Anda di halaman 1dari 18

TEKNIK PEMERIKSAAN COLON IN LOOP DENGAN INDIKASI

HEMATOSCHEZIA PADA KASUS DIVENTRIKULOSIS COLON


DESENDENS DI INSTALASI RADIOLOGI RSPAU
dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

Indah Kumala Sari1, Anita Nur Mayani2, Erlinda Puspita Dewi3


1,2,3STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

Email : indahkumalasari629@gmail.com
ABSTRAK

Colon In Loop adalah pemeriksaan radiologi untuk menampakkan


keseluruhan organ pada colon dengan menggunakan media kontras atau teknik
pemeriksaan secara radiologis dari usus besar secara retrograde. Tujuan dari
pemeriksaan ini yaitu untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga
dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada
colon. Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan Colon In Loop adalah
larutan Barium Sulfat (BaSO4). Bagaimana teknik pemeriksaan Colon In Loop
yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito. Pemeriksaan
Colon In Loop di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta
dengan pasien bernama Tn. S dengan indikasi hematochezia,dilakukan foto plain
proyeksi AP, Lateral post kontras, AP post kontras full filling, AP post evakuasi,
AP double kontras, RPO double kontras, LPO double kontras dan Lateral double
kontras.
Metode penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus, dalam pengumpulan data pasien di peroleh dari surat permintaaan foto
rontgen pasien, wawancara langsung dengan pasien dan petugas radiografer
RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta.
Setelah dilakukannya pemeriksaan Colon In Loop (CIL) pada Tn. S, dengan
mengunakan 4 proyeksi yaitu Proyeksi AP, RPO, LPO dan Lateral. Dari ke 4
proyeksi yang digunakan tersebut sudah dapat menampakkan keseluruhan anatomi
dan kelainan-kelainan yang terdapat pada colon serta sudah dapat membantu dokter
untuk menegakkan diagnosa. Dan diperoleh hasil dari penelitian tersebut yang
menunjukkan bahwa adanya diventrikulosis colon descendens.
Kata kunci : CIL, Hematochezia, Diventrikulosis.

1
Pendahuluan
Teknik pemeriksaan Colon In Loop adalah teknik pemeriksaan secara
radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras secara retrograde.
Tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk mendapatkan gambaran anatomis dari
colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau
kelainan-kelainan pada colon.
Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan Colon In Loop adalah
larutan Barium Sulfat (BaSO4). Media kontras tersebut dimasukkan kedalam colon
pasien melalui kateter secara retrograde. Pada pemeriksaan Colon In Loop saat
media kontras dimasukkan pasien merasakan mulas sehingga timbul kontraksi pada
perutnya, hal ini menyebabkan media kontras berpotensi keluar dari anus sebelum
colon sempat diexpose.
Hematoschzia disebabkan oleh pendarahan pada saluran pencernaan bagian
bawah. Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan pendarahan saluran
pencernaan bagian bawah salah satunya adalah diventrikulitis. Diventrikulitis
adalah peradangan atau infeksi pada diverticula (kantong-kantong kecil tidak
normal yang terbentuk disaluran pencernaan).
Teknik pemeriksaan Colon In Loop berdasarkan merrill’s ada 7 proyeksi,
yaitu: proyeksi AP (antero posterior), proyeksi PA (postero anterior), proyeksi
RAO (right antero oblique), proyeksi RPO (right postero oblique), proyeksi LAO
(left antero oblique), proyeksi LPO (left postero oblique), dan proyeksi Lateral.
Sedangkan yang digunakan dilapangan hanya 4 proyeksi, yaitu proyeksi AP, RPO,
LPO dan Lateral. Untuk single kontras hanya menggunakan proyeksi AP, Lateral
dan untuk double kontras menggunakan proyeksi AP, RPO, LPO dan Lateral.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengangkat hal tersebut
kedalam sebuah laporan kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN COLON
IN LOOP DENGAN INDIKASI HEMATOSCHEZIA DI INSTALASI
RADIOLOGI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA”. Tujuan dari
penulisan laporan kasus ini yaitu untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan
Colon In Loop yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito
Yogyakarta pada kasus tersebut.

2
Tinjauan Teori
A. Anatomi Usus Besar
Usus besar adalah salah satu organ pencernaan yang merupakan lanjutan dari
usus halus. Usus besar sering juga disebut sebagai colon, fungsi utama adalah untuk
melakukan penyerapan makanan yang tidak mampu diserap di usus, juga menyerap
air dan garam sehingga dapat mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
Diameter usus besar sekitar 6 cm dengan panjang 1,5 meter.
Usus besar secara makroskopis dapat dibagi menjadi 6 bagian utama, yaitu:
sekum, colon asenden, colon transversum, colon desendens, colon sigmoid dan
rectum.(Bontrager, 2010)

2. 3.

5.

1. 4.

6. Rectum

Gambar 1. Anatomi colon

(Sumber Louise, 2018)

Keterangan :
1. Cecum
2. Ascending colon
3. Transverse colon
4. Descending colon
5. Sigmoid colon
6. Rectum

3
B. Bagian Bagian Usus Besar
1. Sekum
Merupakan bagian utama dari usus besar yang berbentuk kantong, sekum
memiliki panjang sekitar 7 cm. Fungsi utama dari kantong ini adalah untuk
melakukan penyerapan nutrisi yang tidak diserap oleh usus halus.
2. Colon Asenden
Merupakan colon yang berbentuk vertical dan memanjang ke atas dimulai
dari dasar perut (kanan) sampai ke hati. Colon asenden merupakan colon
bagian awal dari usus besar, fungsi utama untuk menyerap makanan yang
belum terserap oleh usus halus.(Jayasekeran, 2013)
3. Colon Transversum
Merupakan colon lanjutan dari colon asenden dengan bentuk horizontal.
Colon transversum melekat pada perut, jaringannya yang bertugas untuk
menopang perlekatan ini disebut jaringan omentum. Fungsi utamanya untuk
menyempurnakan penyerapan nutrisi dari makanan dan membantu
memadatkan feses.
4. Colon Desendens
Merupakan lanjutan dari colon transversum yang bergerak memanjang ke
bawah dan berakhir di colon sigmoid. Fungsinya sebagai tempat
penampungan feses sementara membantu menyesuaikan kepadatan feses.
5. Colon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari colon desendens, berukuran pendek dan berbentuk
seperti Huruf S. Colon sigmoid terletak di sisi kiri bawah perut, dan memiliki
jaringan otot yang kuat sehingga dapat menjalankan fungsinya yaitu untuk
menekan feses agar menuju ke rectum.
6. Rectum
Merupakan bagian terakhir dari usus besar, fungsi utamanya sebagai tempat
penyimpanan sementara feses yang kemudian akan disekresikan keluar
melalui anus. Penumpukan feses akan merangsang saraf yang terdapat pada
rectum melakukan defekasi (BAB).

4
C. Patologi
Defekasi ( BAB ) berdarah dapat dibedakan menjadi 2 salah satunya, yaitu
hematoschzia. Hematoschezia sering disebabkan oleh pendarahan dari usus besar,
rektum atau wasir.(Nguyen, 2015).
Hematoschezia sendiri disebabkan oleh pendarahan pada saluran pencernaan
bagian bawah terutama pada usus besar. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
pendarahan pada saluran pencernaan: Divertikulitis, Radang Usus, Polip, Tumor
Jinak, dan Wasir. Pada penderita hematoschzia darah yang keluar bersama feses
akan terlihat merah. Hematoschezia disertai diare, demam, pendarahan pada
frekuensi BAB, sakit perut dan penurunan berat badan.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus, dilakukan di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta.
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 26 April 2019, objek penelitian yaitu
Colon In Loop dengan klinis hematoschzia dilakukan pada pasien yang bernama
Tn. S. Dalam pengumpulan data pasien di peroleh dari surat permintaaan foto
rontgen pasien, wawancara langsung dengan pasien dan petugas radiografer
RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta.

Hasil Dan Pembahasan


1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 79 th
Nomor RM : 13xxxx
Nomor Foto : 81xx/ CIL
Dokter Pengirim : dr. Agung M. Sp. B (K) BD
Diagnosa Sementara : Hematoschzia
2. Pesiapan Alat Dan Bahan
a. Pesawat Sinar-x
b. Imaging Plate ( kaset )

5
c. Meja Pemeriksaan
d. Computer Radiografi
e. Reader
f. Marker
g. Film
h. Printer Film
i. Irigator Set
j. Enema Kit atau Kateter
k. Media Kontras BaSO4
l. Pompa Udara
m. Air Hangat
n. Jelly
o. Spuit dan Klem
p. Masker dan Handscoon
3. Tata Laksana Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan Colon In Loop di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S.
Hardjolukito Yogyakarta memerlukan persiapan khusus, yaitu :
a. Persiapan Pasien
1) 2 hari sebelum dilakukan pemeriksaan pasien makan makanan lunak
rendah serat, seperti bubur kecap.
2) 18 jam sebelum dilakukan pemeriksaan minum dulcolax tablet.
3) 4 jam sebelum dilakukan pemeriksaan pasien diberi dulcolax kapsul
suppositoria melalui anus.
4) Setelah itu pasien puasa, tidak boleh merokok dan mengurangi
bicara sampai pemeriksaan di mulai.
b. Teknik Pemasukan Media Kontras
Teknik pemasukan media kontras pada pemeriksaan Colon In Loop ada 2
metode yaitu kontras tunggal dan kontras ganda.
1) Metode Kontras Tunggal pada Proyeksi AP dan Lateral
Pemeriksaan hanya menggunakan barium ( BaSO4) sebagai
media kontras, kontras dimasukkan ke colon sigmoid, desendens,

6
transversum, asenden sampai ke daerah sekum. Dilakukkan
pemotretan full filling, evakuasi dibuat foto post evakuasi ( PE ).
2) Metode Kontras Ganda pada Proyeksi AP, RPO, LPO dan Lateral
Colon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi colon.
Tahap pengisian : colon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis
atau pada pertengahan colon transversum. Pasien disuruh merubah
posisi agar barium keseluruh colon.
Tahap pelapisan : menunggu 1-2 menit supaya barium melapisi
mukosa colon.
Tahap pengosongan : pasien disuruh BAB.
Tahap pengembangan : dipompakan udara kedalam colon sekitar
1800-2000 ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul
komplikasi yaitu reflex fagal (wajah pucat, bradikardi, keringat
dingin dan pusing).
c. Teknik Pemeriksaan
Pada pemeriksaan Colon In Loop di Instalasi Radiologi RSPAU dr.
S. Hardjolukito Yogyakarta pasien dilakukan foto plain, Lateral post
kontras, AP post kontras full filling, AP post evakuasi, AP double
kontras, RPO double kontras, LPO double kontras dan Lateral double
kontras.
1) Proyeksi AP Polos ( Antero Posterior )
Posisi pasien : Supine tidur terlentang diatas meja
pemeriksaan
Posisi objek : MSP pada pertengahan meja pemeriksaan dan
grid
Central ray : Vertikal tegak lurus IR
Central point : Setinggi crista iliaka
FFD : 100 cm
Tujuan : Untuk melihat persiapan pada pasien.

7
Gambar 2. Foto Polos Proyeksi AP
Sumber : Ballinger, 2012

2) Proyeksi Lateral Post kontras


Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi
berbaring lateral disisi kiri atau kanan.
Posisi objek : Mid coronal plane pertengahan grid
Central ray : Tegak lurus IR MCP pada ASIS
Central point : Setinggi SIAS
FFD : 100 cm
Tujuan : Proyeksi lateral menunjukkan bagian
rectum dan sigmoid distal usus besar
Kriteria : Area rectosigmoid pada pertengahan
radiograf, tidak ada rotasi pasien.
Daerah rectum dan sigmoid tampak
jelas

Gambar 3. Foto Posisi Proyeksi Lateral Post Kontras

Sumber : Ballinger, 2012

3) Proyeksi AP Post Kontras, Post Evakuasi dan Double kontras


Posisi pasien : Supine tidur terlentang diatas meja
pemeriksaan

8
Posisi objek : MSP pada pertengahan meja pemeriksaan
dan grid
Central ray : Setinggi krista iliaka
Central point : Vertikal tegak lurus IR
FFD : 100 cm
Tujuan : Proyeksi AP menunjukkan keseluruhan
usus besar dengan pasien terlentang.
Kriteria : Seluruh colon terlihat termasuk fleksura
lienalis dan rectum. Vertebra berada
ditenggah sehingga colon asenden dan
colon desendens sudah tercakup
sepenuhnya

Gambar 4. Foto Posisi AP Post Kontras, AP PE dan AP Double


kontras
Sumber : Ballinger, 2012

4) Proyeksi Right Posterior Oblique


Posisi pasien : Tempatkan pada posisi tidur terlentang
Posisi objek : Dengan lengan kanan pasien disamping
tubuh dan lengan kiri melintasi dada atas,
pasien miring ke kanan untuk
mendapatkan rotasi 35-45 derajat dari
posisi semula
Central ray : Tegak lurus IR

9
Central point : Kira kira 2,5 hingga 5 cm lateral ke tengah
tubuh pada sisi yang ditinggikan pada
tingkat krista iliaka
FFD : 100 cm
Tujuan : Posisi RPO menunjukkan fleksura
lienalis dan colon desendens
Kriteria : Seluruh usus besar dan fleksura lienalis
dan colon desendens

Gambar 5. Foto Posisi Proyeksi RPO Double Kontras

Sumber : Ballinger, 2012

5) Proyeksi Left Posterior Oblique


Posisi pasien : Tempatkan pada posisi tidur terlentang
Posisi objek : Dengan lengan kiri pasien disamping
tubuh dan lengan kanan melintasi dada
atas, pasien miring ke kiri untuk
mendapatkan rotasi 35-45 derajat dari
posisi semula
Central ray : Tegak lurus IR
Central point : Kira kira 2,5 hingga 5 cm lateral ke tengah
tubuh pada posisi yang ditinggikan pada
tingkat krista iliaka
FFD : 100 cm
Tujuan : Posisi LPO meunjukkan fleksura hepatica
dan bagian colon asenden dan sigmoid.

10
Kriteria : Seluruh usus besar, fleksura hepatica
kurang superimposed atau terbuka di
bandingkan dengan proyeksi AP. Colon
asenden, sekum dan sigmoid.

Gambar 6. Foto Posisi Proyeksi LPO Double Kontras


Sumber : Ballinger, 2012

6) Proyeksi Lateral Double kontras


Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi berbaring
lateral disisi kiri atau kanan.
Posisi objek : Mid coronal plane pertengahan grid
Central ray : Tegak lurus IR MCP pada ASIS
Central point : Setinggi SIAS
FFD : 100 cm
Kriteria : Area rectosigmoid pada pertengahan
radiograf, tidak ada rotasi pasien. Daerah
rectum dan sigmoid tampak jelas

Gambar 7. Foto Posisi Proyeksi Lateral Double Kontras

Sumber : Ballinger, 2012

11
d. Pembahasan
Pada pemeriksaan Colon In Loop di Instalasi Radiologi RSPAU dr.
S. Hardjolukito Yogyakarta, pasien datang membawa surat permintaan
rontgen dari dokter. Kemudian melakukan urus-urus setelah
mendapatkan penjelasan dari radiografer tentang pemeriksaan dan
persiapan yang akan dilakukan oleh pasien, seperti makan makanan
rendah serat selama 2 hari seperti bubur kecap, 18 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan minum dulcolax tablet, 4 jam sebelum
pemeriksaan diberi dulcolax kapsul suppositoria melalui anus, pasien
puasa sampai pemeriksaan dilakukan, tidak merokok dan mengurangi
bicara.
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 26 April 2019, sebelum pasien
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu melakukan informed consent,
anamnesa dan memberitahu kepada pasien tentang pelaksanaan
pemeriksaan serta kontra indikasi yang mungkin terjadi. Setelah pasien
setuju dilakukan tindakan pemeriksaan Colon In Loop, pasien terlebih
dahulu di foto polos dengan proyeksi AP. Petugas menyiapkan larutan
BaSO4 sebanyak 400 gram yang dilarutkan dengan 1000 ml campuran
air hangat dan air dingin untuk kontras tunggal.
Dimasukkan media kontras sebanyak 100 cc kepada pasien dengan
proyeksi Lateral post kontras. Pada proyeksi AP post kontras sebanyak
250 cc di foto full filling, dilanjutkan lagi dengan menambahkan media
kontras BaSO4 sebanyak 220 cc pada proyeksi AP post kontras di foto.
Setelah hasil sudah memenuhi kriteria radiograf pasien disuruh ke
kamar mandi untuk BAB, petugas menyampaikan ke pasien untuk tidak
mengeluarkan feses semua. Kemudian dilakukan foto proyeksi AP post
evakuasi.
Pada kontras ganda pemompaan udara pada colon sebanyak 30 kali
di foto dengan proyeksi AP double kontras, kemudian di foto proyeksi
RPO, LPO dan Lateral. Sesudah itu pemeriksaan selesai pasien

12
diperbolehkan ke kamar kecil dan ganti pakaian, setelah itu pasien
diberikan penjelasan pasca pemeriksaan Colon In Loop selesai.
Pada Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta
teknik pemeriksaan Colon In Loop dengan menggunakan proyeksi AP,
Lateral, RPO dan LPO sudah dapat menegakkan diagnosa yaitu sudah
dapat menampakkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terdapat pada
usus besar.
e. Hasil Bacaan Dokter
BNO : Distribusi udara usus sampai ke distal, tidak tampak distribusi
udara usus, dinding usus tidak menebal, kontur ginjal samar, tidak
tampak bayangan radioopak pada proyeksi tract. Urinarius tulang
tulang intak.
Colon in loop :
Single contrast tampak kontras lancar mengisi rectum, colon sigmoid
sampai ke caecum dengan caliber normal, dinding regular, tidak
tampak filling defect/additional shadow.
Double contrast caliber normal, mukosa dan haustrae baik, tak tampak
adanya filling defect, tetapi terlihat gambaran additional shadow
multiple di sepanjang colon desendens.
Appendiks: tidak terisi kontras.
Kesan : Divertikulosis colon desendens
f. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik
pemeriksaan Colon In Loop yang dilakukan di RSPAU dr. S.
Hardjolukito Yogyakarta dengan mengunakan 4 proyeksi yaitu
Proyeksi AP, RPO, LPO dan Lateral. Dari ke 4 proyeksi yang
digunakan tersebut sudah dapat menampakkan keseluruhan anatomi
dan kelainan-kelainan yang terdapat pada colon serta sudah dapat
membantu dokter untuk menegakkan diagnosa.

13
g. Saran
Penulis menyarankan agar proteksi radiasi yang diberikan kepada
pasien seharusnya diperhatikan dan diperlukan komunikasi yang efektif
antara petugas dengan pasien.

Daftar Pustaka
Ballinger, Philip W. & Eugene D. Frank: Merrill’s Atlas of Radiographic Positions
and Radiologic Procedures, 12th Edition. St. Louis 2012, Mosby.
Hardiyanti dkk.2018. Rancang Bangun Alat Penahan Media Kontras Pada
Pemeriksaan Colon In Loop. Jurnal Riset Kesehatan.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk diakses tanggal 05 Mei
2019
Yanuar. 2017. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop Dengan Indikasi Fistel
Rectovaginalis Di Instalasi Radiologi RS Panti Waluyo
Surakarta.http://www.academia.edudiakses tanggal 12 Mei 2019
https://www.healthline.com/health/hematochezia-vs-melena#causes
diakses tanggal 12 Mei 2019
https://books.google.co.id diakses tanggal 15 Mei 2019
Jayasekeran, B Holt, M Bourke. 2013. Normal Adult Colonic Anatomy in
Colonscopy sydney.
Bontrager, Kenneth L dan John P Lampignano. 2010. Radiographic Positioning
and Related Anatomy. Mosby.USA

14
Lampiran
1. Hasil Radiograf Pasien

Gambar 8. Gambar 9.

Hasil Foto Polos Tn. S Proyeksi AP Hasil Foto Tn, S Proyeksi Lateral Post Kontras

Gambar 10. Gambar 11.

Hasil Foto Tn, S Proyeksi AP Post Kontras 250 CC dan 220 CC

Gambar 13.
Gambar 12.

Hasil Foto Tn, S Proyeksi AP PE dan AP Double Kontras

15
Gambar 14. Gambar 15.

Hasil Foto Tn, S Proyeksi RPO Double Kontras Hasil Foto Tn, S Proyeksi LPO Double Kontras

Gambar.16

Hasil Foto Tn, S Proyeksi Lateral Double Kontras

16
2. Pengantar rontgen

17
3. Hasil bacaan dokter

18

Anda mungkin juga menyukai