Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi kedokteran khususnya di

bidang radiologi berkembang pesat pada saat ini, terutama di dalam

penggunaan alat diagnostik. Sejak tahun 1972, telah diperkenalkan suatu alat

canggih, yaitu alat topogram yang dikenalkan dengan sistem komputer. Alat

tersebut dikenal sebagai Computer Assisted Tomography (CTA) atau

Computer Tomography (CT).

Computer tomography merupakan suatu teknik pemeriksaan secara

radiografi dengen sistem pengambilan gambaran dari suatu objek yang

diperiksa secara sectional-axial, dimana berkas sinar-X mengitari objek.

Sinar-X teratenuasi menembus objek diteruskan ke detektor oleh Photo

Multiplayer Tube (PMT) Sinar-X diubah menjadi sinyal sinyal elektron

(listrik) yang kemudian diperkuat oleh DAS (Data Aquestion System). Sinyal-

sinyal listrik tersebut, diubah menjadi data digital. Data inilah yang kemudian

menjadi informasi di komputer dan secara matematika direkonstruksikan,

hasil rekonstruksi akan ditampilkan dalam layar monitor berupa irisan-irisan

dari objek yang dikehendaki dalam bentuk gray scale imaging.

Computed Tomography (CT) menghasilkan gambaran tomografi digital

dari X-ray diagnostik. Prinsip dasar CT melibatkan digitalisasi gambar yang

diterima dari proyeksi pemindaian celah tubuh pasien dan kemudian kembali
memproyeksikan gambar melalui algoritma matematis. (Richard R. Carlton

2012).

sinus paransal adalah serangkaian rongga udara di sekitar hidung dengan

bentuk variasi dan terdiri dari 4 sinus,yaitu sinus maxilaris, sinus frontalis,

sinus ethmoidalis dan sinus spenoidalis berdasarkan perjalanan penyakitnya ,

infeksi dapat berlangsung akut maupun kronis dengan batasan waktu kurang

atau lebih dari 12 minggu dan penyebab utamanya ialah selesma yang

merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat di ikuti dengan infeksi

bakteri. Sebagian besar kasus sinusitis melibatkan lebih dari satu sinus

paranasal dan yang paling sering yaitu sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis.

( allan hespie posumah,2013).

Salah satu pemeriksaan untuk mendiagnosis sinusitis ,anamnesis, dan

pemeriksaan fisik sudah dapat mencurigai adannya sinusitis, tapi untuk

memberikan diagnosis yang lebih tepat maka diperlukan pemeriksaan

radiologi, pemeriksaan radiologi dari sinusitis dapat menunggunakan foto

waters dan ct scan. (allan hespie posumah,2013)

Pada pemeriksaan sinus paranasal, pada ct scan yang jenis squance atau

belum spiral, belum dapat melakukan recontruksi dari posisi axial menjadi

coronal, sehingga harus diambil dalam posisi coronal, sementara pada ct scan

yang sudah spiral pada kasus sinus paranasal dengan potonga axial dapat

dilakukan rekontruksi ke potongan coronal. Pelayanan radiologi ini dilakukan

atas indikasi medis dan atas permintaan dokter kemudian dilakukan sesuai SOP

yang ada ( KMK.No1014,2008).


Media Kontras Iodinated (mengandung yodium) Bahan kontras iodium

bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau sebuah senyawa ionik.

Bahan-bahan ionik dibuat pertama kali dan masih banyak digunakan dengan

tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan. Bahan-bahan ionik

memiliki profil efek samping yang lebih buruk. Senyawa-senyawa organik

memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan

molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang diakibatkan

oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih

banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya

attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media

kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi

tubuh (ajunkdoank.wordpress.com).

Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang

tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan

kontras teriodinasi modern bisa digunakan hampir disemua bagian tubuh.

Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravenous, tapi untuk berbagai

tujuan juga bisa digunakan secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang)

dan intraabdominally, hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang

potensial (ajunkdoank.wordpress.com)

Adapun kontras merupakan zat yang membantu visualisasi beberapa

struktur selama melakukan teknik-teknik, bekerja berdasarkan prinsip dasar

penyerapan sinar-X, sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada

pasien. Zat kontras yang paling banyak digunakan adalah barium sulfat yang
dapat memperlihatkan bentuk saluran pencernaan, dan sediaan iodin organik,

yang banyak digunakan secara intravena pada CT untuk memperjelas

gambaran vaskular dan berbagi organ (Pradip R. Patel, 2007).

Rhinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit kronis yang ditandari

dengan peradangan pada mukosa dari hidung dan sinus paranasales. Sekarang

istilah ini lebih sering dipakai daripada sinusitis karena melibatkan seluruh

bagian hidung dan sinus paranasales. Istilah RSK mencakup semua gangguan

inflamasi pada hidung dan paranasal dengan durasi minimal 12 minggu.

Definisi ini diajukan oleh American Academy of Otolaryngology-Head and

Neck Surgery (AAO-HNS) pada tahun 2015. Etiologi dari RSK sangat

kompleks, penyebabnya bisa: 1). Infeksi bakteri melibatkan hipotesis

superantigen, biofilm, dan microbiom , fungal, kelainan struktur anatomi,

alergi. Diagonosis dari RSK berdasarkan anamnesis yang mendalam terutama

berdasarkan dengan guideline terbaru dari American Academy of

Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS). Penanganan RSK

dilakukan dengan dua metode yaitu terapi medikamentosan dan pembedahan.

Penyakit ini adalah merupakan salah satu kondisi medis yang paling umum

ditemukan namun patofisiloginya paling sulit dipahami. Meskipun

diperkirakan prevalensi 15,7% di antara populasi umum di Amerika Serikat,

rhinosinusitis kronis tetap merupakan penyakit yang sulit ditangani dengan

pilihan pengobatan saat ini. Meskipun memiliki efektifitas yang rendah,

penanganan medis Rhinosinusitis kronis telah sedikit mengalami perubahan


selama bertahun-tahun, dan bahkan dengan adanya kemajuan teknis yang

cepat di bidang pembedahan. Pilihan bedah untuk rhinosinusitis kronis hanya

menawarkan solusi tamponade, dengan kejadian kambuhan pasca operasi

yang tinggi. Dengan demikian, pemahaman rhinosinusitis kronis yang lebih

baik berpotensi menawarkan solusi (Al Sayed, AA, Aqu R.U, and Massoud,

E. Models for the study of nasal and sinus physiology in health and disease:

A review of the literature. Laryngoscope Investig Otolaryngol. 2017 Oct

31;2(6):398-409)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut

mengentai teknik pemeriksaan CT scan sinus paranasal menggunakan kontras

dengan klinis RSK dan Hipertrofi Bilateral di instalasi radiologi RSUD Dr. H

Abdul moloek Provinsi Lampung, dan melakukan penelitian sebagai karya

tulis ilmiah yang berjudul PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN CT

SCAN SINUS PARANASAL MENGGUNAKAN KONTRAS DENGAN

KLINIS RSK DAN HIPERTROFI BILATERAL DI INSTALASI

RADIOLOGI RSUD Dr.H ABDUL MOLOEK PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2019.

1.2 Rumusa masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada

karya tulis ilmiah ini adalah:


Bagaimana penatalaksanaan teknik pemeriksaan CT scan Sinus

paranasal menggunakan kontras dengan klinis RSK dan hipertrofi bilateral

di instalasi radiologi rsud Dr. H abdul moloek provinsi Lampung.

1.3 Batasan masalah

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis membatasi permasalahan

pada penatalaksanaan teknik pemeriksaan CT scan sinus paranasal

menggunakan kontras dengan klinis RSK dan hipertrofi bilateral

1.4 Tujuan penelitian

Adapun penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan

tujuan khusus:

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan teknik pemeriksaan CT scan

sinus paranasal menggunakan kontras dengan klinis RSK dan hipertrofi

bilateral di instalasi radiologi rsud Dr. H abdul moloek provinsi Lampung.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT scan sinus parasanal

menggunaan kontras dengan klinis RSK dan hipertrofi bilteral di

instalasi Radiologi RSUD Dr. H Abdul moloek Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui bagaimana persiapan penatalaksanaan pemeriksaan

CT Scan sinus paranasal menggunakan kontras dengan klinis RSK dan

Hipertrofi Bilateral di instalasi radiologi RSUD Dr. H Abdul moloek

Provinsi Lampung.
3. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT scan

sinus paranasal menggunakan kontras dengan klinis RSK dan

Hipertrofi Bilateral di instalasi radiologi RSUD Dr H Abdul moloek

Provinsi Lampung.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian karya tulis ilmiah ini adalah:

1.5.1 Bagi instalasi Radiologi RSUD Dr. H Abdul moloek Provinsi Lampung

Dengan pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan

pedoman secara rinci mengenai Penatalaksaan Teknik pemeriksaan CT

Scan sinus paranasal menggunakan kontras dengan klinis RSK dan

Hipertrofi bilateral di instalasi radiologi RSUD Dr H Abdul moloek

Provinsi Lampung.

1.5.2 Bagi institusi Atro Patriot Bangsa Lampung

Semoga karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan mahasiswa Atro patriot Bangsa Lampung

tentang penatalaksanaan teknik pemeriksaan CT scan sinus paranasal

menggunakan kontras dengan klinis RSK dan Hipertrofi Bilateral.

1.5.3 Bagi penulis

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapet menambah pengetahuan penulis,

baik dari teknik periksaan CT scan sinus paranasal menggunakan kontras

dengan klinis RSK dan Hipertrofi Bilateral.

1.6 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan ini terdiri dari bab 5 penulisan karya tulis ilmiah

tersusun dengan sisematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

Penelitian, manfaat penelitian dan sistematikah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang menjelaskan anatomi fisiologi dan

patofisiologi, pengertian CT scan, cara kerja CT scan, sejarah CT scan, cara kerja

CT scan, proteksi radiasi, kerangka konsep dan referensi oprasianal.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang desain atau rancangan penelitian,tempat dan waktu

penelitian populasi dan sampel cara pengambilan data, cara pengolahan dan

analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari penulisan karya tulis

ilmiah.

BAB V PENULISAN

Dalam bab ini terdiri dari hasil penelitian dan saran sebagai masukan oleh

penulisan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai