Anda di halaman 1dari 24

PELVIMETRI

PENGERTIAN
Menurut Vinita Merill Radiografi Pelvimetri adalah teknik untuk dapat
memperlihatkan bentuk dan ukuran pelvic dariibu dan membandingkan ukuran kepala
janin dengan tulang pelvic outlet dari si ibu.Prosedur ini dilakukan untuk menentukan
apakah diameter pelvic siibu memadai untuk melahirkan secara normal atau perlu dibantu
untuk melakukan pebedahan perurut dalam proses melahirkan.
Menurut G.J Van Der Plaats Pelvimetri adalah pemeriksaan radiografi untuk
mengetahui secara pasti ukuran pelvic inlet dan outlet dari si ibu yang akan
melahirkan.Pemeriksaan ini dilakukan sebagai informasi kepada dokter kandungan.
Secara Terminologi pemeriksaan Pelvimetri adalah pemeriksaan radiografi
dengan menggunakan sinar – x dan untuk mengetahui ukuran dan bentuk panggul ibu
dan kepala janin.Melalui pemeriksaan ini dapat dipastikan proses melahirkan yang
terbaik bagi si ibu dan si bayi.

ANATOMI
Rongga pelvis terletak dibawah dan bersambungan dengan rongga abdomen .
pelvis besar adalah pasu tulang yang dibentuk oleh tulang iscium dan pubis yang
merupakan sisi samping dan depan dan tulang sacrum serta kocsigis membentukbatas
belakang . Pinggiran pelvis dibentuk oleh promotorium sacrum belakang , garis
ilioktinal disisi – sisinya dan crista pubis di depan. Pintu keluar outlet pelvis merupakan
jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian lunak. Dalam proses persalinan pervaginan janin
harus melewati jalan lahir ini.
Jalan lahir bagian lunak terdiri atas :
 Segmen bawah uterus , cervic dan vagina berfungsi sebagai pembentuk jalan
lahir bagian lunak.
 Otot – otot, jaringan ikat dan ligamen – ligamen yang berfungsi menyokong
alat- alat urogenetalis.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas ilio pektinea. Sedang pelvis minor
dibatasi oleh pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.
PINTU ATAS PANGGUL ( PAP )
1. PAP merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh promontorium disebelah
posterior , oleh linea terminalis disebelah lateral dan oleh pinggir atas symphisis
disebelah anterior.
2. Ukuran – ukuran pada panggul yang penting untuk diketahui :
 Konyugata obstetrika adalah diameter anterior posterior yang diukur dari
promontorium sampai ketengah permukaan posterior symphisis.
 Konyugata diagonalis adalah jarak bagian bawah symphisis sampai ke
promontorium.
 Konyugata vera adalah jarak pinggir atas symphisis dengan
promontorium.
 Diameter transversal adalah jarak terjauh garis lintang PAP.
 Diameter oblikua adalah garis yang dibuat antara persilangan konyugata
vera dengan diameter transversal ke articulatio sacroiliaca.
PINTU BAWAH PANGGUL ( PBP )
1. Batas atas PBP setinggi spina iskhiadaka . jarak antara spina disebut diameter
Bispinosum
2. Batas bawah PBP berbentuk segiempat panjang disebelah lateral oleh
tuberositas ischi dan disebelah posterior oleh os coxsigis dan ligamen
sacrotuberosum.
3. Diameter anteroposterior PBP diukur dari apex arcus pubis keujung os
coxsigis.
RUANG PANGGUL
Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dengan PBP . Dinding posterior
dibentuk oleh os sacrum , os coxsigis sepanjang 12 cm.Pelvis meter tidak dipakai . Jarak
tiap ujung diameter anteroposterior pelvis inlet dan puncak meja harus diukur dengan
caliper.

INDIKASI
1. Trauma pelvis
2. Conginetal abnormal pada pelvis
3. Poliomyelitis ( radang akut pada sumsum tulang belakang )
4. Antenal ( persalinan letak sungsang )
5. Postpartum setelah section caesaria ,persalinan yang sulit dengan forceps atau
kematian prenatal ( menegaskan adanya kehamilan / kehamilan ganda)
6. Kesulitan persalinan
7. Persalinan mid forceps ( dengan obat perangsang )
8. Kematian janin yang tidak dapat diterangkan.
9. Suspect adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion ), keadaan dimana kepala fetus
lebihbesar dari rongga pelvic.

WAKTU PEMERIKSAAN
Pemeriksaan pelvimetri ini dilakukan pada usia kehamilan 34 – 36 minggu dan
sebaiknya dikerjakan dalam waktu 2 minggu terakhir sebelum persalinan.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat rontgen
2. aksesoris ( kaset dan film berukuran 35 x 35 cm dan 35 x 43 cmserta
perlengkapan lainnya ).
3. Meja khusus pelvimetri
4. Marker dan alat tulis untuk memberi tanda
5. Water pass
6. Thomas plate
7. Penggaris cm
8. Penggaris colccher – sussman
9. Automatic processing

TEKNIK RADIOGRAFI
METODE THOMS
Pada metode Thoms untuk pengukuran pelvis diperlukan 2 proyeksi yaitu lateral
dan inlet suferoinferior.Kedua proyeksi ini dibuat pada jarak focus film 90 cm .Thoms
dan Wilson menganjurkan bahwa persamaan jarak tetap dapat dilakukan dalam menjaga
relatif nilai ukur 2 bayangan / gambar dan agar dapat meminimalkan kesalahanyang
disebabkan oleh perbedaan berkas radiasi. Untuk proyeksi lateral pasien ditempatkan
pada posisi erect dan centimeter pada garis besi diatur berlawanan sacrum dalamlipatan
nates.
Proyeksi inlet diperlukan 2x ekspose dalam 1 film. Untuk ekspose pertama pasien
diposisikan setengah duduk dan atur sehingga plane pelvis hampir sejajar dengan
permukaan film dan jarak inlet dengan table diukur. Ekspose kedua pasien dipindahkan (
sambil film dan tube dibiarkan ) diatur dan ditempatkan lebih dahulu dengan pelvis inlet
lalu dibuat ekspose kedua.
Dengan type grid timbal yang dulu , dimana dibuat lubang – lubang dengan jarak
1 cmseperti dimana pola all over , menghasilkan titik hitam sepeti skala cm yang
mempunyai derajat magnifikasi yang sama dengan pelvis inlet , jadi diameter inlet yang
diinginkan dapat dibaca dengan menghitung titik – titik tersebut. Dengan modifikasi grid
timbal , lubang – lubang dibuat memanjang keujung membentuk jarak permukaan
diameter transversal berbeda dengan pelvis inlet yang memungkinkan perhitungan.
Perbedaannya hanya pada teknik penggunaan kedua grid tersebut.
Alat dan Bahan

 Pesawat rontgen
 Meja pemeriksaan yang dilengkapi dengan grid
 Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm masing – masing satu buah
 Skala Thoms yaitu lempengan besi dengan lubang – lubang yang berjarak 1
cm satu sama lain
PROYEKSI INLET
Film 24 x 30

POSISI PASIEN
1. Mengatur sandaran duduk membentuk sudut 50 derajat dengan meja pemeriksaan.
2. Palpasi tempat diantara processus spinosus L4 – L5 lalu diberi tanda titik ( titik a )
3. Palpasi batas atas symphisis lalu beri tanda 1 cm dibawahnya. ( titik b )
4. Ketika pasien duduk diatas meja , atur garis mid sagital pasien tepat digaris
tengah meja pemeriksaan, lalu punggung pasien direbahkan pada sandaran.
5. Diharapkan agar bidang PAP ( proyeksi garis dari titik a – titik b ) sejajar dengan
meja dam film.
6. Eksposi dilakukan pada tahan napas diakhiri inspirasi sesudah diyakini janin
didalam kandungan normal .
7. Ekspose pertama pada posisi setengah duduk.
8. Eksposi kedua pada film yang sama tanpa pasien, lalu letakkan grid skala Thoms
setinggi bidang PAP pasien.

STRUKTUR GAMBARAN
 PAP ( pelvis inlet ), spina iskhiadika dan PBP ( pelvis outlet ) pada posisi axial
 Titik hitam yang terbentuk dari lubang yang ada pada skala Thoms

KRITERIA GAMBAR
 PAP dan PBP , spina iskhiadika harus terlihat jelas
 Grid skala Thoms tampak jelas pada seluruh struktur yang akan diukur
PROYEKSI LATERAL

POSISI PASIEN
Pasien berdiri tegak true lateral dengab seluruh berat badan bertumpu pada kaki , kedua
tangan menyilang didepan dada dan pinggul menempel padameja Thoms yang telah
ditegakkan.

POSISI OBJEK
Setelah pinggul menempel pada meja pemeriksaan jarak lipatan gluteal ( bokong ) dan
lipatan labial diukur dengan penggaris yang diharapkan jarak keduanya sama.
Central ray : tegak lurus film
Central point : pertengahan insisura iskhiadika mayor

STRUKTUR GAMBARAN
 Sacrum , insisura sacriiliaca , spina iskhiadika . tuberositas , acetabulum serta
batas anterior dan posterior dari syimphisis pubis.
 Titik hitam dari skala Thoms

KRITERIA GAMBAR
 Pelvis harus true lateral dibuktikan dengan superposisnya acetabulum dan femur
 Grid skala Thoms tampak pada struktur yang akan diukur
METODE COLCHER – SUSSMAN
Pada metodeini digunakan alat – alat sebagai berikut :
1. Penggaris colcher – sussman
2. Bantal /alas kain
3. Pesawat rontgen
4. Film

A. Proyeksi AP

POSISI PASIEN :
Pasien dalam keadaan supine dengan MSP tubuh pada midline table . Tekuk lutut pasien
untuk menaikkan pelvis, depan dan paha dilebarkan agar penggaris colcher dan sussman
dapat ditempatkan. Penggaris diletakkan transversal ditengah sesuai lipatan gluteal dari
tuberositas iskhiadikus.
Central ray : Vertikaltegak lurus
Central point : 3,7 cm superior symphisis pubis

KRITERIA GAMBAR
 Pelvis harus tergambar pada film
 Penggaris colcher – sussman harus tergambar dengan skala centimeternya
 Penampakan seluruh pelvis dan diameter yang akan tervisualisasi
 Pelvis tidak rotasi
 Seluruh kepala janin harus tergambar
B. Proyeksi Lateral

POSISI PASIEN
Pasien dalam posisi lateral dan garis mid axilla berada pada garis tengah meja. Paha
diposisikan setengah lurus agar tidak mengaburkan gambaran tulang pubis. Bantal pasir
diletakkan diantara lutut agar tungkai tidak bergerak. Penggaris diarahkan sesuai panjang
badan. Bobot tubuh tertumpu sepanjang mid sagital tubuh pasien. Penggaris colcher –
sussman ditempatkan setinggi lipatan gluteal dan mid sacrum.
Central ray : Vertikal tegak lurus
Central point : Titik trochanter mayor

KRITERIA GAMBAR
 Coxae dan kedua femur saling superposisi
 Femur tidak menutupi syimphisis pubis
 Pelvis , sacrum dan coxae harus terlihat
 Penggaris colcher – sussman dan skalanya terlihat jelas
 Seluruh struktur pelvis dan diameter yang akan diukur terlihat
 Seluruh kepala janin harus tergambar
METODE BALL
Metode ini menggunakan alat khusus pada eksposi film . pemeriksaan normal ada
2 posisi :
1. Proyeksi AP
2. Proyeksi Lateral

Pada kasus menunjukkan bagian bawaan dan kehamilan multiple dan proyeksi tambahan
( AP dan Lateral ) sangat penting , dengan film dipusatkan dibagian ujung processus
xipoideus . Untuk pemeriksaan kepala fetus dan maternal pelvis , sudut dari pembesaran
bayangan diketahui untuk dihitung dengan calculator agar dapat dinilai yang benar pada
skala jarak anoda film .

POSISI PASIEN
Posisi erect karena :
1.Menggunakan efek gravitasi diatas fetus. Sesudah 2 bulan terakhir kehamilan kondisi
normal fetus akan dilindungi oleh cairan amnion . Letakkan dibawah tepi inlet pelvis
dan dekat bagian spina iskhiadika
2.Dislokasi tempat fetus
Dalam keadaan normal kepala fetus pada MSP dan mid coronal plane inlet pelvis
Dislokasi tempat fetus karena :
a.Pindahnya bagian placenta
b.Adanya massa di pelvis, diluar uterus
POSISI AP

Film 35 x 43 cm melintang
POSISI PASIEN
Posisi pasien berdiri dengan MSP dari tubuh pada pertengahan dari grid. Tempatkan kaset
melintang meliputi bagian trochanter mayor .atur ketinggian device sehingga batas
bawah kaset akan berada sekitar beberapa inchi dibawah tuberositas ischidium ( lipatan
glutea femoral mudah dilihat ). Pasien berdiri lurus dengan berat badan bertumpu pada
kedua kaki. Setelah dipastikan bahwa fetus dalam keadaan tenang / diam , instruksikan
pasien untuk menahan nafas pada akhir inspirasi untuk ekspose.
Central ray : Eksposi film dengan CR diarahkan tegak lurus menuju MSP setinggi tepi
Superior dari symphisis pubis.

KRITERIA GAMBAR
 Keseluruhan pelvis , kepala janin dan trochanter mayor tercakup
 Pelvis tidak rotasi
 Selurus struktur pelvis dan diameter yang akan diukur terlihat
POSISI LATERAL
Film 35 x 43 cm memanjang
POSISI PASIEN
Aturpasien dari posisi AP menjadi posisi true lateral . Tempatkan kaset memanjang
meliputi fundus dari uterus .ketinggian dari vertical grid tidak berubah . Atur posisi tubuh
sehingga tepi posterior dari gluteus sedikit tercakup pada batas lateral dari film . Posisi
ini menempatkan hip joint agak sedikit pada satu sisi dari garis tengah vertical grid
device. Instruksikan pasien berdiri lurus dengan berat badan bertumpu pada
keduakaki.Setelah dipastikan bahwa fetus dalam keadaan tenang / diam instruksikan
pasien menahan napas pada akhir inspirasi.
Central ray : Perubahan tube kearah lateral sehingga CR melalui tepi atas dari hip joint.
Sinar masuk kedalam tubuh sekitar beberapa inchi diatas tepi superior
Dari trochanter mayor.( gambar 20- 41)

KRITERIA GAMBAR
 Hips dan kedua femur saling superposisi
 Fetus harus tergambar dengan pelvis , sacrum dan coccyx
 Pelvis harus ditembus sehingga lokasi dari kepala janin dapat
didemostrasikan .
 Seluruh struktur pelvis dan diameter yang akan diukur tervisualisasi.
KESIMPULAN
1. Pelvimetri bertujuan untuk mengukur pelvis
2. Pelvimetri dilakukan pada usia kehamilan 34 – 36 minggu
3. Pemeriksaan pelvimetri radiology ini juga mempunyai keterbatasan
karena potensial menimbulkan bahaya radiasi , juga hanya dapat mengukur
bagian keras dari pelvis, perubahan pengecilan kepala dan kekuatan uterus dalam
persalinan serta derajat relaksasi ligamentum juga tidak dapat terdeteksi dengan
metoda yang ada.
4. Pelvimetri konvensional memang dapat memberikan hasil yang akurat
namun dibeberapa negara maju pemeriksaan pelvimetri konvensional telah
digantikan perananannya dengan CT . Scan dan USG
5. Pemeriksaan pelvimetri radiologi merupakan cara pengukuran dari
suatu panggul yang cukup akurat dengan tujuan menolong keselamatan ibu dan
bayi yang dilahirkan.
SARAN
1. Hasil gambaran yang akurat pada pemeriksaan ini penting . Maka sebelum
pemeriksaan dilakukan hendaknya diperhatikan kembali dan dipersiapkan
peralatan yang akan digunakan
2. Penempatan alat ukur harus mengikuti prosedur dan dilakukan setepat
mungkin agar mendapat hasil yang akurat.
3. Melihat keadaan pasien yang sedang hamil menjelang melahirkan , akan lebih
baik bila selama pemeriksaan pelvimetri didampingi seorang radiolog.
4. Hindari kesalahan dan pengulangan foto sebab radiasi dapat membahayakan
pasien maupun bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Merill’s Vinita. ATLAS OF RADIOGRAFIC POSITIONS and RADIOLOGIC


PROCEDURES. sixth edition volume 2 Philip W Ballinger, 1986

Merill Vinita. ATLAS OF ROENTGENOGRAFIC POSITIONS and STANDARD


RADIOLOGIC PROCEDURES. The C.V Mosby Company, Saint Louis, 1975
Pearce, Evelyn. J. ANATOMI dan FISIOLOGI untuk PARAMEDIS. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993
DISUSUN OLEH :
1. SUSI SUMINAR WATI ( 0232037 )
2. TETTY HANDAYANI (0232038)
3. TIMUR PURBOWATI (0232039)
4. TITI UTARI ( 0232040 )
TINGKAT II REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
2004

Anda mungkin juga menyukai