Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization memperkirakan lebih 2 milyar penduduk dunia telah
terinfeksi virus hepatitis B, dimana 378 juta atau 4,8% terinfeksi yang bersifat carier kronis
dengan angka kematian 620,000 jiwa setiap tahun. Lebih dari 4,5 juta kasus infeksi baru
virus hepatitis B terjadi setiap tahun, dan dari kejadian kasus tersebut berkembang
menjadi penyakit hati sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler primer (Franco, 2012).
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hepatitis


1. Pengertian Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh
virus, bakteri, penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis, sebagai
penyebab hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah
ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan
TT (masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut Hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
hepatitis kronis
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima
virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus
lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi
sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-
obatan.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati,
yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk
obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmune.
Ada 5 jenis Hepatitis Virus yaitu Hepatitis A, B, C, D, dan E. Antara Hepatitis yang
satu dengan yang lain tidak saling berhubungan
2. Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis
dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non
virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan
oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis
non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya
penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C dapat
berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi lainnya
yang dapat mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit
kuning. Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara
lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit
autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-
obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah satu gejala penyakit
hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan
bagian putih bola mata. Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-
sel, jaringan, bahkan semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ
hati (liver) telah mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang
menyebabkan kematian.
3. Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan
dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan
SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii
bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan
ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu
makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika
toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar
sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara
cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan
juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan
alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada
alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri
tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut.
Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas,
hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis
viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan
dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan
hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas
badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B
mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian
yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.
4. Gambaran Klinis Hepatitis
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
1) Hepatitis kronik
Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan
lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal
(asites, perdarahan varises esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang
sudah lanjut. Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin,
transminase dan globulin serum. Gambaran histopatologis memperlihatkan
kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis kronik.
2) Hepatitis akut
Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang
sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan
sering dihubungkan dengan serum-sickness. Serangan yang teringan tidak
menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya transminase serum.
Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa
prodmoral kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya
merasa tidak enak badan, menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan
nausea, dan kemudian ada panas badan ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas,
yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu untuk merokok atau
minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan pasien
merasa sengsara. Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat. Hati
dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan
sembuh.

2.2 Konsep Hepatitis B


1. Pengertian
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)
merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini
dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter
peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia.
HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang
muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca
infeksi, mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya
HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 5 minggu. Pada kasus
yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan
pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan dan tidak
adanya anti-HBc IgM. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan menjadi hepatitis
kronis berhubungan dengan adanya penyakit kronis yang diderita, misalnya
kegagalan ginjal, infeksi HIV, dan diabetes..HBsAg positif yang persisten lebih dari 6
bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki
HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Virus hepatitis B (VHB) adalah virus DNA, suatu prototif virus yang termasuk
keluarga Hepadnaviridae. Virus ini memiliki DNA yang sebagian berupa untaian
tunggal (single stranded DNA) dan DNA polymerase endogen yang berfungsi
menghasilkan DNA untaian ganda (double stranded DNA, dsDNA). Virion lengkap
VHB terdiri atas suatu struktur berlapis ganda dengan diameter keseluruhan 42 nm.
Bagian inti sebelah dalam (inner core) yang berdiameter 28 nm dan dilapisis selaput
(envelop) yang tebalnya 7 nm mengandung dsDNA dengan berat molekul 1.6X 106.
Bagian envelop yang mengelilingi core terdiri atas kompleks dengan sifat biokimia
heterogen, bagian ini mempunyai sifat antigen berbeda dengan antigen core (HBcAg)
dan disebut antigen permukaan hepatitis B surface antigen (HbsAg). HbsAg
diproduksi lebih banyak oleh hepatosit yang terinfeksi dan dilepaskan ke dalam darah
sebagai partikel bulat berukuran 17-25 nm (diameter rata-rata 20 nm) dan sebagian
partikel tubuler berdiameter sama yang panjangnya berkisaran antara 100-200 nm.
Antibodi terhadap HBcAg dan HBsAg masing-masing disebut anti HBc dan
anti-HBs. Keberadaan anti-HBs dalam sirkulasi melindungi seseorang terhadap
infeksi dengan VHB. Selain kedua jenis antigen di atas antigen lain yang diketahui
adalah HBeAg yang merupakan bagian integral dari kapsid virion VHB. HBsAg
dapat beredar bebas dalam darah atau membentuk kompleks dengan IgG. Karena
kaitannya sangat erat dengan nukleokapsid VHB, maka HBeAg merupakan petanda
yang dapat dipercaya yang menunjukkan banyaknya virion dalam serum. Sebaliknya
anti HBe digabungkan dengan kadar virion yang lebih rendah. Hepatitis B adalah
salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus hepatitis B. Hepatitis B
muncul dalam darah dan menyebar melalui kontak dalam darah, air mani dan cairan
vagina yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat. Hepatitis B merupakan
penyakit yang dapat berjalan akut maupun kronik. Sebagian penderita hepatitis B
akan sembuh secara sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi
sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Virus hepatitis B dengan komponen
antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm, dengan core 4 nm. coat virion
merupakan surface antigen atau HbsAg . Suface antigen biasanya diproduksi
berlebihan sehingga dijumpai dalam darah penderita. Pada hepatitis agresif, hati
mengalami peradangan kronik, fibrotik dan mengecil dan dapat menjurus. Gejalanya
meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah.
Hepatitis B virus

Micrograph showing hepatitis B virions

2. Cara Penyebaran Virus Hepatitis B


Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :
1) Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus
hepatitis B intak masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan
cara penularan ini:
a. Penularan perkutan yang nyata:
Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan
darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan
jarum.
a) Hepatitis pasca transfuse
Hepatitis virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi darah yang
mengandung HBsAg positif. Dengan melakukan uji saring darah donor
terhadap adanya HBsAg, maka jelas terdapat penurunan prevalensi
kejadian hepatitis pasca transfusi.
b) Hemodialisa
Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah
dilaporkan pada penderita dengan penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa berkala.
c) Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril,
telah lama dikenal. Sering sesudah imunisasi masal terjadi letupan
hepatitis beberapa waktu kemudian.
b. Penularan perkutan tidak nyata
Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita mendapat
hepatitis virus B dan tidak pernah dapat mengingat bahwa mereka mendapat
trauma pada kulit atau hal lain, virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit
yang sehat, namun dapat melalui kulit yang mengalami kelainan penyakit
kulit. Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan
penting dalam menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.

2) Penyebaran melalui selaput lender

a. Penyebaran peroral

Cara ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir mulut.
Cara ini tidak sering menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui mulut
hanya terjadi pada mereka dimana terdapat luka didalam mulutnya.

b. Penyebaran seksual

Cara ini terjadi melalui kontak dengan selaput lendir saluran ginjal, sebagai
akibat kontak seksual dengan individu yang mengandung HBsAg positip
yang bersifat infeksius. Infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual baik
heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini dimungkinkan oleh karena
cairan sekret vagina dapat mengandung HBsAg.

c. Penularan perinatal (transmisi vertikal)

Penularan perinatal ini disebut juga sebagai penularan maternal neonatal dan
merupakan cara penularan yang unik. Penularan infeksi virus hepatitis B
terjadi dalam kandungan, sewaktu persalinan, pasca persalinan.

Gambar: Struktur HBsAg (Hepatitis B surface Antigen)

3. Pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik
untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi
darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga
bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh
virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi
virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif
menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif
dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B
kronis dengan replikasi rendah.
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk
mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian
hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui
beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang berisiko
tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan,
ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi,
hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B.
Ada tiga pemeriksaan standar yang biasa digunakan untuk menegakkan
diagnosa infeksi hepatitis B yaitu:
1) HBsAg (hepatitis B surface antigen): adalah satu dari penanda yang muncul
dalam serum selama infeksi dan dapat dideteksi 2 -8 minggu sebelum munculnya
kelainan kimiawi dalam hati atau terjadinya jaundice (penyakit kuning). Jika
HBsAg berada dalam darah lebih dari 6 bulan berarti terjadi infeksi kronis.
Pemeriksaan HBsAg bisa mendeteksi 90% infeksi akut.
2) Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya :
a. Indikator paling penting adanya infeksi virus hepatitis B
b. Mendiagnosa infeksi hepatitis akut dan kronik
c. Tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet dll)
d. Skrining kehamilan
3) Anti HBs (antobodi terhadap hepatitis B surface antigen): jika hasilnya
reaktif/positif menunjukkan adanya kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis
B yang berasal dari vaksinasi ataupun proses penyembuhan masa lampau.
4) Anti HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B): terdiri dari 2 tipe yaitu
Anti HBc IgM dan Anti HBc IgG. Anti HBc IgM muncul 2 minggu setelah
HBsAg terdeteksi dan bertahan hingga 6 bulan, berperan pada core window(fase
jendela) yaitu saat dimana HBsAg sudah hilang tetapi anti-HBs belum muncul.
Anti HBc IgG, muncul sebelum anti HBcIgM hilang, terdeteksi pada hepatitis
akut dan kronik, tidak mempunyai efek protektif. Interpretasi hasil positif anti-
HBc tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti-HBs.
4. kf
2.3 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan SOAP

Anda mungkin juga menyukai