Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data dari World Health Organization (WHO), setiap tahun
jumlah penderita kanker bertambah mencapai 6.25 juta orang. Dalam 10 tahun
mendatang diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat
kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia akan berada di negara
yang sedang berkembang (WHO, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2013, kanker ovarium merupakan penybab
kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7
keganasan tersering di seluruh dunia. Di .Indonesia data dari DepKes
menyebutkan sekitar 3% atau 6,6 juta jiwa menderita kanker ovarium.
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
mempunyai jumlah kasus kanker ovarium yang tinggi, sebanyak 5,6 % wanita
menderita kanker ovarium.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun
2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan Millenium. Millenium
Development Goals (MDGs) yang ditetapkan World Health Organization
(WHO) sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup atau dua kali lebih
besar dari target WHO sebesar 15 juta jiwa per 1000 kelahiran hidup (SDKI,
2012).
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus
keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium merupakan
kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di Amerika
Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Di
Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari
keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal,
kulit dan limfoma. (Hidayat, 2009)
Di Indonesia kanker alat kandungan merupakan salah satu penyebab
kematian utama di antara penyakit kandungan. Kanker ovarium menduduki
urutan ketiga sesudah kanker serviks dan kanker payudara. Kematian akibat
kanker di Indonesia menempati urutan kedua, setelah kematian akibati nfeksi.

1
Namun timbul praduga, apabila berbagai penyakit infeksi telah dapat diatasi
dan penduduk yang mencapai usia lanjut makin banyak jumlahnya,
diperkirakan jumlah penderita kanker akan menempati urutan tertinggi
(Andesa, 2010).
Dari uraian tersebut, penulis dapat mengambil judul laporan Asuhan
Kebidanan Patologis pada Ny. M dengan Tumor Ganas Ovarium di Ruang
Nifas RSUD Provinsi NTB agar dapat memberikan asuhan kebidanan
patologis secara komprehensif.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan
patologis dengan penerapan manajemen kebidanan 7 langkah varney
pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada Ny.
M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD Provinsi
NTB.
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny.
M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD Provinsi
NTB.
3. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa dan masalah potensial pada
Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
4. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada Ny. M
dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD Provinsi NTB.
5. Mahasiswa dapat menentukan rencana asuhan menyeluruh pada
Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium
di Ruang Nifas RSUD Provinsi NTB.
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.

2
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian terhadap
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan
patologis khususnya pada ibu dengan tumor ganas ovarium di lahan
praktek.
1.3.2 Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan patologis pada khususnya pada
ibu dengan tumor ganas ovarium agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif bagi pasien.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian
praktek yang telah dilakukan. Mahasiswa dapat dengan mudah
menilai kekuragannya dan dijadikan sarana untuk menambah
keterampilan praktek dalam menerapkan asuhan kebidanan
patologis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Tumor Ganas Ovarium


2.1.1 Anatomi Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita,
sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina.
Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis
dengan panjang sekitar 1,52 inchi dan lebar <1 inchi, ovarium akan
mengecil setelah menopause. (Andesa, 2010)
Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum
akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma
kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan
(fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan
berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami
proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi
dalam waktu 14 hari setelah ovulasi (Andesa, 2010).
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini
berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran
spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi (Andesa, 2010).

Gambar 2.1 Ovarium (indung telur)


Sumber: (Andesa, 2010)

2.2.1 Pengertian Tumor Ganas Ovarium


Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga
dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal) dengan sifat-

4
sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Andesa,
2010).
Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang di sel-sel
yang menunjang ovarium, termasuk sel epitel permukaan, sel
germinal dan sel setroma. Sel-sel yang bermetastasis dari organ lain
menuju ovarium, tidak dikatakan sebagai kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam. (Saifudin, 2011)
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam
masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih
muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga
tidak jelas/pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
lowmaligna potensial) dan jelas ganas (true malignant)
(Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi
cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer.
Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah
terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro,
2007).

Gambar 2.2 Kanker Ovarium (Andesa, 2010)


2.1.2 Etiologi
Menurut Hidayat (2009), ovarium terletak di kedalaman
rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada
awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda.
Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah

5
bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium
saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor
lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya.
Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu
dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
(Hidayat, 2009)
2. Hipotesis Androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan
bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. (Hidayat,
2009)
3. Hipotesis progesteron
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita
pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron
akan menurunkan risikonya. Akan tetapi, pemakaian depo
medrosiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan risiko
terjadinya kanker ovarium. (Hidayat, 2009)

4. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi
memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah
daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita
yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko
terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% jika
dibandingkan dengan wanita nullipara. (Andesa, 2010)
5. Pil Kontrasepsi

6
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan
penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada
wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu
dengan risiko relatif 0,6 (Andesa, 2010).
Penyebab kanker ovarium secara pasti masih belum
diketahui. Tetapi ada penyebab yang mendorong tumbuhnya
kanker antara lain (Saifuddin, 2011):
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak,
konsumsi makanan mengandung zat-zat sintetik, merokok
2. Polusi udara
3. Stres
4. Virus
5. Faktor genetic
6. Gagalnya sel telur berovulasi.
2.1.3 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari
semua tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan
umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa
reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda
jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan
untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas
suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites. (Saifuddin,
2011)
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan
gejala, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala
akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut. (Saifuddin, 2011)
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya,
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan
tidak nafsu makan dan rasa sakit. (Saifuddin, 2011)
2. Akibat Aktivitas Hormonal

7
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid
kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
(Saifuddin, 2011)
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-
konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut. (Saifuddin, 2011)
b. Torsi
Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium
parietal dan menimbulkan rasa sakit. (Saifuddin, 2011)
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor
ada tumor kuman patogen seperti appendicitis,
divertikalitis, atau salpingitis akut. (Saifuddin, 2011)

d. Robekan dinding kista


Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga
peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
(Saifuddin, 2011)
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah
tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. (Saifuddin, 2011)
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke
kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk
selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru,
hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium. (Wiknjosastro,
2007)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
(Saifuddin, 2011)
1. Stadium Awal

8
a. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
b. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
c. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
d. Nyeri saat bersenggama (penekanan/peradangan daerah
panggul)
e. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut. (Saifuddin, 2011)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia. (Saifuddin, 2011)
2.1.5 Tanda dan Gejala Tumor Ovarium
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari
kanker ovarium yang terdeteksi. Pada stadium awal, keluhan
biasanya nyeri daerah abdomen disertai dengan keluhan seperti
(Hartini, 2008):
1. Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga
abdomen (ascites)
2. Gangguan system gastrointestinal: konstipasi, mual, hilangnya
nafsu makan
3. Gangguan system irinaria: inkontinensia uri
4. Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5. Menstruasi tidak lancar
6. Lelah
7. Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
8. Nyeri saat berhubungan seksual
9. Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil
(sering BAK)
10. Penurunan berat badan. (Hartini, 2008)
2.1.6 Jenis-Jenis Tumor Ovarium
1. Tumor Epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar
ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial
adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial
ovarium (EOCs: Epitelial ovarium carcinomas) merupakan
jenis tumor yang paling sering (8590%) dan penyebab

9
kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor
epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi
sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor
yang berpotensi ganas (LMP tumor: Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa
serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, 2010)
2. Tumor Germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada
remaja dan wanita usia muda dengan median umur 16-20
tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat,
kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan rasa
nyeri. Kurang lebih 10% penderita menunjukan gejala akut
abdomen akibat perdarahan intrakapsuler, torsi dan atau ruptur.
Keadaan ini umumnya ditemukan pada penderita dengan yolk
sac tumor atau mixed germ cell tumors dan sering kali
dikelirukan dengan appendisitis akut atau kedaruratan abdomen
lainnya dan diagnosis ditegakkan pada saat operasi. (Wijaya,
2010)
a. Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal
ovarium yang tersering dan meliputi 50% kasus. Pada
disgerminoma biasanya didapatkan kadar AFP normal, dan
kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG. Secara
makroskopik biasanya bilateral pada 10-15% kasus, dan
secara mikroskopis dapat disertai penyebaran ke ovarium
kontralateral pada 10% kasus. (Wijaya, 2010)
Disgerminoma lebih sering menyebar secara limfogen
dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya.
Penderita disgerminoma biasanya menunjukan gejala
amenore primer, virilisasi, atau perkembangan organ
genitalia yang abnormal dan pada beberapa kasus dapat
ditemukan adanya kromosan Y. Dikatakan lebih dari 50%
dari tumor ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, gejala

10
dapat berupa adanya massa pada daerah abdomen atau
pelvis dengan pembesaran perut dan nyeri. (Wijaya, 2010)
Gejala timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2
tahun dan setengah dari penderita kurang dari 4 bulan. Bila
bersamaan dengan kehamilan, tumor ditemukan secara
tidak sengaja dan dapat menganggu jalannya persalinan.
Gangguan haid jarang didapatkan pada wanita muda.
Kurang lebih 10% asimtomatik, anak dapat menunjukan
pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari wanita yang
tidak hamil menunjukan tes kehamilan positif dan hCG
yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel sinsitiotrofoblast
didalam tumor. (Wijaya, 2010)
b. Yolk sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas
kedua setelah disgerminoma pada wanita usia muda.
Kurang lebih 1% dari seluruh keganasan ovarium. Tumor
terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi
beberapa kasus dilaporkan pada usia >45 tahun. Usia
median 19 tahun. (Wijaya, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif
dan separuh dari penderita mengeluh gejala 1 minggu atau
kurang. Tiga perempat penderita mengeluh nyeri perut dan
hampir semuanya mengeluh adanya pembesaran perut atau
adanya tumor pada daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran
dan perdarahan dari tumor menimbulkan gejala mirip
appendisitis. (Wijaya, 2010)
c. Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang
pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari
ketiga lapisan embrional. Bentuk teratoma yang benigna
merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada wanita
golongan yng lebih tua, sedangkan teratoma maligna adalah
jarang, dan hal ini justru berlawanan dengan teratoma testis
yang umumnya ganas (maligna). (Wijaya, 2010)

11
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk
kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas
berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur
yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur).
Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan
pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh
cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (Wijaya,
2010)
d. Karsinoma embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan
diantara tumor sel germinal ovarium, tidak lebih dari 5%.
Tumor ini analog dengan karsinoma embrional testis.
Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia median 14
tahun. Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering
dikeluhkan adanya massa pelvis yang disertai rasa nyeri,
sering menyerupai keadaan appendisitis, kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila hasil tes kehamilan positif.
(Wijaya, 2010)
Selain ini dapat ditemukan adanya amenore atau
perdarahan pervaginam abnormal, serta kemungkinan juga
disertai adanya hirsutisme dan virilisasi. (Wijaya, 2010)
e. Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai
koriokarsinoma murni (tunggal) atau lebih sering sebagai
bagian dari suatu tumor sel germinal campuran. Penentuan
ini penting artinya, karena bila murni lebih mungkin tumor
ini berasal dari hasil konsepsi dari pada nosgestasional.
Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan suatu
metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya,
karena koriokarsinoma nongestasional kurang sensitif
terhadap kemoterapi dibandingkan dengan koriokarsinoma
gestasional. (Wijaya, 2010)
f. Poliembrioma

12
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen
embrional bodies yang berasal dari sel embrio normal.
Neoplasma jenis ini sering mengenai testis. Kebanyakan
tumor ini berkaitan dengan tumor sel germinal lainnya
terutama teratoma. Poliembrioma merupakan neoplasma sel
germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor ini
radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum jelas.
(Wijaya, 2010)
g. Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau
lebih tipe neoplasma sel germinal yang berbeda. Tumor
ganas mixed germ cell tumor ovarium lebih sedikit
dibandingkan dengan didalam testis, dan jumlahnya tak
lebih dari 8% dari seluruh keganasan ovarium. Umur
penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari
sepertiganya terjadi sebelum usia pubertas. (Wijaya, 2010)
Kebanyakan pasien mengeluhkan adanya massa
diperut dan lebih dari separuhnya disertai nyeri perut
bagian bawah. Beberapa diantaranya memperlihatkan
pseudopubertas prekoks dan dapat memperlihatkan hasil tes
kehamilan yang positif. Tumor ganas mixed germ cell
biasanya berukuran besar, unilateral tetapi penampakannya
tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan. (Wijaya,
2010)
3. Tumor Stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong
ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa
tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker
dengan derajat keganasan yang rendah. (Andesa, 2010)
2.1.7 Penatalaksanaan Tumor Ganas Ovarium
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya
lebih dari 5 cm, merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi,
karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila

13
tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang
dari 5 cm, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.
(Andesa, 2010)
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah
dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara
utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium,
pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening,
pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta
melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan
untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical
staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan
terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
(Andesa, 2010)
1) Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total
(TAH), salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi
serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan
dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk
memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan
massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti
menambah manfaat. Dapat didahului frozen section untuk
kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil operasi
harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi
tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi. (Andesa,
2010)
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk
histerektomi total, adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-
kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor diangkat
untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan
terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara
debulking (cytoreductive) pengambilan sebanyak mungkin
jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan debulking

14
memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih
efektif. (Andesa, 2010)

2) Radioterapi
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa,
hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Gunanya untuk membunuh sel penular dengan
menggunakn sinar radiasi tinggi. (Andesa, 2010)
3) Kemoterapi
Merupakan perawatan dengan obat-obatan untuk
membunuh sel kanker. Obat-obatan kemoterapi dimasukkan
langsung ke jaringan pembuluh darah atau diminum.
Kemoterapi ini juga penting untuk mencegah kanker
menyebar ke organ tubuh lainnya. Untuk penderita kanker
ovarium yang menyerang sel epitel, biasanya diperlukan 6
kali kemoterapi dengan jarak satu kemoterapi dengan
kemoterapi yang lainnya yaitu 3-4 minggu. (Andesa, 2010)
Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang
lebih disukai karena terapi radiasi mempunyai keterbatasan
(misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan
radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua
(eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin
jaringan tumor. (Andesa, 2010)

2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (Varney, 2007)
Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney (7 langkah)
meliputi :
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang
klien/orang yang minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang
tidak akan selesai jika setiap informasi yang dapat diperoleh hendak

15
dikumpulkan. Maka dari itu sebelumnya harus mempertanyakan: data
apa yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat
bersangkutan. Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi
yang sedang ditinjau. Data yang mempunyai pengaruh
atas/berhubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. (Varney, 2007)
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan
berlangsung. Data secara garis besar, di klasifikasikan menjadi data
subjektif dan objektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan
harus mengembangkan antar personal yang efektif dengan pasien/klien
yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal -hal yang menjadi
keluhan utama pasien dan yang mencemaskan berupaya mendapat data
fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.
(Varney, 2007)
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik. (Varney, 2007)
3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dan bersiap siap bila diagnose / masalah potensial ini
benar-benar terjadi. (Varney, 2007)
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan
perlu tindakan segera demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data
menunjukan situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan
lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan
asuhan pasien yang paling tepat. (Varney, 2007)

16
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komperhesif
Menyeluruh
Pada langkah ini direcanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langka ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi
atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dilengkapi. (Varney, 2007)
6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah
ini bidan dapat berkolaborasi dengan dokter dalam manajemen asuhan
bagi pasien. (Varney, 2007)
7. Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
(Varney, 2007)

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY. M


DENGAN TUMOR GANAS OVARIUM
DI RUANG NIFAS RSUD PROVINSI NTB
TANGGAL 07 s/d 12 FEBRUARI 2017

Tanggal masuk RS : 07 Februari 2017


Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 07 Februari 2017
Jam : 13.30 WITA
Tempat : Ruang Nifas, RSUD Provinsi NTB

I. PENGKAJIAN DATA DASAR


DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama pasien : Ny. M Nama suami : Tn. P
Umur : 40 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak/Indonesia Suku/bangsa :
Sasak/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tukang
Alamat : Gunung Sari Alamat : Gunung Sari
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan terasa nyeri di perut bagian kanan.
C. Riwayat Keluhan Utama
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Gunung Sari datang ke
Poli Kandungan RSUD Provinsi NTB dengan keluhan nyeri di
perut bagian kanan yang disertai pembesaran sejak 1 bulan yang
lalu sehingga menyebabkan ibu sukar BAB dan BAK, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, dan ibu tidak haid sejak 2
bulan yang lalu. Ibu mengatakan menggunakan KB implant sejak
bulan Februari 2015. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan USG
ternyata hasilnya pasien terdiagnosa tumor ganas ovarium
sehingga dipindahkan ke Ruang Nifas untuk rencana dilakukan
tindakan operasi.

18
D. Riwayat Kesehatan yang Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
(hepatitis, TBC, HIV/AIDS), penyakit menurun (hipertensi,
diabetes melitus), penyakit menahun (jantung, ginjal) serta tidak
ada keturunan kembar.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang pernah
menderita penyakit menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS), penyakit
menurun (hipertensi, diabetes melitus), penyakit menahun
(jantung, ginjal) serta tidak ada keturunan kembar.
F. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Disminorhe : ada
Siklus : 30 hari Flour albus : Tidak ada
Lama : 7 hari
G. Status perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Umur pertama kali menikah
Suami : 29 tahun
Istri : 25 tahun
Lama : 15 tahun
H. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Hamil UK Peno Temp JP Penyulit BBL JK Umu Ket


Ke (gr)
long at r

H B N

1 9 Bida PKM Spo - - - 3.60 9 th H


bln n ntan 0 gr

2 9 Bida PKM Spo - - - 3.90 2 th H


bln n ntan 0 gr

I. Keadaan Psikologi
Ibu mengatakan perasaannya cemas
J. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi (sebelum dan selama dirawat)
Makanan Sebelum dirawat Saat pengkajian

Komposisi Nasi, sayur, ikan Nasi, sayur, ikan

Freksuensi 3 kali sehari Baru 1 kali

Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada

19
Masalah Tidak ada Tidak ada

Minum Sebelum dirawat Saat pengkajian


Jenis Air putih Air putih

Frekuensi 8-12 gelas sehari Baru 3 gelas

Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Pola eliminasi (sebelum dan selama dirawat)


BAK Sebelum dirawat Saat dikaji
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Frekuensi 4-5 kali sehari Baru 1 kali

Masalah Tidak ada Tidak ada

BAB Sebelum dirawat Saat pengkajian

Konsistensi/warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari

c. Pola istirahat (sebelum dan selama dirawat)


Istirahat Sebelum dirawat Saat pengkajian

Siang 2 jam Baru 1 jam

Malam 7-8 jam Belum istirahat

Masalah Tidak ada Tidak ada

d. Personal hygiene
Personal hygiene Sebelum dirawat Saat pengkajian
Mandi 2 kali sehari 1 kali

Gosok gigi 2 kali sehari Baru 1 kali

Ganti pakaian 1 kali sehari 1 kali

Ganti pakaian 2 kali sehari 1 kali

20
dalam

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7 C
Pernapasan : 20 kali/menit
4. Kepala
Warna rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka,
tidak ada ketombe, tidak ada benjolan, tidak adanya nyeri tekan
dan oedema.
5. Wajah
Bentuk simetris, tidak pucat dan tidak ada oedema.
6. Mata
Mata simetris, kemampuan berkedip normal, gerakan bola mata
normal, konjungtiva tidak pucat.
7. Telinga
Tidak ada serumen, fungsi pendengaran normal.
8. Hidung
Tidak ada sekret, tidak ada polip.
9. Mulut dan gigi
Bentuk bibir simetris, warna tidak pucat, keadaan bibir lembab,
tidak pecah-pecah, tidak ada karies pada gigi.
10. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak adanya bendungan vena
jugularis.
11. Payudara
Bentuk simetris, aerola hipervigmentasi, puting menojol, tidak
ada lesi dan bekas luka operasi, tidak ada rasa nyeri tekan, tidak
terdapat benjolan/massa.
12. Abdomen
Tampak pembesaran dan tegang pada perut bagian kanan dan ada
nyeri tekan.
13. Ekstremitas atas dan bawah :

21
Ekstremitas atas :Simetris, gerakan normal, tidak ada
oedema dan terpasang infus.
Ekstremitas bawah :Simetris, gerakan normal, tidak ada
oedema
14. Genetalia
Tidak ada oedema
15. Pemeriksaan penunjang:
Tanggal : 29 Januari 2017
USG : Tumor ganas ovarium
Pemeriksaan laboratorium tanggal 07 Februari 2017
Hb : 12,4 gr/dL
WBC : 624
PLT : 505

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : Ny. M umur 40 tahun dengan tumor ganas ovarium.
Data Dasar :
a. Data subyektif:
Ibu mengatakan terasa nyeri di perut bagian kanan dan disertai
pembesaran.
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
TD : 110/ 70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Rr : 20 x/menit.
b. Terdapat pembesaran pada abdomen dan tegang pada bagian kanan,
dan nyeri pada saat ditekan
c. Hasil USG yaitu tumor ganas ovarium (tanggal 29 Januari 2017)
d. Pemeriksaan laboratorium (tanggal 07 Februari 2017)
a) Hb : 12,4 g/dL
b) WBC : 624
c) PLT : 505

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Kanker ovarium.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan Dokter Obgyn dalam pemberian therapy.

22
IV. RENCANA ASUHAN
Tanggal : 07 Februari 2017
Pukul :13.40 WITA
1. Beritahu keadaan umum pasien dan vital sign
2. Berikan support atau dukungan pada ibu
3. Beritahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi besok
pada tanggal 08 Februari 2017
4. Beritahu ibu untuk berpuasa pada pukul 00.00 WITA dan mencukur bulu
kemaluan sebelum dilakukan operasi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan penanganan.
V. PELAKSANAAN
Tanggal 07 Februari 2017
Pukul 13.45 WITA
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum pasien baik, TD :110/
70 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,7 0C, Rr : 20 x/menit dan
menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini yaitu keluhan yang
dirasakan oleh ibu dikarenakan dari hasil pemeriksaan ibu saat ini
menderita tumor ganas ovarium.
2. Memberikan support atau dukungan pada pasien bahwa pasien pasti
mampu menghadapi hal ini dan tetap tenang dalam mengikuti semua
tindakan pengobatan yang diberikan, untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan keadaan umum ibu sebaiknya ibu lebih memperhatikan
pola makan ibu, hindari halhal yang membuat ibu stress karena hal ini
juga dapat membuat keadaan ibu buruk serta menjaga pola kebersihan
terutama pada daerah kemaluan sehingga ibu tidak perlu merasa cemas
lagi.
3. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi
besok pada tanggal 08 Februari 2017 untuk mengangkat penyakit tumor
yang diderita oleh ibu dengan tujuan agar tidak mengalami komplikasi
lebih lanjut.
4. Memberitahu ibu untuk berpuasa dari pukul 00.00 WITA agar dapat
dilakukan operasi pada tanggal 08 Februari pukul 08.00 WITA, dan
mencukur bulu kemaluan sebelum dilakukan tindakan operasi.

23
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan tumor ovarium
yaitu dengan tindakan operasi serta memberikan infus dan antibiotic
beserta terapi oral yaitu asam mefenamat apabila nyeri.

VI. EVALUASI
Tanggal : 07 Januari 2017
Pukul : 14.55 WITA
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Petugas telah memberikan support atau dukungan kepada pasien
3. Ibu dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui tindakan operasi besok
pada tanggal 08 Januari 2017
4. Ibu bersedia untuk puasa pada pukul 00.00 WITA dan ibu mau mencukur
bulu kemaluan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian penanganan sudah dilakukan

24
CATATAN PERKEMBANGAN
NY. M DENGAN POST OPERASI (SURGICAL STAGING)

No Hari/ Tanggal Perkembangan


.

1. 08 Februari 2017 A. Subjektif data


Ibu mengeatakan perutnya terasa nyeri bekas luka
Pukul 12.10 operasi
WITA B. Objektif data
a) Keadaan umum ibu baik
b) Tanda-tanda vital
TD 100/70 mmHg, nadi 79 x/menit, suhu
36,90C, respirasi 22 x/menit.
c) Abdomen
Terdapat bekas jahitan operasi.
d) Ekstremitas atas
Simetris, masih kaku untuk digerakkan, tidak
oedema, terpasang infus.
e) Ekstremitas bawah
Simetris, masih kaku untuk digerakkan, tidak
oedema, terpasang kateter.
C. Analisa
Ny. M dengan post surgical staging hari
pertama..
D. Planning
a) Mengobservasi keadaan umum dan TTV ibu
b) Mengajarkan ibu untuk mobilisasi
c) Menyeka ibu
d) Memerikan ibu terapi yaitu injeksi cefotaxime
1 gr/8 jam, kaltropen suppositoria per 8 jam.
e) Menganjurkan ibu untuk puasa sampai flatus
2. 09 Februari 2017 A. Subjektif data
Ibu mengatakan perutnya masih terasa nyeri
Pukul 08.00
bekas luka operasi dan ibu mengatakan sudah
WITA
kentut.
B. Objektif data
a) Keadaan umum ibu baik
b) TTV
TD 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu
36,70C, respirasi 22 x/menit.
c) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi.
d) Ekstremitas atas

25
Simetris, tidak oedema, terpasang infus.
e) Ekstremitas bawah
Simetris, tidak oedema, terpasang kateter.
C. Analisa
Ny. M dengan post surgical staging hari ke
dua.
D. Planning
a) Mengobservasi keadaan umum dan TTV ibu
b) Melakukan perawatan luka
c) Melepas kateter
d) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri
terutama daerah operasi
e) Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan
perbanyak nutrisi
f) Injeksi cefotaxime 1 gr/8 jam, berikan
kaltropen suppositoria per 8 jam.
3. 10 Februari 2017 A. Subjektif data
Ibu mengatakan masih terasa nyeri bekas luka
Pukul 08.00 operasi
WITA B. Objektif data
a) Keadaan umum ibu baik
b) TTV
TD 120/80 mmHg, nadi 81 x/menit, suhu
37,20C, respirasi 21 x/menit
c) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi.
d) Ekstremitas atas
Simetris, tidak oedema, terpasang infus.
e) Ekstremitas bawah
Simetris, tidak oedema, kateter sudah dilepas.
C. Analisa
Ny. M dengan post surgical staging hari ke
tiga.
D. Planning
a) Mengobservasi k/u dan TTV ibu
b) Melakukan perawatan luka
c) Mengnjurkan ibu untuk banyak bergerak dan
jalan-jalan
d) Mengnjurkan ibu menjaga kebersihan diri
terutama daerah operasi
e) Mengnjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
f) Injeksi cefotaxime 1 gr/8 jam, berikan
kaltropen suppositoria per 8 jam.

26
4. 11 Februari 2017 A. Subjektif data
Ibu mengatakan nyerinya sudah berkurang
Pukul 14.00 B. Objektif data
a) Keadaan umum ibu baik
WITA b) TTV
TD 100/70 mmHg, nadi 76 x/menit, suhu
37,4 0C, respirasi 21 x/menit
c) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi.
d) Ekstremitas atas
Simetris, tidak oedema, terpasang infus.
e) Ekstremitas bawah
Simetris, tidak oedema.
C. Analisa
Ny. M dengan post surgical staging hari ke
empat.
D. Planning
a) Mengobservasi k/u dan TTV ibu
b) Menganjurkan ibu untuk banyak bergerak dan
jalan-jalan
c) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri
terutama daerah operasi
d) Memberikan ibu obat oral yaitu asam
mefenamat 3x500 mg.
5. 12 Februari 2017 A. Subjektif data
Ibu mengatakan nyerinya sudah berkurang.
Pukul 11.00 B. Objektif data
a) Keadaan umum ibu baik
WITA b) TTV
TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
37,10C, respirasi 20 x/menit
c) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi.
d) Ekstremitas atas
Simetris, tidak oedema, terpasang infus.
e) Ekstremitas bawah
Simetris, tidak oedema.
C. Analisa
Ny. M dengan post surgical staging hari ke
lima.
D. Planning
a) Menjelaskan ibu bahwa keadaanya sudah
membaik
b) KIE ibu tentang kebersihan diri, nutrisi dan

27
istirahat.
c) Memberikan asam mefenamat 3x500 mg
d) Melepaskana infus
e) Observasi dihentikan
f) Menganjurkan ibu untuk sering cek ulang 1
bulan sekali
g) Pasien boleh pulang.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan mengenai isi laporan


asuhan kebidanan patologi padi Ny. M dengan tumor ganas ovarium hususnya
pada tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan antara teori dan praktek yang
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada kasus ini telah
didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan perutnya terasa nyeri yang disertai
dengan pembesaran pada perut sejak 1 bulan yang lalu dan ibu telat haid sekitar 2
bulan yang lalu. Data objektif yaitu kedaan umum ibu baik, tekanan darah 110/70
mmHg, suhu 36,7 0C, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit. Berdasarkan
pengkajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu berdasarkan hasil USG
ibu terdiagnosa tumor ganas ovarium. Berdasarkan hasil tersebut, tidak
didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada di lahan.
Pada langkah kedua yaitu interpretasi data dasar, telah ditetapkan diagnosa
kebidanan yaitu: Ny. M umur 40 tahun dengan tumor ganas ovarium. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik karena diagnosa
telah ditetapkan sesuai dengan permasalahan yang ada yang telah didapatkan
berdasarkan pengkajian.
Pada langkah ketiga, penetapan diagnosa dan masalah potensial pada
pasien yaitu kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Pada langkah ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena kemungkinan
terjadinya masalah potensial telah disesuaikan dengan hasil pemeriksaan ibu.
Setelah dilakukannya pengkajian dan ditetapkan diagnosa, pada kasus ini
telah ditetapkan penanganan segera yaitu dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis obgyn terkait tindakan dan terapi untuk ibu. Tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek karena telah sesuai dengan asuhan kebidanan
yang ada.
Perencanaan asuhan yang akan diberikan pada ny. M telah sesuai dengan
advice dokter dan kebutuhan pasien. Semua perencanaan yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.

29
Pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan pada langkah
sebelumnya telah terlaksana secara efisien dan aman dari pelaksanaan asuhan
yang pertama hingga terakhir. Dalam pelaksanaanya, asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien telah sesuai yaitu dengan dilakukan tindakan operasi
dengan persiapan tindakan sebelum dan sesudah operasi. Adapun terapi yang
diberikan yaitu injeksi cefotaxime 1 gr/8 jam selama 3 hari dan obat anti nyeri.
Dalam pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek
karena pelaksanaan telah sesuai dengan teori yang ada.
Langkah terakhir yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan yang telah
dilakukan dapat terselesaikan dengan baik. Pada langkah ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena hasil evaluasi telah sesuai
dengan pelaksanaan yang dilakukan pada Ny. M.

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
2. Mahasiswa telah mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan
diagnosa pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas
RSUD Provinsi NTB.
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi penanganan pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di
Ruang Nifas RSUD Provinsi NTB.
4. Mahasiswa telah mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera
pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
5. Mahasiswa telah mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan
pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD
Provinsi NTB.
6. Mahasiswa telah mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada
Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas RSUD Provinsi
NTB.
7. Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi hasil tindakan asuhan
kebidanan pada Ny. M dengan tumor ganas ovarium di Ruang Nifas
RSUD Provinsi NTB.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan
bahan evaluasi terhadap kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh
mahasiswa. Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menilai sejauhmana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu
yang telah didapatkan dari teori.
5.2.1 Bagi Lahan Praktik
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Rumah
Sakit agar dapat mempertahnkan dan meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pasien.

31
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan tolak ukur mahasiswa
untuk dapat mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa sendiri
dalam menerapkan ilmu di lahan praktek, dan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan untuk kesempurnaan praktek yang selanjutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Andesa, Hesa, (2010). Askeb Ca.Ovarium. Yogyakarta: Fitra Maya

Hidayat. (2009). Askeb Ca Ovarium. Jakarta: Salemba Medika

Hartini. (2008). Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan
Tingkat Kesuburan yang Rendah. Jakarta: SMF

Manuaba, (2008). Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta: EGC

Safiuddin (2011). Deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia,


Jakarta.

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker. Yogyakarta: Sinar


Kejora

Wiknjosastro, Hanifa, (2010). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP

Varney, Helen. Dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

33

Anda mungkin juga menyukai