Anda di halaman 1dari 21

P11 FISTULOGRAFI

PERIANAL
Kelompok 1
1. Aldiasrizky_2010505109
2. Sri Vina Ardianty_2010505111
3. Bagus Waskito_2010505112
4. Dwi Chandra Nur Fauzan_2010505113
5. Sofi Huril Alfiah_2010505115
6. Vina Bekti_2010505118
7. Abdhani Kholiq 2010505119
TABLE OF CONTENTS

PENGERTIAN PERSIAPAN ALAT &


FISTULOGRAFI BAHAN

TEKNIK
ANATOMI PEMERIKSAAN
Dimulai dari prosedur
pemeriksaan, teknik pemasukkan
MK dan proyeksi yang dilakukan
PENGERTIAN FISTULOGRAFI
• Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi dengan memasukkan media
kontras pada hollow organ (gastrointestinal tract, bladder) atau tubular
structures (bile ducts, ureter).

• Indikasi fistulografi ialah untuk menampakkan kerusakan atau luka yang


diakibatkan oleh postoperative misal : pada bile duct dan ureter

• Fistulografi dapat terbentuk dari infection, inflammatory atau tumour


lesions serta dari permukaan skin (abscesses, osteomyelitis).

• Ditampakkan dengan memasukkan blunt needle atau small catheter ke


dalam mouth of the fistula.

• Umumnya digunakan water-soluble contrast medium


ANATOMI
PERSIAPAN ALAT & BAHAN
1. Pesawat sinar-x yang dilengkapi flluoroskopi
2. Film dan kaset sesuai dengan kebutuhan 
3. Marker R dan L
4. Apron
5. Sarung tangan Pb 
6. Cairan saflon 
7. Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml-20
ml, korentang, gunting, hand scoen, kain kassa, jeli, abocath, duk
lubang.
8. Alkohol 
9. Betadine 
10. Obat anti alergi 
11. Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat didiagnosa
dengan beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang sering
dilakukan untuk pemeriksaan pada peradangan penyakit usus,
seperti pemeriksaan barium enema, colonoscopy, sigmoidoscopy,
endoscopy dan dapat juga didiagnosa dengan pemeriksaan
fistulografi (Wake Forest University School of Medicine Division of
Radiologic Sciences, 2001). 
2. Tidak memerlukan persiapan khusus, hanya pada daerah fistula
terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat menganggu
radiograf (Bryan, 1979).
3. Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah abdomen maka
saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material (Ballinger,
1999).
TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Sebelum media kontras dimasukkan terlebih dahulu dibuat plan
foto dgn proyeksi Antero Posterior (AP),
2. Media kontras dimasukkan dengan kateter atau abocath melalui
muara fistula yang diikuti dengan fluoroskopi.
3. Kemudian dilakukan pemotretan pada saat media kontras
disuntikkan melalui muara fistula yang telah mengisi penuh saluran
fistula.
TEKNIK PEMASUKKAN MK
1. Tujuan pemasukan media kontras adalah untuk
memperlihatkan fistula pada daerah perianal.
2. Pemasukan media kontras dimulai dengan membersihkan
daerah sekitar fistula dengan betadine.
3. Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula kira-kira
sedalam 2-3 cm secara perlahan-lahan melalui kateter yang
sudah diberi jeli dan diikuti dengan fluoroskopi.
4. Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan
sehingga media kontras masuk dan memenuhi lubang
fistula yang di tandai dengan menetesnya media kontras
dari lubang fistula. (Ballinger, 1995).
PROYEKSI AP
1. PP : Posisi pasien supine di atas meja periksaan,
2. PO : kedua tangan diletakkan di atas dada dan kedua kaki lurus.
Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan. Kedua kaki endorotasi
15-20 derajat, kecuali jika terjadi fraktur atau dislokasi pada hip
joint.
3. CR : Sinar vertikal tegak lurus kaset,
4. CP : pada pertengahan kedua krista iliaka dengan
5. FFD : 100 cm. 
6. Eksposi pada saat pasien tahan nafas
PROYEKSI LATERAL
1. PP : Pasien diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan
kedua lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
2. PO : Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial
ditempatkan pada pertengahan meja pemeriksaan. Spina iliaka
pada posisi AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada
rotasi dari pelvis. 
3. CR : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
4. CP : pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3 inchi
di atas simfisis pubis
5. FFD : 100 cm
6. Eksposi pada saat pasien tahan nafas. 
PROYEKSI OBLIQUE
1. PP : Posisi pasien prone
2. PO : tubuh dirotasikan ke salah satu sisi yang diperiksa yang
menunjukan letak fistula kurang lebih 45 derajat terhadap meja
pemeriksaan. Pelvis diatur kurang lebih 45 derajat terhadap meja
pemeriksaan. Untuk fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset
diberi penganjal. Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala
untuk bantalan kepala sedangkan lengan yang lain diatur
menyilang di depan tubuh. Kaki yang dekat kaset menempel meja
pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai penopang tubuh..
3. CR : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
4. CP : pada daerah perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis
pubis, tarik garis 1 inchi tegak lurus ke arah lateral
5. FFD : 100 cm
6. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
PROYEKSI Axial Methode Chassard-Lapine

1. PP : Posisi pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga


permukan posterior lutut menyentuh ujung tepi meja pemeriksaan
kemudian kedua tangan lurus ke bawah menggenggam lutut.
2. PO : Pasien membungkukan punggung semaksimal mungkin sampai
simfisis pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk
antara pelvis dgn sumbu vertical kira-kira 45 derajat.
3. CR : vertikal tegak lurus kaset
4. CP : melalui daerah lumbosakral menembus trokhanter mayor. Bila
fleksi tubuh terbatas central point diarahkan dari anterior obyek tegak
lurus menuju bidang koronal dari simfisis pubis.
5. FFD : diatur 100 cm.
Proyeksi Taylor
1.  PP : Pasien supine di atas meja pemeriksaan
1.
2. PO : Pelvis diatur sehingga true Antero-Posterior yaitu kedua krista
iliaka ka dan ki berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan Mid
Sagital Plane berada di pertengahan meja pemeriksaan.
3. CR : Sinar menyudut 30 ke cephalad
4. CP : 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis
5. FFD : 100 cm
6. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.
TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Proyeksi AP
Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat
struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang
tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras
bertujuan untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan
atau ke kiri serta untuk melihat penampang fistula dari depan.
2. Proyeksi Lateral
Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke
depan atau ke belakang.
3. Proyeksi Oblik
Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan
fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi
ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke
samping.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai