Anda di halaman 1dari 21

colon in loop - lapsus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin


meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat
pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya
diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan
Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8
November 1895.(6)

Dengan berjalannya waktu, Ada 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi


Radiologi seperti pemeriksaan kontras dan non kontras. Pemeriksaan kontras
seperti tractus urinarius(BNO-IVP, urethrography, cystography,
urethrocystography, antegrade pyelography, retrograde pyelography,
HSG), tractus digestivus (oesofagografi, OMD (oesofagus maag duodenum, follow
through, colon in loop), HSG (hysterosalpingography), loopography,
appendicography, angiography, dan venography, sedangkan pemeriksaan non
kontras seperti skull, vertebrae, thorax, abdomen, pelvis, extremitas upper
(manus, wrist joint, antebrachi, elbow joint, humerus, shoulder joint,
clavicula, scapula) dan extremitas lower (ossa pedis, ankle joint, cruris, knee
joint, femur, hip joint).

pemeriksaan radiologi colon juga mengalami perkembangan yang pesat.


Pemeriksaan dengan menggunakan media kontras ganda, sebagaimana halnya
pada saluran pencernaan khususnya pada colon , ternyata mampu
menampilkan mukosa colon secara rinci. Salah satu pemeriksaan
radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan atau
penyakit pada penderita yang mengalami gangguan pencernaan pada usus
besar (colon ) dikenal dengan pemeriksaan Colon In loop. Pemeriksaan Colon In
loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan
memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon ). Media kontras yang
biasa digunakan adalah larutan barium dengan konsentrasi untuk metode
kontras ganda lebih tinggi dibandingkan dengan metode kontras tunggal, untuk
metode kontras tunggal menggunakan barium sulfat dengan konsentrasi 12-25
% Weigh/Volume, sedangkan metode kontras ganda dengan konsentrasi 75-95 %
Weigh/Volume. Proyeksi yang biasa digunakan dalam pemeriksaan Colon In
loop adalah proyeksi Anteroposterior, Posteroanterior, Oblique
Anteroposterior/Posteroanterior dan Lateral.
Colon atau usus besar merupakan salah satu organ penting yang terdapat
dalam rongga abdomen yang berfungsi menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli dan tempat feses. Usus besar juga terdiri dari beberapa
bagian yaitu caecum, colon ascenden, appendiks (usus buntu),
colon transversum, colon descendens, colon sigmoid,
rectum dan anus.Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon ini
adalah Carsinoma (Keganasan), Divertikel, Megacolon , Obstruksi Atau Illeus,
Stenosis, Volvulus, Atresia, Colitis dan HischprungDisease yang diangkat penulis
dalam penulisan laporan kasus ini. Suspect Ca Recti adalah keganasan jaringan
epitel pada daerah rektum. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian
terpanjang di usus besar) atau jaringan rectum (beberapa inci terakhir di usus
besar sebelum anus). Sebagian besar
kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang
membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).

Maka untuk mengetahui lebih jelas kelainan ini diadakan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan radiologi standar atas usus besar dengan menggunakan larutan
barium yang dialirkan ke colon melalui kanula yang dipasang ke
dalam rectum sehingga dapat memperlihatkan susunan anatomi dan fisiologi
serta kelainan pada organ tersebut.

Berangkat dari kenyataan ini maka penulis ingin menyajikan dan menuangkan
dalam laporan kasus ini yang berjudul Teknik Pemeriksaan Colon In loop Pada
Klinis Suspect Ca Recti Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
SLAMET GARUT.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis


perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus
pada pokok pembahasan. Penulis menyajikan rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah teknik pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect Ca


Recti di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT ?

1.2.2 Apakah keuntungan digunakan pemasukan media kontras dengan


metode pemasukan double kontras dua tahap pada pemeriksaan Colon In
loop pada kasus Suspect Ca Recti di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. SLAMET GARUT ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu :

1.3.1 Untuk mengetahui proses pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect
Ca Recti di Instalasi Radiologi RSUD dr. SLAMET GARUT .

1.3.2 Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari pemeriksaan Colon In


loop pada kasusSuspect Ca Recti di Instalasi Radiologi RSUD dr. SLAMET GARUT .
1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan laporan kasus ini antara lain :

1.4.1 Bagi Penulis, dapat menambah wawasan serta memperdalam


pengetahuan penulis tentang proses pemeriksaan Colon In loop pada
kasus Suspect Ca Recti di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
SLAMET GARUT .

1.4.2 Bagi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, untuk menambah


wacana pengetahuan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi STIKes Cirebon tentang pemeriksaan Colon In loop pada
kasus Suspect Ca Recti.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan kasus ini sistematika yang digunakan penulis secara
garis besar adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang anatomi dan fisiologi colon , patologi colon , teknik
pemeriksaan Colon In loop.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Usus Besar (Colon )

Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan
tabung berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang
dari caecum sampai canalisani.Diameter usus besar lebih besar dari pada usus
halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi makin mendekati ujungnya
diameternya makin berkurang. Usus besar ini tersusun
atasmembran mukosa tanpa lipatan, kecuali pada daerah distal colon . Usus
besar dibagi menjadi :

2.1.1 Caecum

Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke bawah


padaregio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks
vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus besar.
Panjang caecum sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal.

Caecum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus vermiformis


(apendiks)yang mempunyai panjang antara 8-13 cm.

2.1.2 Colon ascendens

Colon ascenden berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah sampai ke
hati, colon ascenden membelok ke kiri, membentuk fleksura coli dekstra
(fleksura hepatik). Colon ascendens ini terletak pada regio illiaca kanan dengan
panjang sekitar 13 cm.

2.1.3 Colon transversum

Colon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura coli
dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum membentuk lengkungan
seperti huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun
sampai pelvis. Colon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membelok ke
bawah membentuk fleksura coli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian
menjadi Colon descendens.

2.1.4 Colon descendens

Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar 25
cm.Colon descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai
pinggir pelvismembentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut
sebagai colon sigmoideum.

2.1.5 Colon sigmoideum

Colon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Colon sigmoideum merupakan
lanjutan colon desenden dan tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam
bentuk lengkungan. Colon sigmoideum bersatu dengan rectum di
depan sacrum.

2.1.6 Rectum

Rectum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rectum merupakan lanjutan


dari colon sigmoideum dan berjalan turun di depan caecum,
meninggalkan pelvisdengan menembus dasar pelvis. Setelah
itu rectum berlanjut sebagai anus dalamperineum.
Menurut Pearce (1999), rectum merupakan bagian 10 cm terbawah dari usus
besar, dimulai pada colon sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang dijaga
oleh otot internal dan eksternal.

Gambar 2.1 Usus Besar (colon )

(TRD 3, Materi Kuliah 2012)

2.2 Fungsi usus besar adalah :

2.2.1 Absorbsi air dan elektrolit

Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di separuh atas colon .
Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari, hanya 100 ml cairan
dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Dengan mengeluarkan
sekitar 90 % cairan, colon mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik menjadi
sekitar 200-250 ml tinja semi padat). Dalam hal ini colon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai defekasi berlangsung.

2.2.2 Sekresi mukus


Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus dinding usus.
Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh enzim-enzim yang
terdapat didalam usus dan sebagai pelumas makanan sehingga mudah lewat.
Tanpa pembentukan mukus, integritas dinding usus akan sangat terganggu,
selain itu tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek lubrikasi dari mukus.

Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini menunjukkan banyak
reaksi alkali dan tidak mengandung enzim. Pada keadaan peradangan usus,
peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin bertanggung jawab dan
kehilangan protein dalam feses.

2.2.3 Menghasilkan bakteri

Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K dan
beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang
belum dicernakan merupakan kerja bakteri guna ekskresi.

Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari eschericia


coli danenterobacter aerogenes tetapi juga organisme-
organisme pleomorfik seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar
melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapiflora bakteri usus segera tumbuh
pada awal masa kehidupan.

2.2.4 Defikasi (pembuangan air besar)

Defikasi terjadi karena kontraksi peristaltik rectum. Kontraksi ini dihasilkan


sebagai respon terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkuler
oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh
saraf parasimpatis yang berjalan disegmen sakrum corda sinalis. Defekasi dapat
dihambat dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi atau
dibantu dengan melemaskan spingter dan mengkontraksikan otot-otot abdomen.

2.3 Patologi Colon in loop

2.3.1 Indikasi : Hischprung Deases, Colitis, Carsinoma atau keganasan,


Divertikel, Mega colon , Obstruksi atau Illeus Invaginasi, Stenosis,
Volvulus, Atresia, Intussusepsi

2.3.2 Kontra Indikasi : Perforasi terjadi karena pengisian media kontras secara
mendadak dan dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan
berlebihan dan Obstruksi akut atau penyumbatan.

2.4 Teknik Pemeriksaan Colon In loop

2.4.1 Pengertian
Teknik pemeriksaan Colon In loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis
dari usus besar dengan menggunakan media kontras.

2.4.2 Persiapan Pasien

2.4.2.1 Dua hari sebelum pemeriksaan pasien diharuskan makan-makanan


lunak (mudah dicerna) tidak mengandung serat. Misal : Bubur kecap

2.4.2.2 Makan terakhir jam 06.00 sore

2.4.2.3 Jam 08.00 malam minum 2 tablet Dulcolax

2.4.2.4 Jam 09.00 malam minum 2 tablet Dulcolax, kemudian puasa total

2.4.2.5 Jam 04.30 besok paginya dimasukan 2 tablet Dulcolax


Supp, Kelubang anus (dubur) ditahan beberapa saat kemudian buang air besar
supaya usus bersih dari kotoran.

2.4.2.6 Jam 08.00 pagi pasien sudah datang di Bagian Radiologi untuk
pemotretanColon In loop (Ba Enema) / VIP.

2.4.3 Persiapan alat pada pemeriksaan Colon In loop, meliputi :

2.4.3.1 Pesawat x ray Allengers

2.4.3.2 Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan

2.4.3.3 Marker

2.4.3.4 Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .

2.4.3.5 Vaselin atau jelly

2.4.3.6 Sarung tangan

2.4.3.7 Cateter

2.4.3.8 Penjepit atau klem

2.4.3.9 Kassa

2.4.3.10 Bengkok

2.4.3.11 Apron

2.4.3.12 Plester

2.4.3.13 Tempat mengaduk media kontras

2.4.4 Persiapan bahan

2.4.4.1 Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan
konsentrasi antara 70 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml)
tergantung pada panjang pendeknya colon , kurang lebih 600 800 ml
2.4.4.2 Air hangat untuk membuat larutan barium

2.4.4.3 Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat
kanula dimasukkan kedalam anus.

2.4.5 Metode pemasukan media kontras

2.4.5.1 Metode kontras tunggal

Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah caecum. Pengisian diikuti
dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien
dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full fillinguntuk melihat
keseluruhan bagian usus dengan proyeksi anteroposterior. Pasien diminta untuk
buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi anteroposterior.

2.4.5.2 Metode kontras ganda

2.4.5.2.1 Pemasukan media kontras metode satu tingkat.

Merupakan pemeriksaan Colon In loop dengan menggunakan media


kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira
mencapai fleksura lienaliskemudian kanula diganti dengan pompa. Udara
dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke
kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras
merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.

2.4.5.2.2 Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.

2.4.5.2.2.1 Tahap pengisian

Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen colon , sampai
mencapai pertengahancolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi
dengan mengubah posisi penderita.

2.4.5.2.2.2 Tahap pelapisan

Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi
mukosa colon .

2.4.5.2.2.3 Tahap pengosongan

Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang
dapat dikeluarkan kembali.

2.4.5.2.2.4 Tahap pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumencolon. Pemompaan udara


tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi
lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan
gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.

2.4.5.2.2.5 Tahap pemotretan


Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.

2.4.6 Proyeksi Radiograf Colon In loop

2.4.6.1 Proyeksi Antero posterior (AP)

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan


dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah
meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus
ke bawah.

Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atas processus


xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca .

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.

FFD : 100 cm

Kriteria : Menunjukkan seluruh colon terlihat,


termasuk fleksura dancolon sigmoid.

Gambar 2.2 Posisi pasien Anteroposterior dan hasil radiograf

(TRD 3, Materi Kuliah 2012)

2.4.6.2 Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian


dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan
kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh
berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di
tekuk untuk fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja

Cenral Point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit


superposisi bila di bandingkan dengan proyeksiPosteroanterior dan tampak juga
daerah sigmoid dan colon ascenden.
Gambar 2.3 Posisi pasien RAO dan hasil radiograf

(TRD 3, Materi Kuliah 2012)

2.4.6.3 Proyeksi Left Anterior Obliq (LAO)

Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian


dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di
samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja
pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

Central point : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah
kedua crista illiaca.

Central ray : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : Menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit super


posisi bila dibanding pada proyeksi posteroanterior dan
daerah colon descendens tampak.

Gambar 2.4 Posisi pasien LAO dan hasil radiograf (TRD 3, Materi Kuliah 2012)

2.4.6.4 Proyeksi Lateral.

Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring

Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu
sedikit fleksi untuk fiksasi.

Cenral Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap film

Central Point : Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior
(SIAS).

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

FFD : 100 cm

Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada


pertengahan radiograf.

Gambar 2.7 Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf


(TRD 3, Materi Kuliah 2011)

BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi Colon In loop pada kasus
colitis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT,
berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur
pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan kasus tersebut
adalah :

3.1.1 Paparan Kasus

Pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pasien bernama An. W, dari ruang intan
mendaftar ke instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET
GARUT untuk pemeriksaan Colon In loop dengan diagnosis Suspect Ca Recti.
Persiapan pemeriksaanColon In loop dilakukan di ruang intan Rumah Sakit
Umum Daerah dr. SLAMET GARUT. Dengan data sebagai berikut :

Nama Pasien : Tn. M

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tarogong Kidul RT 03/02, Garut

No. CM : 202923

No. Foto : 17709

Pemeriksaan : Colon In loop

Diagnosis : Suspect Ca Recti

Dokter pengirim : Dr. Mutiara Pradita

Dokter Radiolog : dr. Rizqi Rosyidah Nur, Sp.Rad

Pada hari Senin , tanggal 20 Oktober 2014 penderita datang ke instalasi


Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT untuk dilakukan
pemeriksaan Colon In loop. Penderita datang dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari dokter.

3.1.2 Riwayat Penyakit

Penderita mengajukan permintaan pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum


Daerah dr. SLAMET GARUT, untuk memeriksakan diri dengan keluhan sakitnya
untuk buang air besar. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap
pasien, dokter mendiagnosa sementara bahwa lubang anus yang kecil. Dengan
demikian untuk memastikan diagnosis, dokter memberikan surat permintaan
foto rontgen untuk pemeriksaan Colon In loop dengan diagnosa sementara
lubang anus yang kecil. Hal ini sesuai dengan hasil observasi penulis di rekam
medis.
3.1.3 Prosedur Pemeriksaan

Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :

3.1.3.1 Persiapan pasien

Pasien yang diperiksa di instalasi Radiologi RSUD dr. SLAMET GARUT merupakan
penderita rawat inap dari ruang anggrek. Persiapan yang dilakukan untuk
pemeriksaan Colon In loop adalah sebagai berikut :

3.1.3.2 Persiapan Alat

Alat yang dipersiapkan untuk pemeriksaan Colon In loop ini antara lain:

3.1.3.2.1 Pesawat x ray stasionary merk Siemens.

3.1.3.2.2 Kaset dan film ukuran 24 X 30 cm dan 30 X 40 cm

3.1.3.2.3 Marker

3.1.3.2.4 Standar irigator dan irigator set lengkap dengan canula rectal .

3.1.3.2.5 Kateter

3.1.3.2.6 Spuit dan pompa untuk memasukan kontras negatif

3.1.3.2.7 Vaselin atau jelly

3.1.3.2.8 Sarung tangan

3.1.3.2.9 Penjepit atau klem

3.1.3.2.10 Kassa

3.1.3.2.11 Bengkok

3.1.3.2.12 Apron

3.1.3.2.13 Plester

3.1.3.2.14 Tempat mengaduk media kontras

3.1.3.3 Persiapan Bahan

Bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan colon ini menggunakan


barium sulfat dan air sebagai pelarut, dengan perbandingan antara barium sulfat
yang digunakan adalah 1 : 8 dengan jumlah larutan sebanyak 800 ml. Pada
pemeriksaan ini menggunakan metode kontras ganda dua tahap.

3.1.3.4 Teknik Pemeriksaan

Perawat dari bangsal mendaftarkan identitas penderita ke loket radiologi dan


dari loket memprogram kapan akan dilakukan pemeriksaan dan memberi
pengarahan tentang persiapan yang harus dilakukan penderita.
Setelah dilakukan program penderita datang ke radiologi untuk diperiksa.
Penderita mengganti baju dengan baju pasien yang telah disediakan, setelah itu
penderita tidur terlentang diatas meja pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan.

3.1.3.4.1 Foto Polos Abdomen

Posisi pasien : Posisi pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, MSP
tubuh diatur tepat pada garis pertengahan meja. Kedua tangan lurus disamping
tubuh dan kedua kaki lurus kebawah. Batas atas tampak prosesus xipoideus dan
batas bawah syimpisis pubis.

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.

FFD : 100 cm

Faktor Eksposi : kV : 68 dan mAs : 20

Gambar 3.1 Hasil radiograf foto polos abdomen

3.1.3.4.2 Pemasukan Media Kontras

Setelah melihat foto polos abdomen persiapan sudah baik untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya , maka alat-alat dan bahan kontras yang telah di aduk
dengan air didekatkan pada penderita. Penderita berbaring terlentang diatas
meja pemeriksaan setelah itu masukan kanula kedalam anus kemudian
hubungkan kanuladengan irigator yang telah berisi kontras dengan
perbandingan 1 : 8. Alirkan kontras secara perlahan-lahan
kedalam colon (Rectum).

3.1.3.4.3 Foto setelah pemasukan media kontras 750 ml

Proyeksi : Proyeksi AP (Antero posterior).

Tujuan : Melihat Kontras sudah memasuki colon sigmoid.

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan


MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah
meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke
bawah.

Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atasprocessus


xypoideus dan batas bawah adalahsymphisis pubis.

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset


Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.

FFD : 100 cm.

Kriteria : Kontras sudah memasuki colon sigmoid.

Faktor Eksposi : kV : 68 dan mAs : 20

Gambar 3.2 Hasil radiograf foto setelah pemasukan media kontras 750 ml

3.1.3.4.4 Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian


dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan
kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh
berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di
tekuk untuk fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja

Cenral Point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit


superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga
daerah sigmoid dan colon asenden.

Gambar 3.3 Hasil Radiograf posisi RAO

3.1.3.4.5 Proyeksi LAO

Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan


kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan
kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja
pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

Central point : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah
kedua crista illiaca.

Central ray : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.


FFD : 100 cm

Kriteria : Menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit


superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah colon descendens
tampak.

Gambar 3.4 Hasil Radiograf posisi pasien Colon In Loop

3.1.3.4.6 Foto post evakuasi

Di lakukan pemasukan media kontras negatif, yaitu dengan udara

Proyeksi : AP (Antero posterior).

Tujuan : Melihat Kontras sudah ke luar dari colon

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan


MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah
meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke
bawah

Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atasprocessus


xypoideus dan batas bawah adalahsymphisis pubis.

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiacadengan arah
sinar vertikal tegak lurus dengan kaset.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan


nafas.

FFD : 100 cm.

Kriteria : Kontras negatif sudah memasuki seluruh colon .

Faktor Eksposi : kV : 68 dan mAs : 20

Gambar.3.5 Hasil radiograf post evakuasi

Setelah itu penderita disuruh pulang ke ruangan dan diberikan kartu


pengambilan hasil radiograf.

3.1.4 Processing Film

Pengolahan Film dilakukan di kamar gelap yang terdiri dari :

3.1.4.1 Daerah kerja kering


Daerah kerja kering disediakan untuk mengisi dan mengeluarkan film dari kaset,
memberi identitas pada film serta memasang film pada jepitan ( hanger ) film.

3.1.4.2 Daerah Kerja basah disediakan untuk pengolahan film yang sudah
terekspos. Proses pencucian film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. SLAMET GARUT menggunakan Processing Otomatic.

3.1.5 Hasil pembacaan Dokter

3.2 Pembahasan

3.2.1 Teknik pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect Ca Recti di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT .

Teknik pemeriksaan Colon In loop di Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum


Daerah dr. SLAMET GARUT seluruhnya cukup menggunakan
proyeksi Anteroposteriorsupine kecuali apabila ditemukan kelainan lain. Metode
pemasukan kontras yaitu double kontras dua tahap, media kontras positif
menggunakan BaSO4 dan media kontras negative menggunakan udara.
Perbandingan larutan air dengan BaSO4 1 : 8.

Prosedur pemeriksaan Colon In loop di Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum


Daerah dr. SLAMET GARUT yaitu foto polos abdomen, untuk melihat persiapan
pasien dan untuk melihat ketepatan posisi pasien dan faktor eksposi. Kemudian
foto setelah pemasukan media kontras 750 ml, untuk melihat kontras sudah
memasuki keseluruhancolon kemudian dengan posisi pasien LAO dan RAO
Selanjutnya foto full filing, untuk melihat Kontras telah mengisi seluruh colon .
Terakhir, foto post evakuasi, untuk melihat kontras sudah ke luar dari colon .
Secara umum teknik pemeriksaan Colon In loop di Instalasi radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT sesuai dengan teori yang telah
diberikan.

3.2.2 Keuntungan digunakan pemasukan media kontras menggunakan metode


double kontras dua tahap pada pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect
Ca Recti di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET
GARUT. Metode pemeriksaan Colon In loop secara umum ada 2, yaitu :

3.2.2.1 Metode kontras tunggal

3.2.2.2 Metode kontras ganda

3.2.2.2.1 Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat atau tahap.

3.2.2.2.2 Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat atau tahap.

Keuntungan pemeriksaan Colon In loop dengan menggunakan metode


pemasukan doble kontras dua tahap akan dapat memperlihatkan struktur
mukosa yang jelas sehingga dapat di ketahui kelain pada mukosa.
3.2.3 Usaha proteksi radiasi pada pemeriksaan Colon In loop di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT .

Proteksi radiasi yang diusahakan oleh Instalasi radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. SLAMET GARUT pada pemeriksaan Colon In loop adalah sebagai
berikut :

3.2.3.1 Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi adalah dengan berlindung


dibalik dinding pelindung dan kaca timbal selama pemotretan berlangsung.

3.2.3.2 Proteksi radiasi untuk penderita adalah dengan menghindari


semaksimal mungkin pengulangan foto dan lapangan penyinaran secukupnya
sesuai dengan objek yang diperiksa.

3.2.3.3 Proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah dengan tidak


mengijinkan pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada diruang
pemeriksaan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian laporan kasus yang berjudul Teknik Pemeriksaan Colon In


loopPada Kasus Suspect Ca Recti di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. SLAMET GARUT dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

4.1.1 Pemeriksaan Colon In loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim


pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon ).

4.1.2 Prosedur pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect Ca Recti di


Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT menggunakan
proyeksiAnteroposterior dan Lateral.

4.1.3 Pemeriksaan Colon In loop pada kasus Suspect Ca Recti di Instalasi


Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET GARUT menggunakan media
kontras positif berupa barium (BaSO4) dan media kontras negatif berupa udara.
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. SLAMET
GARUT menggunakan metode kontras ganda dua tahap dengan
perbandingan barium dan air adalah 1 : 8, dengan jumlah larutan sebanyak 800
ml.

4.1.4 Keuntungan digunakan pemasukan media kontras dengan metode


pemasukan doublekontras dua tahap pada pemeriksaan Colon In loop adalah
akan dapat memperlihatkan struktur mukosa yang lebih jelas sehingga dapat di
ketahui kelainan pada mukosa.

4.1.5 Proteksi radiasi yang di lakukan di Instalasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
SLAMET GARUT sudah cukup aman.

4.2 Saran

4.2.1 Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar


penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.

4.2.2 Persiapan pasien pada pemeriksaan Colon In loop perlu benar-benar


diperhatikan sehingga tidak tampak gambaran udara dan feses yang dapat
mengganggu gambaran objek yang diinginkan.
4.2.3 Sebaiknya peralatan untuk pemeriksaan Colon In loop harus
menggunakan peralatan yang sesuai untuk pemeriksaan Colon In loop seperti
irigator set beserta pompa untuk pemasukan kontras negatif.

4.2.4 Sebaiknya air yang digunakan untuk melarutkan BaSO4 lebih baik
menggunakan air hangat.

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, 2001., Tex Book of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Edisi ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.
Billinger, Philip W, Merrils Atlas of Radiographic position and
Radiologic Procedures volume II Eight Edition, The Mosby Company, St. Loius,
Toronto. London, 1999.

Hidayat, Ekaputrasyarif; Buku Ajar Osteologi.Politeknik Kesehatan


Jakarta II

KC Clark. MBE.FSR, Positioning In Radiography, Edition Ninth, Volume


One, 1973.

Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit


PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

www.anatomi dan fisiologi.com

parkwaycancercentre.com

http://sulhaerdi.blogspot.com/2012/12/colon -in-loop.html

Anda mungkin juga menyukai