisan germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya
perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan.
i. Retrolental fibroplasias
Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi ( Pa O2 lebih dari 115 mmHg = 15 k Pa
). Untuk menghindari retrolental fibroplasias maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40%
atau dengan kecepatan 2 liter/ menit.
(Sarwono Prawirohardjo, 2007 )
5. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang
dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak
umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama
kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil
<1500 34 36 33 35 33 34 32 33
1501-2000 33 34 33 32 34 32
2001-2500 33 32 34 32 32
> 2500 32 34 32 31 - 32 32
Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila
berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Ruangan yang hangat.
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB Suhu ruangan
1500-2000 gram 28 30 oC
>2000 gram 26 28 oC
Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram
3) Pemberian makanan bayi
a. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lifase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi Kalori
( 110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.
b. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia
c. Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung hal ini perlu untuk mengetahui
ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
pemberian minum selanjutnya.
d. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu dengan ibunya, bayi degan kurang
1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya
isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan dengan putting susu ibu pada keadaan ASI dipompa dan
diberikan melalui botol.
e. Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu
yang sedikit, frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
f. Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum
sebelumnya, untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau distensi abdomen.
g. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari dinaikkan 20 sampai 200 ml/kg/hari
h. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dipompa dan dimasukkan kebotol steril.
Bila ASI tidak ada susunya dapat diganti dengan susu buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan
mengandung 20 kalori/ 30 ml air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110 kalori/ kg BB/ hari.
oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi BBLR, maka terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu :
a) Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah duduk
dipangkuan perawat atau dengan meninggikan kepala dan suhu 30C ditempat tidur bayi
b) Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk merasakan apakah susu cukup hangat dan
apakah keluarnya satu tetes tiap detik.
c) Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada gangguan pernapasan atau perut gembung.
Pengamatan dilakukan terus sampai kira- kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus
dibersihkan dengan memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang sudah dimasak.
d) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi sedikit dengan perlahan- perlahan dan hati- hati.
Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml setiap kali minum.
e) Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara
dilambung dan kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam posisi tengkurap, hal ini dilakukan agar
tidak terjadi regurgitasi atau muntah.
f) Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum, kepala bayi harus direndahkan 30 cairan
dimulut dan faring disuction, bila masih biru dan tidak bernapas harus segera diberi oksigen dn pernapasan buatan.
(Winkjosastro, H.2007)
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai
berikut (3):
a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum,
anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras
melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per
hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa
lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per
hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
4) Pencegahan terjadinya infeksi
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air yang mengalir dengan menggunakan sabun cair.
b. Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan .
c. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang sehat.
d. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan bayi di mandikan ditempat tidurnya masing
masing .
e. Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan antiseptic.
f. Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.
g. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA, Konjungtivitis, dll) tidak boleh merawat bayi.
h. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit seminggu sekali dengan cairan antiseptic
(winkjosastro, H. 2007)
Rencana asuhan yang diberikan pada Ny. S adalah memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan, pantau kondisi janin, siapkan informed consent, lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
selanjutnya.
MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI NyS DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR
RENDAH) DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD Dr. RASIDIN PADANG, TANGGAL 11 NOVEMBER
2012
Tanggal : 11 November 2012 No.MR : 000505
Pukul : 21.00 WIB
1. Pengumpulan Data
A. Identitas / Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny S
Umur Bayi : 18 Jam
Tanggal/ jam lahir : 11 November 2012, Pukul 03.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 900 gram
Panjang badan : 35 cm
Nama Ibu : Ny S
Umur : 22 tahun
Suku/Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL. Parak Jambu Tunggul Hitam RT 2, RW 3
Nama Suami : Tn I
Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Parak Jambu Tunggul Hitam RT 2, RW 3
B. Keadaan Sosial Ekonomi :
a. Penghasilan perbulan : Rp. 1.000.000
b. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 2 orang
c. Penghasilan perkapita : Rp. 500.000
C. DATA SUBJEKTIF
Pada tanggal : 11 November 2012
Pukul : 21.00 WIB
Kronologi : pasien maasuk ke IGD pukul 10.00 WIB, langung lakukan perawatan dalam inkubtor dengan oksigen,
kemudian beri pasien therapy IVFD dekstrose 10%. Kemudian bayi di kirim ke bangsal anak pukul 11.00 WIB, bayi
dirawat diruang terpisah yaitu perinatologi, dan lanjutkan terapi sesuai order dokter.
1. Riwayat penyakit kehamilan
Pasien mengatakan pernah mengalami perdarahan ketika usia kandungan 2 bulan, pasien perdarahan selama 1
bulan, jumlah darah kurang dari 1 duk perhari. pasien berobat ke dokter dan di anjurkan istirahat berbaring
dirumahnya selama 1 bulan.
Pasien juga mengatakan ini kahemilannya yang pertama.
2. Kebiasaan waktu hamil
: 1 piring nasi ukuran sedang, 1 potong lauk ukuran sedang, 1 mangkok sayur
an : Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
persalinan : Spontan
ong oleh : Bidan
kehamilan : 28-29 minggu
plikasi : tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir :
Apgar Score : 6/8
Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100
Jantung
Usaha nafas ( ) tidak ada ( ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
I Tonus otot ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif 6
reflek ( ) tidak bereaksi ( ) gerakan sedikit ( ) menangis
Warna ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan ( ) kemerahan
tangan dan kaki biru
II Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100 8
Jantung
Usaha bernafas ( ) tidak ada ( ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
Tonus otot ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif
reflek ( ) tidak bereaksi ( ) gerakan sedikit ( ) menangis
warna ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan ( ) kemerahan
tangan dan kaki biru
5. Resusitasi
Penghisapan lendir : ya
Ambu : Tidak dilakukan
Masage jantung : Tidak dilakukan
Intubasi endotracheal : Tidak dilakukan
Oksigen : ya
Therapi : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN FISIK
eadaan umum : jelek
uhu : 36C
ernafasan : 50x/i
antung : 126 x/i
erat badan : 900gram
anjang badan : 35 cm
emeriksaan fisik secara sistematis
n : Tidak ada caput / cepal hematoma
: Tidak oedema
: Simetris kiri dan kanan, daun dan lobang telinga ada
: Tidak ada labio palato skizis
: Septum ada
: Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
: Agak membuncit
: Lembab, tidak ada perdarahan
: Tidak ada kelainan
as : Tidak ada oedema
: Labia mayora belum menutupi labia minora
: Ada
Reflek
- Reflek morrow : (+) lemah
- Reflek rooting : (+) lemah
- Reflek sucking : (+) lemah
- Reflek tonic neck : (+) lemah
- Eliminasi
- Miksi : sudah ada
- Mekonium : sudah ada
MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI NyS DENGA N BBLR(BERAT BADAN LAHIR
RENDAH) DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD Dr. RASIDIN PADANG,
TANGGAL 11 NOVEMBER 2012
IDENTIFIKASI INTERPRETASI DIAGNOSA TINDAK INTERVENSI IMPLEMENTA EVALUASI
DATA DATA POTENSIAL AN SI
SEGER
A
Tanggal : Diagnosa : Apneu Pemberia1. Lanjutkan 1.Melanjutkan 1. Bayi sudah berada
11 November Bayi baru lahir n O2 perawatan perawatan dalam di dalam incubator
Dengan suhu
2012 hari pertama dalam incubator untuk
incubator 36,5 37
Jam : 21.00 WIB dengan BBLER , inkubator mempertahankan
c.
KU Bayi buruk suhu tubuh bayi
Pantau bayi setiap
Data subjektif : agar tetap hangat
1 jam dan rawat di
ibu mengatakan Dasar : dan stabil
tempat perawatan
anaknya lahir pada Bayi lahir dengan
bayi .
tanggal 11 tanggal 11 perawatan bayi
November 2012 November 2012 di dalam
Pukul 03.00 WIB Pukul 03.00 incubator :
Ibu mengatakan WIB Hangatkan
anaknya belum di A/S : 6/8 inkubator sampai
PB 35 cm
satu ruangkan suhu yang di
BB 900 gram
bersama ibu JK : Perempuan tentukan
Tanda Vital sebelum
Data objektif : J : 126 x/i
P : 50 x/i meletakkan bayi
Bayi lahir tanggal S : 35,50C di dalamnya
11 November BB sekarang : Tutup kaca
2012 Pukul 03.00 900 gram secepat mungkin
BAK : sudah
wib, setelah
A/S : 6/8 ada
meletakkan bayi
PB : 35 cm BAB : sudah
di dalamnya
BB : 900 gram ada
Lakukan
JK : Perempuan Pemeriksaan
Tanda Vital perawatan
fisik normal
J : 126 x/i tempat bayi di2. Oksigen telah
P : 50 x/i tidak ada
S : 35,5 0C inkubator dipantau dengan
kelainan.
BAK sudah ada order 0,5 liter /
BAB sudah ada 2. Memantau
oksigen pada menit
5. Bayi telah di
puasakan
6. Pengontrolan
dilakukan setiap 1
jam dan hasil di
5. Puasakan bayi catat dalam lembar
sementara kontrol TTV
6. Lakukan
5. Mempuasakan
pemantauan
bayi sementara
dan observasi
untuk mencegah
pada bayi
aspirasi pada
bayi.
6. Melakukan
1. KU bayi jam 22.00
pemantauan dan
wib
observasi pada
buruk
bayi dengan J :116 x/i
P : 55 x/i
mengontrol
S : 36 0C
keadaan umum
2. IVFD dan oksigen
bayi setiap 1 jam
telah di kontrol.
yaitu mengontrol
IVFD yang
Tanggal : Diagnosa :
Nadi dan Nafas
Bayi baru lahir terpasang Dextrosa
12 November 2012
pada bayi
hari ke 2 dengan 10 % 4tts/i (Mikro)
Pukul 22..00 wib
BBLER keadaan O2 terpasang
0,5 liter /i
umum bayi
Data subjektif : 1. Pantau KU
buruk.
Ibu mengatakan bayi
3. Therapy diberikan
anaknya masih sesuai dosis,waktu
dalam perawatan di Dasar : dan jam
dalam incubator, Bayi lahir pemberiannya
tanggal 11 Cefotaxime
1. Memantau KU 2 x 27 mg dosis
Data objektif : November 2012
bayi dengan 0,33cc IV jam
J : 116 x /menit Pukul 04.00 WIB 2. Kontrol IVFD
P : 55x/ menit TTV : mengontrol 12.00 dan 24.00
dan Oksigen
S : 36 0C J :116 x/i Nadi,Pernafasan wib
P : 55 x/i Apneu Lanjutka
O2 0,5 liter/menit dan Suhu bayi Aminophilin
S : 36 0C n therapy
IVFD Dextrosa10 2 x 75 mg dosis
per 1 jam
% Oksigen 0,33cc IV jam
Bayi masih puasa 2. Mengontrol 12.00 dan 24.00
IVFD dan wib
Oksigen
4. Bersihkan bayi,
mengganti popok
bayi yang telah
3. Lanjutkan basah karena bayi
therapy sesuai BAK dan BAB
order dokter
5. Perawatan tali
pusat .
Memberikan
therapy sesuai
order
6.perawatan bayi
dalam incubator
telah dilakukan
dengan suhu 36 ,5
37 c
1. Hasil yang
diperoleh
J : 160 x/i
P : 55 x/i
4. Jaga personal S : 37,2 0C
hygiene bayi
2. Oksigen telah di
control dan therapy
telah diberikan
4. Menjaga
sesuai order
personal hygiene
Oksigen 0, 5 liter /
bayi,sehingga
menit
mikroorganisme
3. Mengganti popok
/ bakteri tidak
bayi setiap kali
bisa hidup dan
bayi BAK maupun
5. lakukan mengganggu
BAB
perawatan tali pertumbuhan
pusat bayi
Diagnosa :
5. Melakukan
Bayi baru lahir
perawatan tali
hari ke 4 dengan
pusat dengan
BBLR dengan
H2O2. 4. Perawatan tali
keadaan umum
Kemudian di pusat bayi telah di
bayi buruk
baluti dengan lakukan
Dasar 6.Rawat bayi
kassa kering dan
Bayi lahir dalam
steril.
tanggal 11
November 2012 inkubator
Pukul 03.00 6.melakukan
Tanggal : 14 wib perawatan bayi
Vital Sign
November 2012 J : 160 x/I dalam inkubator
P : 55x/i 5. ASI telah
Pukul : 08.00 wib
S : 37,2 0C diberikan sesuai
order pada jam
Data subjektif :
08.00, namun
Ibu mengatakan 6
setelah diberikan
bayi nya masih
ASI, keluar cairan
berada dalam
dari mulut dan
incubator
Ibu mengatakan hidung bayi.
Apneu Lanjutka
n therapy
O2
3. Jaga personal
hygiene bayi
Menjaga
personal hygiene
bayi,sehingga
bakteri tidak
dapat hidup dan
mengganggu
pertumbuhan
bayi
4. Lakukan Melakukan
perawatan tali perawatan tali
pusat pusat dengan
H2O2 kemudian
dibalut tali pusat
dengan kassa
kering dan steril.
5. Memberikan
bayi ASI dengan
5. Berikan bayi OGT sesuai
ASI dengan order 8x1cc
OGT order
8x1cc
Melakukan
pengontrolan
6. Lakukan pada Infus bayi
pengontrolan
Infus bayi
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi NyS dengan tahap-tahap manajmen asuhan kebidanan
yang terdiri dari pengkajian data, interpretasi data, masalah dan diagnose potensial, identifikasi kebutuhan, yang
memerlukan penanganan dengan membuat rencana asuhan kebidanan dan pelaksanaan tindakan serta evaluasi maka
pembahasannya :
a. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, baik dalam pengumpulan
data subjektif, data objektif, data primer and data sekunder, dimana didukung oleh peralatan yang baik.
1. Riwayat penyakit selama kehamilan
Selama kehamilan ibu tidak mempunyai riwayat penyakit, seingga kondisi ibu selama hamil tidak ada gangguan dari
penyakit.
2. Riwayat social
a) Kebiasaan
Pasien pada kasus ini tidak ditemui kebiasan merugian kesehatan, baik pada masa hamil dan persalinannya.
b) Penyakit spesifik
Pasien dalam kasus ini, ibu dari pasien tidak mengalami penyakit yang spesifik seperti perdarahan, preeklamsi,
penyakit kelamin dan lain-lain.
c) Social ekonomi
Pada kasus ini ditemukan tingkat social ekonomi ibu menengah.
d) Pemeiksaan umum dan khusus
Berdsarkan hasil pemeriksaan ditemukan keadaaan penyimpangan kearah patologis dimana didapat berat badan bayi
900 gram.
e) Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
b. INTERPRETASI DATA
1. Diagnose
BBLR :
BBLR hari ke-1, KU buruk
BBLR hari ke-2, KU buruk
BBLR hari ke-4, KU buruk
2. Masalah
Bayi baru lahir, berat badan lahir rendah dengan gangguan pola nafas
3. Kebutuhan
Penjelasan tentang hasil pemeriksaan
Perawatan bayi dalam incubator
Pengawasan bayi
Perawatan hygien bayi dalam incubator
Therapy oksigen pada bayi
e. PERNCANAAN TINDAKAN
Perencanaan dirumuskan mengacu pada masalah yang ditemui waktu melakukan pengkajian.
f. PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada waktu pelaksanaan tindakan semua pelaksanaaan tindakan dapat dilakukan.
g. EVALUASI
Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan dan semua tujuan yang direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis melakukan pembinaan serta membuat manajemen asuhan kebidanan pada bayi NyS dari tanggal 11
November sampai tanggal 14 November 2012, penulis mendapatkan :
1. Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian asuhan.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan diperlukan ketelitian agar bisa menekan kemungkinan resiko akan terjadi
BBLR.
3. Dalam memberikan asuhan kebidanan harus menjalin hubungan baik dengan keluarga dan ibu bayi agar tercipta
suasana yang harmonis dan saling percaya.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada klien, ada beberapa saran yang dianggap perlu
diantaranya kepada klien, institute pelayanan,institute pendidikan, serta kepada mahasiswa sebagai pemberi asuhan
yang akan datang, antara lain:
1. Klien
a) Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang diberikan
b) Segera membawa bayi kepelayanan kesehatan apabila terdapat keluhan serta kelainan yang dirasakan.
c) Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang sebenarnya.
2. Institute Pelayanan
Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi BBLR untuk mencapai pelayanan yang optimal.
3. Institute pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber buku terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam meningkatkan
pengeahuan.
4. Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari asuhan kebidanan pada BBLR dalam praktek
klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang : praninta offset.
Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online diakses 04 Juni 2011
Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377