Anda di halaman 1dari 32

TEHNIK

PEMERIKSAAN
COLON IN LOOP
Dosen pembimbing:ibu Ardiana,SKM,.MMRS
Anggota kelompok:

Abdul qalam Alifia R putri Devina D


TRO/16/01106
TRO/16/01109 TRO/16/01116

Dilan deva Fadhil imza Putri lutfina


TRO/16/01117 TRO/16/01119 TRO/16/01137
Apa itu pemeriksaan colon in
loop?
Teknik pemeriksaan colon in loop adalah teknik
pemeriksaan secara radiologis dari usus besar
dengan menggunakan media kontras secara
retrograde, dapat berupa media kontras
tunggal dan media kontras ganda.
Tujuan pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu
penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon.
Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi klinis Kontra
• Kolitis
indikasi
• Perforasi, terjadi karena
• Divertikel pengisian media kontras secara
• Megakolon mendadak dan dengan tekanan
• Obstruksi atau illeus tinggi.
• Invaginasi • Obstruksi akut atau
• Stenosis penyumbatan.
• Volvulus • Diare berat.
• Atresia ani
Anatomi dan
fisiologi
Kolon merupakan tab berongga dengan
Panjang 1,5m dari caecum – canalis ani,
diameter rata – 2,5 inchi, semakin keujung semakin
kecil.
Fungsi kolon :
Absorbsi air, garam & glukosa
Sekresi musin oleh kelenjar lapisan dalam,
Penyimpanan selulosa, Defekasi.
Pergerakan kolon : mencampur dan mendorong
Persiapan pasien
1. Mengubah pola makan
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan
rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan - bongkahan
tinja yang keras.
2. Minum sebanyak-banyaknya
Oleh karena penyerapan air di saluran cerna terbanyak
di kolon, maka pemberian minum ini dapat menjaga feses agar tetap
lembek.
3. pemberian obat pencahar
Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian
obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja.
Persiapan alat dan bahan

Alat : Bahan :
⮚ Pesawat siar X
Kaset dan film ⮚ Media kontras

Sering dipakai Larutan barium sulfat dengan
⮚ Marker R/L
konsentrasi antara 70 - 80 W/V (Weight/Volume).
⮚ Standar irigator dan irigator set
Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang
⮚ Kateter
pendeknya kolon, kurang lebih 600 - 800 ml.
⮚ Klem
Bengkok ⮚ Vaselin atau jellly

Digunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat
⮚ spuit
pemasukan kateter kedalam anus
⮚ Air hangat untuk pembuatan larutan barium
Tehnik pemasukan media kontras

Metode kontras
01 tunggal
Metode kontras ganda
02 ⮚ Metode kontras ganda satu
tingkat
⮚ Metode kontras ganda dua
tingkat
Metode kontras tunggal
⮚Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah
sekum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi.
⮚dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan
bagian usus dengan proyeksi antero posterior.
⮚Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat
radiograf post evakuasi posisi antero posterior.
Metode kontras tunggal
• Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat

⮚Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media


kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara.
⮚Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula
diganti dengan pompa.
⮚Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri
menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis.
Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus.
⮚Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
Metode kontras tunggal
• Pemasukan media kontras dengan metode dua
tingkat.
⮚ Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai pertengahan kolon
transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
⮚ Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon lalu dibuat radiograf
⮚ Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali
⮚ Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800-
2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat,
pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
⮚ Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.
1. Proyeksi Anteroposterior (AP)
▪ Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatica

• Posisi pasien : supine


• Posisi objek : MSP di pertengahan meja, SIAS berada
pada pertengahan kaset, batas bawah simpisis pubis
• CR : Vertikal tegak lurus kaset
• CP : MSP tubuh setinggi kedua crista illiaca
• FFD : 100cm
• IR : 35X43 cm/sesuai kebutuhan
• Ekspose : dilakukan saat ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf
2.Proyeksi PosteroAnterior (PA)
▪ Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura
linealis dan fleksura hepatica

⮚ Posisi pasien : prone


⮚ Posisi objek : MSP di pertengahan meja, SIAS
berada pada pertengahan kaset, batas bawah
simpisis pubis
⮚ CR : vertical tegak lurus
⮚ CP : pada MSP setinggi iliac crest
⮚ FFD : 100 cm
⮚ Kaset : 35 x 43 cm
⮚ Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf : menampakkan flexures, colon ascending,
colon descending, dan rectum
3.Right Anterior Oblique (RAO)
▪ Tujuan proyeksi ini adalah untuk membebaskan flexure
lienalis agar tidak superposisi dengan colon transversum.

▪ Posisi pasien : pasien semiprone dengan sisi kanan


menempel pada meja pemeriksaan dan tubuh dirotasikan
45 derajat
▪ Posisi objek : batas atas proc. Xypoideus dan batas
bawah simpisis pubis
▪ CR : vertical tegak lurus
▪ CP : 1-2 inch ke kiri dari titik tengah kedua krista iliaka
▪ FFD : 100 cm
▪ Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf :
Menampakkan seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi
disbanding pada hasil proyeksi PA, tampak kolon ascending, sigmoid dan
caecum
4.Left anterior oblique (LAO)
▪ Tujuan proyeksi ini adalah untuk membebaskan flexure
hepatica agar tidak superposisi dengan colon transversum

⮚ Posisi pasien : pasien semiprone dengan sisi kiri menempel


pada meja pemeriksaan dan tubuh dirotasikan 45 derajat
⮚ Posisi objek : batas atas proc. Xypoideus dengan batas bawah
simpisis pubis
⮚ CR : vertical tegak lurus
⮚ CP : 1-2 inch ke kanan dari titik tengah krista iliaka
⮚ FFD : 100 cm
⮚ Kaset : 35 x 43 cm
⮚ Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf : tampak seluruh kolon, fleksura lienalis
sedikit superposisi di banding dengan posisi pada proyeksi PA,
tampak kolon ascenden
5.Right posterior oblique (RPO)
▪ Tujuan untuk memperlihatkan fleksura linealis

⮚Posisi pasien : pasien semisupine dengan sisi


kanan menempel pada meja pemeriksaan dan
tubuh dirotasikan 45 derajat
⮚Posisi objek : batas atas proc. Xypoideus dan
batas bawah simpisis pubis
⮚CR : vertical tegak lurus
⮚CP : 1-2 inch ke kiri dari titik tengah kedua krista
iliaka
⮚FFD : 100 cm
⮚Kaset : 35 x 43 cm
⮚Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf : menampakkan keseluruhan kolon, left colic
flexure dan colon desending
6.Left posterior oblique (LPO)
▪ Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura hepatica

⮚Posisi pasien :pasien semisupine dengan sisi kiri


menempel pada meja pemeriksaan dan tubuh
dirotasikan 45 derajat
⮚Posisi objek : batas atas proc. Xypoideus dan batas
bawah simpisis pubis
⮚CR : vertical tegak lurus
⮚CP : : 1-2 inch ke kanan dari titik tengah kedua
krista iliaka
⮚FFD : 100 cm
⮚Kaset : 35 x 43 cm
⮚Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf :
Menampakkan keseluruhan kolon, colon ascending, caecum, colon sigmoid dan right
colic flexure less superimposed
7.Right lateral Decubitus (RLD)
▪ Tujuan :Tujuan proyeksi ini adalah untuk menampakkan
batas antara udara bebas yang ada dalam colon dengan
barium.

⮚ Posisi pasien: Pasien tidur miring dengan bagian kanan


tubuh menempel meja pemeriksaan, kaset diletakkan di
belakang tubuh
⮚ Posisi Obyek: Area abdomen masuk dalam kaset, kedua
tangan di atas kepala dan lutut difleksikan
⮚ CR : Horizontal tegak lurus dengan kaset
⮚ CP : Pada Mid Sagital Plane (MSP) setinggi kedua Crista
Iliaca
⮚ FFD : 100cm
⮚ Ekspose : Dilakukan pada saat ekspirasi tahan nafas.
Kriteria Radiograf
- Fleksura lienalis dan colon desendence terlihat jelas pada radiograf
- Faktor eksposi dapat menampakan usus besar yang terisi dengan media kontras dan udara.
8.Left lateral decubitus (LLD)
▪ Tujuan :Tujuan proyeksi ini adalah untuk menampakkan
batas antara udara bebas yang ada dalam colon dengan
barium.

⮚ Posisi pasien: Pasien tidur miring dengan bagian kiri


tubuh menempel meja pemeriksaan, kaset diletakkan di
belakang tubuh
⮚ Posisi Obyek: Area abdomen masuk dalam kaset, kedua
tangan di atas kepala dan lutut difleksikan
⮚ CR : Horizontal tegak lurus dengan kaset
⮚ CP : Pada Mid Sagital Plane (MSP) setinggi kedua Crista
Iliaca
⮚ FFD : 100cm
⮚ Ekspose : Dilakukan pada saat ekspirasi tahan nafas.
Kriiteria Radiograf
Fleksura hepatica, colon ascendence dan caecum terlihat jelas pada radiograf.
Faktor eksposi dapat menampakan usus besar yang terisi oleh media kontras dan udara.
9.Pa axial
▪ Tujuan :untuk melihat rectum

⮚Posisi pasien : prone


⮚Posisi objek : MSP dipertengahan meja, SIAS
berjarak sama dengan permukaan meja dengan bataas
bawah simpisis pubis
⮚CR : 30 – 40 derajat caudad
⮚CP : pada MSP tubuh setinggi iliac crest
⮚FFD : 100 cm
⮚Kaset 30 x 35 cm
⮚Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Kriteria radiograf : rectosigmoid tidak superposisi
dibandingkan dengan gambaran radiograf
thank’s for
attentions
Questions?

Anda mungkin juga menyukai