Anda di halaman 1dari 20

KEDOKTERAN NUKLIR

Tractus
Digestivus
Disusun Oleh :
Raihan Mahesa Putra (P211140220028
Siti Aulia Hanifah (P21140220034)
a. Anatomi dan Fisiologi
Sistem Tractus Digestivus
1.ORIS
Oris atau mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air, merupakan bagian awal dari sistem pencernaan,
dimana didalam rongga mulut terdapat:
1. Geligi, memiliki fungsi untuk memotong makanan, memutuskan
makanan dan mengunyah makanan.
2. Lidah, memiliki fungsi untuk mengaduk makanan, membentuk suara,
sebagai alat pengecap, menelan dan merasakan makanan.
3. Kelenjar Ludah, memiliki fungsi menghasilkan air liur yang
mengandung enzim, air dan lendir yang sangat berperan dalam
memudahkan proses pencernaan makanan, menelan makanan dan
melindungi selaput mulut.
2.FARING

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut


dengan esophagus didalam lengkung faring terdapat tonsil,
bagian depan terdapat koana, bagian atas terdapat
nasofaring dan bagian media disebut orofaring.
3. ESOPHAGUS

Merupakan saluran yang menghubungkan dengan


lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai
lambung. Dari dalam ke luar terdiri atas lapisan selaput
lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot
melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang
longitudinal.

4. GASTER

Merupakan bagian dari sistem tractus digestivus yang dapat


mengembang terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri yang berhubungan dengan esofagus melalui
orifisium pilorik, terletak dibawah diapraghma, didepan pankreas
dan limpa serta menempel disebelah kiri fundus uteri. Lambung
memiliki fungsi menampung makanan, menghancurkan,
menghaluskan makanan dan menghasilkan enzim pencernaan.
5. PANKREAS

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar


ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum
samapai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90gr. Terbentang pada
vertebral lumbalis I dan II di belakang gaster. Pankreas memiliki fungsi
eksokrin, endokrin, sekresi eksternal dan sekresi internal.

6. GALLBLADDER
Sistem empedu terdiri dari kantung empedu dan saluran yang
terhubung dengannya. Kantung empedu terletak di dalam rongga
perut sebelah kanan, tepat di antara bagian bawah lobus kanan dan
lobus quadratus liver. Kantung empedu memiliki kapasitas
penyimpanan sebesar 30 – 50 mililiter. Secara umum, ada dua fungsi
empedu bagi manusia :
1. Fungsinya dalam pencernaan adalah membantu penguraian
lemak.
2. Kegunaan lainnya adalah membantu fungsi hati dalam
pengeluaran zat sisa metabolisme dari dalam tubuh.
7. LIVER

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut


sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga
termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal
dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan
amonia, urea dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino.

8. INTESTINUM

Intestinum atau usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu, dengan bagianbagian usus halus berupa usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (illeum). Berfungsi sebagai
tempat pencernaan makanan dan absorbs bolus.
9. COLON

Colon atau usus besar merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
memanjang dari ileocecal junction ke anus. Secara struktural, usus besar
memiliki 4 bagian utama, yang terdiri dari : cecum, colon, rectum, dan anal
kanal. Usus besar memiliki panjang sekitar lima kaki (1,5 m) dengan diameter
6,5 cm. Dinding dari usus besar membentuk serangkaian kantong yang disebut
haustra. Colon berfungsi sebagai tempat absorbsi garam, air, dan glukosa,
sekresi mukus oleh kelenjar lapisan dalam, serta menghasilkan bakteri.

10. APPENDIX

Appendix adalah suatu tabung kecil yang buntu berasal dari caecum pada
pertemuan tiga taenia coli (bagian distal ileocaecal junction). Appendix
merupakan bagian dari usus besar yang bentuknya seperti cacing dan
dalam bahasa latin disebut appendix vermiformis. Berfungsi sebagai organ
imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin.
11. RECTUM

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses dimana


mengembangnya dinding rektum terjadi karena penumpukan material didalam
rektum yang akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi.

12. ANUS

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar. Terletak di dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum dan dindingnya
diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu; sfingter ani internus, sfingter levator ani dan
sfingter ani eksternus.
b. Pemeriksaan Tractus Digestivus
Pada Kedokteran Nuklir

Scanning nuklir adalah tes yang melibatkan penggunaan bahan radioaktif yang tidak berbahaya.
Bahan radioaktif tertelan sebagai bagian dari makanan atau minuman atau diberikan melalui
pembuluh darah (intravena). Setelah bahan berada di dalam tubuh, dokter menggunakan pemindai
atau kamera penginderaan radiasi khusus, yang disebut kamera gamma, untuk menunjukkan di mana
bahan berada di dalam tubuh. Berbagai jenis scanning dengan bahan nuklir berbeda digunakan
tergantung pada tujuan tes dan bagian tubuh mana yang perlu dicitrakan (Gotfried, 2020).
1. ESOPHAGEAL TRANSIT TIME (ELGAZZAR, 2008)
f) Hasil Gambaran (Khan et al., 2017) :
a). Tujuan :
Untuk mendeteksi gangguan esofagus dan keterlibatannya pada gangguan sistemik
tertentu.
b). Indikasi :
Akalasia, sklerosis sistemik progresif, spasme esofagus difus, gangguan motorik
nonspesifik, nutcracker esofagus, divertikulum Zenker, tumor esofagus, dan
striktur esofagus
c). Persiapan :
Pasien harus berpuasa selama 4-6 jam.
d). Radiofarmaka :
Dosis 250–500 µCi Tc-99m-SC dalam 10 ml air diminum melalui sedotan.
e) Akuisisi Gambar :
Sebaiknya lakukan pencitraan dengan subjek dalam posisi supine untuk
menghilangkan efek gravitasi
Gambar 1 detik masing-masing diperoleh untuk mengkarakterisasi transit
esofagus.
Gambar yang tertunda pada 10 menit dapat membantu pada pasien dengan
stasis radioaktivitas yang signifikan di kerongkongan.
Kurva waktu-aktivitas dapat dibuat. Waktu transit esofagus adalah interval
waktu antara aktivitas puncak kurva esofagus proksimal dan aktivitas puncak
kurva esofagus distal. Waktu transit normal adalah 15 detik, dengan puncak
yang berbeda di setiap sepertiga esofagus.
2. GASTROESOPHAGEAL REFLUX (ELGAZZAR, 2008)
f)Hasil Gambaran :
a) Tujuan :
Untuk mendeteksi penyakit refluks gastroesofageal pada tingkat esofagus dan
struktur ekstra-esofagus seperti laringofaring dan paru-paru (Burton et al., 2020). 
b) Indikasi :
GERD (Gastroesophageal Reflux Disesase)
c) Persiapan :
Pasien harus berpuasa selama 4 jam.
d) Radiofarmaka :
Dosis 0,5-1 mCi Tc-99m-SC dalam 300 ml jus jeruk asam.
e) Akuisisi Gambar :
Pencitraan dilakukan dengan subjek dalam posisi supine
Dengan kecepatan 1 frame/10 s selama 60 menit. Semua frame harus ditinjau
dengan peningkatan kontras. GER terlihat sebagai lonjakan aktivitas yang
berbeda ke esophagus.
Episode refluks dinilai sebagai tingkat tinggi atau rendah, berdasarkan durasi
(kurang atau lebih dari 10 detik), dan berdasarkan hubungan temporalnya dengan
konsumsi makanan.
Salivagram sering dapat mengungkapkan aspirasi ketika studi GER negatif.
3. GASTRIC EMPTYING (ELGAZZAR, 2008)
f)Hasil Gambaran :
a) Tujuan :
  Untuk menentukan seberapa cepat gaster kosong (Gotfried, 2020).
b) Indikasi :
Pengosongan yang tertunda secara akut terlihat pada stres (seperti pada
pilek atau nyeri), karena obat-obatan (morfin, antikolinergik, levodopa,
nikotin, beta blocker) dan karena hiperglikemia dan hipokalemia.
Pengosongan lambung yang tertunda secara kronis paling sering
ditemui pada obstruksi saluran keluar lambung, postvagotomi, tukak
lambung, skleroderma, dermatomiositis, hipotiroidisme, diabetes
mellitus, amiloidosis, dan uremia.
Pengosongan lambung yang cepat secara abnormal adalah ditemukan
pada operasi gaster, sindrom Zollinger-Ellison, tukak duodenum,
hipertiroidisme, dan diabetes.
c) Persiapan :
Pasien dilarang merokok, karena mempengaruhi pengosongan, dan harus
berpuasa semalaman.
d) Radiofarmaka :
Dosis 0,5-1,0 mCi Tc-99m-SC dicampur dengan putih telur atau hati
sebagai makanan padat.
e) Akuisisi Gambar
Gambar dinamis dapat diambil selama 60 menit atau lebih
Jika diperlukan, gambar statis delay diambil setiap 15 menit sampai
setidaknya 50% dari aktivitas gaster (isi) telah masuk ke usus.
Biasanya, gaster harus mengosongkan 50% dari aktivitas yang diukur
pada waktu nol, selama 90 menit.
4. DUODENOGASTRIC REFLUX (ELGAZZAR, 2008)
f)Hasil Gambaran :
a) Tujuan :
Untuk melihat refluks pada duodenograstric.
b) Indikasi :
Gangguan motilitas antroduodenal atau mungkin timbul setelah
perubahan bedah anatomi gastoduodenal atau karena patologi
bilier (Mabrut, Collard and Baulieux, 2006)
c) Persiapan :
Tidak ada persiapan khusus
d) Radiofarmaka :
Dengan memberikan radiofarmaka yang dapat masuk ke duodenum
tanpa melewati gaster. Ini membantu meningkatkan aktivitas di
duodenum dan dengan demikian mendeteksi refluks setelah
pemberian injeksi 148-222 MBq Tc-99m-IDA (Baulieu et al.,
1986).
e) Akuisisi Gambar :
Protokol yang biasa digunakan adalah memperoleh gambaran
secara dinamis selama 60 menit
5. GASTROINTESTINAL BLEEDING (ELGAZZAR, 2008)
a) Tujuan :
Untuk menentukan asal perdarahan gastrointestinal bagian bawah
sebelum pembedahan atau angiografi (Gotfried, 2020). 
b) Indikasi :
Dugaan GIB bawah akut yang sedang berlangsung atau intermiten f) Hasil Gambaran :
dan/atau follow-up dari perdarahan yang diketahui untuk menilai
efektivitas pengobatan.
c) Persiapan :
Tidak ada persiapan khusus
d) Radiofarmaka :
Menggunakan Tc-99m- berlabel RBC (Red Blood Cell) atau dapat
menggunakan Tc-99m-SC yang di injeksikan melaui intravena sebanyak
20mCi Tc-99m (Currie, Kiat and Wheat, 2011).
e) Akuisisi Gambar :
Gambar aliran diperoleh selama 60 detik dengan kecepatan 1 detik per
frame diikuti dengan pencitraan dinamis hingga 90 menit dengan
kecepatan 1 menit per frame. Pencitraan 30 menit lebih lanjut pada 1
menit per frame dapat diperoleh hingga 24 jam setelah pemberian
radiotracer. Tracer ini hilang dari sirkulasi dengan waktu paruh 2,5–3,5
menit. Pada 12-15 menit, sebagian besar aktivitas telah hilang dari
sistem vaskular (background), menghasilkan rasio target-background
yang tinggi (Currie, Kiat and Wheat, 2011).
6.MECKEL’S DIVERTICULUM (ELGAZZAR, 2008)
a) Tujuan :
Mengidentifikasi mukosa lambung ektopik
f) Hasil Gambaran :
b) Indikasi :
Divertikulum Meckel
c) Persiapan :
Pasien harus berpuasa selama 4-6 jam untuk mengurangi sekresi lambung yang
melewati usus.
d) Radiofarmaka :
Menggunakan Tc-99m pertechnetate secara injeksi intravena dengan dosis
antara 296-444 MBq (8 hingga 12 mCi) pada orang dewasa dan dosis yang
dianjurkan untuk anak-anak adalah 1,85 MBq/kg (0,05 mCi/kg) (Titley-Diaz and
Aziz, 2021).
e) Akuisisi Gambar :
Gambar diambil dengan pasien diposisikan supine dengan perut dan panggul
di dalam field of view.
Dalam kasus bayi dan anak kecil (sampai usia 2 tahun), toraks harus
dimasukkan dalam bidang pencitraan untuk menilai malformasi usus depan
bronkopulmoner dengan mukosa ektopik.
Gambar dynamic flow hingga 1 menit diambil untuk mengidentifikasi
kumpulan darah vaskular yang mungkin membingungkan dengan mukosa
lambung ektopik.
Gambar abdomen anterior diperoleh setidaknya selama 30 menit. Pencitraan
lebih dari 60 menit dapat membahayakan sensitivitas dan interpretasi studi
karena perjalanan aktivitas dari lambung ke usus kecil.
Gambar statis tambahan direkomendasikan untuk meningkatkan interpretasi
studi, terutama, tampilan lateral untuk melokalisasi aktivitas pelvis ginjal.
Gambar postvoid mungkin berguna untuk mendeteksi aktivitas divertikulum
Meckel yang tertutup oleh kandung kemih.
7.INFLAMMATORY BOWEL DISEASE (ELGAZZAR, 2008)

a) Tujuan : f) Hasil Gambaran :


Untuk mendeteksi peradangan pada usus kecil dan besar.
b) Indikasi :
Inflammatory bowel disease
c) Persiapan :
Tidak ada persiapan khusus
d) Radiofarmaka :
Awalnya menggunakan oxine Indium-111 berlabel leukosit
namun sekarang menggunakan 99mTc-HMPAO berlabel
leukosit/WBC (White Blood Cell) sebanyak 12mCi (444
MBq)
e) Akuisisi Gambar :
Gambar diperoleh pada 1, 4 dan 24 jam setelah injeksi
intravena sekitar 12mCi (444 MBq) dari sel berlabel.
8. SALIVARY GLAND (ELGAZZAR, 2008)

a) Tujuan : f) Hasil Gambaran :


Untuk mengevaluasi kondisi fungsional pada kelenjar ludah.
b) Indikasi :
Xerostomia, Sindrom Sjögren, Warthin’s tumor
c) Persiapan :
Pasien diminta untuk minum air putih dua gelas sebelum
pemeriksaan, dan sialagogue (20ml jus lemon) diberikan selama 10
menit untuk merangsang air liur.
d) Radiofarmaka :
5-15 mCi (185-550 MBq) dari Tc99m-pertechnetate yang
disuntikkan pada pasien secara intravena.
e) Akuisisi Gambar :
Gambar dinamis diperoleh dengan kecepatan 1 menit/frame selama
15-20 menit. Gambar diperoleh untuk wajah dan leher anterior saat
posisi erect, menggunakan energi rendah, kolimator resolusi tinggi.
Gambar ekstra untuk lateral kanan dan kiri diperoleh masing-masing
selama 2 menit untuk melokalisasi aktivitas. Region of interest
(ROI) digambar dan grafik diplot untuk menilai fungsi kelenjar
ludah.
9. APPENDICITIS (ELGAZZAR, 2008)
a) Tujuan :
Untuk mengevaluasi kondisi fungsional dari appendix.
b) Indikasi :
Pasien dengan tanda dan gejala samar-samar apendisitis.
c) Persiapan :
Pasien disiapkan dengan hidrasi yang baik dan pencahar ringan. Terapi dengan analog somatostatin dihentikan sementara (Saponjski
et al., 2020).
d) Radiofarmaka :
99mTc-fanolesomab (NeutroSpec) berlabel WBC atau 99mTc-HMPAO berlabel leukosit yang menunjukkan sensitivitas 90-98% dan
spesifisitas 92-96%
e) Akuisisi Gambar :
Dengan menggunakan gamma camera, gunakan kolimator resolusi tinggi dan satu photopeak activity (140keV ± 20%). Setelah
skintigrafi seluruh tubuh, lakukan SPECT dengan wilayah tertentu (360º orbit, step and shoot mode, 30 s/view). Matrix computer
yang digunakan adalah 128 x 128. Reconstruction dilakukan dengan menggunakan filtered back-projection dan iterative
reconstruction (Saponjski et al., 2020). 
f) Hasil Gambaran :
10. CHOLESCINTIGRAPHY
a)Tujuan :
Untuk diagnosis berbagai penyakit hepatobiliari akut dan kronis
b)Indikasi :
Kolesistitis akut, obstruksi bilier, kebocoran empedu, dan penyakit kandung akalkulus empedu kronis

10.1 HEPATOBILIARY SCANNING f) Hasil Gambaran :


a) Persiapan :
Puasa lebih lama dari 24 jam, infus 0,02 μg / kg selama 60 menit.
Tunggu 30 menit setelah sincalide infus lengkap untuk mengalirkan
radiofarmaka.
b) Radiofarmaka :
Tc-99m IDA (mebrofenin, disofenin) 5 mCi, melalui intravena
injeksi. Dewasa: bilirubin 10 mg / dL-10 mCi (370 MBq) sedangkan
Anak-anak: 200 μCi / kg atau 7,4 MBq / kg (dosis minimum 1 mCi
atau 37 MBq).
c) Akuisisi Gambar :
Pasien dalam keadaan supine. Gunakan kamera gamma large field
dengan kolimator paralel hole energi rendah dan frame: 15% -20%
lebih dari 140-keV photopeak. Komputer di set up 1 seconds per
frames × 60, dan kemudian 1 menit frames × 59.
Standar akuisisi frame adalah 1 menit selama 60 menit. Sebuah
pemeriksaan dengan aliran 60 detik awal dapat diperoleh (1-3 detik
/ frame). Gambaran lateral kanan dan anterior oblique kiri diperoleh
pada 60 menit untuk mengkonfirmasi pengisian kandung empedu,
yang tidak tampak karena superposisi dengan saluran empedu dan
duodenum.
10.2 LIVER AND SPLEEN SCANNING
a)Persiapan :
Pastikan pasien baru-baru ini tidak melakukan pemeriksaan dengan barium
sulfat.
b)Radiofarmaka :
Tc-99m Sulfur Coloid untuk pencitraan planar: 4 mCi (148 MBq) sedangkan
untuk pasien anak-anak: 30-50 μg / kg (dosis minimal,300 μCi).
c)Akuisisi Gambar :
Gunakan kamera gamma large field dengan kolimator paralel hole, energi
rendah, dan resolusi tinggi serta frame: 15% lebih dari 140-keV photopeak.
Pencitraan Planar 750 ribu gambar dalam berbagai proyeksi (anterior, tegak
dan supine, supine harus diberi costal marker, posterior, lateral kanan dan kiri,
anterior dan posterior oblique) dengan SPECT atau SPECT-CT.
f) Hasil Gambaran :

Anda mungkin juga menyukai